Translate

Selasa, 27 Februari 2018

Tokoh Shufi Dibalik Keberhasilan Sulthan Muhammad Al-fatih

Kebenaran tidak hanya satu sisi saja di dalam pembuktiannya, melainkan banyak sisi lainnya yang membuktikan kebenaran tersebut. Kebenaran Akidah Ahlus sunnah wal Jama’ah bukan hanya satu sisi saja untuk membuktikan kebenarannya, namun banyak sisi pembuktian yang menyatakan kebenaran Ahlus sunnah wal Jama’ah.

Salah satu hadits berikut ini, juga merupakan satu sisi dari sekian banyak sisi dari pembuktian kebenaran ajaran Ahlus sunnah wal Jama’ah, karena tidak ada lain akidah dan ajarannya bersumber dari akidah dan ajaran Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْاَمِيرُ اَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ قَالَ فَدَعَانِي مَسْلَمَةُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ فَسَاَلَنِي فَحَدَّثْتُهُ فَغَزَا الْقُسْطَنْطِينِيَّةَ
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”[HR Ahmad]

Hadits ini juga disebutkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya no. 8300 dan beliau menilai sahih sanad hadits tersebut, diikuti juga oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis al-Mustadraknya. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabirnya : 1216. Al-Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabirnya : 1760. Al-Haitsami juga menyebutkan dalam Majma’ az-Zawaidnya : 10384 dan mengatakan para perowinya tsiqah (terpercaya). Ibnu Abdil Barr juga menyebutkan dalam al-isti’abnya dan menilainya sanadnya hasan. As-Suyuthi juga menyebutkan hadits ini dalam al-Jami’ ash-Shagirnya : 7227 dan menilai hadits ini sahih.

Maka yang menilai hadits ini sahih adalah :

1. Al-Hakim
2. Adz-Dzahabi
3. Ibnu Abdil Barr, beliau menilainya hasan.
4. Al-Haitsami, beliau menilainya tsiqah semua perowinya.
5. As-Suyuthi, beliau menilai sahih.

Hadits ini juga memiliki syahid sebagai berikut :

عن أبي قبيل قال: سمعت عبد الله بن عمرو وسئل: أي المدينتين يفتح أولا قسطنطينة أو رومية ؟ قال: فدعا عبد الله بن عمرو بصندوق له حلق فأخرج منه كتابا فجعل يقرأه قال فقال: بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه وسلم نكتب إذ سئل: أي المدينتين يفتح أولا قسطنطينية أو رومية؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: بل مدينة هرقل أولا تفتح
“ Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih.

Sedangkan yang mendhoifkan hadits (pertama) tersebut adalah :

1. Albani, silakan lihat di Adl-Dla’iifah Albani no. 878
2. Syu’aib al-Arnauth, lihat dalam Takhriij Al-Musnad 31/287-288

Alasan al-Arnauth menilai hadits tersebut dhaif adalah kemajhulan Abdullah bin Bisyr Al-Khats’amiy. Sedangkan Alasan Albani menilai hadits tersebut dhaif adalah tafarrudnya Abdullah bin Bisyr Al-Ghanawi dan juga kemajhulannya. Albani mengira al-Ghanawi bukanlah al-Khats’amy yang dinilai tisqah para ulama dengan melihat tarjamah dari Ibnu Hajar al-Atsqalani yang juga tidak memastikannya.

Tanggapan kami :
Pertama : Penilaian sahih (tashih) para ulama di atas terhadap hadits tersebut, merupakan juga penilaian sifat ‘adalah (ta’dil) kepada para perowinya. Sebagaimana kaidah hadits masyhur berikut ini :

إن التصحيح فرع عن التوثيق
“ Sesungguhnya tashih (penilaian sahih) itu merupakan cabang dari tautsiq (penilaian tsiqah) “.

Kedua : Penilaian Takhrij al-Arnauth salah, karena sesungguhnya al-Khats’amy itu ma’ruf tidak majhul. Biografinya disebutkan banyak ulama ahli hadits dan juga diriwayatkan oleh al-Jama’ah. Ibnu Hajar mengatakan ia shaduq, adz-Dzahabi menilai ia tsiqah. Abu Hatim mengenalnya sebagaimana disebutkan dalam al-Ishabah :

ويقال الخثعمي قال أبو حاتم مصري له صحبة وقال بن السكن عداده في أهل الشام
“ Dikatakan juga ia adalah al-Khats’amy, Abu Hatim mengatakan, “ Ia seorang dari Mesir dan memiliki shuhbah (sahabat Nabi) “, Ibnu as-Sakan mengatakan, “ ia termasuk penduduk Syam “.

Ketiga : penilaian dhaif Albani terhadap al-Ghanawi juga salah, sebab al-Ghanawi telah ditautsiq (dinilai tsiqah) oleh Ibnu Hibban. Ia mengira al-Ghanawi lain orang dan bukan al-Khats’amy yang tsiqah. Padahal al-Hafidz Ibnu Hajar tidak memastikan hal itu. Abu Hatim mengatakan tentang al-Ghanawi dengan ucapannya “ Syaikh “ yakni seorang syaikh. Padahal Albani dalam kitabnya al-Fawaid al-Haditsiyyah halaman 63 mengatakan bahwa sebutan syaikh adalah dinilai dalam martabah / tingkatan ta’dil.

Siapakah yang menaklukkan Konstantinopel ?

Sejak Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang akan ada sebaik-baik amir dan sebaik-baik pasukannya yang menaklukkan Konstantinopel, maka para sahabat berkeinginan dan berharap mampu menaklukkan Konstantinopel karena bercita-cita mendapat rekomendasi dari sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Betapa tidak, Rasulullah memang benar-benar memuji sosok sang amir dan pasukannya tersebut. Hingga setiap orang di masa sahabat bahkan di masa tabi’in berharap menjadi sosok tersebut.

Konstantinopel Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks yang merupakan salah satu pecahan dari kekaisaran Romawi yang terpecah menjadi dua, satunya adalah Katholik Roma di Vatikan. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.

Konstantinopel juga merupakan salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu”awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ”Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.

Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.

Hingga pada abad ke delapan tepatnya Tahun 857 H / 1453 M, kota Konstantinopel dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani. Oleh sebab itulah beliau terkenal dengan julukan al-Fatih yang bermakna sang pembuka atau penakluk.

Biografi Singkat

Sultan Muhammad II ini dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki tahta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481), beliau dijuluki dengan al-Fatih (sang pembuka/penakluk) dan Abul Khoirat (Suka berbuat kebaikan).

Beliau memimpin Daulah Utsmaniyyah setelah wafat ayahnya sulthan Murad II pada tanggal 16 Muharram tahun 855 Hijriyyah atau bertepatan pada 18 Februari 1451 Masehi. Usia beliau saat itu 19 tahun. Beliau seorang sultan yang kuat dan adil, pemberani, tawadhu’ dan tekun beribadah kepada Allah Ta’ala. Sejak masa pubernya sudah mampu mengungguli tema-teman sebayanya atau orang-orang dewasa saat itu dalam berbagai bidang ilmu. Sangat perhatian kepada rakyat dan bala tentaranya.

Sejak kecil, beliau di didik secara intensif oleh para ulama’ terkemuka di zamannya. Diantara gurunya adalah Muhammad bis Ismail al -Qourani al-Kurdi. Dibawah bimbingannya, Muhammad belajar dengan giat dan hafal al-Quran sejak usia dini. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama’ untuk mengajar anaknya (Sultan Muhammad Al-Fatih), tetapi oleh Sultan Muhammad Al-Fatih menolaknya. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Sultan Muhammad Al-Fatih jika beliau membantah perintah gurunya. Ia juga mengaji berbagai macam disiplin ilmu kepada Syekh Aaq Syamsuddin (Samsettin). Namanya yang sebenar ialah Muhammad bin Hamzah Ad-Dimasyqi Ar-Rumi yang mana nasabnya sampai kepada Saidina Abu Bakar As-Siddiq RA. Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur”an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya, Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.

Syaikh Aaq Syamsuddin bukan hanya pakar dalam bidang ilmu agama, beliau juga pakar dalam bidang pengobatan. Sehingga imam asy-Syaukani mengatakan :

وصار مع كونه طبيباً للقلوب طبيباً للأبدان فإنه اشتهر أن الشجرة كانت تناديه وتقول: أنا شفاء من المرض الفلاني ثم اشتهرت بركته وظهر فضله
“ Beliau selain seorang dokter bagi hati, belaiau juga seorang dokter bagi tubuh, karena telah tersohor / terkenal bahwa pohon seolah memanggilnya dan berkata, “ Aku adalah obat bagi penyakit fulan “, kemudian tersohor lah keberkahan dan tampaklah keutamaannya “

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi.

Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan tentang sultan Muhammad :

محمد خان بن مراد خان بن محمد خان بن بايزيد خان بن اورخان ابن عثمان الغازى سلطان الروم وابن سلاطينها ولد سنة 836 ست وثلاثين وثمان مائة وهو الذي أسس ملك بنى عثمان وقرر قواعده ومهد قوانينه وهو الذي افتتح القسطنطينة الكبرى وساق إليها السفن برا وبحرا وكان فتحها في يوم الأربعاء من جمادى الآخرة سنة 857 واستقر بها هو ومن بعده من السلاطين وبنى بها المدارس الثمان المشهورةوكان مائلا إلى العلماء مقربا لهم يخلطهم بنفسه ويأخذ عنهم في كل علم ويحسن إليهم ويستجلبهم من الأقطار النائية ويراسلهم ويفرح إذا دخل إلى مملكته واحد منهم وله معهم أخبار مبسوطة في الشقائق النعمانية عند ذكر علماء دولته وتوفي سنة 886 ست وثمانين وثمان مائة

“ Muhammad khan bin Murad khan bin Muhammad Khan Bayazid Khan bin Uru Khan bin utsman al-Ghazi. Beliau seorang sultan Romawi putra para sultan, dilhairkan tahun 836  Hijriyyah. Beliaulah yang membangun Bani Utsman dan menetapkan kaidah dan perundangangannya. Beliau juga lah yang menaklukkan Konstantinopel besar, dengan menggiring kapal-kapal baik secara daratan maupun lautan. Penaklukkannya terjadi pada hari Rabu Jumadil Akhir 857 H. beliau dan sultan setelahnya menetap di sana, membangun delapan madrasah yang terkenal. Beliau selalu condong pada ulama, mendekati mereka dengan sendirinya. Mengambil setiap ilmu dari para ulama, berbuat baik pada mereka, sering berkorespondensi dengan para ulama dari berbagai daerah, dan bahagia jika ada satu ulama yang datang ke kerajaannya. Beliau memiliki sejarah yang luas di berbagai kitab sejarah khususnya dalam kitab asy-Syaqai an-Nu’maniyyah ketika menyebutkan ulama daulahnya. Beliau wafat tahun 886 H. “

Firasat ulama.
Syeikh Bayram mengatakan sekiranya mahu berjaya menawan Kota Konstantinopel tuanku pastikan dahulu tentera dan rakyat tuanku juga baik. Apabila pemimpim baik, tentera baik dan rakyat baik barulah hadis Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi kenyataan. Sultan Murad agak terkejut mendengarnya tapi mengakui kebenaran kata-kata tersebut.

Syeikh Bayram mengatakan, “ Mengikut firasat saya yang dikurniakan Allah, bukan tuanku menawan konstantinopel tetapi putera tuanku “. Sultan Murad terkejut kerana beliau tidak memiliki anak. Namun Syeikh Bayram mengatakan tuanku akan mendapat seorang anak yang baik seperti yang dimaksudkan oleh hadis Rasulullah S.hallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikh Aaq Syamsuddin (Samsettin) mengatakan dalam khutbahnya di hadapan sultan Muhammad al-Fatih dan pasukannya :

ياجنود الاسلام. اعلموا واذكروا أن النبي  قال في شأنكم: (لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش. ونسأل الله سبحانه وتعالى أن يوفقنا ويغفر لنا. ألا لاتسرفوا في ما أصبتم من أموال الغنيمة ولاتبذروا وأنفقوها في البر والخير لأهل هذه المدينة، واسمعوا لسلطانكم وأطيعوه وأحبوه.

“ Wahai prajurit Islam, ketahuilah dan ingatlah bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda mengenai urusan kalian, Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan “, aku memohoh kepada Allah Ta’ala agar memberikan kita taufiq dan mengampuni dosa kita. Jangan lah kalian berlebihan dari harta ghanimah yang akan kalian peroleh, jangan berbuat mubadzir, infaqkanlah dalam kebaikan bagi penduduk kota tersebut. Ta’atlah kepada sulthan kalian dan cintailah ia “.

Kemudian syaikh menoleh kepada sultan Muhammad dan berkata :

ياسلطاني ، لقد أصبحت قرة عين آل عثمان فكن على الدوام مجاهداً في سبيل الله

“ Wahai sultanku, engkau telah menjadi penyejuk mata bagi keluarga Utsman, teruslah berjihad di jalan Allah “.

Setelah kelak sultan Muhammad berhasil menaklukkan Konstantinopel, beliau mengatakan kepada pasukannya :

إنكم ترونني فرحاً . فرحي ليس فقط لفتح هذه القلعة إن فرحي يتمثل في وجود شيخ عزيز الجانب، في عهدي، هو مؤدبي  الشيخ آق شمس الدين

“ Sesungguhnya kalian melihatku bergembira. Kegembiraanku bukan hanya karena menaklukkan kota ini, sesungguhnya kegembiraanku karena wujudnya seorang syaikh mulia di masaku ini di sampingku ini, beliau seorang murabbi dan pendidikku yaitu syaikh Aaq Syamsuddin “

Ahli Ilmu Kedokteran

Syeikh Syamsuddin bukan hanya ahli bidang syariah, tasawuf dan akhlak, namun ia juga dikenal ahli pengobatan. Syeikh memiliki kepedulian terhadap penyakit jasmani, sebagaimana ia peduli dengan penyakit-penyakit rohani. Dia menulis kitab berjudul Maadat al-Hayat. Dalam buku tersebut, Syeikh mengatakan, “Sangat keliru jika dikatakan bahwa penyakit-penyakit itu berpindah dari satu orang ke orang lain dengan cara menular. Penularan ini sangat kecil dan renik, hingga tidak mampu dilihat oleh mata telanjang. Penularan ini terjadi karena adanya kuman yang hidup”.

Dia dikenal orang pertama yang melakukan penelitian kuman pada abad ke-15 M. Dimana pada saat itu belum ada mikroskop. Ia jauh mendahului ilmuan Eropa. Eropa baru melakukan penelitian tentang kuman empat abad setelah Syeikh Syamsudin. Dilakukan oleh Louis Pasteour, ahli Biologi dan Kimia asal Prancis. Namun, dalam dnia ilmu Biologi, Louis Pasteour lebih dikenal daripada Syeikh Syamsuddin.

Karya-karya Syeikh cukup beragam, mulai tentang akhlak, tasawwuf, hingga kedokteran. Di antara karyanya adalah; Madaat al-Hayat, Kitab al-Thibb, Hallul Musykilat, al-Risalah al-Nuriyah, Maqalatul Auliya’, Risalah fi Dzikrillah, Talkhish al-Mata’in, Daf’u al-Mataa’in, Risalah fi Syarh Haaji Bayaram Wali. Syeih Syamsuddin meninggal dunia di kota tempat tinggalnya, Koniyoka, wilayah Turki pada tahun 863 H/1459 M.

Penyerangan ke Konstantinopel.

Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta”ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur”an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ”Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.

Kota dengan benteng 10 m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Trik dan strategi yang luar biasa.

Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri). Sehingga berkata salah seorang sejarawan :

ما رأينا ولا سمعنا من قبل بمثل هذا الشيء الخارق، محمد الفاتح يحول الأرض الى بحار وتعبر سفنه فوق قمم الجبال بدلاً من الأمواج، لقد فاق محمد الثاني بهذا العمل الأسكندر الأكبر

“ Kami sebelumnya tidak pernah melihat dan mendegar perkara yang luar biasa ini. Muhammad al-Fatih merubah bumi menjadi lautan dan kapal-kapalnya telah berjalan melewati pegunungan tinggi sebagai ganti dari ombak lautan. Sungguh Muhammad II ini telah mengungguli al-Iskandar al-Akbar dengan usahanya itu “.

Kemudian sultan Muhammad membangun benteng kuat di sekitar pinggiran kota Konstantinopel untuk mempersiapkan strategi berikutnya. Dan beliau mulai menyerang musuh dari daratan maupun lautan siang dan malam dengan berbagai peralatan perang tanpa henti, sehingga musuh menjadi lemah. Pasukan sultan Muhammad mengepung dari berbagai titik tempat.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng di berbagai titik tempat yang menembus dalam kota. Usaha ini tidak mudah, karena tercium juga oleh pasukan musuh, sehingga tatkala beberapa pasukan sultan Muhammad sudah memasuki jalur kota melalui terowongan tersebut, tiba-tiba pasukan musuh menembakinya dengan bom dan mengurup kembali lubang tersebut, sehingga tidak sedikit pasukan sultan Muhammad yang tewas di dalamnya. Usaha ini terus dilakukan di beberapa tempat lainnya hingga cukup menimbulkan kepanikan musuh di dalam kota tersebut, sehingga mereka bingung, panic sampai mereka berkhayal bahwa suara gerakan kaki mereka ketika berjalan dikira suara galian tanah dari pasukan sultan Muhammad al-Fatih. Mereka khawatir bahwa pasukan sultan Muhammad muncul secara tiba-tiba dari bawah tanah di hadapan mereka di berbagai tempat dalam kota tersebut. Mereka seperti orang mabok, padahal mereka sadar dan tidak mabok.

Kemudian sultan Muhammad membuat staretgi unik lagi untuk menyerang pasukan musuh yaitu dengan membuat benteng terbuat dari kayu, berbentuk tiga sudut putaran yang tinggi dan dapat bergerak. Benteng tersebut dilapisi besi baja yang basah agar terhindar dari panasnya api. Benteng itu disiapkan dengan bebarapa pasukan di setiap sudut putarannya. Yang berada di sudut putaran yang atas, terdiri dari pasukan pemanah yang siap memanah. Benteng bergerak ini berjalan hingga mendekati pagar-pagar musuh dan terjadilah perperangan dahysat. Berhari-hari beliau melakukan stretegi tersebut.

Sultan Muhammad terus memberi semangat jihad kepada para komando perangnya, dalam khutbahnya beliau mengatakan :

إذا تم لنا فتح القسطنطينية تحقق فينا حديث من أحاديث رسول الله ومعجزة من معجزاته وسيكون من حظنا ما أشاد به هذا الحديث من التمجيد والتقدير فأبلغوا أبناءنا العساكر فردا فردا ، أن الظفر العظيم الذي سنحرزه سيزيد الإسلام قدرا وشرفا ، ويجب على كل جندي أن يجعل تعاليم شريعتنا الغراء نصب عينيه فلا يصدر عن أحد منهم ما يجافي هذه التعاليم ، وليتجنبوا الكنائس والمعابد ولا يمسوها بأذى….

“ Jika telah sempurna penaklukan Konstantinopel ini bagi kita, maka nyatalah sudah hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, dan mu’jizat dari mu’jizat beliau, maka menjadi salah satu keberuntungan kita mendapatkan pujian dan rekoemndasi hadits ini. Oleh sebab itu, sampaikan pada putra-putra prajuritt kita masing-masing , bahwasanya kemenangan agung yang akan kita jaga akan menambah kemuliaan Islam. Dan wajib bagi setiap prajurit untuk menjadikan ta’lim syare’at suci kita ini di depan matanya, jangan sampai salah satu dari mereka mengesampingkan ta’lim ini. Dan menjauhi gereja serta kuil-kuil agar tidak menggangunya…”

Pada tanggal 20 Jumadil Ula tahun 857 H bertepatan tanggal 29 May 1435 Masehi pukul 01 pagi hari Selasa, Pasukan sultan Muhammad terus mengepung dan menyerang musuh, hingga Kemudian para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota tersebut. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Di tengah-tengah kota, sultan Muhammad al-Fatih sambil menunggangi kudanya berseru kepada pasukannya :

لقد أصبحتم فاتحي القسطنطينية الذي أخبر عنهم رسول الله

“ Sungguh kalian hari ini telah berhasil menaklukkan Konstantinopel yang telah Nabi shallahu ‘alaihi wasallam kabarkan “

Beliau memberikan tahniah / ucapan selamat kepada pasukannya dan melarang membunuh tawanan, memrintahkan bersikap lemah lembut dan berbuat baik pada mereka, kemudian beliau turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah Ta’ala sebagai rasa syukur, pujian dan rendah hati kepada Allah Ta’ala.

Beliau kemudiannya menuju ke Gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota berkenaan. Ketakutan jelas terbayang di wajah masing-masing bilamana beliau menghampiri pintu. Salah seorang paderi telah membuka pintu gereja, dan Al-Fatih meminta beliau supaya menenangkan sekalian mereka yang ada. Dengan toleransi Al-Fatih, ramai yang keluar dari tempat persembunyian masing-masing bahkan ada di kalangan paderi yang terus menyatakan keislaman mereka.

Selepas itu, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengarahkan supaya gereja berkenaan ditukar menjadi masjid supaya Jumaat pertama nanti akan dikerjakan solat di masjid ini. Para pekerja bertugas bertungkus lumus menanggalkan salib, patung dan gambar-gambar untuk tujuan berkenaan. Pada hari Jumaat itu, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama para muslimin telah mendirikan solat Jumaat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu telah disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Pada hari itu juga Sultan Muhammad Al-Fatih telah bersumpah bahawa barangsiapa yang menukar Masjid Aya Sofya kembali kepada gereja, maka akan berolehlah kutukan dan laknat darinya dan Tuhan Masjid Aya Sofya itu.

Setelah itu, Sultan membebaskan Serbia pada tahun 1460 dan Bosnia pada tahun 1462. Seterusnya Sultan membebaskan Italia, Hungaria, dan Jerman. Pada puncak kegemilangannya, Sultan Muhammad memerintah di 25 Negeri. Kemudian Sultan membuat persiapan untuk membebaskan Rhodesia. Tapi sebelum  rencana itu terlaksana Sultan meninggal dunia karena diracun oleh seorang Yahudi bernama Maesto Jakopa. Sultan Muhammad wafat pada 3 Mei 1481 ketika berusia 49 tahun.

Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Disebutkan oleh syaikh Nashir al-Fahd :

نه بعد فتحه للقسطنطينية سنة 857 هـ، كشف موقع قبر (أبي أيوب الأنصاري) رضي الله عنه وبنى عليه ضريحاً، وبنى بجانبه مسجداً وزين المسجد بالرخام الأبيض وبنى على ضريح أبي أيوب قبة
“ Sesungguhnya ia setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel tahun 857 H, ia menyingkap (menemukan) makam sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu dan membangun dharih (kuburan tinggi) dan membangun masjid di samping makamnya, menghiasi masjid tersebut dengan marmer putih, dan membangun kubah di atas kuburan Abu Ayyub “

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar