Translate

Sabtu, 03 Februari 2018

Penjelasan Makna Duburush-sholaah

Para ulama berbeda pendapat tentang makna duburush-shalaah, sebagaimana terdapat dalam hadits :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن يَحْيى الثَّقَفِيُّ الْمَرْوَزِيُّ، قَالَ : حَدَّثَنَا حَفْصُ بن غِيَاثٍ، عن ابن جُرَيْجٍ، عن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بن سَابِطٍ، عن أَبِي أُمَامَةَ، قالَ : قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ : أيُّ الدُّعَاءِ أَسْمعُ ؟ قَالَ : ((جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلواتِ الْمَكْتُوبَاتِ)).

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahyaa Ats-Tsaqafiy Al-Marwaziy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Ibnu Juraij, dari ‘Abdurrahmaan bin Saabith, dari Abu Umaamah, ia berkata : Dikatakan : ‘Wahai Rasulullah, kapankah waktu yang paling baik saat doa dikabulkan ?’. Beliau bersabda : ‘Akhir waktu malam dan akhir shalat-shalat yang diwajibkan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3499, dan ia berkata : “Hasan”].

Ada yang berpendapat akhir shalat sebelum salam, dan yang lain berpendapat seusai shalat setelah salam. Berikut pembahasan ringkasnya :

1.     Akhir Shalat Sebelum Salam.

Para ulama yang memegang pendapat ini mengatakan bahwa perkataan ‘akhir dari sesuatu’ (duburusy-syai’) masih merupakan bagian dari sesuatu itu. Ini adalah makna asal. Dalil mereka dalam hal ini antara lain :

a.      Hadits Mu’aadz bin Jabal radliyallaahu ‘anhu.

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ مُسْلِمٍ، يَقُولُ: حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ، عَنْ الصُّنَابِحِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ، وَقَالَ: " يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar bin Maisarah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yaziid Al-Muqri’ : Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih, ia berkata : Aku mendengar ‘Uqbah bin Muslim berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Abdirrahman Al-Hubuliy, dari Ash-Shunaabihiy, dari Mu’aadz bin Jabal : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda memegang tangannya dan bersabda : “Wahai Mu’aadz, demi Allah sungguh aku mencintaimu, demi Allah sungguh aku mencintaimu. Aku akan berwasiat kepadamu wahai Mu’aadz. Janganlah engkau tinggalkan doa di akhir setiap shalat (fii duburi kulli shalaah). Bacalah : Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan ibadah kepada-Mu dengan baik)” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1522; shahih].

Kalimat fii duburi kulli shalaah dalam riwayat lain dijelaskan masih merupakan bagian dari shalat itu sendiri :

أَخْبَرَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنِ الصُّنَابِحِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " إِنِّي لَأُحِبُّكَ يَا مُعَاذُ "، فَقُلْتُ: وَأَنَا أُحِبُّكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فَلَا تَدَعْ أَنْ تَقُولَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ: رَبِّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Aku mendengar Haiwah menceritakan dari ‘Uqbah bin Muslim, dari Abu ‘Abdirrahmaan Al-Hubuliy, dari Ash-Shunaabihiy, dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallammemegang tanganku lalu bersabda : “Sungguh aku mencintaimu wahai Mu’aadz”. Aku berkata : “Sungguh, aku pun mencintaimu wahai Rasulullah”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah engkau tinggalkan untuk berdoa di setiap shalat : ‘Rabbi a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘abaadatik (Wahai Rabbku, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan ibadah kepada-Mu dengan baik)” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1303; shahih].

b.      Hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu.

حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الدُّورِيُّ، وَيَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ، وَالدَّقِيقِيُّ، قَالُوا: ثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، قَالَ: ثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَمَنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمَنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Abbaas Ad-Duuriy, Yaziid bin Sinaan, dan Ad-Daqiiqiy, mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Haaruun bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Al-Mubaarak, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Abi Katsiir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di akhir setiap shalat : “Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabin-naar wa ‘adzaabil-qabri, wa min fitnatil-mahyaa wal-mamaati, wa min syarril-masiihid-dajjaal (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ‘adzab neraka dan ‘adzab kubur. Dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati, serta kejahatan Al-Masiih Ad-Dajjaal)” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah dalam Al-Mustakhraj no. 2078; shahih].

Kalimat fii duburi kulli shalaah dalam riwayat lain disebutkan setelah bacaan tasyahud, masih dalam shalat :

أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ أَبِي مَعْشَرٍ أَبُو عَرُوبَةَ، بِحَرَّانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَهْبِ بْنِ أَبِي كَرِيمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحِيمِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مُجَاهِدٍ أَبِي الْحَجَّاجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: مَا صَلَّى نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعًا أَوِ اثْنَتَيْنِ، إِلا سَمِعْتُهُ يَدْعُو: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الصَّدْرِ، وَسُوءِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Husain bin Abi Ma’syar Abu ‘Aruubah di negeri harraan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Wahb bin Abi Kariimah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah, dari Abu ‘Abdirrahiim, dari Zaid bin Abi Unaisah, dari Abu Ishaaq, dari Mujaahid Abul-Hajjaaj, dari Abu Hurairah, ia berkata : “Tidaklah Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat empat raka’at atau dua raka’at kecuali aku mendengar beliau berdoa : “Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabin-naar wa min ‘adzaabil-qabri, wa min fitnaish-shadr, wa suuil-mahyaa wal-mamaati (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka, adzab kubur, fitnah hati, dan kejelekan kehidupan dan sesudah mati)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 1002; shahih].

وحَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ، وَابْنُ نُمَيْرٍ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا، عَنْ وَكِيعٍ، قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عَائِشَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ، فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ "

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin ‘Aliy Al-Jahdlamiy, Ibnu Numair, Abu Kuraib, dan Zuhair bin Harb, semuanya dari Wakii’ -. Abu Kuraib berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Al-Auzaa’iy, dari Hassaan bin ‘Athiyyah, dari Muhammad bin Abi ‘Aaisyah, dari Abu Hurairah. Dan dari Yahyaa bin Abi Katsiir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila salah seorang di antara kalian telah bertasyahud, maka berlindunglah kepada Allah atas empat hal. Bacalah : Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wa min ‘adzaabil-qabri, wa min fitnatil-mahyaa wal-mamaati, wa min syarri fitnatil-masiihid-dajjaal (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam,adzab kubur, fitnah kehidupan dan sesudah mati, serta kejelekan fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 588].

2.     Seusai Shalat Setelah Salam.

Para ulama yang berpegang pada pendapat ini berdalil dengan banyak dalil, di antaranya :

a.      Hadits Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan radliyallaahu ‘anhumaa.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنِ الْمُسَيَّبِ بْنِ رَافِعٍ، عَنْ وَرَّادٍ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، قَالَ: كَتَبَ الْمُغِيرَةُ: إِلَى مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ: أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا سَلَّمَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ "

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Musayyib bin Raafi’, dari Warraad maula Al-Mughiirah bin Syu’bah : Al-Mughiirah pernah menulis surat kepada Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di akhir setiap shalat apabila selesai salam : Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku walahul-hamdu wahuwa ‘alaa kulli syain-qadiir. Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta, walaa yanfa’u dzal-jaddi minkal-jaddu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6330].

b.      Hadits Sa’d bin Abi Waqqaash radliyallaahu ‘anhu.

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ مَيْمُونٍ الْأَوْدِيَّ، قَالَ: كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ الْمُعَلِّمُ الْغِلْمَانَ الْكِتَابَةَ، وَيَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ "، فَحَدَّثْتُ بِهِ مُصْعَبًا فَصَدَّقَهُ

Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Malik bin ‘Umair : Aku mendengar ‘Amru bin Maimuun Al-Audiy, ia berkata : “Sa’d biasa mengajari anak-anaknya dengan kalimat-kalimat itu sebagaimana seorang pengajar mengajari anak-anak kecil menulis. Ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berta’awwudz dengannya padaakhir shalat : ‘Allaahumma innii a’uudzubika minal-jubni wa a’uudzubika an uradda ilaa ardzalil-‘umuri, wa a’uudzubika min fitnatid-dun-yaa wa a’uudzubika min ‘adzaabil-qabri (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun), aku berpindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung berlindung kepada-Mu dari adzab kubur)’. Lalu aku menceritakannya kepada Mush’ab, lalu ia membenarkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2822].

Dalam riwayat Ibnu Hibbaan rahimahullahdijelaskan maknanya :

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الْعِجْلِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ شَيْبَانَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، وَعَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ الأَوْدِيِّ، قَالا: كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ الْمَكْتَبُ الْغِلْمَانَ، يَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ بَعْدَ كُلِّ صَلاةٍ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Utsmaan Al-‘Ijliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Muusaa, dari Syaibaan, dari ‘Abdul-Malik bin ‘Umair, dari Mush’ab bin Sa’d dan ‘Amru bin Maimuun Al-Audiy, mereka berdua berkata : Sa’d biasa mengajari anak-anaknya dengan kalimat-kalimat itu sebagaimana seorang juru tulis mengajari anak-anak kecil menulis. Ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berta’awwudz dengannya setelah shalat : ‘Allaahumma innii a’uudzubika minal-bukhli wa a’uudzubika minal-jubni wa a’uudzubika min an uradda ilaa ardzalil-‘umuri, wa a’uudzubika min fitnatid-dun-yaa wa a’uudzubika min ‘adzaabil-qabri (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung berlindung kepada-Mu dari adzab kubur)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 2024].

c.      Hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu.

حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا وَرْقَاءُ، عَنْ سُمَيٍّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، قَالَ: " كَيْفَ ذَاكَ؟ " قَالُوا: صَلَّوْا كَمَا صَلَّيْنَا، وَجَاهَدُوا كَمَا جَاهَدْنَا، وَأَنْفَقُوا مِنْ فُضُولِ أَمْوَالِهِمْ وَلَيْسَتْ لَنَا أَمْوَالٌ، قَالَ: " أَفَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَمْرٍ تُدْرِكُونَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، وَتَسْبِقُونَ مَنْ جَاءَ بَعْدَكُمْ، وَلَا يَأْتِي أَحَدٌ بِمِثْلِ مَا جِئْتُمْ بِهِ، إِلَّا مَنْ جَاءَ بِمِثْلِهِ، تُسَبِّحُونَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا، وَتَحْمَدُونَ عَشْرًا، وَتُكَبِّرُونَ عَشْرًا "

Telah menceritakan kepadaku Ishaaq : Telah mengkhabarkan kepada kami Yaziid : Telah mengkhabarkan kepada kami Warqaa’, dari Sumaiy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah : Mereka berkata : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya : “Maksudnya ?”. Mereka menjawab : “Mereka (orang-orang kaya) shalat sebagaimana kami shalat, berjihad sebagaimana kami berjihad, dan mereka bersedekah dari kelebihan harta mereka namun kami tidak mempunyai harta untuk dishadaqahkan (seperti mereka)”. Beliau menjawab : “Maukah aku khabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul (kebaikan) orang-orang sebelum kalian, dan mendahului (kebaikan) orang-orang sesudah kalian. Tidak ada seorang pun yang datang dengan kebaikan semisal kebaikan yang kalian lakukan, kecuali mereka berbuat berbuat semisal kalian?. Hendaklah kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir pada akhir setiap shalatsebanyak sepuluh kali” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6329].

Telah menjadi kesepakatan bahwa dzikir ini dibaca setiap selesai shalat setelah salam, bukan dalam shalat sebelum salam.

Ash-Shan’aniy rahimahullah berkata :

قوله دبر الصلاة هنا وفي الأول يحتمل أنه قبل الخروج لأن دبر الحيوان منه وعليه بعض أئمة الحديث ويحتمل أنه بعدها وهو أقرب

“Sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘duburush-shalaah’ dalam hadits ini dan yang sebelumnya mungkin maksudnya adalah sebelum selesai shalat, karena dubur hewan adalah termasuk darinya. Pendapat inilah yang dipegang oleh sebagian imam hadits. Dan mungkin juga maksudnya adalah setelah selesai shalat, dan itulah yang lebih dekat dengan kebenaran” [Subulus-Salaam, 1/197].

Melihat dalil-dalil yang dibawakan oleh kedua pendapat di atas, makna duburush-shalaah memang dapat dibawa kepada makna sebelum salam atau setelah salam seusai shalat, dengan perincian sebagai berikut :

a.     Doa dalam nash yang disunnahkan dibaca pada duburush-shalaah (akhir shalat), maka maknanya adalah sebelum salam. Ini sesuai dengan makna makna asal sebagaimana disebutkan di atas.

Ini selaras dengan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang anjuran berdoa setelah bacaan tahiyyat :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ الْأَعْمَشِ، حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا: السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ، وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ فِي السَّمَاءِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو "

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Al-A’masy : Telah menceritakan kepadaku Syaqiiq, dari ‘Abdullah, ia berkata : Dulu, kami apabila bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat (berjama’ah), kami berkata : ‘Assalaamu ‘alallaah min ‘ibaadihi, assalaamu ‘alaa Fulaan wa Fulaan (Semoga kesejahteraan terlimpah kepada Allah dari para hamba-Nya. Dan semoga kesejahteraan terlimpah kepada Fulan dan Fulan)’’. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jangan kalian mengucapkan ‘assalaamu ‘alallaah’, karena Allah adalah As-Salaam. Akan tetapi ucapkanlah : At-tahiyyaatu lillaahi wash-shalawaatu wath-thayyibaat, as-salaamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shaalihiin. Apabila engkau mengucapkannya, maka salammu itu mengenai semua hamba yang ada di langit atau antara langit dan bumi. (Kemudian lanjutkan dengan membaca) Asyhadu an-laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Kemudian hendaknya ia memilih doa yang paling senangi, lalu berdoa dengannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 835].

Hadits ini menjadi syahid bahwa membaca doa-doa itu dilakukan setelah bacaan at-tahiyyaat sebelum salam.

b.     Dikecualikan dari point a; jika ada keterangan nash yang menyebutkan dengan lafadh duburush-shalaah dan dijelaskan bahwa ia dibaca seusai shalat setelah salam; maka doa itu dibaca seusai shalat. Contohnya seperti hadits Sa’d bin Abi Waqqaash radliyallaahu ‘anhu di atas (yang dibawakan oleh pendapat kedua). Contoh lain :

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ، عَنْ مَوْلًى لِأُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ الْفَجْرِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا "

Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Muusaa bin Abi ‘Aaisyah, dari maulaa Ummu Salamah, dari Ummu Salamah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa pada akhir shalat Shubuh (dubur al-fajr) : “Allaahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an, wa ‘amalan mutaqabbalan, wa rizqan thayyiban” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 6/294; sanadnya lemah karena jahalah maula Ummu Salamah – akan tetapi ia dikuatkan oleh riwayat di bawah].

Dalam riwayat lain disebutkan makna duburul-fajr adalah setelah selesai shalat Fajr/Shubuh :

أَخْبَرَنِي الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُفَيْرٍ الأَنْصَارِيُّ بِبَغْدَادَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَامِرٍ الأَصْبَهَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ النُّعْمَانِ، يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ السَّلامِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بَعْدَ صَلاةِ الْفَجْرِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رِزْقًا طَيِّبًا، وَعِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلا مُتَقَبَّلا "

Telah mengkhabarkan kepadaku Al-Husain bin Muhammad bin ‘Ufair Al-Anshaariy di Baghdaad, Abu ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin ‘Aamir Al-Ashbahaaniy : Telah menceritakan kepada kami ayahku, dari An-Nu’maan, yaitu Ibnu ‘Abdis-Salaam, dari Sufyaan, dari Manshuur, dari Asy-Sya’biy, dari Ummu Salamah, ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca setelah shalat Shubuh : “Allaahumma innii as-aluka rizqan thayyiba, wa ‘ilman naafi’a, wa ‘amalan mutaqabbala” [Diriwayatkan oleh Abu Bakr Al-Ismaa’iiliy dalam Mu’jam-nya 2/624; shahih].

Dan yang lainnya.

c.      Bacaan dzikir dalam nash yang disunnahkan dibaca pada duburush-shalaah (akhir shalat), maka maknanya adalah setelah salam. Seperti misal membaca istighfar, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan yang semisalnya. Ini sesuai dengan firman Allah ta’ala:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat-(mu), maka berdzikirlah kepada Allah” [QS. An-Nisaa’ : 103].

Doa yang dibaca adalah doa-doa ma’tsur yang terdapat dalam nash.

وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ هَانِئٍ الْأَثْرَمُ: قُلْتُ لِأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: " بِمَاذَا أَدْعُو بَعْدَ التَّشَهُّدِ؟ قَالَ: بِمَا جَاءَ فِي الْخَبَرِ، قُلْتُ لَهُ: أَوَ لَيْسَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثُمَّ لْيَتَخَيَّرْ مِنَ الدُّعَاءِ مَا شَاءَ؟ قَالَ: يَتَخَيَّرُ مِمَّا جَاءَ فِي الْخَبَرِ، فَعَاوَدْتُهُ، فَقَالَ: مَا فِي الْخَبَرِ "

Telah berkata Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Haani’ Al-Atsram : Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal rahimahullah : “Dengan apa aku berdoa setelah tasyahud ?”. Ia berkata : “Dengan doa yang terdapat dalam khabar/hadits”. Aku bertanya kepadanya : “Bukankah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘kemudian hendaknya ia memilih doa yang dikehendakinya’ ?”. Ia berkata : “Ia memilih doa-doa yang terdapat dalam khabar”. Aku (Al-Atsaram) mengulangi pertanyaanku tadi dan ia (Ahmad) menjawab : “Apa yang terdapat dalam khabar” [Dzammul-Kalaam wa Ahlihi oleh ‘Abdullah Al-Anshaariy, 4/16-17].

Berdoa Setelah Shalat Bid’ah ?

Ada sebagian ikhwan yang memutlakkan bahwa doa setelah shalat adalah bid’ah. Ini keliru. Pertama, di atas telah disebutkan contoh doa yang diucapkan setelah salam berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Kedua, para ulama dan imam telah membuat satu bab tersendiri dalam kitab mereka dengan judul doa setelah shalat. Misalnya : Al-Imaam Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya yang membuat bab berjudul [الدعاء بعد الصلاة] = ‘Doa setelah shalat’. Begitu juga Ibnu Hibbaan dalam Al-Mawaarid. Ath-Thabaraaniy dalam Ad-Du’aa membuat bab berjudul : al-qaulu fii adbaarish-shalawaat (ucapan/perkataan di akhir shalat), yang kemudian menyebutkan beberapa dzikir dan doa. Dan yang lainnya.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar