Translate

Selasa, 06 Desember 2016

Imam Mahdi Yang Dinantikan

Polemik berita datangnya Imam Mahdi selalu actual untuk diulas dan dibicarakan. Pasalnya, masalah ini hingga kini masih menjadi buah bibir di kalangan kaum muslimin, khususnya kaum pelajar dan intelektual. Ironis memang, tatkala melihat orang yang bukan bidangnya ikut andil terjun menangani kontroversi masalah prinsip ini, sehingga bukannya menyembuhkan, tetapi justru malah meruwetkan masalah.

Beragam komentar pro kontra bermunculan seputar masalah Mahdi di akhir zaman. Betapa banyak para penulis dan penceramah berani menegaskan dengan penuh percaya diri, tanpa ragu sedikitpun: “Hadits-hadits tentang Mahdi seluruhnya palsu, hanya karangan politisi Syi’ah”!!‎. Sebaliknya, tak sedikit juga kalangan yang berkomentar dengan mantap: “Si anu adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu”. Padahal dia tidak mengerti ciri-ciri Mahdi yang hakiki.

Melihat fenomena di atas, tentu kita tidak bisa tinggal diam begitu saja, kita harus berani bicara kebenaran dan menepis kebatilan. Alangkah bagusnya ucapan Ali ad-Daqqaq rahimahullah: “Orang yang tidak berani bicara kebenaran adalah syetan yang bisu dan orang yang bicara kebatilan adalah syetan yang bicara”.

Berikut kami paparkan beberapa contoh hadits yang shahih mengenai kedatangan Imam Al-Mahdi:‎

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ أَوْ مِنْ أهْلِ بَيْتِيْ يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari saja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang laki-laki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kedhaliman dan penganiayaan”.

Orang yang meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ada dua:

1. Zirr bin Khubaisy

Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmidzi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaimdalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalamTarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”. Imam Adz-Dzahabi menshahihkannya dalam At-Talkhis4/442 dan disetujui oleh Syaikh Al-Albani.
2. Alqomah (bin Martsyad)

Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Dari ‘Ali (bin Abi Thalib) radhiyallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللهُ رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلَؤُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
“Bila tidak tersisa dari masa ini kecuali satu hari, tentu Allah akan munculkan seorang lelaki dari ahli baitku (keluargaku) yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kecurangan.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 4283 Kitab Al-Mahdi dan ini adalah lafadznya, Ibnu Majah no. 4085, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
“Al-Mahdi dari keluargaku dari putra Fathimah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan ini lafadznya, Shahih Sunan no. 4284, Ibnu Majah no. 4086, dan Al-Hakim no. 8735, 8736)‎

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟
“Bagaimana dengan kalian jika turun kepada kalian putra Maryam, sementara imam kalian dari kalian?” (Shahih, HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab Nuzul ‘Isa ibni Maryam, no. 3449; Muslim dalam Kitabul Iman Bab Fi Nuzul Ibni Maryam, 2/369, 390)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
“Masih tetap sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran. Mereka unggul sampai hari kiamat, lalu turun ‘Isa putra Maryam. Maka pemimpin mereka mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Ia menjawab: ‘Tidak, sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim dalam Kitabul Iman Bab La Tazal Tha`ifah min Ummati, 2/370, no. 393)

Hadits yang diriwayatktan oleh Al-Harits ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya dengan sanadnya dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ: تَعَالَ، صَلِّ بِنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ، تَكْرِمَةُ اللهِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ
“Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi mengatakan: ‘Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.”

Hadits ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Al-Manarul Munif: “Sanadnya bagus.” (Abdul Muhsin Al-‘Abbad, ‘Aqidatu Ahlil Atsar. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 2236)
Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285) dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits diatas dikatakan: “Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)

Mahdi berarti orang yang diberi petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul. Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah,

وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ

“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin (yang mendapat petunjuk dalam beramal), mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).”
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى

“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.”

‎Maksud bahwa orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan."

Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,

مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى

“Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.”

Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ

“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”

Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.

Oleh karena itu, nama Imam Mahdi. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :‎

وهو محمد بن عبد الله العلوي الفاطمي الحسني رضي الله عنه
“Ia adalah Muhammad bin ‘Abdillah Al-‘Alawiy Al-Faathimiy Al-Hasaniy radliyallaahu ‘anhu” [An-Nihaayah fil-Fitan wal-Malaahim, 1/29].

Dari perkataan Ibnu Katsiir rahimahullaah di atas dapat diketahui bahwa ia adalah keturunan Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa. Akan tetapi, hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah lemah :
قال أبو داود حدثت عن هارون بن المغيرة قال ثنا عمرو بن أبي قيس عن شعيب بن خالد عن أبي إسحاق قال قال علي رضي الله عنه ونظر إلى ابنة الحسن فقال : إن ابني هذا سيد كما سماه النبي صلى الله عليه وسلم وسيخرج من صلبه رجل يسمى باسم نبيكم يشبهه في الخلق ولا يشبهه في الخلق
Abu Daawud berkata : Aku diceritakan dari Haarun bin Al-Mughiirah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Abi Qais, dari Syu’aib bin Khaalid, dari Abu Ishaaq, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu sambil melihat kepada anaknya Al-Hasan : “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menamakannya. Dan akan keluar dari tulang shulbinya kelak seorang laki-laki yang bernama dengan nama nabi kalian, serupa dalam akhlaqnya, namun tidak serupa dalam bentuk tubuhnya….. [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4290‎].
Yang shahih, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanya bersabda bahwa ia adalah seorang laki-laki dari kalangan Ahlul-Bait keturunan Faathimah binti Muhammad ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana riwayat :
حدثنا فضل بن دكين ثنا ياسين العجلي عن إبراهيم بن محمد بن الحنفية عن أبيه عن على رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المهدي منا أهل البيت يصلحه الله في ليلة
Telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Dukain : Telah menceritakan kepada kami Yaasiin Al-‘Ijliy, dari Ibraahiim bin Muhammad bin Al-Hanafiyyah, dari ayahnya, dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Al-Mahdiy itu berasal dari keturunan kami, Ahlul-Bait. Allah akan memperbaikinya dalam satu malam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/84; Ahmad Syaakir (1/444) berkata : “Sanadnya shahih”].
حدثنا أحمد بن إبراهيم ثنا عبد الله بن جعفر الرقي ثنا أبو المليح الحسن بن عمر عن زياد بن بيان عن علي بن نفيل عن سعيد بن المسيب عن أم سلمة قالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : المهدي من عترتي من ولد فاطمة
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ja’far Ar-Raqiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Umar, dari Ziyaad bin Bayaan, dari ‘Aliy bin Nufail, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, dari Ummu Salamah, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Al-Mahdiy itu berasal dari keturunanku dari anak Faathimah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4284‎].
حدثنا مسدد أن عمر بن عبيد حدثهم ح وثنا محمد بن العلاء ثنا أبو بكر يعني بن عياش ح وثنا مسدد ثنا يحيى عن سفيان ح وثنا أحمد بن إبراهيم ثنا عبيد الله بن موسى أخبرنا زائدة ح وثنا أحمد بن إبراهيم حدثني عبيد الله بن موسى عن فطر المعنى واحد كلهم عن عاصم عن زر عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لو لم يبق من الدنيا إلا يوم قال زائدة في حديثه لطول الله ذلك اليوم ثم اتفقوا حتى يبعث فيه رجلا مني أو من أهل بيتي يواطىء اسمه اسمي واسم أبيه اسم أبي
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, bahwasannya ‘Umar bin ‘Ubaid telah menceritakan kepada mereka. Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-‘Alaa’ : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr – yaitu – Ibni ‘Ayyaasy. Dan telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Sufyaan. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Muusaa : Telah mengkhabarkan kepada kami Zaaidah. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah bin Muusaa, dari Fithr dengan makna hadits yang sama. Mereka semua dari ‘Aashim, dari Zirr, dari ‘Abdullah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seandainya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari saja”. Zaaidah menyebutkan dalam haditsnya : "maka Allah akan memanjangkan hari itu”. Kemudian mereka (para perawi) bersepakat - dalam menyebutkan lafadz - : “hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku, dan nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku….” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4282; Al-Albaaniy berkata dalam Shahih Sunan Abi Daawud, 3/20 : “Hasan shahih”].
Apa yang dijelaskan oleh hadits shahih di atas tentang identitas Imam Mahdiy, sangat berbeda dengan Imam Mahdiy yang dipercayai kaum Syi’ah yang menghilang untuk sementara waktu.
Waktu Munculnya Imam Mahdi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى

“Dunia tidak akan lenyap atau tidak akan sirna hingga seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama dengan namaku.”

Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Mahdi akan muncul di akhir zaman. Saya mengira bahwa munculnya Imam Mahdi adalah sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang menyebutkan hal ini.”

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
“Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam1. Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es’.” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi).
As-Sindi mengatakan: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh karena itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadits ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi).”

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari timur mendukung (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengokohkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang memiliki kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamai Al-Iqab.” (An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah)

Beliau juga mengatakan: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (idem, 1/17)

Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827, Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Bendera itu bukanlah yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)

Sifat Fisik Imam Mahdi

Dari Abu Sa‘id Al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda:

الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ، أَقْنَى الْأَنْفِ، يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً، كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا، يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ

Al-Mahdi itu berasal dariku, lebar dahinya, dan panjang (mancung) hidungnya, dia akan memenuhi bumi dengan kelurusan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman. Dia akan berkuasa selama 7 tahun. (HR. Abu Dawud, Sunan Abi Dâwud, kitab Al-Mahdi, hadits no. 4265 [‘Aun Al-Ma‘bud (11/375)] 

Al-Bustawi menukil dari Ibnul Qayyim bahwa dia berkata, “Abu Dawud meriwayatkannya dengan sanad yang jayyid (baik).” 

Penjelasan:

1. Hadits ini mengutarakan cirikhas terpenting yang dengannya Al-Mahdi dapat dikenali dengan mudah, yakni tersingkapnya rambut dari dahi hingga mendekati pertengahan kepala, tetapi bukan botak, dan orang yang memiliki cirikhas demikian ini pantas jika dikatakan dahinya lebar. Demikian pula hidungnya yang panjang, dengan kehalusan pada ujungnya dan kebengkokan pada bagian tengahnya.

2. Dua cirikhas inilah yang terpenting yang membedakan penampilan luar Al-Mahdi di antara orang-orang yang lainnya. Karena itulah termaktub penjelasan yang gamblang tentang dua cirikhas ini pada sejumlah hadits, sehingga Al-Mahdi dapat dikenali identitas pribadinya dengan itu.

3. As-Sulami menyebutkan pada kitabnya, ‘Uqad Ad-Durar, sejumlah atsar yang memaparkan tambahan ciri-ciri khusus pada diri imam Al-Mahdi. Saya meringkasnya sifat-sifat itu pada beberapa poin berikut ini:

Cirikhas giginya:

a. (أَفْرِقَ الثَّنَايَا): Gigi-gigi depannya renggang dan saling berjauhan.
b. (بَرِيْقَ الثَّنَايَا): Giginya putih dan berkilauan cemerlang.

Cirikhas kulit dan tubuhnya:

a. (اللَّوْنُ لَوْنُ عَرَبِيٍّ، وَالْجِسْمُ جِسْمُ إِسْرَائِيْلِيٍّ): Warna kulitnya agak hitam (sawo matang).
b. (ِشَابٌّ مَرْبُوْعٌ): Tidak tinggi dan tidak pendek.

Cirikhas wajah dan pipinya:

a. (حَسَنُ الْوَجْهِ): Tampan wajahnya, wajahnya memancarkan cahaya, seakan-akan bintang yang cemerlang.
b. (كَثُّ اللِّحْيَةِ): Lebat jenggotnya, pada sebuah atsar disebutkan bahwa jenggotnya berwarna hitam.
c. (فِي خَدِّهِ اْلأَيْمَنِ خَالٌ أَسْوَدُ): Pada pipi kanannya ada tahi lalat hitam.‎

Cirikhas kedua mata dan kedua alisnya:

a. (أَبْلَجٌ أَعْيُنٌ): Al-ablaj artinya sesuatu yang jelas jarak antara kedua alisnya sehingga keduanya tidak berangkai atau bergandengan, kedua alisnya bukan alis yang tebal dan berangkai. Al-A‘yun artinya orang yang mempunyai mata yang lebar.‎
b. (أَكْحَلُ الْعَيْنَيْنِ): Pelupuk matanya hitam dan bukan karena bercelak.

Inilah beberapa cirikhas fisik Al-Mahdi secara global. Yang paling penting adalah yang disebutkan dengan jelas pada hadits-hadits shahih, yakni dahinya lebar dan hidungnya mancung (panjang). Siapapun yang mengkaji cirikhas tersebut secara teliti dan membandingkannya dengan ciri-ciri fisik Nabi saw serta Imam Ali ra pastilah dia mendapati bahwa cirikhas fisik Al-Mahdi tidak keluar dari keadaan fisik beliau berdua sedikitpun. Barangkali cirikhas fisik yang paling mirip dengan cirikhas fisik kakeknya, Imam Ali ra, adalah perutnya yang sedikit gendut dan dahinya yang bersinar terang. Sedangkan cirikhas fisik yang mirip dengan cirikhas fisik kakeknya, Nabi Muhammad saw, adalah giginya yang renggang, tubuhnya tidak tinggi dan tidak pendek, alisnya yang tidak bergandengan, matanya yang lebar, kedua matanya yang hitam bagai bercelak, serta kedua pahanya yang kurus. Dapat dikatakan bahwa ciri-ciri fisik Al-Mahdi itu campuran dari ciri-ciri fisik dua Sesepuhnya, yakni Nabi Muhammad saw dan Imam Ali ra.

Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan Keadilan

Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak hewan ternak. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ

“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.”

Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ

“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”

Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,

« فَيَجِىءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى أَعْطِنِى ». قَالَ « فَيَحْثِى لَهُ فِى ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ »

“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu.’ Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya yang ia tidak sanggup memikulnya”.”

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Di masanya, buah-buahan banyak. Tanam-tanaman lebat, harta benda melimpah. Penguasa benar-benar berkuasa, agama menjadi tegak, musuh menjadi hina, kebaikan terwujud di masanya terus-menerus.” (An-Nihayah Fil-Malahim 1/18) 

Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,

يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي المَهْدِيُّ يَسْقِيْهِ اللهُ الغَيْثَ ، وَتُخْرِجُ الأَرْضُ نَبَاتَهَا ، وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا ، وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا » يَعْنِي حِجَجًا

“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada masanya), Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun."

Masa Kekuasaan Imam Mahdi

Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,

إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا

“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan tahun.” Ada keraguan dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.

Al Mubarakfuri menjelaskan, “Dalam riwayat dari Abu Sa’id Al Khudri dalam sunan Abu Daud disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali dari perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi akan berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh yang masih ada syak (keraguan).” ‎Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa yang lebih tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun. Wallahu a’lam.

Di mana Imam Mahdi Muncul?

Tidak ada sama sekali riwayat yang shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam Mahdi atau waktu kapan keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal itu dari kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan munculnya.

Imam Mahdi akan muncul dari arah timur (yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah‎.

Ibnu Katsir mengatakan, ”Imam Mahdi akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangkakan oleh Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang sangat lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak ada landasan sama sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah serta apa yang mereka sangkakan sangat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .”

Nabi ’Isa akan Shalat di Belakang Imam Mahdi

Ketika Nabi ’Isa ’alaihis salam turun kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di belakang Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di belakangnya.

Dari Jabir bin ’Abdillah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ

”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”

Dalam hadits yang muttafaqun ’alaih (disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ

”Bagaimana kalian jika ’Isa bin Maryam turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian sendiri?”

Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi, dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam tersebut berhukum dengan Al Qur’an dan bukan dengan Injil.

Ibnu At Tiin mengatakan, ”Makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu bahwa syari’at Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.”

Ringkasnya, maksud penjelasan di atas bahwa Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi Isa ’alaihis salam, beliau akan bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syari’at Islam.

Dengan Apa Al-Mahdiy Menghukumi Manusia ?
حدثنا سليمان بن داود الطيالسي حدثني داود بن إبراهيم الواسطي حدثني حبيب بن سالم عن النعمان بن بشير عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال تكون النبوة فيكم ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء ان يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله ان يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله ان تكون ثم يرفعها إذا شاء ان يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Daawud Ath-Thayaalisiy : Telah menceritakan kepadaku Daawud bin Ibraahiim Al-Waasithiy : Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim Al-Waasithiy : Telah menceritakan kepadaku Habiib bin Saalim, dari An-Nu’maan bin Basyiir, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : “Akan ada masa kenabian pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat/menghilangkannya kalau Allah kehendaki. Lalu akan ada masa khilafah di atas manhaj Nubuwwah selama yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yang sangat kuat (ada kedhaliman) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan (tirani) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj Nubuwwah”. Kemudian beliau diam” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/273 dan Ath-Thayalisi no. 439].
Ada satu faedah yang dapat kita ambil dari hadits di atas. Kekhilafahan di akhir jaman (Al-Mahdiy) akan kembali sebagaimana kekhilafahan di era Al-Khulafaaur-Raasyidiin yang berada di atas manhaj kenabian secara murni (tanpa penyelewengan). Tidaklah mereka beragama dan bersyari’at kecuali dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Sudah diketahui secara aksiomatik bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi terakhir dan risalahnya adalah risalah terakhir yang akan berlaku sampai hari kiamat.
Allah ta’ala berfirman :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujianterhadap Kitab-Kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” [QS. Al-Maaidah : 48].
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu” [QS. Al-Maaidah : 3].
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [QS. An-Nisaa’ : 65].
حدثني يونس بن عبد الأعلى أخبرنا بن وهب قال وأخبرني عمرو أن أبا يونس حدثه عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار
Telah menceritakan kepadaku Yuunus bin ‘Abdil-A’laa : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amru : Bahwasannya Abu Yuusuf telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun dari ummat ini yang telah mendengar keberadaanku, baik ia itu Yahudi ataupun Nashrani,  dimana mereka meninggal namun tidak beriman dengan apa yang aku sampaikan dengannya kecuali termasuk bagian penghuni neraka” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 153].
حدثنا سريج بن النعمان قال حدثنا هشيم أنا مجالد عن الشعبي عن جابر بن عبد الله : أن عمر بن الخطاب أتى النبي صلى الله عليه وسلم بكتاب أصابه من بعض أهل الكتب فقرأه النبي صلى الله عليه وسلم فغضب فقال أمتهوكون فيها يا بن الخطاب والذي نفسي بيده لقد جئتكم بها بيضاء نقية لا تسألوهم عن شيء فيخبروكم بحق فتكذبوا به أو بباطل فتصدقوا به والذي نفسي بيده لو أن موسى صلى الله عليه وسلم كان حيا ما وسعه إلا أن يتبعني
Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’maan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Husyaim : Telah memberitakan kepada kami Mujaalid, dari Asy-Sya’biy, dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya ‘Umar pernah mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahlul-Kitaab. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membacanya dan marah, kemudian bersabda : “Apakah engkau termasuk orang yg bingung wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yg jiwaku berada di tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dgn membawa agama yg putih bersih. Janganlah kalian menanyakan sesuatu kepada mereka sehingga mereka mengabarkan al-haq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haq tersebut. Atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yg jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihis-salaam masih hidup niscaya tidaklah ada yang melapangkannya kecuali ia harus mengikutiku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/387; sanadnya lemah dengan sebab Mujaalid, namun hasan li-ghairihi dengan keseluruhan jalannya].
Dari Al-‘Irbaadl bin Sariyyah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما بعد صلاة الغداة موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب فقال رجل إن هذه موعظة مودع فماذا تعهد إلينا يا رسول الله قال أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberi nasihat kepada kami pada suatu hari setelah shalat Shubuh dengan satu nasihat yang jelas hingga membuat air mata kami bercucuran dan hati kami bergetar. Seorang laki-laki berkata : ‘Sesungguhnya nasihat ini seperti nasihat orang yang hendak berpisah. Lalu apa yang hendak engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah ?’. Beliau bersabda : ‘Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham”
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban no. 5, Ahmad ‎4/126-127, Abu Dawud ‎no. 4607, Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah 1/171 no. 92-93 & 1/172 no. 95, Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah no. 31 & 32 & 54 & 57 & 1039 & 1040, At-Tirmidziy ‎no. 2676, Ath-Thahawiy dalam Musykiilul-Aatsaar 2/69, Ibnu Maajah ‎no. 44, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah 1/205 no. 102, Ad-Daarimiy ‎ no. 96, Ath-Thabariy dalam Tafsir-nya ‎14/422 no. 17086-17087, Ath-Thabaraniy dalam ‎Al-Kabiir 18/245-246 no. 617 &Musnad Asy-Syaamiyyiin no. 437-438, Tamaam Ar-Raaziy dalam Al-Fawaaid no. 355, Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad 1/75 no. 80-81, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 5/220 & 10/114-115, Al-Baihaqiy dalam Al-Kabiir 10/114 & Syu’abul-Iimaan no. 7110 & Manaaqib Asy-Syaafi’iy 1/10-11 & Al-I’tiqaad hal. 229, Al-Haakim‎ 1/95, Ibnu ‘Abdil-Barr dalamJaami’ Bayaanil-‘Ilmi wa Fadhlih hal. 1164 no. 2305; Al-Marwadziy dalam As-Sunnah hal. 87-88 no. 70-71, Al-Harawiy dalam Dzammul-Kalaam 3/113-117 no. 607, dan Adz-Dzahabiy dalam Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 17/482-483; dari beberapa jalan, semuanya dari Tsaur bin Yaziid, dari Khaalid bin Ma’daan, dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Sulamiy, dari Al-‘Irbaadl bin Saariyyah, secara marfu’.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

2 komentar:

  1. Belum menyentuh kepada pokok bahkan jauh dari kebenaran Al Qur an!
    banyak bercerita tentang perkataan-perkataan yang bersumber dari hadits-hadits Syi'ah.

    BalasHapus