Translate

Selasa, 22 Maret 2016

Kepahlawanan Arung Palakka

Arung Palakka, adalah Raja Bone yang sangat popular namanya sampai sekarang. Setiap nama Bone disebut dimana-mana, maka yang akan muncul adalah pencitraan sosok Arung Palakka. Sosok raja yang satu ini, kesohorannya ditandai atas keberaniannya melawan kerajaan Gowa dalam upaya membebaskan rakyat Bone dari penjajahan kerajaan Gowa.

Dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Bone dari penjajahan kerajaan Gowa, Arung Palakka mendapat bantuan pihak kolonial Belanda. Karena itulah, pahlawan tanah Bone ini pun dianggap sebagai penghianat bangsa oleh lawan-lawan seterunya. Padahal sesungguhnya, dia adalah seorang pejuang – pejuang bagi bangsanya di kerajaan Bone yang sedang tertindas oleh penjajahan bangsa Gowa. Dan ketika itu, sesungguhnya belum dikenal adanya perjuangan untuk bangsa Indonesia. Yang terjadi ialah, perjuangan di masing-masing kerajaan untuk mempartahankan posisi wilayahnya, sedang Belanda, sangat pandai mencari kesempatan membantu pihak yang lemah, dengan konsep adu-dombanya yang sangat licik.

Sebenarnya ini sebuah dilema sejarah mengenai Aru Palaka (Arung Palakka) yang berdasarkan dari sejarah nasional Indonesia bahwa Aru Palaka telah bersekutu dengan pihak Belanda untuk menyerang Kerajaan Makassar yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin. Di sisi lain Aru Palaka dianggap sebagai pahlawan dan tokoh pejuang bagi masyarakat Bone.

Apakah Aru Palaka adalah penghianat atau merupakan tokoh pejuang dari Bone? Untuk lebih jelasnya berikut ulasan mengenai Aru Palaka.

Aru Palaka atau Arung Palakka merupakan Sultan Bone yang menjabat pada tahun 1672-1696. Arung Palakka La Tenri Tatta lahir di Lamatta, Marioriwawo, Soppeng, pada tanggal 15 September 1634 sebagai anak dari pasangan La Pottobunna, Arung Tana Tengnga, dan istrinya, We Tenri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, anak dari La Tenri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone Bone. Ia memimpin kerajaannya untuk meraih kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada tahun 1666 dengan bekerja sama dengan Belanda. 

Arung Palakka bergelar La Tenritatta To Unru To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme'na Daeng Serang To' Appatunru Paduka Sultan Sa'adduddin. Arung Palakka meninggal di Bontoala, Kesultanan Gowa, pada tanggal 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontobiraeng.

Siapa yang tidak mengenal Arung Palakka? Ia sosok pribadi yang memiliki sifat sosial yang tinggi. Jangankan harta benda, nyawapun diberikan siapapun membutuhkan bantuan. Karena itu, Latenri Tata  (Arung Palakka ) memiliki nama dan gelar cukup banyak, berbagai penghargaan yang diberikan baik dari kerajaan lain baik berupa benda maupun nama gelar sehingga bila ingin disebut semuanya bisa menjadi barisan kalimat nama yang panjang. Kata Arung Palakka hanyalah sebuah gelar, untuk mengetahui siapakah nama sesungguhnya sang pembebas itu ?

Berikut daftar nama-namanya :

Arung Palakka adalah tokoh sentral yang mengubah jalannya percaturan kekuasaan di kawasan Sulawesi Selatan pada Abad XVII. Dalam banyak buku tentang ketokohan dan perjuangannya, seringkali membuat pembaca, khususnya peminat Sejarah Sulawesi Selatan yang bukan orang Bugis Makassar menjadi bingung karena banyaknya nama yang dilekatkan pada diri Arung Palakka. Berikut ini penjelasan satu persatu mengenai nama - namanya.

1.La Tenri Tatta Toappatunru, adalah nama kecil dan nama remaja Arung Palakka. Kata depan “La” pada depan namanya tersebut menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah Bangsawan (Laki - laki). Kata “Tenri” itu artinya Tidak, sedang Tata bermakna kemauan keras tidak bisa dilarang. ” Toappatunru” artinya adalah yang menundukkan. (To = orang, Appatunru = yang menundukkan). Jadi, “La Tenri Tatta Toappatunru” itu artinya Laki - laki (bangsawan) yang tidak dapat dibatasi kemauannya dan orang yang menundukkan.

2.Daeng Serang adalah nama Arung Palakka saat berada di Makassar (Saat Bone telah dijajah oleh Gowa, Arung Palakka dan keluarganya dipekerjakan di rumah bangsawan tinggi Gowa sedang Orang Bugis Bone - Soppeng lainnya menderita kerja paksa membangun benteng - benteng Makassar. Arung Palakka pun juga merasakan kerja paksa bersama rakyatnya tersebut).

3.Datu Marioriwawo, artinya Raja di Marioriwawo. Marioriwawo adalah kerajaan yang ada di Soppeng. Kerajaan ini adalah warisan dari ibunya, We Tenrisui Datu Mario Riwawo.

4.Arung Palakka, artinya Raja di Palakka. Palakka adalah salah satu kerajaan yang ada dalam wilayah Bone. Kerajaan Palakka adalah warisan dari kakeknya, La Tenri Ruwa Arung Palakka MatinroE ri Bantaeng (Raja Bone XI). Menurut tradisi Kerajaan Bone bahwa, “Yang berhak menjadi Raja di Palakka, berhak pula menjadi Raja di Bone (Arung Mangkaue’ ri Bone), namun tidak semua Raja Bone pernah menjadi Raja di Palakka”. (Kasim, 2002).

5.Petta Malampeq Gemmekna, artinya Raja yang berambut panjang. Nama ini terkait dengan sumpahnya bahwa Arung Palakka tidak akan memotong rambutnya jika belum berhasil membebaskan rakyatnya dari penjajahan Gowa. (Petta itu sebutan untuk bangsawan tinggi Bugis, Malampeq = panjang, Gemmekna = panjang rambutnya). Rambut Arung Palakka tersebut terus menyertai masa perjuangannya (1660 - 1667) dan nantilah dipotong setelah perjuangannya dianggapnya telah berhasil.

6.Arung Ugi, artinya Raja Bugis (Kompeni Belanda menyebutnya Koningh der Bougis). Gelar ini melekat pada Arung Palakka setelah membebaskan negerinya dari cenkeraman kekuasaan Gowa dan menjadi Penguasa atasan (Raja tertinggi) semua negeri / kerajan Bugis. (Ugi artinya Bugis).

7.Petta Torisompae’, artinya Raja yang disembah. Gelar ini melekat pada Arung Palakka sebagai sebuah sebutan dari rakyatnya karena begitu diagungkannya sosoknya sebagai ‘Pahlawan’ dan Raja yang berjasa menaklukkan Kerajaan Makassar.

8.Sultan Saaduddin, adalah nama atau gelar Islam untuk Arung Palakka

9.Matinroe ri Bontoala , artinya yang meninggal di Bontoala, istananya di Makassar.

Sebenarnya masih ada lagi beberapa nama yang melekat pada diri Arung Palakka, Raja Bone XV ini, seperti Datu Pattiro, Datu Lamuru, dan lain sebagainya tapi tidaklah terlalu populer dan yang umum disebut adalah nama - nama diatas.

Ketika La Tenri Tata baru berusia 11 tahun, Bone dibawah pemerintahan kakeknya, La Tenri Ruwa. Saat itu Bone diserang dan ditaklukkan oleh Gowa. Orang tuanya La Pottobune ditangkap dan ditawan bersama Arumpone serta beberapa anak bangsawan Bone lainnya. Peristiwa tersebut disebut Beta ri Pasempe (Kekalahan di Pasempe) karena perang Bone-Gowa berlangsung di Pasempe (1646), sebuah kampung kecil dalam wilayah Bone (sekarang Desa Pasempe wilayah kecamatan Palakka Kabupaten Bone) yang dipilih La Tenri Ruwa untuk melakukan perlawanan. Ketika mulai dewasa, La Tenritata dikawinkanlah dengan I Mangkawani Daeng Talele.

Pasca Perang Pasempe, Sebanyak 10.000 orang Bone digiring ke Gowa untuk dijadikan tenaga kerja paksa dalam membangun Benteng-benteng Makassar. La Tenritata bersama seluruh keluarganya meninggalkan rumah KaraengngE' ri Gowa. Ia pun turun bekerja bersama orang Bone, merasakan bagaimana penderitaan dan penyiksaan yang dialami rakyat Bone. La Tenri Tata menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana orang Gowa menyiksa orang Bone jika didapati tidak bekerja atau malas karena kelaparan. Orang Bone diperlakukan tak ubahnya hewan, dicambuk dan ditendang. Bahkan tidak sedikit yang mati terbunuh oleh orang Gowa yang mengawasi penggalian parit untuk pembangunan benteng tersebut.

Melihat tindakan orang Gowa terhadap orang Bone yang semakin tidak berperikemanusiaan, hati La Tenri Tata menjadi tergugah dan berpikir untuk membuat suatu rencana pembebasan. Bersama Arung Belo, Arung Ampana, dan lainnya dibuatlah kesepakatan untuk melarikan diri dari tempat penggalian parit dan pembuatan benteng tersebut menuju ke Bone. Arung Palakka bertekad menegakkan kembali kebesaran Bone dan membebaskan rakyat Bugis Bone-Soppeng dari penjajahan Gowa. Maka direncanakanlah pelarian tepat pada saat rakyat Makassar menggelar pesta di Tallo. Arung Palakka, beberapa bangsawan Bugis Bone Soppeng dan pasukan kecilnya berhasil melarikan diri sampai di Bone dan langsung menemui Tobala, Jennang Bone. La Tenri Tata juga menyampaikan kepada Datu Soppeng La Tenri Bali, pamannya agar Bone-Soppeng dipersatukan sesuai kesepakatan Pincara LopiE ri Attapang (Perjanjian ri Attapang). Bersatu pulalah kembali Tobala dengan La Tenri Tata membangkitkan kembali semangat perlawanan orang Bone terhadap Gowa.

Sebagai wujud kegembiraan orang Bone atas kembalinya La Tenri Tata ke Bone, maka orang Bone sepakat untuk mengangkatnya menjadi Arung Palakka (1660) mewarisi kakeknya. Setelah mempersatukan pendapat dengan Jennang Tobala untuk tidak mundur dalam melawan Gowa, pergilah Arung Palakka ke Lamuru (sekarang kecamatan Lamuru Kabupaten Bone) untuk menghadang orang Gowa yang mengikutinya. Terjadilah perang yang sangat dahsyat dan menelan korban yang tidak sedikit dari kedua belah pihak. Karena kekuatan Gowa ternyata lebih kuat, maka ia pun mengundurkan diri bersama pengawalnya.

Dalam perjalanannya menghindari serangan Gowa, La Tenri Tata Arung Palakka singgah menemui Datu Soppeng minta bekal untuk dimakan dalam perjalanan bersama pengawalnya. Karena dia akan pergi mencari teman yang bisa diajak kerja sama melawan Gowa. Hal ini dimaksudkan agar dapat menegakkan kembali kebesaran Bone. Atas permintaannya itu, Datu Soppeng memberinya emas pusaka dari orang tuanya. Emas itulah yang dijadikan bekal bersama segenap pengawalnya pergi mencari teman yang bisa diajak kerja sama menegakkan kembali kebesaran Bone. La Tenri Tata Arung Palakka sebelum berangkat berjanji tidak akan memotong rambutnya sebelum ia kembali ke Bone.

Berangkatlah La Tenritata Arung Palakka bersama segenap pengawalnya, sementara orang Gowa tetap mengikuti jejaknya. Orang Bone pun kembali melawan di bawah pimpinan Tobala yang dibantu oleh orang Soppeng. Akan tetapi karena kekuatan Gowa masih lebih kuat, sehingga orang Bone kembali mengalami kekalahan. Bahkan Tobala tewas dalam peperangan dan Datu Soppeng tertawan. Akibatnya banyak orang Bone-Soppeng yang kembali ditawan oleh Gowa. Sementara Arung Palakka tetap diburu di manapun berada, seakan-akan tidak ada lagi tempat yang aman di Tanah Bugis Bone. sebelum Arung Palakka memutuskan untuk menyeberang ke Tanah Uliyo (Butung/Buton), dalam Bulan Desember 1660, Ia beristirahat mengatur strategi disebuah gua Bukit Cempalagi (Sekarang Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone).

Sesampainya di Buton, naiklah La Tenritata menemui Raja Butung. Raja Butung menerimanya dan bersedia membantunya. Tetapi ternyata Gowa tidak akan berhenti untuk mengikuti jejaknya. Setelah KaraengngE ri Gowa mengetahui bahwa La Tenri Tata bersama sejumlah pengawalnya telah menyeberang ke Butung, ia segera memerintahkan Arung Gattareng untuk menyusulnya. Akan tetapi Arung Gattareng tidak sampai di Tanah Uliyo dan kembali tanpa membawa hasil. KaraengngE ri Gowa lantas mengirim pasukan tempur untuk mengikuti sampai di Butung. Sesampainya di Butung pasukan Gowa tersebut mencari ke berbagai tempat, namun tidak berhasil menemukan La Tenri Tata dengan seluruh pengawalnya. Raja Butung berusaha meyakinkan orang Gowa bahwa La Tenritata tidak ada di atas Tanah Butung. Oleh karena itu, orang Gowa kembali tanpa menemukan La Tenritatta dan pengawalnya.

Arung Palakka mendapatkan bantuan perlindungan dan tinggal sementara di Buton. Selama tinggal di Buton, Arung Palakka telah menjalin komunikasi awal dengan Kompeni Belanda untuk membantunya membebaskan bangsanya memerangi Gowa. Pada tahun 1663 Arung Palakka bersama pengawal dan pasukan kecilnya sebanyak 400 orang ke Batavia dengan menumpang kapal Belanda yang singgah di Buton dari Ternate. Belanda memberi tempat pasukan Arung Palakka di Angke (Muara Angke) di Batavia, itulah sebabkan pasukannya disana disebut juga Bugis Toangke. Setelah memenangkan Perang Pariaman dalam tahun 1666, Arung Palakka mendesak Kompeni Belanda agar segera membantunya menyelesaikan masalah di timur Nusantara, khususnya dalam membebaskan negerinya dari penjajahan Gowa.

Sementara Kerajaan Gowa mengutus Datu Luwu La Setiaraja dan Karaeng Bontomarannu dalam ekspedisi pencarian Arung Palakka dan pasukannya, Arung Palakka sendiri dengan pasukan Bugis dan Belanda dibawah pimpinan Speelman telah berada dalam perjalanan menuju ke Tanah Ugi. Dia akan langsung ke Buton untuk mengambil seluruh orang Bone-Soppeng yang mengungsi kesana akibat tindakan orang Gowa. Begitu pula Orang Gowa yang ke sana karena tidak senang dengan tindakan kekuasaan rajanya, hal ini terjadi dalam tahun 1667. 

Sebelum Datu Luwu dan Karaeng Bonto Marannu memulai serangannya terhadap Buton, datanglah kapal Kompeni Belanda yang ditumpangi Pasukan sekutu Arung Palakka-Speelman. Arung Palakka mengutus beberapa orang menemui Datu Luwu dan Karaeng Bonto Marannu di atas kapalnya. Kepada utusan itu, Arung Palakka berpesan, ”Janganlah Raja Buton diserang, karena dia tidak bersalah. Tetapi kalau KaraengngE ri Gowa benar-benar mau berperang, maka sekarang lawannya sudah ada dan alangkah baiknya jika Datu Luwu dan Karaeng Bonto Marannu turun ke kapal sekarang juga dengan mengibarkan bendera putih untuk kita bicara secara baik”.

Tak lama kemudian, Datu Luwu La Setiaraja dan Karaeng Bonto Marannu turun dari kapalnya, mengibarkan bendera putih dan menemui Arung Palakka. Di atas kapal kompeni, Arung Palakka berkata kepada keduanya, ”Saya tidak tahu perselisihan Luwu dengan Bone, saya juga tidak tahu apa perselisihan saya dengan Karaeng Bontomarannu. Maka menurut pikiran saya, alangkah baiknya kalau Datu Luwu dan Karaeng Bontomarannu, bersama seluruh pasukannya kembali ke negerinya”. 

Setelah itu, dibawalah Datu Luwu dan Karaeng Bonto Marannu bersama seluruh pasukannya ikut di kapal, diikutkan pula semua orang Bone, Soppeng, dan Gowa yang ada di Buton. Alat-alat perang orang Gowa dan pasukan Datu Luwu diserahkan kepada orang Bone. Ketika KaraengE ri Gowa mengetahui bahwa Datu Luwu dan Karaeng Bonto Marannu diikutkan di kapal Kompeni maka iapun berpikir bahwa kesepakatan antara Luwu dengan Gowa telah pecah. Oleh karena itu seluruh tawanannya dikembalikan ke negerinya, termasuk Arumpone dan Datu Soppeng La Tenri Bali.

Tanggal 17 Desember 1666, Armada Angkatan Perang Bugis-Belanda sudah sampai di perairan Sombaopu. Ringkas cerita, pecahlah Perang Makassar dalam dua babak, dalam tahun 1666-1667. Pasukan Bugis La Tenri Tata bersama pasukan Belanda Speelman menggempur habis-habisan Gowa dan menyerahlah Sultan Hasanuddin yang ditandai dengan Perjanjian Bungaya, 1668. Arung Palakka berhasil memerdekakan rakyat Bone-Soppeng dari Penjajahan Gowa yang telah berlangsung dalam kurun waktu 1611-1667. Masih banyak lagi pertempuran-pertempuran kecil pasca Perjanjian Bungaya sebagai upaya Arung Palakka menstabilkan dan menundukkan seluruh kawasan Sulawesi Selatan dibawah perintahnya. Dalam tahun 1672, Arung Palakka naik takhta menjadi Arung Mangkaue’ ri Bone (Raja Bone ke-15) menggantikan pamannya, La Maddaremmeng. Belanda memberikan kewenangan kepada Arung Palakka untuk membawahi seluruh arung dan negeri di Celebes Selatan.

Arung Palakka dengan strategi perang dimiliki Ia bekerja sama dengan Belanda saat merebut Makassar kemudian ia balik menghantam dan mengusir Belanda untuk hengkang dari Celebes Selatan. Akhirnya Arung Palakka pula yang menjadikan suku Bugis sebagai kekuatan maritim besar yang mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad lamanya.

Karena itu, ARUNG PALAKKA adalah tokoh sentral yang mengubah jalannya percaturan kekuasaan di kawasan Sulawesi Selatan pada Abad XVII. Dalam banyak buku tentang ketokohan dan perjuangannya, seringkali membuat pembaca, khususnya peminat Sejarah Sulawesi Selatan yang bukan orang Bugis Makassar menjadi bingung karena banyaknya nama yang dilekatkan pada diri Arung Palakka.

Bercerita sejarah perjuangan di Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam melawan penjajah Belanda, ada dua di antara ribuan tokoh pejuang  yang namanya melegenda. Keduanya merupakan raja di zamanya,  Arung Palakka Raja Bone, dan Sultan Hasanuddin yang menjadi Raja Gowo, Makassar.

Bagi sebagian masyarakat Bugis-Makassar, nama  Arung Palakka  merupakan  pengeran dan pejuang kemerdekaan yang namanya masih tetap harum sampai saat. Namun demikian, bagi sebagian orang lagi, menganggap tindakan Arung Palakka bekerja sama dengan Belanda (VOC) dan meruntuhkan kerajaan Sultan Hasanuddin merupakan sejarah kelam.

Kami tidak mengangkat sisi negatif atau positif sang legenda. Dan hanya mengupas sebagian kulit perjalanan Arung Palakka sebagai sosok jagoan di Batavia  pada era itu. Batavia kini dikenal dengan Jakarta.

Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat menggebu-gebu untuk penaklukan. Dia  terasing dari bangsanya, suku Bugis Bone yang kebebasannya terpasung lantaran perbendaan pendangan dengan Raja Gowa. Namun, dia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia setelah meninggalkan kota kelahirannya di Bone. 

Arung Palakka konon ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaannya seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. 

Pria Bugis Bone dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660-an, ketika dia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman  keperkasaan Sultan Hasanuddin.

Sebelum ke Batavia mungkin tak banyak yang tahu kalau Pulau Buton (kadang disebut Butung), pernah menjadi tempat pelarian Arung Palakka dari kejaran pasukan Sultan Hasanudin. Pelajaran sejarah yang pernah singgah tatkala kecil dulu paling hanya menjabarkan kalau Sang Pangeran berambut panjang ini hanyalah seorang pengkhianat.

Tidak bagi sebagian masyarakat Bone dan Buton, Arung Palaka bukanlah sosok jahat, seperti didiskreditkan sekarang ini. Alkisah masyarakat Bone dan Buton, sekitar tahun 1660, Bone dan Gowa bertikai. Arung Palakka sebagai salah seorang pemimpin Bone tidak bisa menerima perlakuan para bangsawan Gowa yang menindas rakyatnya. 

Perlakuan kerja paksa untuk membangun benteng di perkebunan daerah Makassar jelas membuat rasa siri (harga diri) masyarakat Bone termasuk Arung Palakka tercabik-cabik, apalagi setelah para bangsawan Bone juga dipaksa ikut kerja paksa tersebut. 

Akhirnya bersama Tobala, pemimpin Bone yang ditunjuk oleh Gowa, Arung Palkka melakukan perlawanan dengan melarikan orang-orang Bugis dari kerja paksa tersebut. Sebenarnya para prajurit Gowa hanya mencari Tobala karena dianggap tidak mampu mengawasi budak dari Bone.

Hanya saja Arung Palakka yang merasa tidak memiliki tempat lagi di bumi yang disebut Belanda Celebes itu memutuskan pergi  untuk mencari orang yang dapat menolong mengembalikan siri mereka.  Sebelum ke Pulau Jawa, terlebih dahulu Arung Palakka ke Buton untuk mencari perlindungan Raja Buton X yang waktu itu bernama La Sombata atau lebih dikenal bergelar Sultan Aidul Rahiem.

Ketika dikejar oleh pasukan Gowa,  Arung Palakka lari ke Buton untuk meminta suaka atau perlindungan politik sebelum bertolak di tepi pantai Bulu Campalagi, Arung Palakka mengucapkan sumpah yang berbunyi “Iyapa Kuteppe'i Welua'ku, Narekko Pura Kupaccolo Darana ana’ Maddara Takku-na Gowa” (nanti kupotong rambutku, setelah kubuat menetes darah putra bangsawan Gowa) sembari menghentakkan kakinya ke batu kemudian melompat naik ke perahu. Saking kerasnya sentakan kaki Arung Palakka, bekas telapak kakinya masih berbekas di batu sampai sekarang di pantai Bukit Campalagi. 

Pada saat pasukan Gowa mencari Arung Palakka hingga ke Buton. Sultan Buton bersumpah bahwa mereka tidak menyembunyikan Arung Palakka di atas pulau mereka. ”Apabila kami berbohong, kami rela pulau ini ditutupi oleh air,” ucap Sultan Buton, yang diucapkan kembali oleh salah seorang penerusnya. 

Ternyata sumpah tersebut dianggap sah karena pada kenyataannya Pulau Buton memang tidak pernah tenggelam hingga saat ini. Lalu di mana letak kebenaran sejarah yang menyatakan bahwa benar lokasi yang sekarang dijadikan sebagai salah satu objek wisata sejarah di sana, merupakan tempat Arung Palakka bersembunyi?

Sistem batuan di daerah Buton bisa jadi merupakan salah satu alasan yang jelas mengenai hal ini. Daerah batuan berkarang dengan ceruk-ceruk kecil di sepanjang bukitnya, menggambarkan kebenaran sejarah tersebut. Pernyataan Sultan Buton pada saat menyembunyikan Arung Palakka dianggap benar. 

Mereka tidak menyembunyikan Arung Palakka di atas dataran tanah mereka. Namun di antara ceruk-ceruk  sekitar pantai yang menurut pendapat orang Buton bukanlah sebuah dataran, melainkan goa, yang berada di dalam tanah. 

Kepintaran bersilat lidah Sultan Buton inilah yang akhirnya menyelamatkan Arung Palakka dari pengejaran pasukan Gowa. Hal ini juga dibenarkan oleh pemuka adat setempat yang bernama La Ode Hafi’i. Dia  menjelaskan bahwa antara Kesultanan Buton dan Bone sejak dahulu memang telah terikat dalam perjanjian sebagai saudara. 

”Bone raja di darat, Buton raja di laut,” ucapnya. Hal itu juga yang mendasari mengapa Sultan Buton memutuskan menolong Arung Palakka dan turut membiayai Arung Palakka bersama 400 lebih pengikutnya menuju Batavia. 

Langkah selanjutnya ARUNG PALAKKA dengan kawan-kawan kurang lebih 400 orang hijrah ke Batavia.

Arung Palakka pernah hidup dan menjadi seorang jagoan yang ditakuti dan malang melintang di Batavia sejak tahun 1660-an, saat ia bersama pengikutnya melarikan diri dari kekuasaan Sultan Hasanuddin di Makassar. Oleh VOC ia diberi daerah di pinggiran Kali Angke, hingga ia disebut To Angke atau orang Angke.  Arung Palakka kemudian membangun persekutuan rahasia denganCornelis Janszoon Speelman dan seorang pria yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon, bernama Kapiten Jonker. Mereka memegang kendali atas VOC, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi. 

Arung Palakka adalah orang yang memimpin penaklukan Sumatra dan menghancurkan perlawanan rakyat Minangkabau terhadap VOC. Kisahnya berawal pada tahun 1662, ketika dibuat Perjanjian Painan antara VOC dengan pemimpin Minangkabau di Padang yang bertujuan memonopoli perdagangan di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas Salido. Namun rakyat Minangkabau marah dan mengamuk pada tahun 1666, menewaskan Jacob Gruys, perwakilan VOC di Padang. Arung Palakka pun dikirim VOC ke Minangkabau, dan bersama pasukannya ia berhasil mematahkan perlawanan rakyat Minangkabau dan menaklukkan seluruh pantai barat Sumatera, serta memutus hubungan antara Minangkabau dengan Aceh

Alasan pokok Arung Palakka dalam memerangi Kerajaan Gowa bukanlah ekonomis-politis, tetapi pangadereng yang meliputi siri’’ (harga diri atau kehormatan dan rasa malu), pacce(perasaan sakit dan pedih atas penderitaan saudara sebangsa), dan sare (kepercayaan bahwa seseorang dapat memperbaiki atau memperjelek peruntungannya dalam hidup ini melalui tindakan orang itu sendiri).

Setelah menunggu lima tahun, keinginannya pun terkabul. VOC yang kagum akan daya tempur pengikut Arung Palakka yang disebut Toangke ("Orang Angke", diambil dari Kali Angke yang mengalir melewati perkampungan Bugis di Batavia) saat membantu memadamkan pemberontak Minangkabau, mengajaknya memerangi Gowa yang dinilai mengganggu kepentingan ekonomi VOC.

Tanggal 2 Nopember 1666 di Batavia para anggota sekutu Kompeni merupakan formasi serangan bersama terhadap Gowa. Laksamana SPEELMAN sebagai Panglima perang Kompeni, ARUNG PALAKKA, Sultan MANDARSYAH dan Sultan BUTON masing-masing menjadi Komanda Lasykarnya. Tanggal 24 Nopember 1666 Angkatan Perang Sekutu ARUNG PALAKKA berangkat dari Batavia via Jepara menuju ke Sulawesi. Tanggal 19 desember 1666 pasukan ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN sudah sampai (berlabuh) di depan Benteng Somba Opu.

Pernyataan perang sekutu ARUNG PALAKKA terhadap Gowa dilakukan dengan pengibaran bendera merah dan tembakan meriam 3 kali ke arah Benteng Somba Opu pada tanggal 26 Desember 1666. kekuatan Lasykar ARUNG PALAKKA untuk serangan umum Somba Opu 10.000 personil karena di Bantaeng mendapat 1000 personil. Tanggal 4 Agustus 1667 ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN menetapkan formasi strategis untuk melakukan serangan umum terhadap benteng Somba Opu .

Tanggal 16 Agustus 1667 barulah melakukan serangan umum Benteng Somba Opu, Benteng Galesong yang dipertahankan 30.000 personil, pasukan elite yang dibawa Pimpinan Sultan HASANUDDIN sendiri. Benteng Galesong jatuh tanggal 22 Agustus l667 dengan korban dipihak Gowa 1000 orang. Begitu pula Angkatan Perang gabungan Kompeni, Bone, Buton dan Ternate menyerang Benteng Barombong dari darat dan laut, Barombong jatuh 22 September 1667, sementara Benteng Ujung Pandang di rebut ARUNG PALAKKA dan juga berhasil melakukan tipu muslihat kepada Karaeng BINAMU dengan Karaeng BANGKALA dengan janji imbalan mereka akan dimerdekakan dari Gowa, akhirnya Karaeng BINAMU dan Karaeng BANGKALA membelot ke kubu ARUNG PALAKKA dengan Lasykar 6000 personil.

Tanggal 7 Nopember 1667 ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN mengadakan serangan umum terhadap Benteng Panakukang dibawa Karaeng LENGKESE, Benteng Panakukang pun jatuh dan hancur sedangkan Benteng Somba Opu terancam kembali mendapat giliran serangan. Dalam keadaan genting itu ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN mengajukan usul seacefire kepada Sultan HASANUDDIN, dan Sultan HASANUDDIN dapat menerimanya.

Pada hari Jum’at tanggal 18 Nopember dilansungkan perjanjian Bungaya (Bongaisch Tractat) . Perjanjian Bungaya menetapkan 30 Pasal artikel sebagai pemenuhan tuntutan sekutu ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN. Meliputi masalah Militer, Politik, Ekonomi, sebagai sanksi kekalahan peran Gowa.

Adapun butir-butir penting isi perjanjian Bungaya untuk ARUNG PALAKKA yaitu : 

1. Buton dibebaskan dari Gowa.‎
2. Ternate di bebaskan dari Gowa, meliputi : Pulau Sula, Selaya, Muna Utara, dan lain-lain.
3. Gowa melepaskan Bone, Luwu dan Soppeng.‎
4. Mengakui melepaskan Raja Layu, Bangkala.‎
5. Semua Negeri-negeri yang dikalahkan sekutu ARUNG PALAKKA, dari Bulo-Bulo sanpai dengan Bungaya menjadi milik Sekutu.
6. Gowa akan melepaskan haknya atas Wajo, Bulo-Bulo, Mandar dan mereka perlakukan menurut kemauan sekutu.

Dengan perjanjian Bungaya mengakhiri perang Gowa dengan Sekutu (Bone, Buton, Ternaete, Kompeni). Maka tercapailah tujuan perjuangan ARUNG PALAKKA untuk memerdekakan Bone dan Soppeng dari Gowa, dan berakhirlah perang yang dilakukan terhadap Gowa. Namun perjuangan ARUNG PALAKKA untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan masih diteruskan dengan sistem pendekatan diplomasi, utamanya pendekatan perkawinan dalam rangka mempererat tali kekeluargaan dengan sistem kawin mawin antara Kerajaan Gowa, Luwu dan lain-lain.

Pada tahun 1972 ARUNG PALAKKA dinobatkan menjadi raja Bone ke-15 dengan gelar MANGKAU oleh Hadat Tujuh Bone, menggantikan LAMADDAREMMENG. Sementara ARUNG PALAKKA tetap mejadi koordinator pemerintahan kerajaan - kerajaan pendudukan. Bahkan Panglima tertinggi angkatan perang persetujuan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan dan tetap berkedudukan di Bontoala Ujung Pandang. Beliau ARUNG PALAKKA menduduki tahta kerajaan Bone selama 29 Tahun yaitu dari tahun 1667 sampai dengan 1696

Bone adalah sebuah Negara Kerajaan dengan status Nominal Indefendent State, Merdeka dan Berdaulat . Pemerintah Kerajaan Bone berdaulat penuh menentukan kebijaksanaan politik dalam dan luar Negeri Bone. Segala perjanjian yang dibuat oleh delegasi Bone dengan negara manapun adalah sah. Setiap intervention dari suatu negara terhadap masalah dalam negeri Bone, berarti suatu tindakan campur tangan negara lain terhadap Bone.

Bahwa dual alliance antara Bone dan Kompeni Belanda tahun 1665, adalah suatu sukses kebijaksanaan politik luar negeri Bone dibawah ARUNG PALAKKA dengan pendekatan Diplomasi.

Dual alliance tersebut bertjuan mendukung perjuangan bersenjata rakyat Bone di bawah ARUNG PALAKKA sejak tahun 1660 dan juga lanjutan perjuangan bersenjata rakyat Bone dibawah LA TENRIAJI tahun 1664 terhadap Gowa yang sedang melakukan peraktek penjajahan atas Kerajaan Bone. Demikian pula tindakan ARUNG PALAKKA memimpin perjuangan pembebasan Kerajaan dan rakyat Bone dan Soppeng dari kekuasaan atau dengan kata lain penjajahan atau mungkin disebut pula perbudakan oleh penguasa Kerajaan Gowa tersebut, adalah tindakan “ KESATRIA” dan “ KEPAHLAWANAN “ , dapat diberi julukan bahwa : ARUNG PALAKKA adalah PERJUANGAN KEMANUSIAAN Pahlawan Bone Soppeng dan bukan PENGHIANAT BANGSA INDONESIA.
Karena siapa yang dihianati waktu itu belum terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu milik Kerajaan Gowa dan lalu menguasai perdagangan di Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku. Speelman akhirnya berhasil menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1681. Sedangkan Kapiten Jonker adalah orang yang berhasil menangkap ‎Trunojoyo dan mematahkan perlawanan para pengikutnya. Namun kejayaan selamanya selalu dekat dengan kehancuran. Seorang perwira asal Perancis bernama Isaac declornay de Saint Martin, berhasil mengungkap korupsi yang dilakukan Speelman sehingga ia dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Jenderal.

Isaac pun mempengaruhi Gubernur Jenderal Champuys untuk segera menyingkirkan Kapiten Jonker. Daerah kekuasaan Kapiten Jonker di Pejonkeran Marunda pun dikepung dan diserbu. Kapiten Jonker terbunuh, kepalanya dipancung dan dipamerkan kepada khalayak ramai. Para pengikutnya juga dibunuh, dan keluarganya diasingkan ke Colombo dan Afrika.

ARUNG PALAKKA, dengan SUMANGE' TELARA Kami generasimu tetap mengenang perjuanganmu .... Kutitip sebuah balada untuk mengenang perjuanganmu.

BALADA ARUNG PALAKKA

Satu bayi suci memberontak
Melepaskan diri dari dekapan
Rahim suci bunda
Bersamaan guntur menggelegar
Merobek sunyi di keheningan langit

Bayi suci menalap dunia
Menerima kejadian-kejadian datang
Mendengar desing-desing huru
Arung palakka ... Arung Palakka... Arung Palakka

Laki-laki batu berdarah semberani
Jiwamu memberontak
Pikiranmu mau memberontak
Merontak...merontak... merontak

Panglima melampe'e gemme'na
Berhati rajawali
Pemberontakanmu , perlawananmu
Membawa kemuliaan batin
Bagi umat Tana Bone
Bimbinganmu keperdamaian
Arung Palakka...Arung Palakka...Arung Palakka

Laki laki malampe’e gemme’ na
Berdarah bangsawan
Penberontakanmu , Kepahlawananmu
Menjadi merah
Merah...merah...merah kotor
Bagi sejarah bangsa lain
Namun tuhanmu di arasi
Lebih mengetahui hakikat
Jiwa dan perasaanmu

Juga baktimu ....

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

3 komentar:

  1. saya ingin berbagi cerita kepada semua teman-teman bahwa saya yg dulunya orang yg paling tersusah,walaupun mau makan itu pun harus hutang dulu sama tetangga dan syukur kalau ada yg mau kasi,semakin aku berusaha semakin jauh juga pekerjaan dan selama aku ingin berbuat baik kepada orang lain semakin banyak pula yg membenci saya karna saya cuma dianggap rendah sama orang lain karna saya tidak punya apa-apa,dan akhirnya saya berencana untuk pergi mencari dukun yg bisa menembus nomor dan disuatu hari saya bertemu sama orang yg pernah dibantu sama AKI ALHI dan dia memberikan nomor AKI ALHI,dia bilan kepada saya kalau AKI ALHI bisa membantu orang yg lagi kesusahan dan tidak berpikir panjang lebar lagi saya langsun menghubungi AKI ALHI dan dengan senan hati AKI ALHI ingin membantu saya,,alhamdulillah saya sudah menang togel yg ke5 kalinya dan rencana saya bersama keluarga ingin membuka usaha dan para teman-teman diluar sana yg ingin seperti saya silahkan hubungi AKI ALHI,di 082--->"313--->"669--->''888 'saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan AKI ALHI, dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya Atau

    KLIK DISINI 4d 5d 6d

























    saya ingin berbagi cerita kepada semua teman-teman bahwa saya yg dulunya orang yg paling tersusah,walaupun mau makan itu pun harus hutang dulu sama tetangga dan syukur kalau ada yg mau kasi,semakin aku berusaha semakin jauh juga pekerjaan dan selama aku ingin berbuat baik kepada orang lain semakin banyak pula yg membenci saya karna saya cuma dianggap rendah sama orang lain karna saya tidak punya apa-apa,dan akhirnya saya berencana untuk pergi mencari dukun yg bisa menembus nomor dan disuatu hari saya bertemu sama orang yg pernah dibantu sama AKI ALHI dan dia memberikan nomor AKI ALHI,dia bilan kepada saya kalau AKI ALHI bisa membantu orang yg lagi kesusahan dan tidak berpikir panjang lebar lagi saya langsun menghubungi AKI ALHI dan dengan senan hati AKI ALHI ingin membantu saya,,alhamdulillah saya sudah menang togel yg ke5 kalinya dan rencana saya bersama keluarga ingin membuka usaha dan para teman-teman diluar sana yg ingin seperti saya silahkan hubungi AKI ALHI,di 082---> 313 ---> 669 ---> 888 'saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan AKI ALHI, dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya Atau

    KLIK DISINI 4d 5d 6d
























    BalasHapus
  2. Sejarah panjang kesatria pengawal VOC (BELANDA) menaklukkan keperkasaan kerajaan2 di djawadwipa dan sumatera untuk dibantu membebaskan sukux....LUAR BIASA heroic dan mampu menumbangkan sumpah palapa gajah mada yg jauh lebih dlu mempersatukan kerajaan2 nusantara

    BalasHapus