Minak Sopal adalah keturunan dari Kerajaan Majapahit,ibunya bernama Dewi Roro Amiswati putri Prabu Browidjoyo ayahnya bernama Minak Sabra.
Ibu Minak Sopal Dewi Roro amiswati pernah menderita penyakit kulit hingga berbau amis, karena penyakit kulit itulah Dewi Roro Amiswati di asingkan dari Kerajaan Majapahit dan menetap di wilayah Trenggalek. Suatu ketika Dewi Roro Amiswati melakukan sayembara,bila siapapun lelaki atau wanita yang sanggup menyembuhkan penyakitnya,bila laki-laki akan di jadikan suami,bila perempuan akan diangkat sebagai saudara.
Selanjutnya datanglah Minak Sabra,dengan segala kekuatan berusaha menyembuhkan penyakit Dewi Roro Amiswati dengan cara di jilati. Ditangan Minak Sabra, Dewi Roro Amiswati di sembuhkan.Nama Dewi Roro Amiswati dirubah, dia memakai nama baru usai sembuh dari penyakitnya yakni Dewi Roro Menur. Konon cerita yang berkembang Dewi Roro Amiswati juga melakukan ritual bertapa di sungai bagong untuk menghilangkan penyakit kulit yang di deritanya atas saran dari Minak Sabra. Nama bagong sendiri di artikan sebagai Babakan Agung,yang kemudian sering di kenal dengan nama Bagong hingga sekarang.
Pada masa itu Raden Minak Sopal berguru kepada walisongo dan atas perintah Sultan Demak Minak Sopal mengabdi pada Adipati Batoro Katong di Ponorogo... dan suatu ketika di utus oleh Adipati Batoro Katong untuk ke wilayah Trenggalek mengabdi kepada Kyai Ageng Lengkuro (raden Djoko Lengko) adik Adipati Batoro Katong. wilayah Trenggalek pada saat itu lagi mengalami paceklik kekeringan. Dan Minak Sopal merencanakan untuk membuat bendungan.
Ketika Minak Sopal membangun Dam Bagong,selalu saja di rusak oleh bajul putih (buaya Putih) pagi di bangun esok harinya ambrol lagi, dan itu terjadi secara berulang-ulang,ternyata kerusakan dam bagong,di rusak oleh bajul putih yang tak lain adalah Minak Sabra (ayah Minak sopal) yang berubah wujud menjadi buaya putih, belakangan diketahui,apa yang telah dilakukan sang ayah rupanya menguji kesabaran sang anak. Pada akhirnya Dewi Roro Menur atau Dewi Roro Amiswati menyampaikan pada Minak Sopal,kenapa buaya putih itu selalu mengganggu kegiatan pembangunan Dam bagong, itu di lakukan untuk melatih kesabaran anaknya.dalam cerita selanjutnya Minak Sopal di beritahu oleh ayahnya bila ingin pembangunan Dam Bagong bisa berdiri dan selesai,lakukanlah penyembelihan kepala Gajah tepat dibawah Dam Bagong. Akhirnya Minak sopal pergi mencari gajah sampai kedaerah Ponorogo,diketahui pemilik gajah adalah mbok rondo krandon,Minak Sopal menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Mbok Rondo Krandon ,saat berbincang dengan Mbok Rondo Krandon dirinya mengatakan hendak meminjam Gajah, Untuk membantu pembangunan Dam Bagong.setelah gajah itu dibawah oleh Minak Sopal ke Trenggalek, Ternyata gajah itu malah di sembelih.dan kepala gajah itu di letakkan sesuai amanat sang ayah. Mendengar gajahnya di sembelih, mbok rondo krandon marah dan mengutus prajurit untuk menemui Minak Sopal,sebelum prajurit tiba di Trenggalek,Minak sopal membuat terowongan dari dalam sungai dam bagong yang tembus ke arah telaga ngebel ponorogo,tujuannya agar lebih cepat bertemu dengan Mbok Rondo Krandon ketimbang terjadi kesalah pahaman dengan prajurit utusan Mbok Rondo krandon. ternyata benar Minak Sopal lebih dulu menemui mbok rondo krandon,setelah bertemu, Minak Sopal menceritakan kenapa gajah tersebut di sembelih sebab di gunakan untuk kepentingan rakyat banyak khususnya untuk mengairi persawahan di wilayah Trenggalek ,mendengar cerita dari Minak Sopal,luluh sudah kemarahan Mbok Rondo Krandon terhadap Minak Sopal. Hingga kini masih tersisa Patung Batu yang mirip gajah tepat dibawah Dam Bagong,namun sayang sekali Patung Batu gajah tersebut telah ambruk di terjang banjir bandang besar sepanjang sejarah Trenggalek tahun 2006 silam.
Minak Sopal Dimakamkan di kelurahan Ngantru kabupaten Trenggalek Jawa Timur, lokasi makam Minak Sopal sangat dekat dengan Dam Bagong.di samping makam minak sopal,juga dimakamkan ibu Minak Sopal yakni Dewi Roro amiswati atau Dewi Roro Menur. Selain itu juga dimakamkan sembilan prajurit di samping kanan kiri makam Minak Sopal yang melambangkan keberadaan sembilan Wali atau Wali Songo.disekitar makam Minak Sopal juga terdapat makam seseorang yang ilmunya setingkat dengan para Wali,yakni Mas Ajeng Sururi,berdasarkan tulisan di batu nisan yang berbahasa Arab menyebutkan angka tahun 1358.beliau juga dikenal sebagai penyebar agama Islam.
Minak Sopal Dimakamkan di kelurahan Ngantru kabupaten Trenggalek Jawa Timur, lokasi makam Minak Sopal sangat dekat dengan Dam Bagong.di samping makam minak sopal,juga dimakamkan ibu Minak Sopal yakni Dewi Roro amiswati atau Dewi Roro Menur. Selain itu juga dimakamkan sembilan prajurit di samping kanan kiri makam Minak Sopal yang melambangkan keberadaan sembilan Wali atau Wali Songo.disekitar makam Minak Sopal juga terdapat makam seseorang yang ilmunya setingkat dengan para Wali,yakni Mas Ajeng Sururi,berdasarkan tulisan di batu nisan yang berbahasa Arab menyebutkan angka tahun 1358.beliau juga dikenal sebagai penyebar agama Islam.
Minak Sopal adalah pimpinan dan penyebar agama islam dibawah Adipati Batoro Katong Ponorogo. Mas Ajeng Sururi adalah pendakwah islam pertama di wilayah Trenggalek pada masa itu.
Menak Sopal bukan hanya legenda di Trenggalek... akan tetapi sebagai sesepuh dan peletak dasar kepemimpinan dan pembangunan di wilayah bawahan Ponorogo dimasa Adipati Batoro Katong dan dibawah kesultanan Demak Bintoro.
Semoga ada manfaatnya... sekedar penulisan sejarah tentang perjuangan islam di masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar