Translate

Senin, 12 Januari 2015

Baron Skeber

Dikisahkan pada jaman dahulu, pada masa pemerintahan Panembahan Senopati di Mataram, terjadiah sebuah peristiwa menggemparkan yang disebabkan oleh orang asing yang berasal dari Spanyol. orang Spanyol yang bernama Baron Skeber itu merupakan orang paling sakti di daratan Spanyol. 

Konon diceritakan semua kesaktian Baron Skeber didapat dari gurunya yang merupakan penjelmaan Sunan Kalijaga. Hampir semua ilmu kesaktian yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga diwariskan kepada muridnya yang cerdas dan berbakat ini. 

Namun, ketika Baron Skeber sudah berhasil menyerap dan mewarisi semua ilmu Sunan Kalijaga itu dan menjadi orang yang tidak terkalahkan, Baron Skeber menjadi sombong. Baron Skeber ingin menjadi orang yang paling sakti di muka bumi. Dia tidak ingin melihat orang lain yang menyamai kesaktianya, apalagi melebihinya.

Mengetahui watak muridnya itu, Sunan Kalijaga menjadi begitu sedih. Dan ingin menyadarkan muridnya itu. Kesempatan itu akhirnya tiba juga ketika Baron Skeber datang menghadap dirinya dengan tidak meninggalkan sifat-sifat kesombongannya. 
“Guru, apakah ada orang dimuka bumi ini yang kesaktianya melebihi aku?” tanya Baron Skeber dengan sombong. 
“Baron Skeber, kamu boleh merasa tidak terkalahkan di daratan Spanyol ini, tetapi di Pulau Jawa, lebih-lebih di Mataram, imu kesaktian itu tidak ada apa-apanya. 

Kesaktian yang kamu andalkan itu hanya akan menjadi bahan tertawaan orang-orang Mataram, apalagi kalau kamu berhadapan dengan rajanya yang bergelar Panembahan Senopati, kamu tidak ada apa-apanya, Baron Skeber,” kata Sunan Kalijaga. 

Mendengar jawaban gurunya itu, Baron Skeber menjadi tersinggung. Tanpa berfikir panjang lagi, ia segera mengeluarkan ilmu menghilangnya dan pergi ke Pulau Jawa untuk menantang Panembahan Senopati. 

Melihat hal itu, Sunan Kalijaga hanya bisa mengikuti dari kejauhan. Sunan Kalijaga memang berniat memberi pelajaran Baron Skeber agar jera dan tidak merasa paling sakti sendiri di muka bumi. 

Sesampainya di Mataram, Baron Skeber segera bergegas menuju istana dan kemudian berteriak-teriak seperti orang gila yang intinya menantang Panembahan Senopati untuk “perang tanding”. Prajurit-prajurit yang hendak menangkapnya dibuat jatuh bangun oleh kesaktian Baron Skeber. 

Melihat hal itu, para senopati segera keluar untuk menangkap orang asing yang berai membuat keonaran itu, tetapi segera dicegah oleh Panembahan Senopati yang memang berwatak perwira. 

“Kalian semua mundurlah! Orang itu menginginkan aku sebagai lawannya. Biarlah aku sendiri yang menghadapinya,” kata Panembahan Senopati dengan penuh wibawa. 
Para senopati segera melangkah mundur untuk memberi kesempatan kepada junjungannya menghadapi orang asing itu. 

Para senopati tidak perlu merasa khawatir terhadap keselamatan Raja Mataram itu karena merea semua tahu persis kesaktian yang dimiliki oleh Panembahan Senopati. 
Pertempuran sengit pun segera terjadi antara Panembahan Senopati dengan Baron Skeber. Keduanya sama-sama sakti. Keduanya tidak mempan senjata, dapat menghilang, serta dapat berubah wujud. Kalau Baron Skeber berubah menjadi ular, Panembahan Senopati menjadi naga. Kalau Baron Skeber menjadi burung elang, Panembahan Senopati akan menjadi burung garuda. Begitu seterusnya sehingga Baron Skeber benar-benar kewalahan menghadapi kesaktian Panembahan Senopati dan akhirnya menyerah. 

Baron Skeber semula ingin dijatuhi hukuman seberat-beratnya oleh Panembahan Senopati. Akan tetapi, berkat jasa Sunan Kalijaga yang diam-diam menemui Panembahan Senopati, Baron Skeber diampuni kesalahannya dan diijinkan mengabdi di Mataram. 

Namun, hanya sebentar saja Baron Skeber bisa mengekang sifat-sifat jahatnya. Tidak beberapa lama ia sudah membuat onar lagi. Diam-diam Baron Skeber ingin menculik istri Panembahan Senopati. 

Baron Skeber kemudian menyusun rencana untuk mewujudkan rencananya itu dengan menjauhkan Panembahan Senopati dari  permaisurinya. Dengan segala bujuk rayunya, Baron Skeber berhasil mengajak Panembahan Senopati untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit di Mesir dengan ki dalang dari Pulau Jawa. Raja Mataram pun tertarik dan akhirnya bersedia memenuhi ajakan Baron Skeber. 

Dengan menggunakan ilmu ikhfak Baron Skeber dan Panembahan Senopati segera tiba di Mesir. Ketika sedang asyik-asyiknya Panembahan Senopati menyaksikan kelincahan sang dalang memainkan wayang-wayangnya itulah Baron Skeber diam-diam meninggalkan Panembahan Senopati dan langsung kembali ke keraton untuk menculik permaisuri. 

Untunglah Panembahan Senopati segera ditolong oleh ki dalang yang ternyata adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga segera membeberkan rencana jahat Baron Skeber, dan menolong Raja Mataram itu agar tiba di keraton lebih cepat dari Baron Skeber. 

Sesampainya di keraton, Raja Mataram segera menunggu Baron Skeber di tempat permaisuri dengan penuh amarah. Begitu melihat kedatangan Baron Skeber yang mengendap-endap seperti pencuri, Panembahan Senopati segera menyergapnya. Namun, Baron Skeber  berhasil membebaskan diri dan kemudian terbang tinggi seperti burung. 

Raja Mataram yang tidak bisa terbang meminta bantuan Sunan Penatas Angin (Kyai Cempaluk)(karena kecepatan terbangnya seperti angin) untuk mengkap Baron Skeber hidup atau mati. 

Sunan Penatas Angin dengan cepat mengejar Baron Skeber. Terjadilah kejar-kejaran di angkasa dengan serunya. Akhirnya, Baron Skeber harus mengakui kesaktian Sunan Penatas Angin. 
Begitu takutnya Baron Skeber kepada Sunan Penatas Angin dan Panembahan Senopati, akhirnya Baron Skeber berubah wujud menjadi sebuah arca sambil menunggu lengahnya Sunan Penatas Angin. 

Namun, di luar dugaannya, Sunan Penatas Angin mengetahui semua rencanannya. Sunan Penatas Angin pun membuat sebuah arca yang di letakkan  berdekatan dengan arca Baron Skeber untuk selalu dapat mengawasinya. 

Hingga kini, Baron Skeber tetap dalam arca itu dan tidak bisa pergi kemana-mana karena merasa selalu diawasi oeh Sunan Penatas Angin yang berada di dalam arca di dekatnya. 

Sampai sekarang kedua arca itu masih ada, tepatnya di desa Rogoselo, kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, atau tepatnya 20 kilometer sebelah selatan Pekalongan. 

Sementara Sunan Penatas Angin oleh Panembahan Senopati di tugaskan untuk berdakwah di wilayah sekitar Pekalongan membantu Kyai Ageng Pekalongan (sayid Husain) dan Kyai Ageng Rogoselo (sayid Muhammad Almaghroby) serta para tokoh lain di Zaman Itu.

Dikemudian hari Putra Sunan Penatas Angin (Raden Djoko Bahu) mendirikan Kadipaten Batang serta menjadi Adipati Kendal dengan Gelar Tumenggung Bahurekso. Sang Adipati Wafat Syahid di pertempuran melawan Belanda Di Batavia dan di makamkan di Kedoya Jakarta Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar