Translate

Jumat, 24 Juni 2016

Kisah Ashabul Qoryah

Salah satu kisah yang dapat dijadikan pelajaran bagi umat masa kini adalah kisah Ashabul Qaryah, yaitu sebuah negeri yang kebanyakan penduduknya melanggar aturan Allah serta mendustakan utusan Allah. 

Peta Ashabul Qaryah

Ashabul Qaryah adalah penduduk Anthakiyah (Antioch, Antakia). Mereka tinggal di sekitar Laut Tengah, tepatnya di sungai Al-Ashi yang tidak jauh dari Suwaidiyah. Menurut Syauqi Abu Khalil dalam buku Atlas Al-Qur’an, Anthkia dibangun oleh Selauqus I tahun 307 Sebelum Masehi (SM). Selauqus I menjadikan Anthakiyah sebagai ibukota kerajaannya setelah Iskandar Al-Maqduni (Alexander Mecodonia). Pada masa Abbasiyah, Anthakiyah merupakan pusat kota yang provinsi Al-Awashim. Kota ini dinilai sebagai ibukota yang indah, memesona, berudara segar, berair tawar, dan penuh dengan kebaikan. Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, katanya negeri itu bernama Antaki (Antioch, kota kuno di syiria, sekarang bernama Anthakiyah dan termasuk wilayah Turki). Di negeri ini terdapat seorang raja yang menyembah berhala, namanya Antoiqus. Menurut Al-Qurtubi, penduduk suatu negeri (Ashabul Qaryah) yang disebutkan dalam surah Yasin tersebut adalah Antaki, kepada mereka pernah mengirimkan tiga orang utusan, yakni Shadiq, Mashduq, Syam’un.
Anthakiyah terletak di sungai ‘Asi yang hulunya di Lebanon Syiria dan berakhir di Turki. Antakia juga berdampingan dengan pantai Lautan Mediterranean yang kini kawasan tersebut dikenali dengan nama Samandaq atau nama lamanya Suwaidiyyah.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman 

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ (13) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (14) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ (15) قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ (16) وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (17) 

Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan(perintah Allah) dengan jelas.” (QS Yasin Ayat 13-17)
 
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Nabi-Nya agar membuat suatu perumpaman terhadap kaumnya yang telah mendustakannya.

{مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ}

suatu perumpamaan yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.(Yasin: 13)

Ibnu Ishaq telah mengatakan berdasarkan berita yang sampai kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih, bahwa negeri yang dimaksud adalah Intakiyah, yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Antikhas. Ia adalah seorang penyembah berhala, maka Allah mengutus kepadanya tiga orang rasul. Ketiga orang rasul itu bernama Sadiq, Saduq, dan Syalum; tetapi raja itu mendustakan mereka.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Buraidah ibnul Khasib, Ikrimah, Qatadah, dan Az-Zuhri, bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah. Akan tetapi, ada sebagian para imam yang merasa ragu bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah karena alasan yang akan kami sebutkan kemudian sesudah kisah ini selesai, insya Allah.

Firman Allah Swt.:

{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا‎{

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakannya.(Yasin: 14)
Maksudnya, dengan spontan mereka mendustakan kedua rasul itu.

{فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ}

kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. (Yasin: 14)
Yakni Kami perkuat keduanya dengan rasul yang ketiga.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Sulaiman, dari Syu'aib Al-Jiba'i yang mengatakan bahwa nama kedua rasul yang pertama itu adalah Syam'un dan Yuhana, sedangkan nama rasul yang ketiga ialah Baulus, dan nama negerinya adalah Intakiyah.

{فَقَالُوا}

maka ketiga utusan itu berkata. (Yasin: 14)
Yaitu kepada penduduk negeri tersebut.

{إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ}

Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu (Yasin: 14)
Yakni dari Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian. Dia memerintahkan kepada kalian agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah menurut Abul Aliyah. Tetapi Qatadah ibnu Di'amah menduga bahwa ketiganya adalah utusan-utusan Al-Masih a.s. kepada penduduk negeri Intakiyah.

{قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}

Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15)
Maksudnya, mana mungkin kalian diberi wahyu, sedangkan kalian adalah manusia seperti kami juga, dan kami tidak mendapat wahyu seperti kalian. Seandainya kalian benar-benar utusan, tentulah kalian adalah jenis malaikat. Dan memang inilah keraguan yang berada di benak kebanyakan umat yang mendustakan para rasul, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka:

{ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka(membawa) keterangan-keterangan lalu mereka berkata, "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” (At-Tagabun: 6)
Yakni mereka merasa heran dan tidak percaya bila rasul berasal dari jenis manusia. Disebutkan pula oleh firman-Nya:

{قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}

Mereka berkata, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (mem­belokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.” (Ibrahim: 10)
Dan firman Allah Swt. lainnya yang menceritakan perkataan mereka:

{وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ}

Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. (Al-Mu-minun: 34)

{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا}

Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?" (Al-Isra: 94)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ * قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ}

"Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu." (Yasin: 15-16)

Yakni ketiga orang rasul mereka menjawab, "Namun Allah mengetahui bahwa kami adalah rasuI-rasul-Nya yang diutus kepada kalian. Dan seandainya kami dusta terhadap-Nya, tentulah Dia akan menghukum kami dengan siksaan yang keras. Akan tetapi, Dia pasti akan memenangkan kami dan menolong kami dalam menghadapi kalian, dan kalian akan mengetahui bagi siapakah kesudahan yang baik itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”(Al-'Ankabut: 52)

Adapun firman Allah Swt.:

{وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}

Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.(Yasin: 17)

Mereka (para utusan itu) mengatakan, "Sesungguhnya tugas kami hanyalah menyampaikan risalah yang diamanatkan kepada kami untuk kalian. Apabila kalian menaatinya, maka bagi kalian kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian tidak memperkenankannya, maka kelak kalian akan mengetahui akibat dari penolakan kalian itu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."

Firman-Nya 

قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ (18) قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (19) 

Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.” Utusan-utasan itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena ulah kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan(kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

Maka pada saat itu juga penduduk negeri itu berkata kepada para utusan tersebut, yang disitir oleh firman-Nya:

{إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ}

Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. (Yasin: 18)
Maksudnya, kami tidak melihat pada roman muka kalian adanya kebaikan bagi kehidupan kami, yakni kalian adalah pembawa kesialan bagi kami.

Qatadah mengatakan bahwa mereka berkata, "Jika kami tertimpa keburukan, maka sesungguhnya hal itu karena adanya kalian."

Mujahid mengatakan bahwa mereka mengatakan, "Tidak ada seorang pun yang semisal kalian masuk ke sebuah negeri, melainkan penduduk negeri itu mendapat hukuman."

{لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ}

sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu. (Yasin: 18)
Qatadah mengatakan bahwa rajam ialah melempari si terhukum dengan batu, sedangkan menurut Mujahid makna yang dimaksud ialah merajam melalui kata-kata, yakni caci maki.

{وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ}

dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami. (Yasin: 18)
Yaitu hukuman yang keras. Maka para utusan mereka berkata kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ}

Kemalangan kamu itu adalah karena ulah kamu sendiri. (Yasin: 19)
Yakni kesialan itu karena tingkah laku kalian sendiri. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya yang menceritakan perihal kaum Fir'aun:

{فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ}

Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena(usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah. (Al-A'raf: 131)
Dan kaum Nabi Saleh berkata:

{اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ}

Mereka menjawab, "Kami mendapat nasib yang malang disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu.” Saleh berkata, "Nasibmu ada pada sisi Allah (bukan kami yang menjadi sebab).” (An-Naml: 47)

Qatadah dan Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud dengan ta'ir di sini adalah amal perbuatan, yakni amal perbuatan kalian. Disebutkan pula di dalam firman-Nya hal yang semisal, yaitu:

{وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا}

Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah.” Dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah, "Semuanya (datang)dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun. (An-Nisa: 78)

Adapun firman Allah Swt.:

{أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ}

Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas. (Yasin: 19)

Yakni karena kami memberikan peringatan kepada kalian dan memerintahkan kepada kalian agar mengesakan Allah dan memurnikan penyembahan hanya kepada-Nya, lalu kalian membalas kami dengan ucapan seperti itu, dan kalian mengancam dan menindas kami karenanya. Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas. (Yasin: 19)

Qatadah mengatakan bahwa sesungguhnya kami peringatkan kalian tentang azab Allah, lalu kalian menimpakan kesialan kalian kepada kami, sebenarnya kalian ini adalah kaum yang melampaui batas."

Firman-Nya 

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ (20) اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ (21)

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ibnu Ishaq dalam riwayatnya yang bersumber dari Ibnu Abbas, Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa sesungguhnya penduduk negeri tersebut hampir saja membunuh utusan-utuan mereka, tetapi telanjur datang seorang laki-laki dari pinggiran kota yang datang berlari dengan cepat untuk menolong rasul-rasul itu dari ancaman kaumnya.

Menurut mereka bertiga, lelaki tersebut bernama Habib, seorang tukang tenun dan sakit-sakitan. Sakit yang dideritanya adalah lepra. Dia seorang yang banyak bersedekah, separo dari hasil kerjanya selalu ia sedekahkan, dan dia adalah seorang yang berpikiran lurus.

Ibnu Ishaq telah mengatakan dari seorang lelaki yang senama dengannya, dari Al-Hakam, dari Miqsam atau dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin adalah Habib, dia menderita penyakit lepra yang cukup parah.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal,dari Abu Mujlaz, bahwa nama lelaki itu adalah Habib ibnu Murri.

Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin adalah Habibun Najjar, lalu lelaki itu dibunuh oleh kaumnya. As-Saddi mengatakan, lelaki itu adalah seorang tukang celup kain.

Umar ibnul Hakam mengatakan bahwa Habib adalah seorang uskup. Qatadah mengatakan, ia seorang ahli ibadah, yang menghabiskan usianya untuk beribadah di salah satu gua yang ada di pinggiran negeri tersebut.

{قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ}

Ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (Yasin: 20)
Dia menganjurkan kepada kaumnya agar mengikuti para rasul tersebut yang datang kepada mereka memberi peringatan.

{اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا}

ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu.(Yasin: 21)
Yakni upah sebagai imbalan dari penyampaian risalahnya kepada mereka.

{وَهُمْ مُهْتَدُونَ}

dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Yasin: 21)
Mereka mendapat petunjuk dari Allah Swt., karenanya mereka menyeru kalian untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.

Firman-Nya 

وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (22) أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ (23) إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (24) إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ (25)

Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan diriku dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan di­kembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain­nya jika(Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagiku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesalan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.

Firman Allah Swt.:

{وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي}

Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan diriku. (Yasin: 22)
Maksudnya, apakah yang menghalangi diriku untuk tidak mengikhlaskan penyembahan hanya kepada Tuhan yang telah menciptakan diriku semata, tiada sekutu bagi-Nya.

{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}

dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan? (Yasin: 22)
Yakni kelak di hari kemudian, maka Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, balasannya buruk pula.

{أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً}

Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya. (Yasin: 23)

Istifham atau kata tanya dalam ayat ini adalah istifham ingkari yang mengandung makna celaan atau kecaman.

{إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ}

jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagiku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?(Yasin: 23)

Yaitu tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah itu tidak memiliki sesuatu apa pun dalam urusan ini. Karena sesungguhnya seandainya Allah menghendaki keburukan terhadap diriku,

{فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ}

maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. (Al-An'am: 17 dan Yunus: 107)
Dan berhala-berhala ini tidak mempunyai daya upaya apa pun untuk menolak dan menangkal hal tersebut, tidak dapat pula menyelamatkan diriku dari penderitaanku ini.

{إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}

Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesalan yang nyata. (Yasin: 24)
Maksudnya, jika aku menjadikan berhala-berhala itu sebagai sesembahanku selain dari Allah, berarti aku benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.

Firman Allah Swt:

{إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ}

Sesungguhnya aku telah beriman kepadaa Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25)

Ibnu Ishaq mengatakan -menurut berita yang sampai kepadanya dari Ibnu Abbas r.a. Ka'b, serta Wahb- bahwa lelaki itu berkata kepada kaumnya:Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25) Yang kalian ingkari itu. maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Yakni dengarkanlah oleh kalian pengakuan keimananku ini.

Dapat pula ditakwilkan bahwa perkataan ini ditujukan kepada para utusan tersebut darinya (si lelaki itu), yakni firman-Nya: Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25) Yang telah mengutus kalian. maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Yakni saksikanlah oleh kalian keimananku ini nanti di hadapan Allah Swt. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan, bahkan khitab ini dikatakan oleh para rasul, lalu lelaki itu berkata kepada para'rasul, "Dengarkanlah pengakuanku ini, agar kelak kalian menjadi saksi bagiku di hadapan Tuhanku, bahwa sesungguhnya aku beriman kepada Tuhanmu dan aku mengikuti ajaran kalian." Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dari mereka lebih jelas maknanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Ishaq menurut apa yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa tatkala lelaki itu mengucapkan pengakuannya , maka kaumnya menyerangnya beramai-ramai, lalu membunuhnya, dan tidak ada seorang pun yang dapat membela lelaki itu dari serangan mereka.

Qatadah mengatakan bahwa kaum lelaki itu merajam lelaki itu dengan batu, sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengucapkan doa berikut: "Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui, " hingga akhirnya lelaki itu terjatuh dan meninggal dunia. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.

Firman-Nya 

قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ (26) بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ (27) وَمَا أَنزلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنزلِينَ (28) إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ (29) 

Dikatakan (kepadanya), "Masuklah ke surga.” Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia(meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa kaum lelaki itu menginjak-injaknya dengan kaki mereka hingga isi perutnya keluar dari liang anusnya. Lalu Allah Swt. berfirman kepada laki-laki itu: Masuklah ke surga.(Yasin: 26) Maka laki-laki itu masuk ke dalam surga dan diberi rezeki di dalamnya, dan Allah telah melenyapkan darinya penderitaan dunia, kesedihan, dan kelelahannya.

Mujahid mengatakan bahwa dikatakan kepada Habib (laki-laki itu), "Masuklah ke surga." Dikatakan demikian karena dia gugur dalam membela agama Allah, maka sudah merupakan keharusan baginya masuk surga. Setelah ia melihat pahala yang diterimanya, Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui.(Yasin: 26)

Qatadah mengatakan bahwa tidaklah engkau menjumpai orang yang benar-benar mukmin, melainkan dia adalah seorang yang mengharapkan kebaikan bagimu, dan tidaklah engkau jumpai dia sebagai seorang penipu.

Setelah lelaki itu menyaksikan penghormatan yang diberikan oleh Allah kepadanya, maka berkatalah ia, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}

"Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadi­kan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-­27)

Demi Allah, dia mengharapkan andai kata saja kaumnya mengetahui kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan akibat terpuji yang diperolehnya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Habib menasihati kaumnya saat ia masih hidup: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. (Yasin: 20) Juga sesudah matinya, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadi­kan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan. (Yasin- 26­27)‎
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal, dari Abu Mujlaz sehubungan dengan makna firman-Nya: apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan (Yasin: 27) Yakni berkat keimananku kepada Tuhanku dan kepercayaanku kepada para utusan.

Maksudnya, seandainya kaumnya dapat menyaksikan pahala dan balasan serta kenikmatan abadi yang diterimanya, tentulah hal tersebut akan mendorong mereka untuk mengikuti para rasul. Semoga Allah Swt. melimpahkan rahmat-Nya kepadanya; dia sangat menginginkan agar kaumnya mendapat hidayah.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ -وَهُوَ مُحَمَّدٌ-عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ -يَعْنِي: ابْنَ عُمَيْرٍ-قَالَ: قَالَ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ابْعَثْنِي إِلَى قومي أدعوهم إِلَى الْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَقْتُلُوكَ". فَقَالَ: لَوْ وَجَدُونِي نَائِمًا مَا أَيْقَظُونِي. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "انطلق". فَانْطَلَقَ فَمَرَّ عَلَى اللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَقَالَ: لأصبحَنَّك غَدًا بِمَا يَسُوءُكِ. فَغَضِبَتْ ثَقِيفٌ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ ثَقِيفٍ، إِنَّ اللَّاتَ لَا لَاتَ، وَإِنَّ العُزى لَا عُزى، أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. يَا مَعْشَرَ الْأَحْلَافِ، إِنَّ الْعُزَّى لَا عُزَّى، وَإِنَّ اللَّاتَ لَا لَاتَ، أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. قَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَرَمَاهُ رَجُلٌ فَأَصَابَ أكْحَله فَقَتَلَهُ، فَبَلَغَ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم فقال: "هَذَا مَثَلُهُ كَمَثَلِ صَاحِبِ يس، {قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ * بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir alias Muhammad, dari Abdul Malik ibnu Umair yang mengatakan bahwa Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi r.a. pernah berkata kepada Nabi Saw., "Utuslah aku kepada kaumku, aku akan menyeru mereka untuk memeluk Islam." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku merasa khawatir bila mereka nanti akan membunuhmu." Urwah berkata, "Seandainya mereka menjumpaiku sedang tidur, mereka tidak berani membangunkanku." Akhirnya Rasulullah Saw. bersabda, "Pergilah kamu." Maka Urwah berangkat menuju tempat berhala Lata dan 'Uzza, lalu ia berkata, "Sungguh aku benar-benar akan melakukan suatu hal yang akan membuatmu celaka besok pagi." Maka orang-orang Saqif marah, dan Urwah berkata, "Hai orang-orang Saqif, sesungguhnya tiada ketinggian lagi bagi Lata dan tiada kejayaan lagi bagi 'Uzza. Maka masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat. Hai orang-orang yang tergabung di dalam persekutuan, sesungguhnya tiada kejayaan lagi bagi 'Uzza dan tiada ketinggian lagi bagi Lata. Masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat." Urwah mengucapkan kalimat tersebut sebanyak tiga kali dengan suara yang lantang, lalu ada seorang lelaki dari kaum yang membidikkan anak panahnya ke arah dia dan mengenai anggota tubuh yang mematikan. Akhirnya Urwah gugur. Ketika peristiwa tersebut sampai beritanya kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda: Orang ini senasib dengan apa yang dialami oleh lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin. Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-27)

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma'mar ibnu Hazm. Ia pernah menceritakan dari Ka'bul Ahbar yang telah menceritakan kepadanya tentang kisah Habib ibnu Zaid ibnu Asim saudara lelaki Bani Mazin ibnun Najjar yang dipotong-potong tubuhnya oleh Musailamah Al-Kazzab di Yamamah, ketika Musailamah menanyakan kepadanya tentang Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Musailamah bertanya kepadanya, "Apakah engkau membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah?" Habib menjawab, "Ya." Kemudian Musailamah berkata, "Apakah kamu percaya bahwa aku adalah utusan Allah?" Habib menjawab, "Saya tidak dapat mendengar suaramu." Musailamah laknatullah berkata, "Apakah kamu mendengar dia, sedangkan kamu tidak mendengarku?" Habib menjawab, "Ya." Maka Musailamah menyiksanya dengan memotong tubuhnya satu demi satu. Setiap kali Musailamah menanyainya, jawabannya sama dengan yang pertama, hingga akhirnya si Habib mati di tangannya. Lalu Ka'b berkata saat ditanya nama lelaki itu, bahwa nama lelaki itu adalah Habib, dan demi Allah, nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin pun adalah Habib.

Firman Allah Swt.:

{وَمَا أَنزلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنزلِينَ}

Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.(Yasin: 28)

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia membalas perbuatan kaum laki-laki itu —sesudah ia dibunuh mereka— karena murka kepada mereka, sebab mereka telah mendustakan rasul-rasul-Nya dan membunuh kekasih-Nya. Lalu Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidak menurunkan pasukan malaikat apa pun untuk membinasakan mereka, Dia tidak memerlukannya untuk membinasakan mereka, bahkan untuk menanganinya amatlah mudah bagi-Nya.

Ibnu Mas'ud r.a. -menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari sebagian teman-temannya- telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28) Artinya Kami tidak perlu menurunkan balatentara untuk membinasakan mereka karena untuk membinasakan mereka itu teramat mudah bagi Kami. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka dengan serta merta mereka semuanya mati. (Yasin: 29) Ibnu Mas'ud mengatakan, bahwa maka Allah Swt. membinasakan rajanya dan membinasakan penduduk Intakiyah. Mereka dimusnahkan dan muka bumi tanpa ada seorang pun yang selamat.

Menurut pendapat lain, sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28) Yakni tidak sekali-kali Kami menurunkan para malaikat bila Kami hendak membinasakan mereka, melainkan Kami hanya menimpakan atas mereka suatu azab yang membinasakan mereka.

Menurut pendapat yang lainnya lagi sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia(meninggal) suatu pasukan pun dari langit. (Yasin: 28) Yaitu risalah lain kepada mereka, menurut Mujahid dan Qatadah.

Qatadah mengatakan bahwa demi Allah, Allah tidak menegur kaumnya sesudah mereka membunuhnya, Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka dengan serta merta mereka semuanya mati. (Yasin: 29)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang paling sahih adalah pendapat yang pertama, karena risalah (perutusan) tidak dinamakan jundun (pasukan)!

Ulama tafsir mengatakan bahwa Allah Swt. mengirimkan Malaikat Jibril a.s. kepada mereka. Jibril memegang kedua sisi pintu gerbang negeri mereka, kemudian ia melakukan suatu teriakan yang mengguntur terhadap mereka. Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, tanpa ada seorang pun yang selamat saat itu juga tanpa meregang nyawa lagi.

Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan dari kebanyakan ulama Salaf bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah, dan ketiga orang itu adalah orang-orang yang diutus oleh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., seperti yang telah dinaskan oleh Qatadah dan lain-lainnya. Tetapi pendapat Qatadah ini tidak ada seorang pun dari kalangan ulama tafsir yang mutaakhkhirin mengemukakannya selain Qatadah sendiri. Mengenai keabsahannya masih diragukan ditinjau dari berbagai alasan berikut:

Pertama, pengertian lahiriah kisah menunjukkan bahwa mereka bertiga adalah utusan-utusan Allah Swt., bukan utusan Al-Masih a.s. Seperti yang dimengerti dari firman-Nya:

{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ} إِلَى أَنْ قَالُوا: {رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ * وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}

 (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan(utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” (Yasin: 14) sampai dengan firman-Nya: Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Yasin: 16-17)

Sekiranya mereka termasuk kaum Hawari (penolong Isa a.s.), tentulah mereka mengatakan kalimat yang sesuai dengan kedudukan mereka, bahwa mereka adalah utusan Isa a.s.; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kemudian seandainya mereka adalah utusan dari Al-Masih a.s., niscaya kaum negeri itu tidak mengatakan kepada mereka: Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15)

Kedua, bahwa penduduk Intakiyah telah beriman kepada utusan Al-Masih yang dikirimnya kepada mereka, dan mereka adalah penduduk suatu negeri yang pertama beriman kepada Al-Masih; karena itulah maka Intakiyah merupakan salah satu dari keempat kota yang di dalamnya terdapat para patrik. Yaitu kota Al-Quds yang merupakan negeri Al-Masih sendiri; kota Intakiyah, karena ia merupakan suatu kota yang pertama penduduknya beriman kepada Al-Masih seluruhnya. Kemudian kota Iskandaria, karena ia merupakan suatu kota yang para penduduknya mencetuskan suatu gagasan untuk mengangkat patrik, matarun, uskup, pendeta, rahib, dan syamamis. Yang terakhir adalah kota Roma yang merupakan ibu kota kerajaan Konstantinopel yang rajanya selalu menolong dan membantu agama Al-Masih. Setelah dia membangun kota Konstantinopel, maka ia memindahkan kepatrikan dari Roma ke Konstantinopel. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh ahli sejarah yang bukan hanya seorang, seperti Sa'id ibnu Butriq dan lain­ lainnya dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan kaum muslim. Apabila telah terbukti bahwa Intakiyah adalah kota yang mula-mula seluruh penduduknya beriman, berarti kota yang dibinasakan oleh Allah karena penduduknya mendustakan rasul-rasul-Nya dengan satu teriakan hanya Allah-lah Yang Mengetahuinya.

Ketiga, bahwa kisah penduduk Intakiyah dengan kaum Hawari (penolong Isa Al-Masih) terjadi sesudah kitab Taurat diturunkan. Abu Sa'id Al-Khudri r.a. dan ulama Salaf lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa sesudah Allah menurunkan Kitab Taurat, maka Dia tidak lagi membinasakan suatu umat pun sampai tertumpas semuanya dengan azab yang Dia timpakan kepada mereka, melainkan Dia memerintahkan kepada orang-orang yang beriman sesudah itu untuk memerangi kaum musyrik. Mereka mengatakan hal ini dalam kaitan tafsiran mereka terhadap firman-Nya:

{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu. (Al-Qassas: 43)

Berdasarkan keterangan di atas dapat ditentukan bahwa kota yang disebutkan di dalam surat Yasin bukanlah kota Intakiyah, melainkan kota lain, sebagaimana yang telah dikatakan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.

Atau nama kota tersebut memang Intakiyah, tetapi bukan kota Intakiyah yang terkenal itu, melainkan kota lainnya. Karena sesungguhnya kota Intakiyah yang terkenal itu belum pernah ada yang mengetahui bahwa ia pernah dibinasakan, baik di masa agama Nasrani maupun di masa sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani yaitu:

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتري، حدثنا الْحُسَيْنُ بْنُ أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا حُسَين الْأَشْقَرُ، حَدَّثَنَا ابْنِ عُيَيْنة، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "السُّبَّق ثَلَاثَةٌ: فَالسَّابِقُ إِلَى مُوسَى يُوشَعُ بْنُ نُونٍ، وَالسَّابِقُ إِلَى عِيسَى صَاحِبُ يس، وَالسَّابِقُ إِلَى مُحَمَّدٍ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ"،

Telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Abus Sirri Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Asyqar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a.. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang paling terdahulu itu ada tiga orang, orang yang paling terdahulu (beriman) kepada Musa a.s. adalah Yusya ibnu Nun, dan orang yang paling terdahulu kepada Isa a.s adalah lelaki yang disebutkan dalam surat Yasin dan orang yang paling dahulu kepada Muhammad Saw. adalah Ali ibnu Abu Talib r.a.

Maka sesungguhnya hadis ini munkar kecuali melalui jalur Husain Al-Asyqar, sedangkan dia adala seorang syi'ah yang tak terpakai hadisnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang kebenaran.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

2 komentar: