Translate

Jumat, 10 Juni 2016

Penjelasan Tertutupnya Pintu Taubat Saat Matahari Terbit Dari Barat

Allah subhanahu wa ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat. Allah mengampuni segala dosa hambanya seberapapun besarnya dan banyaknya, dan kapanpun dia bertaubat. Allah telah memerintahkan kita untuk bertaubat di dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang sebaik-baiknya.” [QS At Tahrim: 8]

Di dalam ayat yang lain disebutkan:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” [QS An Nur: 31]

Akan tetapi, perlu untuk diketahui bahwa taubat itu ada batas waktunya. Apabila batas waktu tersebut tiba, maka taubat seseorang itu tidak akan lagi diterima oleh Allah. Oleh karena itu kita harus segera bertaubat sebelum batas waktu itu tiba. Lantas, kapankah taubat itu tidak lagi diterima oleh Allah?

Hal ini telah dijelaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman-Nya:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya ayat (tanda kekuasaan) dari Rabbmu yang mana tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan terhadap keimanannya.” [QS Al An’am: 158]

Ayat di atas menerangkan bahwa pada suatu hari kelak akan muncul sebuah tanda kekuasaan Allah yang menjadi batas tertutupnya taubat bagi mereka yang tidak mau bertaubat dan beriman sebelum tanda kekuasaan tersebut itu tiba.
Kita sebagai umat islam perlu mewaspadai akan hal ini, hal-hal tersebut telah terjadi di Negara kita, bahkan di dunia. Di dalam Al Quran dan hadits sudah jelas tergambar apa yang menjadi tanda-tanda kiamat besar atau kiamat kubra.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;


هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ (158)

Yang mereka nanti-nantikan tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum)mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, "Tunggulah oleh kalian, sesungguhnya kami pun menunggu (pula):" ‎(QS Al-An'am: 158)

Dalam hadits Hudzaifah bin usaid radhiallahu ‘anhu tentang 10 tanda-tanda hari kiamat yang diriwayatkan oleh Muslim.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ فِي جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ، وَالدُّخَانُ، وَالدَّجَّالُ، ودَابَّةٌ، وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ، وَطُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ، وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ


Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) penenggelaman permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9) api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam

Rasulullah saw bersabda,

ثَلاَثٌ إِذَا خَـرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِـي إِيْمَانِهَا خَيْرًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ

“Ada tiga perkara yang jika keluar maka tidak akan berguna lagi keimanan orang yang belum beriman sebelumnya; atau belum mengusahakan kebaikan yang dilakukan dalam keimannya. Ketiga perkara itu adalah: terbitnya matahari dari barat, Dajjal dan binatang bumi.” (HR. Muslim)

Beliau juga bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ عَلَـى النَّاسِ ضُحًى فَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيْبًا

“Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” (HR. Muslim)

Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :

حفظتُ من رسول الله صلى الله عليه وسلم حديثًا لم أنسه بعد، سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن أول الآيات خروجًا طلوعُ الشمس من مغربها

“Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :‘Sesungguhnya tanda-tanda (besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat”.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " أَوَّلُ الآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى " . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَأَيَّتُهُمَا مَا خَرَجَتْ قَبْلَ الأُخْرَى فَالأُخْرَى مِنْهَا قَرِيبٌ . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَلاَ أَظُنُّهَا إِلاَّ طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا .

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir dari Abdullah bin 'Amru dia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tanda-tanda yang pertama kali keluar adalah terbitnya matahari dari barat, keluarnya binatang melata kepada manusia pada waktu pagi." Abdullah berkata, "Tidaklah salah satu dari keduanya muncul lebih awal kecuali yang lain akan menyusul keluar secepatnya." Berkata Abdullah, "Aku tidak mengira kecuali terbitnya matahari dari barat." HR Ibnu Majah

Dan diriwayatkan dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, bahwasanya pada suatu hari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ قَالُوا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ، حَتَّى يُقَالُ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتْرجِعُ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجِيءُ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَـاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّـى يُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، اِرْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ، فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُ النَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا، حَتَّـى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ الْعَرْشِِ، فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، أَصْبَحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : أَتَدْرُونَ مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خيْرًا.

“Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbenamnya.’” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” 

Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan, Baab Bayaaniz-Zamani Alladzii Laa Yuqbalu fiihil-Iimaan (2/195-196 – bersama Syarh An-Nawawiy). Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari secara ringkas dalam Shahih-nya, Kitaabut-Tafsiir, Baab : Wasy-Syamsu tajrii li-mustaqarril-lahaa (8/541 – bersama Al-Fath), dan Kitaabut-Tauhiid, Baab Wa Kaana ‘Arsyuhu ‘alal-Maa’, Wahuwa Rabbul-‘Arsyil-‘Adhiim (13/404 – bersama Al-Fath).

Dari hadits diatas dikatakan bahwa :“Sesungguhnya matahari terus berjalan hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud (kepada Allah)”. Maka terus-menerus ia melakukan hal itu hingga dikatakan kepadanya : ‘Bangkitlah, dan kembalilah dari tempat kamu datang (yaitu arah timur)”. kata2 ini bermaksud untuk mengungkapkan bahwa matahari atau syam yg diklaim kaum muslimin ada diarah tempat terbitnya (timur) seiring perkembangan zaman, negeri syam diperumpamakan berjalan seperti berjalannya matahari seiring perkembangan zaman.

Telah berkata Abu Sulaiman Al-Khaththaabiy ketika mengomentari sabda beliau : “di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy” :
لا ننكر أن يكون لها استقرار تحت عرش، من حيث لا ندركه، ولا نشاهده، وإنما أخبرنا عن غيب، فلا نكذب به، ولا نكيِّفه، لأن علمنا لا يحيط به.
“Kami tidak mengingkari bahwasannya matahari mempunyai tempat menetap di bawah ‘Arsy, yang tidak kita temui dan saksikan. Beliau hanya mengkhabarkan kepada kita perkara ghaib. Kita tidak mendustakannya dan tidak pula menanyakan bagaimana, karena ilmu kita tidak dapat menggapainya”.
Kemudian Al-Khaththabiy berkata juga mengenai sujudnya matahari di bawah ‘Arsy :
وفي هذا إخبار عن سجود الشمس تحت العرش، فلا ينكر أن يكون ذلك عند محاذاتها العرش في مسيرها، والتصرف لما سخرت له، وأما قوله عز وجل : (حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَ تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍِ حَمِئَةٍِ) [الكهف : ٨٦]؛ فهو نهاية مدرك البصر إياها حالة الغروب، ومصيرها تحت العرش للسجود إنما هو بعد الغروب.
“Dalam riwayat ini, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan sujudnya matahari di bawah ‘Arsy; maka hal ini tidak mustahil ketika dalam perjalanannya itu berada di tempat yang lurus dengan ‘Arsy, dan melaksanakan apa yang diciptakan untuknya. Adapun firman Allah ‘azza wa jalla : “Hinga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam” (QS. Al-Kahfi : 86). Maka ini hanyalah batas terakhir kemampuan pandangan mata terhadapnya pada waktu tenggelam. Sedangkan keberadaannya di bawah ‘Arsy untuk bersujud setelah ia terbenam”.
An-Nawawiy berkata :
وأما سجود الشمس؛ فهو بتمييز وإدراك يخلقه الله تعالى فيها
“Adapun sujudnya matahari adalah menurut pengetahuan yang diciptakan Allah untuknya”.

Ibnu Katsir berkata :
يسجد لعظمته كل شيءٍ طوعًا وكرهًا، وسجود كل شيءٍ مما يختصُّ به
“Segala sesuatu sujud untuk mengagungkan Allah dalam keadaan taat dan benci/terpaksa. Dan sujudnya segala sesuatu termasuk satu kekhususan”.
Ibnu Hajar berkata :
وظاهر الحديث أن المراد بالاستقرار وقوعه في كل يوم وليلة عند سجودها، ومقابل الاستقرار المسير الدائم. المعبر عنه بالجري، والله أعلم.
“Menurut dhahir hadits ini bahwasannya yang maksud menetap adalah terhentinya setiap hari dan setiap malam ketika bersujud.  Dan kebalikan dari menetap adalah berjalan terus-menerus. Wallaahu a’lam”.

Matahari muncul dari barat, mungkin hal tersebut sering ada dalam bayang-bayang kita begitu kita mengetahui tanda-tanda kiamat yang akan terjadi nanti. Ada kemungkinan bahwa kita juga berpikir hal ini hanya bisa terjadi dengan kuasa Allah, lewat entah bagaimana caranya sehingga bumi bisa membuat matahari terbit dari barat dan bukan dari timur seperti hari-hari biasanya. Kita juga mungkin pernah berpikir bahwa hal ini masih lama jikapun akan terjadi, paling tidak bukan dalam waktu yang amat dekat ini.
Sementara itu, Baru-baru ini ilmuwan dunia memperingatkan umat manusia, bahwa Bumi di waktu yang mendatang akan menuju suatu peristiwa sangat dahsyat “Kiamat”, dimana manusia akan melihat jarum kompas menunjuk arah selatan dan Matahari terbit di barat, sebagai pertukaran kutub magnet Bumi.

Setiap planet dalam Tata Surya kita, termasuk Bumi, memiliki dua sistem kutub. Pertama, adalah kutub geografis, yakni proyeksi sumbu rotasi di permukaan planet tersebut yang membentuk kutub utara dan kutub selatan.

Di Bumi, kutub utara secara geografis berada di Samudera Arktik. Sementara kutub selatan secara geografis berada di daratan Antartika yang senantiasa berselimutkan es tebal.

Sistem kutub yang kedua adalah kutub magnetis. Yakni, sepasang titik di permukaan planet dimana garis-garis gaya medan magnetnya masuk ke dalam atau keluar dari dalam tubuh planet tersebut pada posisi tegak lurus terhadap permukaan rata-ratanya (inklinasi magnetik 90, red). Titik dimana garis-garis gaya magnet tersebut masuk ke dalam tubuh planet merupakan kutub utara magnetis. Sebaliknya titik dimana garis-garis gaya magnet keluar dari tubuh planet adalah kutub selatan magnetis.

Namun, dalam kurun waktu yang cukup panjang, pergeseran kutub-kutub magnetis akan menyebabkan pertukaran posisi dimana yang sekarang menjadi kutub utara magnetis bergeser sedemikian rupa sehingga kelak menempati lokasi kutub selatan magnetis dan begitupun sebaliknya. Fenomena pembalikan kutub-kutub magnetis ini terhitung akan terjadi.

Seorang ahli geologi pernah mengatakan bahwa pembalikan kutub ini memang pernah terjadi beberapa kali dalam sejarah Bumi. Terakhir yaitu 780.000 tahun lalu pada Zaman batu. Namun keyakinan ilmiah menyatakan, bahwa pembalikan kutub tersebut dapat terjadi masih 1000 tahun lagi.

Mengapa pembalikan kutub bisa terjadi? Catatan para ahli geologi mengemukakan, bahwa hal tersebut disebabkan oleh potongan dari atom besi dari cairan inti terluar yang terbalik selaras, seperti magnet kecil yang berorientasi menuju arah yang berlawanan dengan orang lain di sekitar mereka.

Jika ion terbalik berkembang kepada tahap kekuatan tersebut, maka medan magnet keseluruhan Bumi akan “membalik”.

Hal itu diungkapkan oleh Monika Korte selaku Direktur ilmiah dari Observatorium Niemegk Geomagnetik di GFZ Postdam Jerman. “Ini bukan hal yang terjadi secara tiba-tiba terbalik, tetapi ini membutuhkan adanya proses dengan waktu yang lama, dimana kekuatan medan menjadi lemah, ini dapat menunjukan lebih dari dua kutub untuk sementara waktu, dan kemudian membangun kekuatan dalam arah yang berlawanan,” ujarnya.

Melemahnya magnet akibat pembalikan kutub diungkapkan oleh Mr.Valet seorang peneliti, bahwa kelemahan medan magnet yang drastis terkait dengan kepunahan manusia Neanderthal salah satu nenek moyang evolusi manusia selama 55.000 tahun yang lalu.

Namun, ilmuwan lainnya tak sependapat dan menyatakan bahwa tidak ada kaitannya melemahnya magnet dengan kepunahan manusia.

Korte salah satunya yang mengatakan, “Bahkan jika di Bumi menjadi sangat lemah, di permukaan Bumi kita terlindung dari radiasi oleh atmosfer. Demikian seperti yang kita tidak dapat melihat atau merasakan kehadiran bidang geomagnetik sekarang, kita kemungkinan besar tidak akan melihat adanya perubahan signifikan dari pembalikan, ” katanya

Satu hal yang pasti yaitu, medan magnet kita perlahan memang akan melemah. Tanpa medan magnet, secara signifikan dapat menghancurkan fasilitas komunikasi global, pasokan listrik, dan menyebabkan kebakaran serta kerusuhan di jalan-jalan. Bahkan parahnya, meningkatnya penyakit kanker kulit karena lapisan ozon akan menghilang.

Kiamat Lebih Dekat dari yang Kita Kira

Misteri tentang kiamat memang hanya diketahui oleh Allah SWT sebagai yang memiliki alam semesta ini, tapi tentu saja Allah SWT akan memberi tanda kepada umatnya untuk memberi tahu bahwa akhir masa telah tiba. Tanda-tanda inilah yang menjadi pengingat kepada kita manusia bahwa sesungguhnya kita hidup di dunia hanyalah sebagai test-drive dan kehidupan sesungguhnya yang kekal tanpa batas baru ada di akhirat kelak.

Mulai sekarang juga Allah SWT sudah mulai memberikan tanda-tanda, dimana tanda-tanda kiamat yang kecil antara lain adalah mulai banyaknya fitnah di masyarakat, pembunuhan ada dimana-mana dan tidak bisa dihentikan begitu saja, hingga mulai banyak terlihat di jalanan perbuatan zina dan kemungkaran lainnya seperti mabuk dan judi. Yang menjadi semakin parahnya adalah orang-orang yang melakukan hal-hal tak terpuji tadi justru bangga memperlihatkan kebatilan mereka itu kepada orang banyak.

Selain itu, tanda lainnya adalah ilmu tentang islam mulai dicabut dan semakin banyaknya jumlah wanita bahkan hingga melebihi pria. Yang lainnya adalah semakin banyak pula orang-orang yang gemar mengenakan sutra dan perabot dari emas-emasan. Celakanya, hal-hal kecil ini mulai terlihat di dunia kita, jadi tidak heran kalau misalnya tanda kiamat terbitnya matahari dari barat, mulai nampak!‎
Tidak Diterimanya Iman dan Taubat Setelah Matahari Terbit dari Arah Barat
Apabila matahari terbit dari arah barat, maka saat itu tidak diterima keimanan seseorang yang belum beriman sebelumnya, sebagaimana juga tidak diterima taubatnya orang-orang yang berbuat maksiat. Hal itu dikarenakan terbitnya matahari dari arah barat merupakan satu tanda (hari kiamat) yang sangat besar, yang dapat dilihat oleh seluruh manusia di waktu itu. Maka tersingkaplah semua hakekat bagi mereka, dan mereka menyaksikan berbagai hal mengerikan yang menjadikan leher mereka tunduk membenarkan ayat-ayat Allah. Hukum mereka pada waktu itu adalah seperti hukum orang yang tertimpa adzab Allahta’ala, sebagaimana firman-Nya ‘azza wa jalla :
فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ * فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ
“Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir”[QS. Al-Mukmin : 84-85].
Telah berkata Al-Qurthubi :
قال العلماء : وإنما لا ينفع نفسًا إيمانُها عند طلوع الشمس من مغربها لأنه خلص إلى قلوبهم من الفزع ما تخمد معه كل شهوة من شهوات النفس، وتفتر كل قوة من قوى البدن، فيصير الناس كلهم - لإيقانهم بذنو القيامة - في حال مَن حضره الموت؛ في انقطاع  الدواعي إلى أنواع المعاصي عنهم، وبطلانها من أبدانهم، فمن تاب في مثل هذه الحال؛ لم تقبل توبته؛ كما لا تقبل توبة مَن حضره الموت
“Para ulama berkata : Keimanan seseorang tidaklah bermanfaat ketika matahari telah terbit dari arah barat (bagi orang yang belum beriman sebelumnya), karena pada satu itu perasaan takut menghunjam sangat dalam pada hati sehingga mematikan segala syahwat jiwa, serta seluruh kekuataan tubuh menjadi lemah. Seluruh manusia saat itu menjadi – karena yakin kiamat telah dekat – seperti keadaan orang yang datang kematian (sakaratul-maut) padanya dalam hal terputusnya segala ajakan untuk berbuat maksiat dan sia-sianya apa yang ada pada tubuh/diri mereka. Barangsiapa yang bertaubat dalam keadaan seperti ini (ketika matahari terbit dari arah barat), maka tidak diterima taubatnya sebagaimana tidak diterimanya taubat orang yang sakaratul-maut”.
Ibnu Katsir berkata :
إذا أنشأ الكافر إيمانًا يومئذ لا يقبل منه، فأما مَن كان مؤمنًا قبل ذلك؛ فإن كان مصلحًا في عمله؛ فهو بخير عظيم، وإن كان مخلطًا فأحدث توبة؛ حينئذ لم تقبل منه توبة
“Apabila orang kafir baru mulai beriman pada hari itu, maka tidak diterima. Adapun orang-orang yang telah beriman sebelumnya, apabila ia melakukan amal shalih, maka ia berada dalam kebaikan yang sangat besar. Adapun jika ia seorang yang senang bergelimang dengan kemaksiatan, dan baru bertaubat setelah itu; maka taubatnya tidak diterima”.
Dan inilah penjelasan yang datang dari Al-Qur’an Al-Kariim dan hadits-hadits yang shahih. Allah ta’ala berfirman :
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”[QS. Al-An’am : 158].
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تنقطع الهجرة ما تقبلت التوبة، ولا تزال التوبة مقبولة حتى تطلع الشمس من المغرب، فإذا طلعت؛ طُبِعَ على كل قلب بما فيه، وكفي الناس العمل
“Hijrah tidak terputus selama taubat masih diterima. Dan taubat akan senantiasa diterima hingga terbitnya matahari dari arah barat. Apabila telah terbit (dari arah barat), ditutuplah setiap hati dengan apa yang ada di dalamnya, dan cukuplah manusia amal (yang telah dilakukannya)”.
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
إن الله عز وجل جعل المغرب بابًا عرضه مسيرة سبعين عامًا للتوبة، لا يغلق حتى تطلع الشمس من قبله، وذلك قول الله تبارك وتعَلى : (يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ)
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menjadikan arah barat sebagai satu pintu yang luasnya seperti perjalanan tujuh puluh tahun untuk bertaubat. Ia tidak akan tertutup hingga matahari terbit dari arahnya. Dan itulah makna firman Allah tabaaraka wa ta’ala : ‘Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman”.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang tidak diterima taubatnya adalah orang-orang kafir yang hidup pada saat matahari terbit dari arah barat. Adapun ketika jaman telah berganti, dan lalailah/lupalah manusia akan hal itu, maka iman orang yang kafir dan taubat orang yang berbuat maksiat diterima.
Al-Qurthubi menjelaskan :
قال صلى الله عليه وسلم : (إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر)؛ أي : تبلغ روحه رأس حلقه، وذلك وقت المعاينة الذي يرى فيه مقعده من الجنة ومقعده من النار، فالمشاهد لطلوع الشمس من مغربها مثله، وعلى هذا ينبغي أن تكون توبة كل مَن شاهد ذلك أو كان كالشاهد له مردودةً ما عاش؛ لأن علمه بالله تعالى ونبيه صلى الله عليه وسلم وبوعده قد صار ضرورة، فإن امتدت أيام الدنيا إلى أن ينسى الناس من هذا الأمر العظيم ما كان، ولا يتحدثون عنه إلا قليلًا، فيصير الخبرعنه خاصّا، وينقطع التواتر عنه، فمن أسلم في ذلك الوقت أو تاب، قُبِلَ منه، والله أعلم.
“Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum ada di kerongkongannya”. ‎Yaitu pada waktu yang sangat menentukan ketika seseorang melihat tempat yang kelak akan dihuninya yang berupa surga atau neraka. Maka orang yang menyaksikan terbitnya matahari dari barat adalah seperti orang yang sedang menghadapi sakaratul-maut. Karena itu taubat orang yang menyaksikan matahari terbit dari barat atau orang yang keadaannya seperti itu adalah tertolak, kalau toh ia masih hidup. Karena pengetahuan akan Allah, Nabi-Nya, janji, serta ancaman-Nya pada waktu itu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi. Tetapi apabila hari-hari kehidupan masih terus berlangsung hingga manusia melupakan peristiwa besar itu dan sudah tidak membicarakan lagi melainkan hanya sedikit saja, dan berita mengenai masalah ini sudah menjadi berita khusus, tidak menjadi bahasan umum; maka pada waktu itu orang yang masuk Islam atau bertaubat masih diterima”.
Hal itu dikuatkan lagi dengan riwayat :
إن الشمس والقمر يكسيان بعد ذلك الضوء والنور، ثم يطلعان على الناس ويغربان
“Sesungguhnya matahari dan bulan akan bersinar lagi setelah itu, dan kemudian terbit dan terbenam pada manusia seperti biasanya”.
Dan diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
يبقى الناس بعد طلوع الشمس من مغربها عشرين ومئة سنة
“Manusia tinggal di bumi setelah terbitnya matahari dari arah barat selama 120 tahun”.
Diriwayatkan dari ‘Imraan bin Hushain bahwa ia berkata :
إنما لم تقبل وقت الطلوع حتى تكون صيحة؛ فيهلك فيها كثير من الناس، فمَن أسلم أو تاب في ذلك الوقت ثم هلك، لم تقبل توبته، ومن تاب بعد ذلك، قبلت توبته
“Sesungguhnya tidaklah diterima taubat pada saat terbitnya matahari hingga ada suara yang keras. Lalu banyak orang yang mati. Barangsiapa yang masuk Islam atau bertaubat pada waktu tersebut kemudian ia mati; maka tidak diterima tobatnya darinya. Namun barangsiapa yang bertaubat setelah waktu itu, diterima taubatnya”.
Jawaban dari beberapa hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya nash-nash menunjukkan bahwa taubat itu tidak diterima lagi setelah terbitnya matahari dari arah barat. Orang-orang kafir yang baru berikrar masuk Islam setelah itu juga tidak diterima ikrarnya. Nash-nash tersebut juga tidak membedakan antara orang yang menyaksikan tanda-tanda hari kiamat (terbitnya matahari dari barat) dan yang tidak menyaksikannya.
Pendapat ini diperkuat dengan dengan riwayat Ath-Thabariy dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata :
إذا خرج أول الآيات؛ طُرِحت الأقلام، وحُبِست الحفظة، وشهدت الأجسام على الأعمال
“Apabila telah keluar tanda-tanda hari kiamat yang pertama, maka pena-pena (pencatat amal) dilemparkan, para (malaikat) penjaga ditahan, dan jasad manusia dijadikan saksi atas segala amalnya”.
Dan yang dimaksud dengan tanda-tanda (hari kiamat) yang pertama di sini adalah terbitnya matahari dari arah barat. Adapun tanda-tanda yang muncul sebelum terbitnya matahari dari arah barat, maka hadits-hadits menunjukkan masih diterimanya taubat dan ikrar keislaman pada waktu itu.
Ibnu Jarir Ath-Thabariy juga meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
التوبة مبسوطةٌ ما لم تطلع الشمس من مغربها
“Taubat itu masih dibentangkan selama matahari belum terbit dari arah barat”
Al-Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
إن الله يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار، ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل، حتى تطلع الشمس من مغربها

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk mengampuni orang-orang yang bersalah di waktu siang, dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk mengampuni orang-orang yang bersalah di waktu malam; hingga terbitnya matahari dari arah barat”.
Menurut hadits tersebut Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menetapkan batas akhir diterimanya taubat itu adalah ketika matahari terbit dari arah barat.
Ibnu Hajar menyebutkan banyak atsar dan hadits yang menunjukkan terus ditutupnya pintu taubat (setelah terbitnya matahari dari arah barat) hingga hari kiamat, yang kemudian berkata :
فهذه آثار يشد بعضها بعضًا متفقة على أن الشمس إذا طلعت من المغرب؛ أغلق باب التوبة، ولم يفتح بعد ذلك، وأن ذلك لا يختص بيوم الطلوع، بل يمتدُّ إلى يوم القيامة
“Atsar-atsar ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya yang secara kesepakatan menyatakan bahwa matahari apabila telah terbit dari arah barat, maka tertutup pintu taubat dan tidak akan terbuka setelah itu. Hal itu tidak dikhususkan dengan hanya pada hari terbitnya saja, melainkan terus berlanjut hingga hari kiamat”.
Adapun pendalilan Al-Qurthubiy dapat dijawab sebagai berikut :
Tentang hadits ‘Abdullah bin ‘Amr, Al-Haafidh Ibnu Hajar berkata : “Tidak tsabit riwayat ini secara marfu’”.
Sedangkan hadits ‘Imraan bin Hushain, tidak ada asalnya (laa ashla lahu).
Hadits : “Sesungguhnya matahari dan bulan akan bersinar lagi…” ; maka Al-Qurthubiy tidak menyebutkan sanadnya. Kalaupun tohdianggap shahih, maka kembalinya matahari dan bulan seperti semua tidak menunjukkan bahwa pintu taubat dibuka kembali untuk kali yang lain.
Al-Haafidh menyebutkan bahwa ia tetap berpegang pada nash yang jelas dalam perbedaan pendapat ini, yaitu hadits ‘Abdullah bin ‘Amr yang menyebutkan terbitnya matahari dari barat, yang di dalamnya terdapat ucapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
فمن يومئذ إلى يوم القيامة (لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ )....الآية.
“Maka sejak hari itu hingga hari kiamat : ‘tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu’”.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar