Translate

Senin, 23 Maret 2015

Sejarah Bali (Pulau Dewata)

Terputus nya Bali Dengan Nusa Jawa

Kebanyakan orang-orang menduga, bahwa pulau Bali dengan pulau Jawa asal mulanya menjadi satu daratan. Akan tetapi kapan putusnya kedua pulau itu  , sehingga sekarang terdapat Selat Bali, para achli tiada dapat menentukannya.

Bali pertama kali diperkenalkan oleh seorang pertapa dari Gunung Raung di Jawa Timur yang bernama Maha Rsi Markandeya dari Kalingga (Dieng) pada abad ke – 8. Dalam doanya beliau mendapat wahyu untuk pindah kepulau Dawa, sebuah pulau yang panjang. Dengan membawa 800 orang pengikut mereka memulai perjalanan hingga akhirnya tiba diwilayah Bali Barat. Namun dalam perjalanan ini ¾ pengikutnya meninggal dunia dimakan harimau dan ular besar dihutan sehingga mereka memutuskan untuk kembali ke Gunung Raung.

Setelah  mendapatkan pengikut baru dan melakukan ritual menanam Panca Dhatu yang terdiri dari 5 jenis logam sebagai penolak bala akhirnya mereka kembali ke Pulau Dawa dan berhenti di kaki Gunung Agung tepatnya Besakih. Agama hindu yang lebih tepat disebut adama Bali mulai diperkenalkan dan mereka menyembah Sanghyang Widhi 3 kali sehari dengan menggunakan sesajen atau bebali yang mengandung 3 unsur yaitu air, api dan bunga yang harum.

Jadi penamaan Bali berasal dari kata bebali yang artinya sesajen.

Kisah perjalanannya rombongan Maharesi Markandeya ketika melakukan perpindahan dari Jawa ke Bali, sama sekali tiada menyebutkan tentang perjalanan mereka itu mempergunakan alat-alat pengangkutan dilaut untuk menyeberang. Hal itu mempertebal kepercayaan orang-orang, bahwa kedua pulau itu bekas menjadi satu daratan, sehingga memungkinkan orang-orang Bali Aga itu berjalan kaki menuju ketempat tanah-tanah yang dibukanya itu.

Menurut uraian sebuah kitab bernama “Usana Bali” , bahwa putusnya pulau Jawa dengan pulau Bali, adalah disebabkan kesaktian seorang Pendita bernama Mpu Sidhimantra.  Pendita itu bertempat tinggal; di Jawa Timur, kersahabat karib dengan seekor ular besar yang bernama  “NAGA  BASUKIH “   Naga itu berliang didesa Besakih yang terletak dikaki Gunung  Agung, merupakan sebuah goa  besar yang dianggap suci. Karena persahabatan itu  Mpu Sidhimantra tiap-tiap bulan purnama raya, selalu datang ke Besakihmendapatkan Naga Basukih dengan membawa madu, susu dan mentega, untuk sahabatnya itu.

Mpu Sidhimantra mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ida Manik Angkeran. Anaknya itu gemar berhudi, tiada menghiraukan nasehat ayahnya Oleh karena dalam perjudian itu sering kalah, sehingga menimbulkan ingatannya yang jahat. Pada suatu ketika menjelang bulan purnama raya, Mpu Sidhimantra kebetulan sakit, tiada sanggup  mendapatkan sahabatnya pergi ke Bali. Kesempatan itu dipergunakan oleh Ida Manik Angkeran untuk memuaskan nafsunya mencari  modal untuk berjudi. Sebuah  “ bajra”  kepunyaan ayahnya lalu diambilnya dengan diam-diam, tanpa ijin orang tuanya ia lalu pergi ke Bali mendapatkan Naga Basukih sahabat ayahnya itu. Sampai disana ia lalu duduk bersila sambil membunyikan  “bajra”  yang dibawanya itu sehingga Naga Basukih keluar dari liangnya.

Atas pertanyaan ular besar itu, Ida Manik Angkeran lalu menerangkan, bahwa ayahnya masih sakit, oleh karena itu ia menjadi wakilnya membawa pasuguh berupa madu, susu dan mentega, yang biasa dihidangkan oleh ayahnya tiap-tiap bulan. Pemberian Ida Manik Angkeran itu diterima oleh Naga Basukih dengan senang hati, kemudian ditanyakan kepadanya, apa yang dikehendakinya untuk bekalnya pulang kembali ke Jawa. Ida Manik Angkeran menjawab, bahwa ia tiada minta apa-apa, seraya dipersilakannya Naga Basukih supaya masuk kegoanya, sebelum ia mohon diri.

Naga Basukih lalu masuk kegoanya, sedang ekornya yang begitu panjang  sebagian masih berada diluar. Ida Manik Angkeran kagum melihat sebuah batu permata besar yang melekat pada ujung ekor Naga Basukih itu, sehingga menimbulkan hasratnya  hendak mengambil  batu permata yang tiada ternilai harganya itu.  Terpikir olehnya, bahwa batu permata itu cukup nanti dipakainya berjudi seumur hidup. Sejenak berpikir demikian, ekor Naga Basukih itu lalu dipenggalnya batu permata itu lalu dibawanya lari.

Akan tetapi baru ia sampai dihutan  “Camara Geseng”  tiba-tiba ia mati hangus terbakar, karena bekas jejak kakinya dapat dijilat  oleh Naga Basukih yang sedang marah itu. Sekarang tersebutlah Mpu Sidhimantra , cemas mengenangkan  nasib  anaknya sudah lama tiada pulang-pulang, sedang  “bajra”  pusakanya telah hilang.Ia lalu pergi mendapatkan sahabatnya itu, seraya menanyakan keadaan anaknya yang sudah lama tidak pernah pulang.

Naga Basukih lalu menerangkan kepada sahabatnya itu, bahwa Ida Manik Angkeran sudah mati, lantaran keberaniannya memenggal ekornya yang berisi batu permata. Mpu Sidhimantra menyesali perbuatan anaknya itu, seraya bermohon kepada sahabatnya itu supaya dosa anaknya itu suka diampuninya. Ia berjanji kepada sahabatnya itu, apabila anaknya itu dapat dihidupkan kembali, biarlah Ida Manik Angkeran selama hidupnya tinggal di Bali untuk menjadi abdipura Besakih sebagai  “Pemangku”  (penyelenggara upacara di pura). Permintaan Mpu Sidhimantra diluluskan, maka Ida Manik Angkeran lalu hidup kembali berkat kesaktian Naga Basukih itu.

Maka semenjak itulah Ida Manik Angkeran disuruh oleh ayahnya supaya bertempat tinggal di Bali, tiada dibolehkan lagi pulang ke Jawa. Mpu Sidhimantra pulang kembali ke Jawa, setelah anaknya hidup lagi sebagai sediakala. Maka untuk mencegah kemungkinan  anaknya itu  akan menyusul perjalanannya , lalu digoreskanlah tongkatnya, sehingga daratan pulau Bali dengan pulau Jawa menjadi putus  karenanya. Demikianlah ceriteranya, asal mulanya ada Selat Bali yang disebut  “SEGARA RUPEK”

Ceritera kitab itu merupakan dongeng dan tachyul, tetapi kenyataannya sukar dibantah. Keturunan Ida Manik Angkeran itu disebut  “Ngurah Sidemen”  ternyata sampai kini berkewajiban menjadi  “Pemangku”  di Pura Besakih.

Penulis bangsa Eropah bernama Raffles , Hageman  dan R. Van Eck, sama-sama membenarkan, bahwa Bali dan Jawa bekasnya menjadi satu daratan, oleh bencana alam yang disebabkan meletusnya sebuah gunung berapi, maka terjadilah gempa bumi besar, sehingga daratan kedua pulau itu menjadi putus.

Mereka menerangkan, bahwa peristiwa itu terjadi di alam abad ke XIII *). Akan tetapi sayang keterangan mereka itu kurang jelas, gunung mana yang dikirakan meletus oleh mereka itu. Hasil penyelidikan menyatakan, bahwa sepanjang pantai Selat Bali itu, sekarang banyak terdapat  mata air panas berbau belerang. Kemungkinan disana dahulu terdapat sebuah gunung berapi yang sudah meletus.Diantara mata air panas itu sebuah disebut : Banyu Wedang, artinya air panas.   

Sementara itu terdapat sebuah kitab bernama : Nagara-Kertagama karangan Prapanca, menerangkan bahwa putusnya pulau Jawa dengan pulau Madura terjadi dalam tahun Úaka 124. Bilangan tahun Úaka itu mempergunakan perhitungan  “candra-sangkala”  yaitu dengn perkataan yang berbunyi “ samudra nanggung bumi “  Keterangan kitab itu  sesuai  dengan pernyataan sebuah kitab bernama : “Wawatekan” yang menerangkan bahwa  “segara rupek”  itu , ialah “segara nanggung bumi”. Baik  “samudra”  maupun  “sagara”  sama artinya dengan lautan atau selat. Kedua perkataan itu sama dengan angka  4, menurut perhitungan tahun Candra-sangkala. Perkataan “nanggung” sama dengan angka  2. Sedang perkataan  “bumi” sama dengan angka  1. Oleh karena caranya menghitung angka-angka itu harus berbalik, maka terjadilah bilangan tahun saka 124, atau tahun Masehi 202.

Meskipun kitab-kitab itu sudah menerangkan demikian, namun pernyataan itu tiada dapat dipakai pegangan yang kuat, untuk mnentukan putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa  memang terjadi semasa itu. Mustahil Prapanca tiada menyebutkan dalam kitab karangannya itu,   bahwa putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa bersamaan waktunya, apabila memang benar demikian halnya.

 Dalam pada itu seorang penulis bernama  C.W. Laedbeater  menerangkan didalam sebuah kitab karangannya bernama: “The Occult  History of Java”  bahwa putusnya Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra terjadi dalam tahun Masehi 915 (meletusnya Gunung Krakatau), yang menyebabkan  putus kedua pulau tersebut. Dapatlah keterangan penulis itu dipakai sandaran untuk menyatakan, bahwa putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa terjadi pada waktu itu? Memang jikalau ditilik  dari letak  ketiga pulau itu (Sumatera, Jawa dan Bali) seakan-akan berangkai hanya dipisahkan oleh selat-selat yang sempit, tidaklah mustahil kejadian di Selat Sunda dapat dipengaruhi keadaan di Selat Bali.

Sementara kitab-kitab itu tiada memberi ketegasan waktu mana kiranya putusnya Pulau Jawa dengan Pulau Bali terjadi, maka pendapat umum lebih condong mempercayai theori ilmu bumi. Pada zaman dahulu sebagian besar kepulauan Indonesia belum ada, masih bersatu dengan benua Asia, maka pada suatu ketika yaitu pada achir  zaman es, konon katanya gunung-gunung es  yang terdapat dikutub Utara dan dikutub  Selatan menjadi cair, sehingga permukaan laut naik dan merendam daerah-daerah yang rendah.

Oleh karena itu terjadilah lautan Tiongkok Selatan, laut Jawa,  dan Selat Malaka. Kemungkinan ketika itulah terjadinya Selat Bali itu, lantaran dataran disana rendah, turut terendam air laut  yang sedang pasang itu.  Jika memang demikian halnya, sudah tentu putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa itu terjadi beberapa ratus abad  sebelum tarich Masehi.

Demikianlah keterangan-keterangan yang diperoleh mengenai hal ichwal putusnya Pulau Bali dengan Pulau Jawa itu, namun para achli belum ada yang berani menerangkan, kapan sebenarnya peristiwa itu terjadi. Baiklah hal itu dipakai sebagai gambaran saja, untuk meraba-raba , bahwa kedua pulau itu pada suatu masa kiranya memang benar mula-mula menjadi satu daratan - 

Sejarah Kerajaan

Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur, tepatnya di sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, banyak dari rakyat Majapahit yang melarikan diri kemudian menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali adalah  pewaris tradisi Majapahit.

Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Bali didapat dari beberapa berita dari Jawa dan juga  prasasti-prasasti di Bali. 
1.‎ Prasasti Sanur menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari Wangsa atau Dinasti Warmadewa. 
2. Prasasti Calcuta, India (1042) dalam prasasti ini dikemukakan tentang asal-usul Raja Airlangga yang merupakan keturunan raja-raja Bali, 

Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga lahir dari hasil perkawinan Raja Udayana dari Kerajaan Bali dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kamulan adik raja Dharmawangsa) Selain itu, komplek Candi Gunung Kawi (Tampak Siring) merupakan makam dari raja-raja Bali. Komplek candi tersebut dibangun pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu.

Kehidupan Politik

Karena kurangnya sumber-sumber dan bukti dari adanya kerajaan Bali, menyebabkan sistem dan bentuk pemerintahan raja-raja Bali kuno tidak dapat diketahui dengan jelas, namun raja-raja yang pernah berkuasa diantaranya: 1.
 
Raja Sri Kesari Warmadewa yang memiliki istana di Singhadwala. Buktinya terdapat  pada prasasti Sanur (913 M).

1.Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari Warmadewa berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di daerah pedalaman. Raja Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama dan merupakan pendiri Dinasti Warmadewa. 

2.‎Raja Urganesa yang memerintah daritahun 915 M-942 M. Memerintah Kerajaan Bali untuk menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat pemerintahannya terdapat di Singhadwala. Masa pemerintahan Raja Urganesa meninggalkan 9 buah prasasti yang ditemukan di Babahan, Sembiran, Pentogan, dan Batunhya. Dalam prasasti-prasasti itu berisi tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu dalam kekuasaannya dan menunjukkan bahwa otoritasnya meliputi area yang cukup luas. Selain itu juga terdapat prasasti yang berisi tentang pembangunan tempat-tempat suci. Sistem dan bentuk pemerintahan pada masa pemerintahan Raja Urganesa telah teratur terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat istana. 

3.Raja Tabanendra Warmadewa yang menggantikan Raja Urganesa sebagai raja Kerajaan Bali selanjutnya. Raja Tabanendra Warmadewa memerintah bersama  permaisurinya yang bernama sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharadewi. Keadaan  pada masa pemerintahan Raja Tabanendra Warmadewa tidak dapat diketahui karena kurangnya berita-berita dan sumber-sumber dari prasasti. 

4.‎Raja Jayasingha Warmadewa atau Raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa. Masa  pemerintahannya tidak dapat diketahui karena tidak adanya sumber yang terkait dengannya. 

5.Raja Jayasandhu Warmadewa. Masa kekuasaan dan pemerintahannya juga tidak dapat diketahui dengan pasti. 

6.Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi memerintah pada tahun 983. Kerajaan Bali pada masa ini diperintah oleh seorang raja putri. Beberapa ahli menafsirkan bahwa dia raja  putri ini adalah putri dari Mpu Sindok (Dinasti Isyana). 

7.Dharma Udayana Warmadewa memerintah setelah masa pemerintahan Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Masa pemerintahan Udayana 989-1022 M. Dia memerintah  bersama permaisurinya yang bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapadni) yang merupakan putri dari Raja Jawa Timur 
Makutawamsawardhana, dan karena hal tersebut, hubungan Kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan dengan baik dan pada masa ini penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa Kuno dimulai. Udayana dan Mahendradata dikaruniai tiga orang anak lelaki, yaitu Airlangga, Dharmawangsa, dan Anak Wungsu.

 8.Raja Marakata kemudian menggantikan Udayana setelah kematiannya. Namun dia hanya memerintah sebentar hingga tahun 1025.

 9.Raja Anak Wungsu adalah Raja Bali yang memerintah setelah Marakata. Dan Anak Wungsu adalah Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Bali. Pada masa pemerintahannya, kehidupan rakyat Bali aman dan sejahtera. Rakyat Bali pada masa itu sudah mulai bervariasi, mereka hidup dari bercocok tanam, pande besi, tukang kayu, dan pedagang. Raja Anak Wungsu juga memberikan perhatian besar  pada masalah-masalah keagamaan dengan jalan menjamin kesejahteraan para pertapa. Anak Wungsu menjadi raja termasyur karena pada masa pemerintahannya, dibangun kompleks candi-candi dan gua-gua meditasi di tebing-tebing jurang sungai Pakerisan dan situs Gunung Kawi. 

10. ‎Raja Jaya Sakti yang kemudian memerintah Bali adalah keturunan dari
Airlangga yang pada masa itu Airlangga telah menjadi penguasa Jawa Timur. 

11.Raja Bedahulu adalah Raja Bali yang terakhir memerintah pada tahun 1343 M. Raja Bedahulu juga dikenal dengan sebutan Sri Astasura Ratna Bhumi Banten.

Kerajaan Mengwi

Kerajaan Mengwi adalah sebuah kerajaan di Bali yang dahulu diceritakan diperintah oleh raja-raja dengan dinasti yang berbeda-beda secara turun temurun yaitu :

Sekitar tahun 1408 M, pemerintahan dikendalikan oleh Dinasti Tegeh Kori yang sebagaimana disebutkan Babad Mengwi dalam sejarah Puri Pemecutan, raja-raja yang memerintah yaitu :

Kyai Made Tegeh yang kemudian bergelar Kyai Agung Anglurah Mengwi I
Kyai Gede Tegal sebagai Kyai Agung Anglurah Mengwi II.
Kyai Ngurah Pemayun yang bergelar Kyai Agung Anglurah Mengwi III.
Kyai Ngurah Agung yang bergelar Kyai Agung Anglurah Mengwi IV.
Kyai Ngurah Tegeh yang bergelar Kyai Agung Anglurah Mengwi V.
Kyai Ngurah Gede Agung yang bergelar Kyai Agung Mengwi VI 
bersama Ngurah Cemenggon Beringkit beserta Ngurah Ngui { Petandakan } 
menyerahkan kerajaan serta mandat kekuasaan kepada Gusti Agung Putu yang yang ketika itu berada di Puri Belayu.

Selanjutnya sekitar tahun 1686 M, kekuasaan atas Mengwi dipegang oleh Dinasti I Gusti Agung Putu, putra dari I Gusti Agung Marutiyang dahulu sebagai penguasa Kerajaan Gelgel. Dalam Cikal Bakal Raja - Raja Mengwidiceritakan I Gusti Agung Putu sebagai Raja I Mengwi dengan pusat ibu kotanya disebut dengan Kawyapura yang perluasan kekuasaannya meliputi :

Kaba-kaba (yang dahulu dalam Babad Kaba-Kaba disebutkan wilayah tersebut dikuasai oleh Arya Belog)
Marga selatan, Bukit Jimbaran sampai Uluwatu,
ke Utara sampai gunung Beratan,
ke Timur sampai sungai Petanu, termasuk daerah Sukawati.
ke Barat sampai sungai Yeh Panah dll
Kini diceritakan perluasan wilayah kerajaan pada tahun 1736 – 1767 yang dalam Babad Blambangan sebagaimana disebutkan :

Wilayah Blambangan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi sejak tahun 1736, dan menempatkan Pangeran Menak Jingga/Pangeran Danuningrat sebagai raja bawahan. 

Serangan Badung ke Mengwi pada 1891. penyerangan ini diceritakan dibawah perintahan Nararya Agung Ngurah Alit Pemecutan (1860 – 1901) sebagai raja Badung (dinasti Denpasar ke-V), yaitu kakanda dari Nararya Agung Made Ngurah Pemecutan (Ida Tjokorde Ratu Made Agung Gede Ngurah Pamecutan 1876 – 1906 alias Bethara Mur ring Rana) yang menciptakan Perang Puputan Badung 1906 itu;

Penyerangan kerajaan Badung ke kerajaan Mengwi tidak dalam bentuk perang besar, sehingga tidak banyak korban baik manusia maupun harta benda. Kondisi Kerajaan Mengwi saat itu dalam kondisi paling lemah sebagai akibat dari banyaknya perang yang telah dilakukan, disamping adanya pembelotan keluarga kerajaan Mengwi di kawasan Timur, sehingga ketika itu Mengwi lebih memilih takluk lebih dahulu daripada harus menumpahkan darah.

Setelah kerajaan Mengwi takluk maka sebagian besar daerah kekuasaannya diserahkan kepada Badung mencakup Desa Kapal, Munggu, terus ke selatan hingga ke daerah Bukit (termasuk Pura Luhur Uluwatu) dan ada sedikit bukti, bahwa ‎ Banyak penduduk Gulingan hingga Penarungan dan sekitarnya merupakan laskar Badung yang ditugaskan menetap di sana. 

Kerajaan Badung juga menempatkan keturunan Puri Belaluan di daerah Kapal, Gaji, Abian Base, untuk mencegah bangkitnya kembali Kerajaan Mengwi. 
Karenanya, banyak penduduk di sana yang kawitannya ada di Badung.
Setelah runtuhnya Kerajaan Mengwi disebutkan dimana perang antara Badung dengan Mengwi berakhir maka tiga serangkai Raja Tabanan, Raja Badung Pemecutan dan Raja Gianyar sepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama di bidang pertahanan.

Sebagai tambahan, Kerajaan Mengwi dalam beberapa Babad juga diceritakan :
Dalam Babad Puri Andhul Jembrana, juga diceritakan, putra Ki Gusti Blambang Murti yang bernama Gusti Gede Giri, setelah Kerajaan Jembrana ditaklukan oleh Mengwi, sangat tunduk dan bakti terhadap Mengwi dan sering menghadap bersama putranya. Sangat berbahagia dan sejahtera. ‎

1 komentar:

  1. Ass Wr Wb, Saya ingin berbagi cerita kepada anda bahwa saya ini RISWANTO AKIL seorang TKI dari malaysia dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar IBU YOSHI yg dari singapur tentan Pesugihan AKI ZYEH MAULANA yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya juga saya mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk menarik dana Hibah Melalui ritual/ghaib dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti dan mendapat hasil tarikan RM.347.000 Ringgit ,kini saya kembali indon membeli rumah dan mobil walaupun sy Cuma pekerja kilang di selangor malaysia , sy sangat berterimakasih banyak kepada AKI ZYEH MAULANA dan jika anda ingin seperti saya silahkan Telefon di 085298275599 Untuk yg di luar indon telefon di +6285298275599,Atau Lihat Di internet KLIK DISINIsaya juga tidak lupa mengucap syukur kepada ALLAH karna melalui AKI ZYEH MAULANA saya Bisa sukses. Jadi kawan2 yg dalam kesusahan jg pernah putus asah, kalau sudah waktunya tuhan pasti kasi jalan asal anda mau berusaha, ini adalah kisah nyata dari seorang TKI,
    KEAMPUHAN ZIKIR AKI ZYEH MAULANA
    1.Penarikan Dana Hibah Melalui Bank Ghaib
    2.Penarikan Uang Melalui Mustika
    3.Ritual Angka Tembus Togel/Lotrey
    4.Jimat Pelaris
    5.Perintah Tuyul
    Dan Masih Banyak Lagi, AKI ZYEH MAULANA Banyah Dikenal Oleh Kalangan Pejabat, Pengusaha Dan Artis Ternama Karna Beliau adalah guru spiritual terkenal di indonesia. Untuk yg punya rum terimakasih atas tumpangannya
    SYARAT SEBAGAI BERIKUT:
    BERJANJI AKAN MEMBANTU SESAMA YANG MEMBUTUHKAN
    BERJANJI TIDAK AKAN SOMBONG DAN SELALU RENDAH HATI
    BERJANJI AKAN MEMULAI HIDUP YANG BARU BERJALAN KE JALAN YANG BENAR,
    BERLUTUT DAN MEYEMBAH KEPADA ALLAH SWT.
    "Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"

    "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan." Kata Abu Umamah radhiyallahu 'anhu: "Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membari Petunjuk." (HR Abu Dawud 4/353)


    PENARIKAN UANG MENGUNAKAN MUSTIKA

    BalasHapus