Translate

Sabtu, 03 Januari 2015

Sejarah Magetan Bagian 1

Sejarah berdirinya Kadipaten Magetan tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Kerajaan Mataram... walaupun di Magetan sendiri banyak sekali sejarah yang berkaitan dengan pamoksan Sang Prabu Browidjoyo Mojopahit 
Akan tetapi disini saya hny ingin menuliskan tentang riwayat dinamakan nya Magetan.
Kerajaan Mataram dibawah Pimpinan Kanjeng Sultan Agung Hanyokro Kusumo begitu gigih menentang VOC. Dan Sultan Agung wafat Pada tahun 1645... setelah wafat nya Sultan Agung kebesaran kerajaan Mataram pelan-pelan mulai padam. Sultan Agung yang gigih melawan Belanda lalu di ganti oleh Raden Sayidin yang bergelar Sunan Amangkurat 1 (1646-1677). Sayangnya Sultan pengganti ini tidak seperti Sultan sebelum nya. Ia lebih lunak dan bekerja sama dengan VOC. Sehingga Belanda dengan seenaknya keluar masuk wilayah Mataram. Bahkan Belanda mulai berani mengatur perdagangan yang dilakukan oleh Mataram. Mataram tidak boleh berdagang ke Ambon, Banda dan Ternate. Sikap Sunan Amangkurat 1 yang lemah tersebut ditentang oleh para Ningrat.  Bahkan putranya sendiri yang bernama Adipati Anom (Amangkurat ke 2) juga menentang. 
Situasi di Mataram terus dipantau oleh kerajaan kerajaan bawahan Mataram. Pangeran Giri (sunan giri ke 5) yang memiliki pengaruh di daerah pesisir utara tanah jawa lantas bersiap siap untuk melepaskan diri dari Mataram.

Pada masa itu seorang Pangeran dari Madura yang bernama Trunodjoyo sangat kecewa pada pamannya yg hanya bersenang-senang di Mataram sehingga mengabaikan perintah nya sendiri. Trunodjoyo lantas melakukan pemberontakan terhadap Mataram dengan dibantu pasukan dari Makasar.

Dalam situasi seperti itu... ada krabat Kraton Mataram yang bernama Basah Bibit atau Raden Basah Gondo Kusumo dan seorang Patih Mataram yang bernama Nrang Kusumo dituduh bersekutu dengan para 'Ulama untuk menentang kebijakan dari Sunan Amangkurat 1. akibatnya Basah Gondo Kusumo ditangkap dan di asingkan ke Gedong Kuning Semarang sampai 40hari dikediaman kakeknya yang bernama Basah Surya ningrat. (adik Sultan Agung) .sedangkan Patih Nrang Kusumo meletakkan jabatannya dan bertapa di sebelah utara gunung lawu bergelar Kyai Ageng Noto Manggolo dan meneruskan perjuangan melawan kompeni Belanda. Kedudukan nya diganti kan oleh adiknya yang bernama Pangeran Nrang Boyo ke dua... keduanya adalah putra Patih Nrang Boyo (Kanjeng Gusti Susuhunan Giri ke 4)

Basah Surya ningrat mengetahui situasi di Mataram sudah tidak menentukan dan cucunya terancam keselamatan nya... akhirnya Basah Surya ningrat mengajak cucunya menyingkir ke sebelah timur gunung lawu. Dipilih nya tempat itu karena mendengar berita kalau disebelah timur gunung lawu sedang dilakukan babat alas oleh Ki Buyut Suro (Kyai Ageng Getas) atas perintah dari Kyai Ageng Mageti.

Basah Surya ningrat bersama cucunya menemui Kyai Ageng Getas menyampaikan maksud tujuan nya. Oleh Kyai Ageng disarankan agar menemui langsung Kyai Ageng Mageti... tapi disarankan untuk menginap di rumah Kyai Ageng Getas terlebih dahulu untuk di beri petunjuk tentang bagaimana Kyai Ageng Mageti... disampaikan oleh Kyai Getas agar Basah Surya ningrat berhati-hati dlm bicara dan mengalah dlm bicara.. karena Kyai Ageng Mageti wataknya Panas Karena dulunya sebagai senopati Batoro Katong. 
Keesokan harinya berangkat lah Basah Surya ningrat bersama cucunya dengan di antar Kyai Ageng Getas menghadap Kyai Ageng Mageti... awalnya permintaan Basah Surya ningrat ditolak oleh Kyai Ageng... tapi setelah Kyai Ageng bertafakkur dan tahu jk yang didepan nya adalah sesepuh Mataram yang memerlukan pengayoman. Basah Surya ningrat diberi tanah di sebelah utara Sungai Gandong. Yaitu di desa Tambran kec kota Magetan sekarang ini. 
Kyai Ageng Mageti juga mengatakan jk ingin membuat Pendopo sebagai pemerintahan hendaknya di selatan sungai Gandong karena itu tanah milik Adipati Batoro Katong... agar berkah dan kuat... serta Kyai Ageng Mageti memberikan gelar Kepada Basah Gondo Kusumo dengan Nama Yosonegoro dan di minta untuk memimpin warga di sekitar tempat tersebut.

Yang kemudian dikenal sebagai Adipati Magetan yang pertama. Dan daerah yang baru itu di beri Nama Magetan sebagai ungkapan rasa terimakasih  kepada Kyai Ageng Mageti. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 12 oktober 1675 yang kini diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Magetan.

Ketika masih dibawah pimpinan Adipati Yosonegoro. Magetan mengalami masa kejayaan. Meski Sang Bupati sangat benci terhadap Belanda.. tetapi Adipati Yosonegoro meminta rakyat untuk agar bersabar agar tidak melakukan perlawanan. Dengan alasan harus mengukur kekuatan yang dimiliki.. melawan penjajah tidak harus dengan senjata. Tapi bisa dengan pemikiran dan strategi. 
Kanjeng Adipati Yosonegoro wafat pada tahun 1703. Bersama dengan istri nya dimakamkan di Setono Gedong desa Tambran kec Magetan. 

Kembali kepada cerita Trunodjoyo. Dengan dibantu oleh pasukan Makasar Dan Sunan Giri ke 5 akhirnya berhasil menjebol pertahanan Mataram. Beberapa daerah seperti Suropringgo (surabaya) madura dan beberapa daerah pesisir tanah jawa berhasil dikuasai. Tak lama kemudian pertahanan Mataram Di Plered (wilayah Bantul sekarang) juga ambruk... pada tahun 1677 Sunan Amangkurat melarikan diri sampai ke desa Kali salak... di tempat pelarian tersebut Sunan Amangkurat menobatkan putranya Adipati Anom menggantikan sebagai Raja dengan gelar Sultan Amangkurat Amral.

Dalam peperangan di wilayah Banyumas Sunan Amangkurat terluka dan akhirnya wafat di dalam pelarian nya di wanayasa.. jenazah nya ditolak masuk ke Mataram dan akhirnya di Terima Oleh Kyai Ageng Sebhayu dan Pangeran Hanggawana dan di makamkan di desa tegalwangi... lalu disebut Sunan Tegal Wangi.. tepatnya desa pasarean kec adiwerna kab Tegal sekarang ini.

Sultan Amangkurat Amral bersekutu dengan Belanda dan kemudian berhasil menangkap Trunodjoyo pada tahun 1681dan mengeksekusi Trunodjoyo dengan keris pusaka Kanjeng Kyai Balabar.

Pemerintahan Mataram yang sudah semakin Rapuh harus berhadapan lagi dengan pemberontakan yang dilakukan Untung Suro Pati yang dibantu dengan Sunan Mas (amangkurat ke 3). Tapi ternyata para Bangsawan Mataram lebih suka memilih Pangeran Puger (paman Sunan Mas) untuk menjadi raja Mataram.. sehingga dengan bantuan Belanda kekuasaan Sultan Amangkurat ke 3 berhasil di runtuh kan.. Sunan Mas Meloloskan diri dari Kartosuro menetap di Semarang dan lari ke Pasuruan bergabung dengan Untung Suro Pati. 
Pada waktu itu Magetan sebagai daerah monconegoro Mataram berada di bawah pemerintahan Kanjeng Kyai Adipati Purwodiningrat yang merupakan keturunan dari Panembahan Cakra ningrat 1.. tugas Kyai Adipati Purwodiningrat adalah untuk mengamankan tapal batas (Magetan) agar tidak terkena imbas dari perang mahkota yang terjadi di Mataram.

Kyai Adipati Purwodiningrat berhasil mengendalikan keadaan meski dipusat kerajaan Mataram terjadi pergolakan. Magetan tetap aman.. karena sang adipati tahu kalau rakyat dan Bangsawan banyak yang tidak suka dengan Belanda. Karena situasi sedang tidak menguntungkan.. Kyai Adipati memilih diam dan mencurahkan pikiran untuk kemakmuran rakyat serta dakwah dan menjaga ketentraman Kadipaten. 
Sampai Sang Adipati wafat keadaan Magetan tetap tenang terhindar dari pengaruh sucsesi oorlog (perang mahkota) yang terus menerus di Mataram. Jasad beliau dimakamkan di tanah Perdikan Desa Pacalan kec Plaosan Magetan.. sedangkan istri beliau dimakamkan di tanah Perdikan desa Pakuncen wilayah Kertosono Nganjuk. 
Kyai Adipati meninggalkan beberapa putra putri.. Diantaranya Putri Sepuh Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton (garwo Dalem Kanjeng Sultan Hamengku Bawono ke 2/ Sultan sepuh) dan Putri Anom Gusti Kanjeng Ratu Anom (garwo dalem Gusti Paku Alam 1 / Noto Kusumo) yang berarti Kyai Adipati Purwodiningrat berbesanan dengan Kanjeng Pangeran Mangkubumi (HB 1)
Barangkali para pendiri Kadipaten Magetan tidak menyangka kalau wilayah perjuangan beliau akan seperti sekarang ini dengan bertambah nya kemajuan dan perkembangan yang ada.

Sebagai wilayah yang berada dilereng gunung lawu.. selain berhawa sejuk Magetan juga mempunyai beberapa aset wisata baik yang bersifat spiritual maupun alam. Misalnya.. Telaga Sarangan / Telaga Pasir, Telaga Wahyu, Sumber Tamtu, Ngarso Dalem (petilasan Browidjoyo). Sendang Drajad. Sendang Inten. Lumbung Selayur. Goa Segolo-golo. Pawang Miwang. Pasar Dieng. Argo Dumilah.Argo Tumiling. Cemoro Sewu. Sitinggil. Tanggullasi. Dll.
Bagi yang bermaksud untuk mendaki Gunung Lawu baik dari timur atau barat.... ada satu kepercayaan masyarakat yang tidak ada salahnya untuk dipertimbangkan. yaitu akan dijemput oleh burung jalak gading. Konon bila burung itu kembali terbang naik ke atas gunung silahkan meneruskan perjalanan... tapi jk burung tersebut terbang turun ke bawah baiknya membatalkan pendakian. 

Kabupaten Magetan juga memiliki peninggalan sejarah berupa candi yang terletak di dusun Sadon Desa Cepoko kec Penaken.. candi tersebut dikenal dengan nama Candi Reog karna di masa sebelum islam wilayah Magetan termasuk dalam Kadipaten Whengker yang pada masa Batoro Katong Whengker di rubah menjadi Ponorogo.  Candi tersebut dahulu nya sebagai tempat untuk melakukan sesaji kesenian. 

Satu Maret merupakan motto dari Kabupaten Magetan yang kepanjangan nya adalah... SAiyeg TUmuju MAgetan Asri Resik Edhi lan Temoto. artinya... bersama sama secara bergotong royong menuju terwujud nya Magetan sebagai Daerah yang asri bersih indah dan teratur. 

Masih banyak sejarah yang menyusul penulisannya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar