Translate

Kamis, 22 September 2016

Penjelasan Pentingnya Sanad Dalam Periwayatan Hadits

Ada tiga istilah dalam sebuah hadits yang biasa kita kenal yakni sanad, rawi dan ‎matan. Dari ketiga itu sanad menempati posisi penting dalam studi hadits, karena dengan sanad ini akan dinilai keshahihan dan kedha’ifan atau palsunya sebuah hadits.

Kali ini penulis tidak akan membicarakan bagaimana sebuah sanad yang menjadi sandaran hadits itu kuat atau lemah, juga tidak membicarakan mana-mana sanad yang terbagus sampai yang sekedar bisa diterima, tapi sekedar mencoba mengetengahkan betapa pentingnya sanad ini dalam ilmu-ilmu Islam.

Rawi adalah orang yang menerima atau meriwayatkan suatu hadits. Misalnya al Bukhari, beliau juga disebut sebagai rawi, bila al Bukhari ini menerima suatu hadits dari gurunya maka sang guru ini juga disebut sebagai rawi dan seterusnya sampai ke shahabat kemudian Rasulullah.

Al Bukhari disebut sebagai rawi terakhir karena dialah yang menyampaikan terakhir dan membukukannya sedangkan shahabat disebut sebagai rawi pertama karena ia meriwayatkan langsung dari Rasulullah.Rawi juga biasa disebut rijal artinya orang-orang yang meriwayatkan haadits.

Sanad adalah adalah silsilah atau rangkain para rawi dari rawi awal sampai terakhir yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah. Rangkaian para rawi ini dimulai dari rawi terakhir, misalnya al Bukhari dan berakhir kepada rawi pertama shahabat. Maka dari sisi sanan,al Bukhari bisa disebut sebagaisanad pertama tetapi sebagai rawi terakhir, sedangkan shahabat disebut sebagai sanadterakhir tetapi sebagai rawi pertama.

Matan adalah adalah riwayat atau berita dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh pararawi dari awal sampai rawi terakhir.

Contoh hadits :

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {{ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ }}. رواه البخاري

Bagian dalam kurung itulah yang disebut matan, dan bagian yang bergaris bawah itu disebut sebagai rawi yang rankaian ke semua rawi disebut sebagai sanad.

Karena sanad menempati kedudukan sedemikian penting dalam bangunan agama Islam maka banyak orientalis atau kalangan muslim yang meragukan dan hendak membuktikan keotentikan sanad ini. Bagi yang tidak suka dengan islam bisa terdorong motivasi untuk meruntuhkan bangunan Islam dari studinya terhadap sanad ini, dengan harapan bila mampu membuktikan kebohongan system sanad ia berharap mampu merobohkan bangunan Islam. Sarjana barat atau yang lebih dikenal sebagai orentalis, telah mengkaji masalah hadits ini selama dua abad, mereka juga menerbitkan hasil studi mereka, juga mengkritisi hadits-hadits ini.

Di kalangan orang yang sudah mempelajari hadits tentu mengenal Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi Penyusun kitab Dr. Arnold John Wensick (l.1882 dan w. 1939) dan teamnya, di Universitas Leiden, Belanda. Kitab ini diedit ulang oleh Fu’ad Abdul Baqi. Penulisan kitab ini dimaksudkan untuk memudahkan mencari hadis berdasarkan petunjuk lafazh matan hadis, sehingga bisa ditelusi ke kitab hadits induk mengenai sanad dan matan lengkapnya. Kitab mu’jam ini terdiri dari sekitar tujuh jilid dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam Sembilan kitab hadis, yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan TIrmidzi, Sunan Nasa’I, Sunan Ibnu Majah, Sunan Darimi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad,

Bahkan ada juga yang mengetengahkan teori bahwa hadits tidak lebih dari sebuah produk perkembangan dimensi keagamaan, sejarah, dan social agama Islam pada dua abad pertamanya seperti yang diketengahkan oleh Ignaz Goldziher (l.1850 – w.1921). Maka hadits dengan sanadnya ini dianggap tidak lebih dari sekedar rekayasa perkembangan Islam untuk melembagakan bentuk ritual atau tatanan social Islam yang tidak bersumber langsung dari Rasulullah.
Telah berkata Al-Haafidh Al-‘Alaaiy rahimahullah dalam Jaami’ut-Tahshiil (hal. 58), dan dalam Shahih Muslim, dari Ibnu Siiriin, ia berkata :
لم يكونوا يسألون عن الإسناد فلما وقعت الفتنة قالوا سموا لنا رجالكم فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم
“Dulu mereka (para ulama) tidak pernah bertanya tentang sanad. Namun ketika terjadi fitnah, mereka pun berkata : ‘Sebutkan pada kami rijaal kalian’. Apabila ia melihat rijaal tersebut dari kalangan Ahlus-Sunnah, maka diterima haditsnya, dan jika dari kalangan ahli-bid’ah, maka tidak diterima”.
Telah berkata Sufyan bin ‘Uyainah :
حدث الزهري يوماً بحديث؛ فقلت له : هاته بلا إسناد فقال : أترقى السطح بلا سلم؟.
“Pada suatu hari Az-Zuhri menyampaikan satu hadits. Aku berkata padanya : ‘Sampaikanlah hadits itu tanpa sanad’. Ia (Az-Zuhri) berkata : ‘Apakah aku akan menaiki loteng tanpa tangga ?’.
Baqiyyah pernah berkata :‎
ثنا عتبة بن أبي الحكم أنه كان عند إسحاق بن أبي فروة وعنده الزهري فجعل ابن أبي فروة يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم؛ فقال الزهري : قاتلك الله ما أجرأك ألا تسند حديثك تحدثنا بأحاديث ليست لها خطم ولا أزمة.
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utbah bin Abi Al-Hakam, bahwasannya ia pernah berada di tempat Ishaq bin Abi Farwah, dan bersamanya ada Az-Zuhri.  Maka Ibnu Abi Farwah berkata : ‘Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam’. Az-Zuhri pun berkata : ‘Semoga Allah memerangimu ! Apakah gerangan yang menjadikanmu tidak menyampaikan sanad pada haditsmu ? (Dengan caramu itu), engkau telah menyampaikan hadits-hadits pada kami tanpa paruh dan taring”.
Telah berkata ‘Abdush-Shamad bin Hassaan :
سمعت سفيان الثوري يقول : الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن سلاح فبِمَ يقاتل.
“Aku mendengar Sufyaan Ats-Tsauri berkata : ‘Isnad itu seperti senjata bagi seorang mukmin. Jika ia tidak mempunyai senjata, dengan apa ia bisa berperang ?”.
Telah berkata Syu’bah :
كل حديث ليس فيه حدثنا وأخبرنا فهو خل وبقل.
“Setiap hadits tanpa disertai perkataan :haddatsanaa (telah menceritakan kepada kami) dan akhbaranaa (telah mengkhabarkan kepada kami), maka ia (nilainya) seperti cuka dan sayuran”.
Dan dalam Shahih Muslim dari ‘Abdaan, ia berkata :
سمعت عبد الله بن المبارك يقول : الإسناد عندي من الدين ولو لا الإسناد لقال من شاء ما شاء.
“Aku mendengar ‘Abdullah bin Al-Mubaarak berkata : ‘Sanad bagiku termasuk bagian dari agama. Jika sanad tidak ada, niscaya orang akan berkata sesuka hatinya”.
Dari Al-‘Abbaas bin Abi Razmah ia berkata :
سمعت عبد الله - يعني ابن المبارك - يقول : بيننا وبين القوم القوائم - يعني الإسناد - .
“Aku mendengar ‘Abdullah – yaitu Ibnul-Mubaarak – berkata : ‘Antara kami dengan satu kaum terdapat beberapa kaum – yaitu sanad – “.
Dari Ibrahim Ath-Thaalaqaaniy, ia berkata :‎
قلت لعبد الله بن المبارك : يا أبا عبد الرحمان الحديث الذي جاء : إن البر بعد البر أن تصلي لأبويك مع صلاتك وتصوم لهما مع صومك؛ قال فقال عبد الله : يا أبا إسحاق عمن هذا ؟ قال قلت له : هذا من حديث شهاب بن خراش؛ فقال : ثقة عمن ؟ قال قلت : عن الحجاج بن دينار؛ قال : ثقة عمن ؟ قال قلت : قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم. قال : ((يا أبا إسحاق إن بين الحجاج بن دينار وبين النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم مفاوز تنقطع فيها أعناق المطي ولكن ليس في الصدقة اختلاف)).
“Aku pernah berkata kepada ‘Abdullah bin Al-Mubaarak : ‘Wahai Abu ‘Abdirrahman, hadits yang berbunyi : Sesungguhnya kebajikan setelah kebajikan adalah engkau shalat untuk kedua orang tuamu bersama shalatmu, dan engkau puasa untuk keduanya bersama puasamu’. ‘Abdullah berkata : ‘Wahai Abu Ishaaq, dari siapa hadits ini ?’. Aku menjawab : ‘Ini berasal dari hadits Syihaab bin Kharaasy’. Ia berkata : ‘Tsiqah, lalu dari siapa ?’. Aku menjawab : ‘Dari Al-Hajjaaj bin Diinaar’. Ia berkata : ‘Tsiqah, lalu dari siapa ?’. Aku berkata : ‘Telah bersabda Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam’. Ia berkata : ‘Wahai Abu Ishaaq, sesungguhnya antara Al-Hajjaaj bin Diinaar dengan Nabi ‎shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam terbentang padang sahara luas yang dapat memutuskan leher orang yang menyeberanginya. Akan tetapi tidak ada perselisihan dalam hal (keutamaan) shadaqah”.
Dari ‘Aliy bin Hajar, ia berkata :
سمعت ابن المبارك يقول : " إن الله حفظ الأسانيد على أمة محمد  صلى الله عليه وسلم"
“Aku mendengar Ibnul-Mubaarak berkata : ‘Sesungguhnya Allah telah menjaga sanad-sanad (riwayat) pada umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.
Dari Syu’bah bin Al-Hajjaaj rahimahullah bahwasannya ia pernah mendengar dari Syaikhnya Abu Ishaaq As-Suba’iy, yaitu ‘Amr bin ‘Abdillah sebuah hadits ‘Abdullah bin ‘Atha’, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir tentang keutamaan menyempurnakan wudlu’. Ia (Syu’bah) berkata kepada Abu Ishaaq : “Apakah ‘Abdullah (bin ‘Atha’) mendengarnya dari ‘Uqbah (bin ‘Aamir) ?”. Abi Ishaaq pun marah (mendengar pertanyaan itu). Waktu itu Mis’ar bin Kaddaam hadir, lalu ia berkata kepadaku : “’Abdullah bin ‘Atha’ ada di Makkah”. Kemudian Syu’bah melanjutkan :
فرحلت إلى مكة لم أرد الحج أردت الحديث فلقيت عبد الله بن عطاء فسألته فقال سعد بن إبراهيم حدثني فقال لي مالك بن أنس سعيد بالمدينة لم يحج العام فرحلت إلى المدينة فلقيت سعدا فقال الحديث من عندكم زياد بن مخراق حدثني قال شعبة فقلت أيش هذا الحديث بينا هو كوفي إذ صار مدنيا إذ رجع إلى البصرة قال أبو يحيى هذا الكلام أو نحوه قال فرجعت إلى البصرة فلقيت زياد بن مخراق فسألته فقال ليس هو من بابتك قلت حدثني به قال لا تريده قلت حدثني به قال حدثني شهر بن حوشب عن أبي ريحانة عن عقبة قال شعبة فلما ذكر شهرا قلت: دمر على هذا الحديث لو صح لي مثل هذا الحديث كان أحب إلي من أهلي ومالي ومن الناس أجمعين.
“Akupun kemudian berangkat menuju Makkah bukan untuk ibadah haji. Aku hanya menginginkan hadits. Aku pun kemudian bertemu ‘Abdullah bin ‘Atha’ dan bertanya kepadanya. ‘Abdullah bin ‘Atha’ berkata : ‘Sa’d bin Ibraahiim telah menceritakan kepadaku’. Malik bin Anas berkata kepadaku : ‘Sa’d bin Ibraahiim berada di Madinah, dan ia tidak menunaikan ibadah haji tahun ini’. Aku pun kemudian pergi menuju Madinah, dan kemudian bertemu dengan Sa’d bin Ibrahim. Ia (Sa’d)  berkata : ‘Hadits yang ada pada kalian telah diceritakan oleh Ziyaad bin Mikhraq kepadaku”. Syu’bah berkata : Aku berkata : “Hadits macam apa ini, sedangkan ia orang Kuffah, kemudian menjadi orang Madinah, kemudian kembali ke Bashrah (menjadi orang Bashrah)”.  Syu’bah kembali berkata : “Aku pun kembali ke Bashrah dan bertemu dengan Ziyaad bin Mikhraaq. Aku bertanya kepadanya, lalu ia berkata : “Hal itu bukan urusanmu”. Aku (Syu’bah) berkata : “Ceritakanlah kepadaku”. Ia menjawab : “Kamu tidak menginginkannya”. Aku kembali berkata : “Ceritakanlah kepadaku”. Ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Syahr bin Hausyab, dari Abu Raihaanah, dari ‘Uqbah. Berkata Syu’bah : “Ketika ia menyebutkan Syahr, aku berkata : ‘Ia telah merusak hadits ini. Seandainya hadits ini shahih bagiku, sungguh ia lebih aku cintai daripada keluargaku, hartaku, dan manusia seluruhnya”.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus