Translate

Rabu, 21 Desember 2016

Keteladanan Umul-Mukminin Zainab Binti Khuzaimah Ra

Generasi sahabat adalah generasi terbaik, tidak bisa dibandingi apalagi dikalahkan. Generasi sekarang tidak akan mungkin bisa menyamai mereka. Namun pribadi-pribadi umat Islam masih memiliki kesempatan untuk meneladani dan menyamai kemuliaan pribadi-pribadi para sahabat. Pribadi, bukan generasi.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas pribadi salah seorang istri Rasulullah saw., yaitu Zainab binti Khuzaimah ra. yang dikenal sebagai Ibundanya Orang-orang Miskin.

Nasab

Nama lengkap beliau adalah Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah Al-Hilaliyah.

Ibu beliau bernama Hindun binti ‘Auf bin Al-Harits bin Hamathah. Di zaman jahiliyah, beliau dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin).

Ibnu Sa’ad berkata, “Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin ‘Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin ‘Amir bin Sha’sha’ah, beliau  dikenal dengan gelar Ummul Masakin di zaman jahiliyah.

Berdasarkan asal-usul keturunannya, dia termasuk keluarga yang dihormati dan disegani. Tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti, namun ada riwayat yang rnenyebutkan bahwa dia lahir sebelum tahun ketiga belas kenabian. Sebelum memeluk Islam dia sudah dikenal dengan gelar Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin) sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Thabaqat ibnu Saad bahwa Zainab binti Khuzaimali bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al-Hilaliyah adalah Ummul-Masakin. Gclar tersebut disandangnya sejak masa jahiliah. Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun di terangkan bahwa Rasulullah. menikahinya sebelum beliau menikah dengan Maimunah, dan ketika itu dia sudah dikenal dengan sebutan Ummul-Masakin sejak zaman jahiliah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa Zainab binti Khuzaimah terkenal dengan sifat kemurah-hatiannya, kedermawanannya, dan sifat santunnya terhadap orang-orang miskin yang dia utamakan daripada kepada dirinya sendiri. Sifat tersebut sudah tertanarn dalam dirinya sejak memeluk Islam walaupun pada saat itu dia belum mengetahui bahwa orang-orang yang baik, penyantun, dan penderma akan memperoleh pahala di sisi Allah.

Keislaman dan Pernikahannya

Zainab binti Khuzaimah. termasuk kelompok orang yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan wanita. Yang mendorongnya masuk Islam adalah akal dan pikirannya yang baik, menolak syirik dan penyembahan berhala dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan jahiliah.

Para perawi berbeda pendapat tentang nama-nama suami pertama dan kedua sebelum dia menikah dengan Rasulullah. Sebagian perawi mengatakan bahwa suami pertama Zainab adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib, yang kemudian menceraikannya. Dia menikah lagi dengan Ubaidah bin Harits, namun dia terbunuh pada Perang Badar atau Perang Uhud. Sebagian perawi mengatakan bahwa suami keduanya adalah Abdullah bin Jahsy. 

Sebenarnya masih banyak perawi yang mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Akan tetapi, dari berbagai pendapat itu, pendapat yang paling kuat adalah riwayat yang mengatakan bahwa suami pertamanya adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib. Karena Zainab tidak dapat melahirkan (mandul), Thufail menceraikannya ketika mereka hijrah ke Madinah. Untuk mernuliakan Zainab, Ubaidah bin Harits (saudara laki-laki Thufail) menikahi Zainab. Sebagaimana kita ketahui, Ubaidah bin Harits adalah salah seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul-Muththalib dan Ali bin Abi Thalib. Mereka bertiga ikut melawan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, dan akhirnya Ubaidah mati syahid dalam perang tersebut.

Setelah Ubaidah wafat, tidak ada riwayat yang menjelaskan tentang kehidupannya hingga Rasulullah . menikahinya. Rasulullah menikahi Zainab karena beliau ingin melindungi dan meringankan beban kehidupan yang dialaminya. Hati beliau menjadi luluh melihat Zainab hidup menjanda, sementara sejak kecil dia sudah dikenal dengan kelemah- lembutannya terhadap orang-orang miskin. Scbagai Rasul yang membawa rahmat bagi alam semesta, beliau rela mendahulukan kepentingan kaum muslimin, termasuk kepentingan Zainab. Beiau senantiasa memohon kepada Allah agar hidup miskin dan mati dalam keadaan miskin dan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama orangorang miskin.

Meskipun Nabi. mengingkari beberapa nama atau julukan yang dikenal pada zaman jahiliah, tetapi beiau tidak mengingkari julukan “ummul-masakin” yang disandang oleh Zainab binti Khuzaimah.

Kenapa Dikenal dengan Ummul Masakin?

Al-Balazary berkata, “Ummul Masakin adalah kun-yah bagi Zainab ra. di masa jahiliyah.” Al-Asqalany berkata, “Zainab memang dipanggil dengan sebutan Ummul Masakin di masa jahiliyah.”

Dalam sebuah riwayat Ath-Thabrany, beliau mengatakan, “Rasulullah saw. menikahi Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyah ra., atau sering disebut dengan sebutan Ummul Masakin. Dikenal dengan sebutan itu, karena beliau banyak memberi makan orang-orang miskin.

Ibnu Katsir juga berkata, “Zainablah yang sering dikenal dengan sebutan Ummul Masakin. Itu karena beliau banyak bersedekah, dan berbuat baik kepada orang-orang miskin.”

Pernikahan Pertama

Zainab binti Khuzaimah ra. awalnya adalah isteri Ath-Thufail bin Al-Harits. Namun beliau menceraikannya. Kemudian beliau dinikahi saudara Ath-Thufail yang bernama Ubaidah bin Al-Harits ra., yang mati syahid di perang Badar.

Ubaidah bin Al-Harits ra. termasuk sahabat yang sangat pemberani. Beliau adalah salah satu dari tiga orang yang menantang pasukan Quraisy untuk adu satu lawan satu. Mereka bertiga adalah Hamzah bin Abdul Muthalib ra., Ali bin Abi Thalib ra., dan Ubaidah bin Al-Harits ra.

Dalam perang Badar, beliau terluka parah, hingga akhirnya mendapatkan kesyahidannya. Sepeninggal suaminya, Zainab ra. hidup sendiri di Madinah Al-Munawwarah. Tidak ada keluarga yang menafkahi beliau, atau saudara yang menanggung kebutuhan beliau. Hanya Allah swt yang menolongnya.

Kebahagiaan Saat Rasulullah saw. Menikahinya

Pada saat itu, memang terbukti bahwa Zainab ra. adalah orang yang sangat penyabar. Beliau tidak pernah mengeluh, padahal kesedihan bertubi-tubi menimpanya. Pertama, beliau diceraikan oleh suami pertamanya. Kedua, beliau ditinggalkan oleh suami keduanya, karena gugur sebagai syahid dalam perang Badar.

Sejak itulah beliau hidup dengan penuh kesabaran, sembari mengharap imbalannya di sisi Allah swt. Karena itulah Allah swt. membalas kesabarannya dengan kebaikan yang sangat besar. Hati Rasulullah saw. tersentuh dengan kondisi Zainab ra. yang selalu dirundung musibah dan kesedihan.

–           Diceraikan suami pertamanya
–           Suami keduanya pun meninggal dunia dengan syahid

–           Beliau mandul, tidak mempunyai anak
–           Tidak termasuk wanita cantik
–           Tidak ada seorang sahabat pun yang melamar beliau, atau berusaha menghiburnya.

Sungguh banyak kesedihan yang menumpuk di hatinya. Tapi ternyata beliau tetap sabar, dan hanya mengharap balasan yang baik di sisi Allah swt. Beliau sama sekali tidak terpikir bahwa Rasulullah saw. akan mempersuntingnya.

Demikianlah, ternyata Rasulullah saw. menikahi beliau, bahkan mahar yang dibayar sebanyak 400 Dirham. Beliau juga dibangunkan rumah/kamar di sisi kamar Aisyah binti Abi Bakar Ash-Shidiq ra. dan Hafshah binti Umar bin Khattab ra. Hal itu Rasulullah saw. adalah seorang suami yang sangat penyayang. Beliau memberikan segenap kasih sayangnya kepada wanita yang selalu hidup menderita ini.

Para ulama berselisih pendapat tentang lama waktu kebersamaan Zainab ra. dan Rasulullah saw. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau hidup bersama Rasulullah saw. hanya dua atau tiga bulan, karena tak lama kemudian beliau meninggal dunia.

Beliau adalah satu-satunya isteri Rasulullah saw. yang meninggal di masa hidup Rasulullah saw. selain Ibunda Khadijah ra. Tak lama beliau hidup bersama Rasulullah saw. Dan karena pendeknya waktu itu, beliau tidak meriwayatkan sebuah hadits pun dari Rasulullah saw.
Imam Adz-Dzahaby mengatakan, “Tidak ada hadits yang beliau riwayatkan.”

Sedangkan Ath-Thabrany mengatakan, “Ummul Masakin meninggal dunia saat Rasulullah saw. masih hidup. Beliau hanya sebentar hidup bersama Rasulullah saw. Beliau meninggal dunia pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 4 Hijriah, di Madinah.

Beliau meninggal dunia di usia yang masih sangat muda. Sebagian referensi mengatakan bahwa umur beliau saat itu sekitar 30 tahun.

Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa beliau adalah isteri Rasulullah saw. yang pertama kali meninggal dunia di Madinah. Sebelumnya, lebih dahulu meninggal Khadijah ra. di Mekah.

Al-Baladzary mengatakan, “Rasulullah saw. menguburkannya di Baqi’, beliau jugalah yang mengimami shalat jenazahnya.”  Semoga Allah swt. melimpahkan keridhaan-Nya dan menempatkannya di surga yang sangat lapang.

Kira-kira apa yang akan dikatakan oleh musuh-musuh Islam ketika mengetahui perihal pernikahan Rasulullah saw. kali ini? Rasulullah saw. menikahi wanita ini dengan sebuah tujuan yang sangat mulia. Kalau bukan karena itu, mengapa beliau menikahi seorang wanita yang sebelumnya sudah dua kali menikah, dan beliau menjadi orang yang ketiga? Apalagi beliau bukanlah termasuk wanita yang cantik.

Apa kira-kira yang akan dikatakan oleh kaum orientalis dan orang-orang yang sepaham dengan mereka? Apakah pada pernikahan beliau ini mereka mendapatkan celah untuk menjelek-jelek Rasulullah saw.? Apakah kali ini mereka bisa mengatakan bahwa sebab Rasulullah saw. banyak menikah karena syahwat beliau?

Yang terbukti adalah sebaliknya. Rasulullah saw. menikah karena beliau memiliki sikap mulia, kebersihan hati, kasih sayang, kebaikan, dan keutamaan. Beliau adalah utusan Allah swt. yang didatangkan untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Beliau adalah cahaya bagi seluruh manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 107)

Namun seringkali kaum orientalis tidak bersikap obyektif. Kebanyakan mereka tidak menghormati integritas keilmuan. Demi agenda-agenda terselubung, mereka dengan mudah mengkhianati keilmuan mereka. Tujuan mereka datang ke dunia timur, dan mempelajari ilmu-ilmu ketimuran, benar-benar untuk merusak dan mencitrakan Islam dengan buruk. Termasuk di dalamnya, membuat buruk nama dan citra kepribadian Rasulullah saw.

Syukurlah, karena ternyata apa yang mereka kehendaki tidak terjadi, dan keinginan mereka tidak tercapai. Karena Rasulullah saw. demikan agung untuk mereka jelek-jelekkan. Orang yang yakin dengan keagungan beliau tidak akan percaya dengan apa yang mereka katakan. Mereka yakin bahwa semua itu hanyalah bohong dan sangkaan buruk yang tidak memberi keyakinan sama sekali.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar