Translate

Rabu, 09 September 2015

Sejarah Kerajaan Selimbau

Kerajaan Selimbau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Kerajaan Selimbau merupakan kerajaan hindu tertua di Kalimantan Barat dan mempunyai susunan pemerintahan yang lengkap. Kerajaan Selimbau dahulu bernama ‎Kerajaan Pelembang, didirikan oleh sri paduka maharaja Bindu Mahkota terletak sekitar 2 km dari kota selimbau.

Asal Mula Kerajaan Selimbau‎
          
Berdasarkan dokumen yag disimpan Donald P. Tick dari Vlaardingen Nederland di Belanda bahwa cikal bakal Kerajaan Selimbau sekarang adalah sebuah kerajaan kecil yang bernama Palembang, dan terletak 2 Km dari Selimbau sekarang.
          
Kerajaan Palembang didirikan oleh Abang Bhindu yang bergelar Guntur Baju Bindu Kulit Lambai Lalu. Beliau mempunyai permaisuri yang bernama Dayang Haji Melayu bergelar Putri Sri Batara. Perkawinan mereka menurunkan seorang putra yang bernama Abang Aji Lidi. Raja Abang Aji Lidi menurunkan Raja-raja negeri Palembang. Selanjutnya kerajaan dipindahkan ke Sungai Terus oleh Pangeran Suta Muhammad Jalaludin dan menjadi Kerajaan Islam. Kerajaan Islam ini diberi nama Kerajaan Selimbau atau Selimbau yang berasal dari bahasa Arab Salim berarti Selamat dan kata Nabau yang berarti Ular Naga Besar, dan juga berasal dari kata Penimbau yang berarti tempat pembuatan kapal. Kerajaan Selimbau mengalami zaman keemasan setelah berdiri di Muara Sungai Terus. Meskipun Kerajaan Selimbau selalu mendapat rongrongan dari sebelah Utara Serawak dan sebelah barat Sintang namun Kerajaan ini tetap bertahan dan berdiri hingga tahun 1917M. Raja terakhir Magkat dan hilanglah Sejarah Raja-raja Selimbau berjumlah 24 Turunan yang dimulai dari Sejarah Raja-raja di Negeri Palembang atau kini disebut Temawang Ala’. Sampai hari ini Selimbau masih produktif membuat kapal-kapal kayu yang disebut kapal bandung dan kapal bandung ini masih tetap berlayar menyusuri Sungai Kapuas hingga sampai Pontianak.

Sejarah Singkat Kerajaan Selimbau
          
Legenda Perahu Tingkung Tekakak merupakan legenda yang terjadi di Zaman Kerajaan Selimbau Hindu yang berada pada masa pengaruh Kerajaan Majapahit. Adapun Agama Islam masuk ke Selimbau Hindu diperkirakan terjadi pada Abad ke-15 Masehi, akan tetapi belum bisa menembus pengaruh Hindu yang sudah di anut oleh masyarakat selama seratus tahun, baru ada masa pemerintahan Pangeran Kunjan Jaya Mangkunegara (Raja Selimbau). Perlahan tapi pasti Agama Islam mulai di anut oleh segala lapisan masyarakat dan kasta-kasta yang membedakan manusia yang terjadi dalam Agama Hindu otomatis hilang bersama leburnya Agama Hindu. Rakyat merasa dihargai.
          
Pada masa Pemerintahan Pangeran Suta Jalaludin, sebuah kelompok kecil di bawah pimpinan Abang Kawan di kirimkan ke Mempawah untuk melakukan Studi Banding, Mempawah pada masa itu di kuasai oleh Opu Daeng Manambon. Selanjutnya ekspedisi kedua terjadi pada masa Raden Sutanegara belajar Ilmu Tauhid kepada Syeh Habib Al-Husin Al-Qadri. Konon ceritanya bahwa Syeh Habib Al-Husin Al-Qadri masih keturunan Nabi Muhammad SAW banyak kerajaan lain yang berguru pada beliau. Dari sinilah permulaan hubungan kekeluargaan antara kerajaan Selimbau, Mempawah, dan Pontianak, Raden Sutanegara di beri Baju Jubah Masturi berwarna Hijau Daun Delima oleh Habib Al-Husin Al-Qadri.
          
Berkat bantuan Kerajaan Mempawah dan Pontianak, Kerajaan Selimbau dengan pesatnya tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan disegani. Pada tahun 1775 didirikanlah sebuah Masjid yang cukup besar di Selimbau untuk mengantikan Masjid pertama yang sangat tua dan sederhana sekali, Arsitektur Masjid ini membentuk Limas. Kemudian pada tanggal 15 November 1823 Belanda datang ke Selimbau dan mengakui kedaulatan Kerajaan Selimbau sebagai penguasa Tanah Negeri Kapuas Hulu dari Negeri Silat. Peraturan Pemerintah di atur dan disepakati bersama-sama di dalam rapat Mentri-mentri Kerajaan.
          
Setelah mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda maka Kerajaan Selimbau memperluas kerajaan dengan mengangkat Abang Berita yang kemudian diberi gelar Raden Suta untuk mendirikan negeri baru yang bernama Nanga Bunut. Atas restu dari Pangeran Suma yang menjadi Raja Selimbau pada masa itu maka berdirilah Negeri Nanga Bunut. Beberapa waktu kemudian tanggal 15 Desember 1947 Pangeran Muhammad Abbas Suryanegara mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda untuk memimpin Tanah Kapuas Hulu, dari Hulu Negeri Silat. Pada masa inilah terjadi peperangan yang paling dahsyat di Kapuas Hulu. Kerajaan Sintang melakukan penyerangan ke Kerajaan Selimbau tahun 1838 untuk menaklukan Selimbau, dan Selimbau melakukan penyerangan balik dengan bantuan Suku Kayan, Taman, Punan, Bukat, Kantuk, Iban Embaloh, Pengaki, Mayan, Suhaid, Embau, Buntu, dan Undup. Akibat dari penyerangan itu Sintang kehilangan wilayahnya yang bernama Seberuang dan Kerajaan Silat yang bersekutu dengan Kerajaan Sintang juga ikut menanggung akibat perang tersebut.
          
Pada tanggal 27 Maret 1855, Belanda menandatangani kontrak kerja dengan Panembahan H. Muhammad Abbas Suryanegara dan mengakui kedaulatan Kerajaan Selimbau atas Tanah Kapuas Hulu.
          
Pada tahun 1862 didirikanlah Masjid Jami’ di Selimbau dengan bentuk meniru cakup Masjid Demak. Pada masa ini terjadi pengislaman oleh Baginda Panembahan H. Gusti Muhammad Abbas Suryanegara terhadap Suku Pengaki, Embau, Pengkadan, Bebuwak Limbang, Embaloh, Suruk (Tanjung Buaya), Sungai Boyan, dan Kalis serta Suhaid.‎
         
Pada tanggal 28 Februari 1882 Masehi. Panembahan Haji Muda Agung Pakunegara Selimbau mendapat pengakuan kedaulatan sebagai Raja Selimbau yang ke-23 dari Pemerintahan Belanda di Betawi. Pada masa inilah didirikan bangunan-bangunan yang indah di Selimbau seperti Istana Agung Nur Mahkota, Balai Sidang Pertemuan Bertingkat Dua, Paseban Agung Keputren, Pesanggarahan Balai Perangin di Mungguk Batu, panggung Bangsawan dan Kompleks Makam Kubah Bercungkup Tiga Buah. Pada masa ini hidup penyair terkenal yang bernama Maharaja Hatib Sri Kusuma yang menjabat sebagai Mentri Kerajaan Selimbau. Beliaulah yang banyak menyalin kitab-kitab dari Negeri Siak Indrapura dan beliau jugalah yang mengarang Syair-syair Emas Sisilah Raja-raja Negeri Selimbau 23 Keturunan. Di Zaman Pemerintahan Panemabahan Haji Muda Agung Pakunegara ini telah terjalin hubungan dengan Raja Serawak, Brunei, Siak Indrapura, Cirebon, Surakarta, dan Arab Saudi. Pada masa ini Emabu didirikan Kerajaan Baru yang bernama Kerajaan Jongkong dengan mengangkat Abang Sulaiman sebagai Raja di Jongkong atas restu Panembahan Selimbau.
Ketika baginda wafat, diangkatlah Pengeran Haji Muda Indra Sri Negara Muhammad Yunus sebagai Raja Pemangku, akan tetapi beberapa tahun kemudian beliau wafat, mati disambar Buaya di Paseban Agung  ketika sedang berwudhu, panjang buaya tersebut sekitar 12 meter dan merupakan Buaya Siluman suruhan orang.
   
Selanjutnya pemerintahan diganti oleh Panembahan H. Gusti Muhammad Usman dengan penobatan dari Pemerintah Belanda. Pada masa ini rakyat dikenai pajak yang tinggi dari kerajaan yang disebabkan tekanan dari Belanda. Beberapa kerajaan mengadakan pemberontakan seperti Bunut dan lain-lain. Pemerintahan tersebut berakhir dengan mangkatnya Sang Raja pada tahun 1925. Pada masa itu terjadi perpecahan didalam dan diluar Kerajaan Selimbau. Pada zaman Panembahan Usman terjadi peristiwa orang Warga Negara Mekah ke Kerajaan Selimbau untuk meminta perlindungan karena hendak dibunuh oleh Kaum Wahabi di Mekah. Pemegang Kunci Ka’bah ini bernama Habib Hamzah yang lari membawa Kunci Makam Nabi Muhammad SAW seberat 0,5 kg Emas , akhirnya Habib ini kawin di Selimbau dan wafat di Selimbau di makamkan di tepi Sungai Menyebut Selimbau.‎‎

Silsilah Para Raja Selimbau Darussalam 

Kerajaan Selimbau diperintah secara berganti ganti turun temurun selama 25 generasi. Dimulai dari Raja-Raja beragama Hindu hingga sampai masa pemerintahan Raja Islam. ‎Raja Hindu Pertama bernama Sri Paduka Maharaja Bindu Mahkota disebutkan sebagai manusia Raksasa bersenjata palu gada wesi kuning dan keris permata biru. B‎eliau mempunyai permaisuri bernama ‎Ratu Sri Batara yang selanjutnya menurunkan hingga 25 generasi Raja-Raja Kerajaan Selimbau.

Silsilah Pemimpin Kerajaan Selimbau, antara lain:‎

1 Raja Abang Bhindu Bergelar Guntur Baju Bindu Kilat Lambai Lalu 600 M
2 Raja Abang Lidi Bergelar Kyai Aji Lidi 600 – 650 M
3 Raja Abang Tedung I Bergelar Kyai Tedung 650 – 710 M
4 Raja Abang Jamal Megah Sari Bergelar Kyai Megat Sari 710 -780 M
5 Raja Abang Upak Bergelar Kyai Pati Agung Nata 780 – 850 M
6 Raja Abang Bujang Bergelar Kyai Natasari 850 – 920 M
7 Raja Abang Amal 920 – 980 M
8 Raja Abang Tela Bergelar Kyai Agung Jaya 980 – 1040 M
9 Raja Abang Para Bergelar Kyai Ira (Kyai Wira) 1040 – 1100 M
10 Raja Abang Gunung Bergelar Kyai Agung 1100 – 1150 M
11 Raja Abang Tedung II Bergelar Kyai Suryanata 1150 – 1200 M
12 Raja Abang Idin Bergelar Kyai Agung Seri 1200 – 1250 M
13 Raja Abang Tajak Bergelar Kyai Suradila Sri Pakunegara 1250 – 1280 M
14 Ratu Dayang Payung Bergelar Ratu Suryanegera 1280 – 1300 M
15 Raja Abang Kina Bergelar Kyai Agung Natanegara 1300 – 1380 M
16 Raja Abang Keladi Bergelar Kyai Agung Cakra Negara 1380 – 1435 M
17 Raja Abang Sasap Bergelar Kyai Agung Kusuma Negara 1435 – 1490 M
18 Raja Abang Tela II Bergelar Kyai Pati Setia Negara 1490 – 1590 M
19 Pangeran Kujan Bergelar Pangeran Jaya Mangkunegara 1590 – 1640 M
20 Pangeran Muhammad Jalaludin Bergelar Pangeran Suta Kusuma 1640 – 1680 M
21 Abang Muhammad Mahidin Bergelar Raden Suta Negara 1680 – 1730 M
22 Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara 1730 – 1800 M
23 Panembahan Haji Muda Agung Pakunegara Gusti Muhammad Saleh 1800 – 1840 M
24 Pangeran Haji Muda Indra Sri Negara 1840 – 1880 M
25 Panembahan Gusti Muhammad Usman 1880 – 1925 M
Wilayah Kekuasaan
Kerajaan Selimbau memulai perjanjian dengan Belanda pada tahun 1823 dengan wilayah jajahannya meliputi sebelah timur hulu kerajaan Silat hingga mencapai Hulu Kapuas. ‎Selanjutnya kerajaan memperluas ekspansi ke arah utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur. ‎Peperangan demi peperangan berlangsung hampir tiap tahun dalam mempertahankan kedaulatan wilayah kerajaan. ‎Pada tahun 1886 wilayah taklukan Kerajaan Selimbau mencapai 20,33% luas Kalimantan Barat.

Peninggalan-peninggalan Sejarah Kerajaan Selimbau

1) Istana Selimbau
          
Lokasi Istana Selimbau berada di tepian Sungai Terus yang bermuara ke Sungai Kapuas. Lebih kurang 200 meter dari muara sungai  di sebelah Barat Sungai Terus dapat kita temui Masjid Jami’ Istana Selimbau yang hingga kini masih berfungsi dan telah mengalami renofasi pada beberapa bagian fisik bangunannya. Di utara masjid adalah letak lokasi Istana Selimbau yang sekarang tinggal beberapa kolom tiang yang hanya tiang bendera yang masih berdiri tegak.

2) Masjid Jami’
          
Masjid ini didirikan pada 1862, di Selimbau yang meniru bentuk cakup Masjid Demak. Pada masa inilah terjadi pengislaman oleh Baginda Panembahan H. Gusti Muhammad Abbas Surya Negara terhadap Suku Pengaki, Embau, Pengkadan, Bebuwak Limbang, Embaloh, Suruk (Tanjung Buaya), Sungai Boyan, dan Kalis serta Suhaid.

3) Makam
          
Makam tua, dan makam Kyai Patih Jaya Negara, berada di Temawang.

4) Temawang
          
Sebuah tanjung yang terletak disebelah hulu Kota Selimbau sebelah kiri mudik Sungai Kapuas, kurang lebih dua jam menggunakan perahu terdapatlah suatu tempat Temawang, karena di tempat itu ada sebuah betang panjang yang hangus terbakar sampai ke puting tiang, ini terjadi karena peperangan antar suku karena mereka kalah dalam peperangan itu maka diberilah nama Temawah Alah.

5) Lentap Senandung
          
Terdapat di belakang Betang Panjang ini terbentang lahan persawahan yag cukup subur yang diberi  nama Lentap Senandung, hal ini membuktikan bahwa mereka bekerja sebagai petani di samping juga menangkap ikan.

6) Danau Selimbau   

Setelah mendapat pemukiman yang baru cukup lama maka ditemukanlah satu tempat yang cukup aman yaitu Danau Selimbau, danau ini terletak sebelah barat Kota Selimbau kurang lebih satu tanjung sebelah kanan milir dari kota Selmbau. Bertahun-tahun mereka berada di sini karena merasa situasi sudah cukup aman maka mereka mencoba membuat perahu dan mungkinlah ini yang diartikan Penimbau. Setelah perahu mereka dapat dipergunakan dengan baik maka mulailah mereka membuat pemukiman yag baru yang kelak kenal diantara Sungai Markadung dan Sungai Terus dan di apit oleh Sungai Kerinan Bandung. Tempat ini memang strategis terutama bagi lalu lintas. Disinilah mereka menetap dan membuat perkampungan baru yang kelak diberi nama Selimbau.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar