Translate

Sabtu, 24 Februari 2018

Penyebab Terhalangnya Doa

Sesunguhnya usaha tanpa berdoa seperti benda yang rapuh. Orang yang berdoa yakni orang yang memohon ada Allah SWT sesuatu yang dia inginkan. Keinginan itu ada kalanya terlalu muluk (mustahil terjadi), serta ada kalanya juga mungkin akan terjadi.  Namun hal hal yang mustahil, tentu tidak boleh kita mohonkan, sebab akal tidak menerima wujudnya. Dan sedangkan hal hal yang mungkin terjadi diharapkan untuk berdoa.

Adalah sangat baik jika kita memperbanyak doa, sebab memperbanyak doa adalah merupakan salah satu perintah Allah sebagaimana firman-Nya :

وَقَالَ رَبّكُـمْ ادْعُونِيَ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنّ الّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." [QS. Al-Mukmin : 60].

Namun jika kita merasa bahwa doa kita belum terkabulkan, maka kita tidak boleh putus asa. Kita harus ber-husnudhanpada Allah ta’ala dengan terus introspeksi terhadap diri kita sendiri. Ketika berdoa, kita harus memperhatikan adab-adab berdoa, diantaranya : ikhlash, sungguh-sungguh, khusyuk, penuh kerendahan, dan yakin bahwa doa kita pasti akan dikabulkan (sebagaimana firman Allah di atas). Awalilah doa kita dengan sanjungan kepada Allahta’ala dan shalawat kepada Nabi-Nya shallallaahu ’alaihi wasallam. Bisa jadi doa kita terhalang karena beberapa faktor, diantaranya :

1. Makan dan minum dari yang haram, mengkonsumsi barang haram berupa makanan, minuman, pakaian, dan hasil usaha yang haram. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لا يُقبَلَ إِلا طَيِّباً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ اْلمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحاً إِنِّي بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِاْلحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah ta’ala adalah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada para Rasul. Allah ta’ala berfirman : “Hai Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih” (QS. Al-Mu’minuun : 51). Dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah : 172). Kemudian Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata,”Ya Rabb..ya Rabb…”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram, dicukupi dari yang haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya?”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 1015].

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,

كَانَ لِأَبِي بَكْرٍ غُلاَمٌ يُخْرِجُ لَهُ الْخَرَاجَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأْكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ، فَجَاءَ يَوْمًا بِشَيْءٍ، فَأَكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ لَهُ الْغُلاَمُ: أَتَدْرِي مَا هَذَا؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: كُنْتُ تَكَهَّنْتُ لِإِنْسَانٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَمَا أُحْسِنُ الْكِهَانَةَ إِلاَّ أَنِّي خَدَعْتُهُ، فَلَقِيَنِي فَأَعْطَانِي بِذَلِكَ، فَهَذَا الَّذِي أَكَلْتَ مِنْهُ. فَأَدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَقَاءَ كُلَّ شَيْءٍ فِي بَطْنِهِ

“Dahulu, Abu Bakr memiliki seorang bujang yang biasa mengeluarkan kharaj (harta yang menjadi bagian majikan dari usaha budaknya, -red.) untuknya. Abu Bakr biasa makan dari kharaj itu. Pada suatu hari, si bujang datang membawa sesuatu, lalu Abu Bakr memakannya.
Berkatalah bujang itu, ‘Tahukah Anda makanan apakah ini?’
‘Makanan apakah ini?’ Abu Bakr balik bertanya.
Kata bujang itu, ‘Dahulu, pada masa jahiliah, saya selalu membisikkan hal-hal gaib kepada seseorang. Sebenarnya, saya tidak pandai perdukunan. Saya hanya menipunya. Dia pun menemui saya lalu memberi saya upah. Makanan yang Anda makan ini adalah dari upah itu.’
Seketika, Abu Bakr memasukkan jarinya ke mulutnya hingga memuntahkan semua yang ada di perutnya.”

Subhanallah! Coba bandingkan dengan sebagian besar saudara kita kaum muslimin saat ini, yang tidak hanya menceburkan diri dalam perkara syubhat (samar-samar), tetapi juga menceburkan diri dalam perkara haram!

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, neraka lebih pantas baginya.”

2. Minta cepat terkabul doa yang akhirnya meninggalkan doa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ

“Dikabulkan doa seseorang dari kalian selama ia tidak buru-buru,(dimana) ia berkata : ”Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan doaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5981 dan Muslim no. 2735].

لا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيْلَ يَا رَسوْلَ اللهِ مَا اْلاِسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُوْلُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيْبُ لِيْ فَيَسْتحْسِرَ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Senantiasa doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturahim, dan selama ia tidak meminta dengan tergesa-gesa (isti’jal)”. Ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, apa itu isti’jal ?”. Jawab beliau : “Jika seseorang berkata : ‘Aku sudah berdoa, memohon kepada Allah, tetapi Dia belum mengabulkan doaku’. Lalu ia merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan doanya tersebut” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2735].

Ketika Allah tidak mengabulkan doa seseorang—meskipun dia sudah bersungguh-sungguh dalam berdoa, belum tentu karena Allah tidak menyukainya. Akan tetapi, mungkin Allah menundanya sampai waktu yang tepat.

Masih ingatkah Anda kisah Nabi Zakariya ‘alaihissalam? Kapan beliau mempunyai putra? Setelah lanjut usia! Apakah sejak menikah, beliau pernah berhenti berdoa karena putus asa?

Perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا ٤

“Ia (Zakariya) berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa berdoa kepada-Mu, wahai Rabbku’.” (Maryam: 4)

Maksudnya, beliau tidak pernah merasa ditolak dan tidak dikabulkan doanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebaliknya, Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa sangat baik kepada beliau dan selalu mengabulkan doa beliau. Kebaikan dan kelembutan Allah subhanahu wa ta’ala selalu tertuju kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, hendaklah dipahami bahwa tidak terkabulnya doa adalah salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu wa ta’alaepada seorang hamba. Oleh sebab itu, hendaklah dia bersabar menerima ujian tersebut. Bisa jadi, tidak terkabulnya doa yang dia panjatkan itu agar dia mengoreksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Di sisi lain, terpenuhinya semua harapan hamba belum tentu menjadi pertanda kebaikan bagi dirinya. Sebab, mungkin saja hal itu merupakan istidraj (pancingan) dari Allah subhanahu wa ta’ala, apalagi jika selama ini dia bergelimang kemaksiatan dan jauh dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wassalam.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلاَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ ٤٤

“Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba sebagian dunia yang disukainya, padahal dia suka bermaksiat, (ketahuilah bahwa) itu adalah istidraj.” Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam membacakan firman Allah subhanahu wa ta’ala(((yang artinya),
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, hingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka mereka terdiam berputus asa.” (al-An’am: 44)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَا تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٰلُهُمۡ وَأَوۡلَٰدُهُمۡۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُعَذِّبَهُم بِهَا فِي ٱلدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ أَنفُسُهُمۡ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ٨٥

“Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.” (at-Taubah: 85)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

أَيَحۡسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٖ وَبَنِينَ ٥٥ نُسَارِعُ لَهُمۡ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ بَل لَّا يَشۡعُرُونَ ٥٦

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (al-Mu’minun: 55—56)

3. Melakukan maksiat dan apa yang diharamkan Allah.Seorang penyair berkata : “Bagaimana mungkin kita mengharap terkabulnya doa, sedangkan kita sudah menutup jalannya dengan dosa dan maksiat”.

4. Meninggalkan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah.Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلْتَنْهَوُنَّ عَنِ اْلمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ ثُمَ تَدْعُوْنَهُ فَلا يُسْتَجَابُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2169, Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah 14/3453, dan Ahmad no. 23360. At-Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan”].

5. Berdoa yang isinya mengandung perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ: إمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي اْلآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَكْشِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا: إذًا نُكْثِرُ يَا نَبِيَّ اللهِ؟ قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ.

“Tidak ada seorang muslim pun yang memanjatkan sebuah doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, melainkan Allah pasti memberinya salah satu dari tiga hal dengan sebab doa itu: (1) Allah menyegerakan untuknya jawaban doa yang dipanjatkannya, (2) menyimpan jawaban doa itu untuknya di akhirat, atau (3) menyelamatkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doa yang dipanjatkannya.”
Kata para sahabat, “Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa), wahai Nabiyullah.”
Kata beliau, “Allah subhanahu wa ta’alaebih banyak lagi (karunia-Nya).”

Maka dari itu, bisa jadi, selama ini, kita mengira bahwa doa kita tidak terkabul, padahal sudah dikabulkan dengan sesuatu yang mungkin lebih banyak atau lebih baik daripada doa yang pernah kita panjatkan. Misalnya, kita pernah meminta rezeki berupa harta yang banyak kepada Allah, tetapi tidak pernah terkabul. Sementara itu, kita selalu sehat, berhati tenteram, dan bekerja tidak terlalu berat. Bukankah kondisi seperti ini jauh lebih baik daripada seandainya kita diberi harta berlimpah, tetapi satu atau dua organ penting tubuh kita terkena penyakit berat, seperti kanker ganas, serangan jantung, atau kerusakan hati—hepatitis dan sejenisnya?

Bagaimana mungkin kita menikmati harta tersebut kalau tubuh kita sakit-sakitan, terbaring di atas ranjang, terkurung di dalam rumah, atau dirawat di rumah sakit?
Bisa jadi pula, kita diselamatkan dari kejelekan yang sebanding dengan apa yang pernah kita minta. Bisa jadi pula, permohonan kita itu dijadikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai simpanan kebaikan untuk kita di akhirat.

Abu Nu’aim, al-Hakim, at-Tirmidzi, dan al-Baihaqi rahimahumullah menukil dari sebagian sahabat, seperti Jabir dan Bunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Jibril ‘alaihissalam ditugasi memerhatikan hajat setiap manusia. Apabila seorang mukmin berdoa, Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepadanya, “Hai Jibril, tahanlah keperluan hamba-Ku ini karena Aku mencintainya dan mencintai suaranya.” Sebaliknya, jika seorang kafir berdoa, Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepadanya, “Penuhilah hajat hamba-Ku ini karena Aku membencinya dan membenci suaranya.”

6. Tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا دَعَوْتُمُ اللهَ فَاعْزِمُوْا فِي الدُّعَاءِ وَلا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنْ اللهَ لا مُسْتَكْرِهَ لَهُ

“Apabila seseorang dari kamu berdoa dan memohon kepada Allah, janganlah ia mengucapkan : ‘Ya Allah, ampunilah dosaku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, dan berilah rizki jika engkau kehendaki ‘. Akan tetapi, ia harus bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Ia kehendaki dan tidak ada yang memaksa-Nya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 7026].

7. Tidak khusyu’, lalai, dan terkuasai hawa nafsu. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ادْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاهٍ

“Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan tidak khusyu’ “ [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 3479 dan Al-Hakim no. 1817; hasan lighairihi].

Kalaupun misalnya Allah ta’ala belum mentaqdirkan doa kita terwujud, kita harus sabar dan ridla bahwasannya Allah ta’ala mempunyai hikmah yang sangat besar. Allahta’ala sangat sayang terhadap hamba-Nya dan seorang hamba tidak tahu tentang akibat urusannya. Terkadang seseorang mengharapkan sesuatu, padahal itu jelek buat dia. Sebaliknya, seseorang membenci sesuatu, padahal itu baik buat dia.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar