Translate

Selasa, 20 September 2016

Pentingnya Ilmu Tashowwuf Untuk Pendalaman Ibadah

Manusia merupakan makhluk yang diberikan satu keunggulan untuk mengenal dan memahami penciptanya. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, diharapkan mampu menjadikan manusia benar-benar mendapat derajat yang mulia di sisi-Nya. Dalam Tasawuf, jalan untuk menjadi hamba Allah yang baik dan sempurna diungkapkan dengan jelasnya, hal ini bukan berarti manusia mampu segala-galanya sehingga dengan mudah mendapatkan predikat mulia.

Namun, dalam tasawuf diajarkan untuk selalu ittiba` kepada Rasulullah Muhammad SAW dan tentunya sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al-Qur`an. Dengan jalan inilah manusia akan mampu mencapai derajat yang tertinggi, yang dalam tasawuf disebut sebagai tingakatan ma`rifat. Tingkatan ini, dalam ajaran tasawuf bukanlah tujuan yang mudah dicapai dan tidak pula tujuan yang tidak dapat dicapai. Melainkan, dalam Tasawuf Allah akan memilih siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, untuk dekat bersama-Nya. Namun, bukan berarti manusia tidak dapat berusaha mendapatkan atau sampai kepada tingkatan tersebut, tetapi malah justru ketika usahanya sampai kepada Allah itulah nilai yang tertinggi.

Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitroh manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan mensucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari kungkungan jasadnya yang menyadarkan hanya pada kehidupan kebendaan, disamping juga melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan yang tercela.

Akan tetapi, tasawuf adakalanya membawa orang jadi sesat dan musyrik,  bila seseorang bertasawuf tanpa bertauhid dan bersyari`at. Tauhid menimbulkan iman, syari`at menimbulkan taat. Seseorang dapat mengatakan bahwa Tuhan itu ada adalah dengan tauhid dan dapat mentaati dan menuruti pada peraturan-peraturan dalam ibadah adalah dengan syari`at, serta seseorang dapat merasakan dan mengenal Tuhan, untuk siapa dipersembahkan semua amalannya itu yang disebut dengan tasawuf.

Atas dasar tersebut, maka perlu dan penting sekiranya memahami darimana sumber tasawuf itu agar dalam pengamalannya tidak dikategorikan sesat dan menyesatkan. Mengingat sebagaimana yang diuraikan diatas bahwa adakalanya tasawuf membuat seseorang menjadi sesat dan keluar dari syari`at.


وَعَنْ عَلِىٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ أَيُّ الطَّرِيْقَةِ أَقْرَبُ إِلَى اللهِ وَأَسْهَلُهَا عَلَى عِبَادِ اللهِ وَأَفْضَلُهَا عِنْدَاللهِ تَعَالَى؟ فَقَالَ: يَاعَلِىُّ عَلَيْكَ بِدَوَامِ ذِكْرِاللهِ فَقَالَ عَلِىُّ كُلُّ النَّاسِ يَذْكُرُونَ اللهَ فَقَالَ ص م: يَاعَلِىُّ لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَيَبْقَى عَلَى وَجْهِ اْلأَرْضِ مَنْ يَقُولُ, اللهُ اللهُ. فَقَالَ لَهُ عَلِىُّ كَيْفَ أَذْكُرُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ ص م: غَمِّضْ عَيْنَيْكَ وَاَلْصِقْ شَفَتَيْكَ وَاَعْلَى لِسَانَكَ وَقُلْ اللهُ اللهُ .

Artinya: “Dan dari Sayyidina Ali Karramahullahu wajhahu, beliau berkata: Aku katakana, Ya Rasulallah, manakah jalan/tarekat yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah-mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah? Maka sabda Rasulullah, ya Ali, penting atas kamu berkekalan/senantiasa berzikir kepada Allah. Maka berkatalah Ali, tiap orang berzikir kepada Allah. Maka Rasulullah bersabda: Ya Ali, tidak akan terjadi kiamat sehingga tiada tinggal lagi atas permukaan bumi ini, orang-orang yang mengucapkan Allah, Allah, maka sahut Ali kepada Rasulullah, bagaimana caranya aku berzikir ya Rasulullah? Maka Rasulullah bersabda: coba pejamkan kedua matamu dan rapatkan/katubkanlah kedua bibirmu dan naikkanlah lidahmu ke atas dan berkatalah engkau, Allah-Allah.( Thabrani dan Baihaqi)

Lidah Ali telah tertungkat ke atas, tentulah lisannya tidak dapat menyebut Allah, Allah. Maka pada saat itu juga Ali ibn Abi Thalib mengalami fana fillah. Setelah Ali sadar, maka Nabi bertanya kepada Ali mengenai perjumpaannya dengan Allah, maka Ali berkata : 

رَأَيْتُ رَبِّى بِعَيْنِ قَلْبِى, فَقُلْتُ لاَشَكَّ أَنْتَ أَنْتَ اللهُ“

Kulihat Tuhanku dengan mata hatiku dan akupun berkata: tidak aku ragu, engkau, engkaulah Allah”.

Setelah Ali menceritakan perjumpaannya dengan Allah, maka kemudian Nabi membawa Ali di hadapan para umat dan berkata : 

اَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِى بَابُهَا

“Aku adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya”.

Dari beberapa Hadis di atas mengindikasikan bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat Nabi dan sekaligus sahabat yang diberi izin untuk mengajarkan Ilmu Tarekat ini dengan gelar “Karamullah Wajhahu” (karam/fana memandang wajah Allah) yaitu suatu gelar yang hanya diberikan kepada Ali ibn Abi Thalib karena ia telah karam/fana dalam memandang wajah Allah.

Nilai-nilai ajaran tauhid, fiqih dan akhlaq sering dilihat kecenderungannya pada bentuk formalnya saja, khususnya bidang ilmu yang mengambil bentuk prilaku lahiriyah sebagaimana yang tampak dalam ilmu syari'at. Formalisme dalam ritual Islam dipandang amat merugikan, maka Allah mengingatkan kita terhadap adanya bahaya formalisme, sebagaimana firman Allah:

وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ

Artinya: "Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan." (Q. S. 27. An-Naml, A. 74).

Ayat yang saya tulis di atas menunjukkan pada kita bahwa formalitas belum tentu sesuai dengan kegaiban dalam fikiran (jalan fikiran) dan kegaiban dalam hati (niat dan hajat dalam hati). Tidak sedikit orang sholat secara jasadi, namun hati dan fikirannya sesungguhnya bukan sedang sholat. Banyak orang jasadnya berwudhu' (bersuci, thoharoh jasadi), tetapi hati dan fikirannya masih dipenuhi virus-virus goibis sayithon, seperti iri, dengki, hasad, hasud, hasumat, dendam, riya dan lain sebagainya, dan masih banyak sederetan contoh lainnya yang dapat kita tuliskan dari hasil pengamatan kita terhadap laku orang perorangan di sekitar kita yang dapat kit ambil pelajaran darinya bahwa formalisme pada hakikatnya lebih cendrung merugikan nilai-nilai spiritual kita, itu sebabnya Allah menyatakan bahwa Dia (Allah) benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati dan apa yang mereka nyatakan.

Penekanan pada formalisme seperti dalam ilmu syari'at ibadah yang lebih cenderung menekankan syarat, rukun, tata tertib, sah dan batal dalam ritual ajaran Islam dengan tanpa diiringi penghayatan di dalamnya, tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan akhlaqul karimah untuk menjadi insanul kamil, insanul muttaqin dan insanul muhsinin. Hal ini disebabkan karena pengutamaan terhadap formalitas saja dapat berakibat ruh ritual ibadah tidak dapat dirasakan, yang dirasakan hanyalah kesibukan ritual jasad yang kering, kurang bermakna pada penjiwaan ritual pelakunya. Padahal pengamalan ritual ajaran Islam senantiasa menuntut laku ritual secara sadar dengan menghadirkan hati dan fikiran serta segenap jiwa dan penjiwaan terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang sedang diamalkan. Karena itulah sangat diperlukan pengajaran ilmu penghayatan nilai-nilai spiritual ajaran Islam. Tentu saja hal ini bukanlah merupakan pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan, tetapi diperlukan riyadhoh istiqomah yang dilakukan dengan terus menerus secara bertahap dan berkesinambungan. Karena pada hakikatnya Islam menginginkan keterkaitan nilai-nilai aspek ritual jasadi dengan ritual batini.

Karena ritual dualistis (jasadi dan batini) itulah maka tidak heran jika diri kita senantiasa menginginkan adanya kekuatan kontak antara ritual akhlaq jasadiyah yang lebih cenderung medium formal dengan ritual akhlaq batini yang lebih cenderung non medium formal, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dengan demikian berbagai ritual syari'at ibadah jasadi (wudhu, puasa, infaq, shodaqoh, zakat, haji dan akhlaq fositif lainnya) kontak dengan ritual ibadah batini terfokus dan terkonsentrasi pada satu arah tujuan yang pasti hanya kepada Allah dan ikhlas karena Allah yang realita ZatNya berwujud goibi, imani, hayati, maknawi, ruhani dan nurani, bukan jasadi. Namun ritual akhlaq Islami tidaklah dilakukan secara batini semata, tetapi juga harus diiringi dengan ritual ibadah jasadi, kecuali dalam keadaan darurat jasadi seperti sakit dan sebagainya yang tidak memungkinkan ritual ibadah jasadi dilakukan, maka ritual ibadah batini sah dilaksanakan. Ritual ibadah jasadi dalam bentuk ucapan dan ritual perbuatan nyata, di dalamnya mengandung maksud tujuan untuk mempengaruhi batini dan menuntun aqal fikiran dan qolbi dalam rangka upaya penghayatan terhadap ibadah yang akan, sedang dan telah dilakukan. Dengan demikian ritual ibadah yang dilakukan itu, selain mengandung hikmah untuk penghayatan pengabdian diri kepada Allah Zat Yang Maha Goib, juga ritual tersebut mengandung efek kesucian jasadi wal batini dan menjadikan pelakunya jauh dari virus-virus kemungkaran. Dengan penghayatan spiritual seperti ini, sistem nilai yang berkaitan dengan keimanan dan keakhlaqan berpadu utuh dengan sistem norma dalam syari'at Islam.

Sejalan dengan itu, Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai pedoman dan tuntunan abadi kita sepanjang masa, pastilah di dalamnya terkandung nilai-nilai spiritual di samping nilai-nilai lainnya. Berbagai ayat dalam Al-Qur'an dan sabda Rasul dalam kitab Al-Hadits menunjukkan secara jelas kepada kita bahwa nilai-nilai spiritual itu memang ada, diantaranya sebagai berikut:

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ إِنَّ اللّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q. S. 2. Al-Baqoroh, A. 115).

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q. S. 2. Al-Baqarah, A. 186).

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Q. S. 50. Qof, A. 16).

فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً

Artinya: "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Q. S. 18. Al-Kahfi, A. 65).

Setiap disiplin ilmu yang ada, masing-masing dari mereka memiliki sumber-sumber yang menjadi dasar keberadaan mereka. Hal ini dimaksudkan agar kebenaran disiplin ilmu yang dimaksud mempunyai payung hukumnya atau dasar berdirinya. Dengan sumber-sumber yang menjadi keberadaannya, suatu disiplin ilmu dapat membuktikan dan menunjukkan eksistensinya. Demikian juga dengan tasawuf, yang sudah jelas merupakan inti ajaran Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah, meskipun nama dan disiplin ilmunya baru muncul di zaman yang belakangan ini. Tetapi, sejatinya ajaran tasawuf adalah wajib setiap muslim tahu dan paham jika diperhatikan dari sudut pandang bahwa ini merupakan jalan yang dapat menghantarkan jiwa kepada Sang Khaliq, artinya dalam proses pendekatan kepada Sang Ilahi itulah yang membuat seorang muslim harus paham dengan tasawuf, karena bukan tasawufnya yang menjadi persoalan tapi amalannya.

Sumber pokok tasawuf dalam Islam adalah bermula dari pangkal ajaran agama Islam itu sendiri. Walaupun sebagian ahli ada yang mengatakan bahwa tasawuf Islam itu timbul sebab adanya pengaruh dari luar Islam. Dan kata sufi sendiri tidak disebutkan atau diterangkan dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits. Namun, apabila kita mencari dan menyelidiki secara seksama pada ayat-ayat Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka banyak sekali didapati dari ayat Al-Qur`an dan Al-Hadits itu yang berfungsi sebagai sumber tasawuf.

Dewasa ini, kajian tentang tasawuf semakin banyak diminati orang. Sebagai bukti misalnya, banyaknya buku yang membahas tasawuf yang banyak ditemui telah mengisi berbagai perpustakaan terutama di negara-negara yang berpenduduk muslim, juga negara-negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya adalah non-muslim. Ini menjadi salah satu alasan tingginya ketertarikan mereka terhadap tasawuf. Akan tetapi, tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf. Jika diteliti lebih mendalam, ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua kecenderungan, yaitu: pertama, karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitroh atau naluriah dan kedua, karena kecenderungan pada persoalan akademis.

Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya bahwa berbicara disiplin ilmu berarti juga berbicara atas dasar apa ilmu itu berdiri, atau berbicara dari sumber mana disiplin ilmu tersebut lahir. Maka dalam pembahasan selanjutnya, akan diuraikan mengenai sumber-sumber tasawuf yang menjadi dasar bagi keyakinan kaum muslim, mengingat ada pandangan bertasawuf juga dapat membuat seseorang sesat.

Sumber-Sumber Tasawuf

Al-Qur`an dan Al-Hadits merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang umat Islam. Kita sering mendengar pertanyaan dalam kerangka landasan dalilnaqli ini, “apa dasar Al-Qur`an dan Al-Hadits nya?” pertanyaan ini sering terlontar dalam benak pikiran kaum muslimin ketika hendak menerima atau menemukan persoalan-persoalan baru atau persoalan-persoalan unik yang mereka temui, termasuk dalam pembahasan tasawuf. ‎Berikut ini merupakan sumber-sumber tasawuf.

 Al-Qur`an Dan Hadits 

Al-Qur`an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Naas, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah. ‎Dalam Islam Al-Qur`an adalah hukum tertinggi yang harus ditaati, mengingat bahwa Al-Qur`an merupakan firman Allah yang langsung ditransferkan untuk umat manusia yang sudah melengkapi kitab-kitab samawi sebelumnya. Berikut-berikut dalil-dalil Al-Qur`an tentang tasawuf, diantaranya:

a.       Taubat
Taubat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqampertama bagi sufi pemula. Hakikat taubat menurut arti bahasa adalah kembali. Katataba memiliki arti kembali, maka taubat maknanya juga kembali. Artinya, kembali dari sesuatu yang dicela dalam syari`at menuju sesuatu yang dipuji dalam syari`at.

Orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip ahlus sunnah mengatakan, agar taubat diterima diharuskan memenuhi tiga syarat utama, yaitu menyesali atas pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya, meninggalkan jalan licin (kesesatan) pada saat melakukan tobat dan berketepatan hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran serupa.
Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖإِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [٦٦:٨]

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan      mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”                            (Q.S At-Tahrim: 8).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [٢٤:٣١]

Artinya: Dan bertobatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S An-Nuur: 31).

Sahabat Anas bin Malik r.a berkata, saya pernah dengar Rasulullah SAW bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَاذَنْبَ لَهُ, وَاِذَا اَحَبَّ اللهُ عَبْدًا لَمْ يَضُرَّهُ ذنْبٌ.

Artinya:Seorang yang tobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, pasti dosa tidak akan membahayakannya. (Hadits diriwayatkan Ibnu Mas`ud dan dikeluarkan Ibnu Majah sebagaimana tersebut dalam Al-Jami`ush-Shaghir, Al-Hakim, At-Turmudzi dari Abu Sa`id, As-Suyuthi di Al-Jami`ush-Shaghir Juz 1, halaman 3385).

Bagi Dzu Al-Nun bin Ibrahim Al-Mishri (w. 264H./861M.) taubat itu dilakukan karena seorang salik mengingat sesuatu dan terlupakan mengingat Allah. Dia kemudian membagi taubat menjadi taubat kelompok awam dan taubat kelompok khash(awliya`). 

Kelompok orang khash melakukan pertaubatan karena dia lupa mengingat Allah sedangkan kelompok awam bertaubat karena mengerjakan perbuatan dosa. Baginya, hakikat taubat adalah keadaan jiwa yang merasa sempit hidup diatas bumi karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

b.      Ikhlas
Ikhlas adalah penunggalan Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata-mata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukkan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri kepada Allah. Bisa juga diartikan ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.

Allah SWT berfirman:

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖوَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ 
[٧:٢٩]

Artinya:Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat dan sembahlah dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepadanya sebagaimana kamu diciptakan semula.”(Q.S Al-A`raf: 29).

Dalam keterangan lain Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ [٩٨:٥]

Artinya:Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaatinya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (Q.S Al-Bayyinah: 5).

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang makna ikhlash, lalu dijawab:

سَألت جبريل عليه السلام عن الاخلاص, ما هو؟ قال: سألت رب العزة عن الاخلاص, ماهو؟ قال سرمن سري استودعته قلب من أحببته من عبادي

Artinya: Saya bertanya kepada Jibril a.s tentang ikhlash, apa itu? Kemudian dia berkata, saya bertanya kepada Tuhan tentang ikhlash, apa itu? Dan Tuhan-pun menjawab, “yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang aku titipkan pada hati orang yang Aku cintai diantara hamba-hamba-Ku. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Qazwaini dalam Musalsalat-nya dari Khudzaifah).

Atau dalam hadits lain menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الله لا ينظر الى أجسامكم ولا الى صوركم ولكن ينظر الى قلوبكم (رواه مسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulallah SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi melihat (memperhatikan) niat dan keikhlasan) hatimu.” (H.R Muslim).

c.       Sabar
Junaid mengatakan, “perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman, putusnya hubungan makhluk disisi Allah SWT adalah berat perjalanan dari diri sendiri (jiwa) menuju Allah adalah sangat berat, dan sabar kepada Allah tentu akan lebih berat.” Ia ditanya tentang sabar, lalu dijawab “menelan kepahitan tanpa bermasam muka.”


Allah SWT berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ [٢:٤٥]

Artinya: Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh           berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`.                                   (Q.S Al-Baqarah: 45).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚإِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [٢:١٥٣]

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqarah: 153).

Dari Aisyah r.a diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ان الصبر عند الصدمة الاولى

Artinya: Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan) yang pertama. (Hadits riwayat Anas bin Malik dan dikeluarkan Imam Bukhari didalam “Al-Jana`iz” Bab Sabar 3/138, sedangkan Imam Muslim juga mengelompokkannya dalam “Al-Jana`iz” Bab Sabar Nomor 626, Abu Dawud di nomor 3124, At-Turmudzi di nomor 987, dan An-Nasa`I mencantumkan di 4/22)

d.      Syukur
Menurut satu pendapat, bersyukurnya Allah berarti memberikan pahala atas perbuatan pelakunya sebagaimana ungkapan bahwa hewan yang bersyukur adalah hewan yang gemuk karena selalu diberi makanan. Hal ini dapat dikatakan bahwasannya hakikat syukur adalah memuji (orang) yang memberikan kebaikan dengan mengingat kebaikannya. 

Syukurnya hamba kepada Allah adalah memuji kepada-Nya dengan mengingat kebaikan-Nya, sedangkan syukurnya Allah kepada hamba berarti Allah memuji kepadanya dengan mengingat kebaikannya. Perbuatan baik hamba adalah taat kepada Allah, sedangkan perbuatan baik Allah adalah memberikan kenikmatan dengan memberikan pertolongan sebagai tanda syukur. Hakikat syukur bagi hamba ialah ucapan lisan dan pengakuan hati terhadap kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.

Allah SWT berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ [٢:١٥٢]

Artinya: Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Q.S Al-Baqarah: 152).

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ [٢:١٧٢]

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik dan Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (Q.S Al-Baqarah: 172).


e.       Faqr
Firman Allah SWT.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ [٢:٢٧٣]

Artinya: (Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang faqir yang terhalang (usahanya karena jihad) dijalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di Bumi (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apapun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui. (Q.S Al-Baqarah: 273).

f.       Zuhud
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tujuan Al-Qur`an menyerukan sikap zuhud terhadap keduniaan bukanlah berpaling dari segala perhiasan dunia secara total sebagaimana yang disalah pahami sebagian kalangan sebab harta kekayaan merupakan sarana untuk berinfaq dijalan kebaikan, menikahi wanita merupakan sarana menjaga kehormatan diri, mengembang biakkan keturunan, dan meramaikan semesta, kemudian anak-anak adalah modal umat dalam kondisi damai maupun perang, sedangkan kuda merupakan sarana untuk jihad dijalan Allah.

Allah SWT berfirman:

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚوَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ [١٣:٢٦]

Artinya: Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat. (Q.S Ar-Ra`d: 26)

Dalam keterangan yang lain, Allah SWT berfirman:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ [٢٠:١٣١]

Artinya: Dan janganlah engkau tujukkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.(Q.S Taa-Haa: 131).

Nabi SAW bersabda:

اذا رايتم الرجل قداوتي زهدا في الدنيا ومن تقا فاقتربوا منه فانه يلقن الحكمة

Artinya: Jika diantara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan. (Hadits disebutkan dalam Al-Kanz Jilid 3 halaman 183 nomor 6069, diriwayatkan oleh Abu Khalad dan Abu Na`im bersama Al-Baihaqi meriwayatkannya juga darinya, sementara As-Suyuthi menganggapnya lemah didalam Al-Jami`ush-Shaghir Jilid 1 halaman 84 nomor 635).

g.      Waro`
As-Sariy berkata, “ada empat ahli wara` dimasa mereka, yaitu Hudzaifah Al-Mar`asyi, Yusuf bin Asbath, Ibrahim bin Adham, Sulaiman Al-Khawwash. Mereka mempunyai pandangan yang sama tentang wara` ketika mereka mendapatkan berbagai persoalan yang sulit, mereka mampu meminimalkan.” Saya pernah mendengar Syibli berkata, “wara` merupakan upaya untuk menghindarkan diri dari berbagai hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT.”
Allah SWT berfirman:

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ [٢٤:١٥]

Artinya:(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakana dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. (Q.S An-Nuur: 15)

Allah juga berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ [٨٩:١٤]

Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Q.S Al-Fajr: 14).

Abu Dzar Al-Ghifari berkata, bersabda Rasulullah SAW.

من حسن اسلام المرء تركه مالا يعنه

Artinya:Sebagian dari kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berarti. (Hadits dikeluarkan oleh Imam Malik bin Anas didalam Muwatha`-nya jilid 2 halaman 903 dalam bahasan “Kebaikan Akhlaq” di bab “Apa-apa yang datang didalam kebaikan akhlaq.” At-Turmudzi mencantumkannya di nomor 2318-2319 tentang zuhud di bab nomor 11 dari hadits Anas bin Malik. Ibnu Majah mencantumkannya di nomor 3976 tentang Fitnah-Fitnah di bab “menjaga lidah supaya tidak jatuh pada perbuatan fitnah”. At-Turmudzi mengatakan, “Hadits ini adalah Gharib”).

h.      Khowf
Menurut Ibnu Al-Jalla`, yang dimaksud orang yang takut adalah orang yang aman dari berbagai hal yang menakutkan. Menurut satu pendapat, yang dimaksud orang yang takut adalah bukan orang yang menangis dan mengusap kedua matanya, tetapi yang meninggalkan sesuatu karena takut disiksa. Ibnu Iyadh telah ditanya oleh seseorang, “mengapa saya tidak pernah melihat orang yang takut kepada Allah SWT?” dia menjawab, “jika engkau takut kepada Allah, maka engkau akan melihat orang yang takut kepada-Nya, karena tidak ada orang yang dapat melihat orang yang takut kepada Allah, kecuali orang yang takut kepada-Nya. Sama halnya perempuan yang kehilangan anaknya, akan melihat perempuan yang juga kehilangan anaknya.

Allah SWT berfirman:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ [٢:٤٠]

Artinya: wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja. (Q.S Al-Baqarah:40).

Dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [٢:١٥٠]

Artinya: Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram. Dan dimana saja kamu berada maka hadapkanlah wajahmu kearah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.(Q.S Al-Baqarah: 150).

Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لو تعلمون مااعلم لضحكتم قليلا, ولبكيتم كثيرا

Artinya:Seandainya engkau mengetahui apa yang saya ketahui, pasti engkau akan tertawa sedikit dan menangis banyak. (Hadits diriwayatkan Abu Hurairah dan dikeluarkan Imam Bukhari 11/273 dalam bahasan Perbudakan di bab sabda Nabi SAW yang berbunyi:“seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui tentang iman dan nazar”, juga di bab “bagaimana sumpah Nabi SAW.” At-Turmudzi meriwayatkannya di nomor 2314 tentang zuhud).

i.        Roja`
Raja` (harapan, berharap) adalah ketergantungan hati pada sesuatu yang dicintai yang akan terjadi di masa yang akan dating. Sebagaimana khauf (rasa takut) yang berhubungan dengan sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan dating, maka demikian juga raja` (harapan) akan membawa implikasi terhadap hal yang di cita-citakan di masa yang akan datang. Dengan raja`, maka hati akan menjadi hidup dan merdeka.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [٢:٢١٨]

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Al-Baqarah: 218).

j.        Tawakal
Menurut Abu Nashr As-Siraj Ath-Thusi, yang dimaksud tawakal sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Bakar Ad-Daqaq adalah menolak kehidupan pada masa sekarang dan menghilangkan cita-cita pada masa yang akan dating. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sahl bin Abdullah bahwa yang dimaksud tawakal adalah melepaskan segala apa yang dikehendaki dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT. Menurut Abu Ya`qub Ishaq An-Nahl Jauzi, yang dimaksud tawakal adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT dengan sebenarnya sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrahim disaat Allah SWT berfirman kepada Malaikat Jibril a.s: Ibrahim telah berpisah (bercerai denganmu) dirinya telah hilang bersama Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada yang mengetahui orang yang bersama Allah kecuali Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖوَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ [٣:١٥٩]

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Q.S Al-Imran: 159).

k.      Ridho
Rabi`ah Al-Adawiyah pernah ditanya, “kapan hamba disebut orang yang ridho?” dia menjawab, “apabila dia senang ketika mendapatkan musibah, sebagaimana dia senang ketika mendapatkan kenikmatan.” Menurut Abu Umar Ad-Dimsyaqi, yang dimaksud ridho adalah menghilangkan (meninggalkan) keluh kesah dimana saja hukum berlaku. Sedangkan menurut Harits Al-Muhasibi, yang dimaksud ridho adalah tenangnya hati dibawah tempat-tempat berlakunya hukum.

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ [٩:٥٩]

Artinya: Dan sekiranya mereka benar-benar ridho dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Allah dan Rasul-Nya, dan berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang berharap kepada Allah.” (Q.S At-Taubah: 59).

Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ذاق طعم الايمان من رضي بالله ربّا

Artinya: Orang yang ridho Allah sebagai Tuhannya, akan merasakan nikmatnya iman.(Hadits Riwayat Muslim dalam bab “iman” nomor 34, Turmudzi nomor 2758, dan Ahmad dalam musnadnya 1/208).

l.        Yaqin
Menurut Abu Utsman Al-Hiri, yang dimaksud yakin adalah sedikitnya cita-cita dimasa yang akan datang. Menurut Sahl bin Abdullah, yakin merupakan tambahan iman dan realitas kebenaran. Menurut Dzun Nun Al-Mishri, yakin akan mendorong pendeknya cita-cita, cita-cita yang pendek akan mendorong zuhud, zuhud akan memberikan hikmah, dan hikmah akan menimbulkan pandangan kritis yang membawa akibat baik.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ [١٥:٩٩]

Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai yaqin (ajal) datang kepadamu. (Q.S Al-Hijr: 99).

m.    Mahabbah
Menurut Ustadz Al-Qusyairi, mahabbah adalah suatu hal yang mulia. Allah yang maha suci menyaksikan mahabbah hambanya dan Allah pun memberitahukan cinta-Nya kepada hamba itu. Allah menerangkan bahwa dia mencintainya.

Demikian juga hamba itu menerangkan cintanya kepada Allah yang maha suci. Mahabbah menurut istilah Ulama adalah keinginan, karena keinginan tidak berhubungan dengan sifat Qadim. 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [٣:٣١]

Artinya:Katakanlah (Muhammad) “jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Al-Imran: 31).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

من أحب لقاء الله أحب الله لقائه, ومن لم يحب لقاء الله لم يحب الله تعالى لقائه

Artinya:Barangsiapa yang senang bertemu kepada Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Barangsiapa yang tidak senang bertemu Allah maka Allah-pun juga tidak senang bertemu dengannya. (Hadits riwayat Ubadah bin Shamit, dikeluarkan oleh Bukhari 11/308 dalam “Ar-Raqaqq” bab “orang-orang yang senang bertemu Allah.”).

n.      Ma`rifatullah
Abu Thayib Al-Maraghi mengatakan, setiap unsur dalam diri seorang hamba memiliki fungsi yang berbeda-beda berkaitan dengan kema`rifatannya kepada Allah. Akal, menurutnya, memiliki fungsi pembuktian dalil secara logika, hikmah memberi isyarat, dan ma`rifat memberi kesaksian secara utuh. Akal menunjukkan, hikmah mengisyaratkan dan ma`rifat mempersaksikan. Oleh karena itu, kejernihan ibadah tidak akan diperoleh kecuali dengan kejernihan tauhid. Sementara itu, Abu Bakar Adz-Dzahir Ubadi mengungkapkan, ma`rifat adalah nama, artinya adalah keberadaan pengagungan dalam hati yang mencegahnya dari sikap atheis dan kufur (ketiadaan pengakuan pada Tuhan dan keberadaan pengakuan yang disertai penyerupaan).

Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ [٥٠:١٦]

Artinya: Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepada urat lehernya.. (Q.S Qaaf: 16).

Ma`rifat dimulai dengan mengeal dan menyadari jati diri. Ma`rifat berarti mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari melihat Tuhan. Ma`rifat bukan hasil pemikiran manusia tetapi bergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan. Ma`rifat adalah pemberian Tuhan kepada sufi yang sanggup menerimanya. Alat untuk memperoleh ma`rifat oleh kaum sufi disebut sirr.

o.      Istiqamah
Istiqamah adalah suatu derajat yang dengannya kesempurnaan dan kelengkapan perkara kebagusan terwujud. Dengan istiqamah, berbagai kebaikan dan koordinasi sistematika kebaikan mengada. Orang yang tidak bisa menjalankan istiqamah dalam ibadah maka usahanya menjadi sirna dan perjuangannya dihitung gagal.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚإِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ [١١:١١٢]

Artinya: Maka tetaplah engkau (Muhammad) (dijalan yang benar) sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Hud: 112).

‎Dari Tsauban dari Nabi SAW diceritakan bahwa beliau bersabda:

استقيموا ولن تحصوا, واعلموا انّ خير دينكم الصلاة, ولن يحا فظ على الوضوء الاّ مؤمن.

Artinya:Istiqamahlah kamu dan jangan sekali-kali menghitung-hitung (amal) mu. Ketahuilah bahwa sebaik-baik (amalan) agamamu adalah shalat. Tidak ada yang mampu menjaga wudhu selain orang mu`min. (Hadits riwayat Tsauban dan dikeluarkan darinya oleh Imam Ahmad didalam Musnad-nya 5/227 dan 282. As-Suyuthi menyebutkannya didalam Al-Jami`ush Shaghir. Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi mengeluarkannya dalam As-Sunan dari Tsauban, sedangkan Ibnu Majah dan At-Thabrani dalam Al-Kabir ‎meriwayatkannya dari Ibnu Umar, juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Salamah bin Al-Akwa`, lihat Al-Jami`ush Shaghir 1/129 nomor 994).

p.      Tawadhu`
Dalam menjalani perilaku tawadhu, kaum sufi menerapkan adab-adab Al-Qur`an dan meng-implementasi-kan tafsir mereka atas tawadhu yang terkandung dalam ayat:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [٢٦:٢١٥]

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu kepada orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S Asy-Syu`aro: 215).

Syahdan, ketika ditanya mengenai tawadhu, Al-Junaid menjawab, “merendahkan diri dan bersikap santun (lembut).”

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِين [[٧:١٩٩

Artinya: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (Q.S Al-A`rof: 199).

q.      Khusyu`
Yang dimaksud khusyu` adalah mencari keselamatan diri untuk kebenaran (Allah). Seorang ulama pernah ditanya tentang khusyu`, dia menjawab, “yang dimaksud khusyu` adalah hati yang tenang dihadapan Allah.” Para ulama sepakat bahwa khusyu` terletak dihati.

Mengenai ayat khusyu`, Allah berfirman:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚإِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [٢١:٩٠]

Artinya: Maka Kami kabulkan (doa) nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (Q.S Al-Anbiya’: 90)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki yang mempermainkan janggutnya ketika shalat. Kemudian, beliau bersabda:

لو خشع قلب هذا ‎لخشعت جوارحه

Artinya:Seandainya hati orang ini khusyu`, niscaya akan khusyu` pula anggota tubuhnya. (Hadits dikeluarkan oleh At-Turmudzi dalam “An-Nawadir”. Hadits diambil dari Abu Hurairah dengan sanad yang lemah)

Ijtihad Para Sufi

Ijtihad para sufi dimaksudkan untuk menguraikan pemikiran-pemikiran para sufi mengenai tasawuf. Dan ini dapat digunakan sebagai sumber hukum ketiga dalam tasawuf. Berikut tokoh-tokoh sufi beserta pemikiran dan pandangannya dalam kajian tasawuf.

Al-Imam Ahmad Ar-Rifa’i berkata : Agama yang sempurna ini tersusun dari Dhohir (tubuh) dan bathin (hati) ,Bathin adalah yang terdapat didalam dhohir ,dan dhohir merupakan pembungkus dari yang bathin ,jika tanpa adanya bagian yang dhohir ,maka tidak akan ada bagian yang bathin ,bahkan jika tanpa adanya peran bagian tubuh yang Dhohir maka tidak akan sempurna sebuah Ibadah ,Hati (Bathin) tidak akan mampu beribadah dengan sempurna tanpa adanya jasad (dhohir) ,dan jika bukan karena peran jasad maka akan rusak (fasid) amalan Ibadah ,dan hati adalah sebagai penerang bagi jasad .

Dan ilmu tashowwuf  ini ,yang dinamakan oleh sebahagian orang dengan Ilmu Hati yang bermaksud Ilmu untuk memperbaiki hati dan membersihkanya (Tazkiyatun Nafs) .

Jika ada seseorang yang hanya mengutamakan hatinya ,akan tetapi tidak bisa menjaga jasadnya dengan ,mencuri ,membunuh ,berzina dan melakukan bentuk maksiat-maksiat yang lainya ,berdusta ,menyombongkan diri dan berkata kasar kepada orang lain , maka apa manfaat dari niatan yang baik sekalipun ,dan juga keberbersihan hatinya ? Dan sebaliknya jika seseorang hanya beribadah ,sholat berpuasa ,bersodaqoh ,dan merendah hati kepada orang lain ,akan tetapi hatinya dipenuhi dengan sifat Riya ,’Ujub ,Sombong dan Suka menebar kerusakan dan keburukan di muka bumi ,maka manfaat apa yang bias diambil dari amalan yang Dia amalkan ? karena seorang muslim yang baik ,adalah orang yang mempunyai bathin (hati) yang baik yang dapat memerintahkan dan mengarahkan jasadnya untk melaksanakan perintah syareat .

Bahkan jika dilihat dalam Alqur’an ,kunci keselamatan di hari kiamat terletak pada Salamatul Bathin (baik dan bersihnya hati) ,Allah berfirman :

يوم لا ينفع مال ولا بنون الا من اتى الله بقلب سليم

Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih .(Q.S.As-Syua’ara 88-89).

Begitu pula Rasulullah s.a.w. telah memberitahukan didalam haditsnya tempat dimana Allah memandang dan menilai seorang Hamba terletak didalam hatinya …

      إن الله لا ينظر الى أجسامكم ولا الى صوركم ولكن ينظرالى قلوبكم وأعمالكم (رواه مسلم)

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan tidak juga kepada bentuk fisik kalian , akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian .(H.R.Muslim 2564)

Dalam hadits ini Beliau tidak membedakan antara baiknya amalan Dhohir dengan ikhlasnya niatan Bathin ,dengan maksud amalan Ibadah seseorang akan sempurna dengan  dua hal ,anggota tubuh yang dhohir (jasad) melaksanakanya ,dan bathin (hati) yang mendasari niatan yang ikhlas .

Imam Jalaluddin As-shuyuthi berkata : Belajar Ilmu hati dan mengetahui penyakit-penyakit yang mengotorinya seperti ,Hasad ,Ujub ,Riya’ dan sebagainya ,Al-Imam Ghozali berkata :  bahwa hukum mempelajarinya adalah Fardlu a’in (wajib)…(Al-Asybah wa an-nadho’ir -504).

Dan bisa kita simpulkan ,bahwa membersihkan hati dan menjaganya ,merupakan kewajiban yang paling penting diantara kewajiban-kewajiban ibadah kepada Allah ,dan hal itu telah ditunjukkan didalam Kitaballah (Al-qur’an) dan Sunnah (hadits) begitu pun dalam perkataan para Ulama dan Fuqaha .

Dalil pentingnya Ilmu Tashowwuf didalam Al-Qur’an:

Allah memerintahkan semua makhlunya untuk beribadah dan ta’at dalam semua keseluruhan Ibadah baik yang berupa qawliyah ataupun fi’liyyah (ucapan atau perbuatan) dan juga yang berkaitan dengan harta ,harus benar-benar murni untuk Allah s.w.t. ,jauh dari sifat riya’ dan Allah berfirman :

  قال تعالى : وما امرواالا ليعبدواالله مخلصين له الدين   (البينة-5)

Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah ,dengan Ikhlas untuk agama (Q.S. Al-Bayyinah 5)

 وقال تعالى : قل انماحرم ربي الفواحش ماظهرمنهاومابطن (الأعراف-33)

Katakan wahai Rasulullah ! sesungguhnya Tuhanku mengharamkan perbuatan keji ,yang tampak ataupun yang tidak tampak .(Q.S.Al-A’raf 33)

 وقال تعالى : ولا تقربواالفواحش ماظهرمنهاومابطن (الأعراف-33)

Janganlah Kalian mendekati perbuatan yang keji baik yang tampak ataupun yang tidak tampak .(Q.S.Al-A’raf 33)

Dan sebagaimana dikatakan oleh para Ulama bahwa yang dimaksudkan dengan perbuatan keji yang tersembunyi ,adalah penyakit hati seperti riya ,Hasud ,iri ,Nifak dan sebagainya ….

Dalil pentingnya Ilmu Tashowwuf didalam As-Sunnah (Hadits) :

Jika kita melihat dengan seksama akan sejarah kehidupan Rasulullah Muhammad Saw beserta para sahabat beliau yang telah mendapatkan keridhaan Allah, maka akan ditemukan sikap kezuhudan dan ketawadhu’an yang terpadu dengan ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah bahkan secara individu Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan shalat lail hingga lutut beliau memar akibat kebanyakan berdiri, ruku’ dan sujud di setiap malam dan beliau Saw tidak pernah meninggalkan amalan tersebut hingga akhir hayat beliau Saw, hal ini dilakukan oleh beliau Saw karena kecintaan beliau kepada sang penggenggam jiwa dan alam semesta yang mencintainya Dia-lah Allah yang cinta-Nya tidak pernah terputus kepada orang-orang yang mencintai-Nya.

Uaraian tentang hadis fi’liyah di atas merupakan salah satu bentuk kesufian yang dijadikan landasan oleh kaum sufi dalam menjalankan pahamnya.

Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-dasar ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut adalah:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ

Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa’idy beliau berkata: datang seseorang kepada Rasulullah Saw dan berkata: ‘Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia’, Rasulullah Saw bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka (manusia) akan mencintaimu”.

عَن زَيْدُ بْنُ ثَابِت قال : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan berlepas diri dari segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu apapun keculi apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat menjadikan akhirat sebaga tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta kekayaan baginya, dan menjadikan kekayaan itu dalam hatinya, serta mendapatkan dunia sedang ia dalam keadaan tertindas”.

Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku zuhud di dunia, sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan berorientasi keduniaan belaka, dan mulianya kehidupan yang berorientasi akhirat. Kedua hadis tersebut menjelaskan kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah telah karunianakan kepadanya.

Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang memberikan wasiat kepada orang-orang mu’min agar tidak bertumpu pada kehidupan dunia semata, dan hendaklah ia senantiasa memangkas segala angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil menepuk pundaknya dan bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيل

“Hiduplah kamu di dunia seolah-seolah kamu adalh orang asing atau seorang musafir”

Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang menjadi landasan munculnya tasawuf atau sufisme.

Dari keterangan-keterangan yang berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukkan bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya adalah kezuhudan terhadap dunia demi mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah yaitu ketika seseorang menjadikan dunia sebagai persinggahan sementara dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah sebagai tujuan akhir.

Banyak sekali dari Hadits Rasulullah s.a.w. yang menyebutkan tentang larangan mempunyai sifat Iri ,Hasud ,Nifak dan yang lain….

Rasulullah s.a.w. bersabda :

  لا تحاسدواولا تناجشواولا تباغضواولا تدابروا ولا بيع بعضكم على بيع بعض،وكونواعباد الله إخوانا ،المسلم أخوالمسلم لا يظلمه ولا يكذبه ولا يحقره،التقوى ههنا ويشيرالى صدره ثلاث مرات، بحسب امرإ من الشرأن يحقرأخاه المسلم،كل المسلم على المسلم حرام ،دمه وماله وعرضه (رواه البخاري 5718 ومسلم 2559 )

Janganlah kalian saling bebuat hasud dan jangan saling mengadu domba dan jangan saling membenci jangan bercerai berai ,dan jangan menjual  harta dagangan atas dagangan sebagian dari kalian ,dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara ,seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain ,tidak boleh mendholiminya ,dan membohonginya ,dan menghinakanya ,disinilah tempatnya taqwa ,dan seraya Beliau mengisyaratkan kepada dadaNya tiga kali ,cukuplah sebuah kejelekan seseorang ,Dia menghinakan seorang saudaranya yang muslim ,seorang muslim yang satu dengan yang lainya ,haram baginya darahnya (membunuhnya) ,hartanya ,dan kehormatanya . (H.riwayat Bukhory 5718 dan muslim 2559)   

ويقول عليه الصلاة والسلام : إن الله تعالى لا يقبل من العمل الا ما كان له خالصا وابتغى به وجهه (رواه الترمذي )

Rasulullah s.a.w. berkata : Sesungguhnya Allah s.w. tidak menerima dari amalan ,kecuali amalan yang Ikhlas dilakukan murni karenanya (H.R. At-turmudzi) 

Perkataan Ulama tentang arti Tashowwuf :

Tentang pengertian Ilmu tashowwuf ,banyak sekali pendapat para Ulama yang memberikan batasan atau pengertian tentang ilmu tashowwuf ,hingga dikatakan lebih dari seribu pendapat dan perkataan Ulama tentang batasan Ilmu tshowwuf ,Kita ambil sedikit dari perkataan mereka tantang batasan ilmu tashowwuf :

قال الشيخ احمد زروق في قواعده : وقد حد التصوف ورسم وفسر بوجوه تبلغ الألفين ،مرجع كلها صدق  التوجه الى الله وإنما هي وجوه فيه (قواعد التصوف ـ القاعدة الثانية)

As-syekh Ahmad Zarruq berkata didalam salah satu qaidahnya : dan Ilmu tashowwuf telah didefenisikan ,digambarkan dan diartikan dengan bermacam-macam pendapat , hingga lebih dari 2000 pendapat para Ulama ,akan tetapi semua kembali kepada intinya yaitu (jujur) yaitu benar-benar bermaksud ingin menuju kepada Allah mendapat keridhaan Allah , dan itu adalah salah satu dari berbagai pendapat tentang tshowwuf .(qawaid at-tashowwuf)

قال الشيخ عبد القادرالجيلاني رحمه الله : التصوف ليس ما أخذ عن القيل و القال ،ولكن أخذ من الجوع ووقطع المألوفات والمستحسنات (اداب السلوك للشيخ عبد القادر الجيلاني.ص 189 )

As-Syekh Abdul qadir Al-Jailani rahimahullah berkata :Ilmu tashowwuf bukanlah Ilmu yang diambil hanya dari perkataan-perkataan kosong ,akan tetapi Ilmu yang dimunculkan karena asas ,rasa menahan lapar dan memutus perkara yang menyenangkan dan keindahan-keindahan Dunia .(Adab As-suluk –As-Shekh Abdul Qadir Al-Jailani)

قال الإ مام الغزالي رحمه الله تعالى : التصوف ،هوتجريد القلب لله تعالى واحتقارما سواه اي تخليص القلب لله تعالى ،واعتقاد ما سواه اعتقادا انه لا يضر ولا ينفع ،فلا يعول الا على الله ،فالمراد باحتقار ما سواه اعتقاد انه لا يضر ولا ينفع ،وليس المراد الإزدراء والتنقيص (حكايا الصوفية .ص 25-26)

Dan Imam Al-Ghazali berkata :Ilmu tashowwuf adalah melepaskan hati dari segala ketergantungan hanya untuk Allah s.w.t. ,dan memandang rendah segala sesuatu selain Allah ,yakni mengikhlaskan hati karena Allah s.w.t. ,dan meyakini tiada yang lebih diharapkan kecuali Allah ,dengan keyakinan bahwa selain Allah tidak dapat memberikan manfaat dan madharrat ,tidak berlindung (meminta pertolongan) kecuali hanya kepada Allah ,dan maksud memandang rendah segala sesuatu selain allah s.w.t. ,bahwa segala sesuatu tidak dapat memberikan madharrat dan manfaat kecuali Allah ,bukan berkeyakinan merendahkan segala sesuatu selain Allah ,dengan memandang rendah dan mengurangi kehormatanya .

 قال الشيخ ابن عطاء الله السكندري : التصوف هو الإسترسال مع الحق (الموسوعة اليوسوفية)

As-Syekh Ibn Atha’illah as-sakandary berkata : Ilmu tashowwuf adalah menjalani hidup selalu bersama Allah s.w.t.

وقال الشيخ معروف الكرخي رحمه الله تعالى : التصوف الأخذ بالحقائق واليأس ممافي ايدالخلائق (تاريخ التصوف الإسلامي- ص 17)

As-Syekh Ma’ruf Al-Kurkhi berkata : Ilmu Tashowwuf adalah mengambil kebenaran dan memutuskan harapan dari orang lain .

وقال أبو الحسن الشاذلي رحمه الله : التصوف تدريب النفس على العبودية وردها لأحكام الربوبية

 (نور التحقيق ص 93)

Imam Abu Hasan As-Syadzili berkata : Ilmu tashowwuf adalah melatih jiwa untu beribadah dan mengembalikanya hukum-hukum Allah .

قال الشيخ محي الدين ابن عربي : التصوف هو الوقوف مع الآداب الشرعية ظاهرا وباطنا (شرح كلمات الصوفية ص 326- 327)

As-Syekh Mhyiddin Ibn Arobi berkata : Ilmu tashowwuf adalah ,berdiri dihadapan Allah (beribadah kepada Allah) dengan menggunakan adab yang benar sesuai syareat ,secara Dhohir maupun Bathin . 

قال الإمام الجنيد البغدادي رحمه الله تعالى : التصوف تصفية القلب عن موافقة البرية ومفا رقة الأخلاق الطبيعية ،وإخماد الصفات البشرية ،ومجانبة الدواعي النفسية ،ومنازالة الصفات الروحانية والتعلق بالعلوم الحقيقية واستعمال من هو أولى على الأبدية ،والنصح لجميع الأمة ،والوفاء على الحقيقة واتباع الرسول في الشريعة (التعرف لمذهب اهل التصوف- ص 20)

Imam Junaid Al-baghdady berkata : Ilmu tashowwuf adalah membersihkan hati dari sifat yang dimiiki manusia kebanyakan ,dan menjauhkan diri dari Akhlak ,tabi’at yang buruk , mematikan sifat-sifat manusiawi ,menjauhi ajakan-ajakan hawa nafsu dan mengisinya dengan sifat Rouhaniyyah yang baik ,bergantung dengan Ilmu-Ilmu mulia yang sesungguh nya , dan melakukan perintah “Dzat” yang lebih utama untuk didahulukan selama-lamanya (mendahulukan perintah Allah) ,memberi nasehat bagi seluruh manusia ,menepati janji yang sesungguhnya ,dan mengikuti Rasul s.a.w. didalam ajaran syare’at .       

وقال الشبلي رحمه الله تعالى، سمعت الجنيد يقول : التصوف ان يميتك الحق عنك ويحييك به (موسوعة اليوسوفية )

Dan As-Syibly rahimahullah berkata : Aku telah mendengar Imam Junaid berkata : Ilmu tashowwuf adalah ilmu yang menjadikan nafsumu dimatikan oleh Allah untuk keinginanmu , dan Allah menghidupkan hatimu dengan Ilmu tashowwuf itu .

وقال الشيخ احمد زروق رحمه الله : التصوف علم قصد به صلاح القلوب وإفرادها لله عما سواه ،والفقه لإصلاح العمل وحفظ النظام ,وظهور الأحكام بالأحكام ،والأصول (علم التوحيد) لتحقيق المقدمات بالبراهن ،وتحلية الإيمان بالإيقان ،والطب لحفظ الأبدان ،والنحو لإصلاح اللسان ،الى غير ذالك

(قواعد التصوف – قاعدة 13 ص 6)

As-Syekh Ahmad Zarruq berkata : ilmu tashowwuf adalah ilmu yang dimaksudkan untuk memperbaiki hati ,dan mengosongkanya dari segala sesuatu selain Allah s.w.t. ,sedangkan Ilmu Fiqih untuk memperbaiki amal perbuatan ,dan menjaga aturan agama ,dan menampakkan Hikmah dengan hokum-hukum fiqih ,adapun Usul (Ilmu Tauhid) untuk menyempurnakan permulaan iman dengan dalil-dalil ,dan pemantapan Iman dengan keyakinan ,dan Ilmu Kedokteran untuk menjaga badan ,dan Ilmu Nahwu untuk memperbaiki  cara bicara ….dan selainya .

Pendapat Ulama Tentang Arti Seorang Sufi.

Sebagaimana pendapat Ulama sangat banyak tentang arti dari tashowwuf , begitupun pendapat Ulama tentang pengertian seorang Sufi ,yang dikatakan oleh bebrapa Ulama .

قال الإمام الرفاعي قدس الله سره : الصوفي من صفى سره من كدورات الأكوان ،وما رأى لنفسه مزية (البرهان المؤيد ص 69)

Imam Ar-Rifa’I berkata : seorang Sufi adalah seorang yang hatinya bersih dari kotoran kehidupan ,dan tidak melihat dirinya mempunyai kelbihan dari orang yang lain .

وقال ايضا : الصوفي لا يسلك غير طريق الرسول المكرم صلى الله عليه وسلم ،فلا يجعل حركاته وسكناته الا مبنية عليه

Dan berkata juga : seorang yang Sufi tidak akan menempuh selain jalanya Rasulullah s.a.w. yang mulia ,maka seorang Sufi tidak menjadikan gerak dan diamnya kecuali berlandaskan ajaran Rasulullah s.a.w.

وقال رضي الله عنه  : الصوفي لا يصرف الأوقات في تدبير امورنفسه لعلمه أن المدبر،هو الحق عزوجل، ولا  يلجأ في اموره ولا يعول على غير الله تعالى (حكم السيد احمد الرفاعي)

Dan berkata juga didalam pendapatnya yang lain : seorang yang Sufi tidak mengarahkan waktunya untuk mengurus keperluan diriya ,karena pengetahuanya ,bahwa yang mengurus segala sesuatu adalah Allah s.w.t. ,tidak meminta pertolongan dan perlindungan akan permasalahanya kepada selain Allah .

وقال ذوالنون المصري :الصوفي إذا نطق ابان منطقه عن الحقائق ،وإذا سكت نطق جوارحه بقطع العلا ئق

أي ان الصوفي بين الحالتين اما ان يتكلم او يلزم الصمت ،فإن تكلم لم يقل الا حقا ،وإن سكت عن الكلام نطقت جوارحه ،فهو مشغول بالله في الحالتين ،حالة نقطه وحالة سكونه (في رحاب الله ص 10)

Dzun Nuun Almishry berkata : seorang Sufi ,apabila berbicara maka akan keluar kebenaran dari ucapanya ,jika diam ,maka anggota tubuhnya akan berbicara memutus semua sebab kepada selain Allah ,dimaksudkan bahwa seorang Sufi diantara dua keadaan ,ada saatnya Dia berbicara dan ada saatnya Dia diam ,jika Dia berbicara ,maka tidak akan berbicara kecuali tentang kebenaran ,dan jika Dia diam ,maka anggota tubuhnya akan berbicara (dengan Isyarat) ,seorang Sufi selalu disibukkan dengan kepentingan Allah didalam dua keadaan ,keadaan saat Dia berbicara dan keadaan disaat Dia diam .

وقال الشبلي رحمه الله : الصوفي منقطع عن الخلق متصل بالحق لقوله تعالى “واصطنعتك لنفسي” قطعه عن كل غير (تاريخ التصوف الإسلامي 16)

Asyibli berkata : Seorang yang Sufi adalah orang yang memutuskan hubunganya dengan makhluk , dan selalu hidupnya bersambung dengan Allah , ditunjukkan dengan firman Allah s.w.t.

قال ابو يزيد البسطامي رحمه الله تعالى : الصوفية اطفا ل في حجر الحق  (التعرف – ص 106)

Abu Yazid Al-Busthomi berkata : Pengikut ajaran tashowwuf ,adalah anak-anak yang tumbuh besar dalam pengawasan Allah s.w.t.

وقال ذواالنون المصري : الصوفية هم قوم آثروا الله على كل شيء ،فآثرهم الله على كل شيء (موسوة اليوسوفية. ص 39)

Dzun Nuun Al-mishry berkata : pengikut ajaran tashowwuf ,mereka adalah suatu Kaum yang mendahulukan perintah Allah dari segala sesuatu ,maka Allah mendahulukan mereka dari segala sesuatu .

وقا ل السراج إذا قيل لك :الصوفية من هم الحقيقة ؟ صفهم لنا ! فقال : هم العلماء بالله وبأحكام الله ،العاملون بما علمهم الله تعالى ، المحققون بمااستعملهم الله عز وجل (اللمع – ص 47)

Imam As-Surraj berkata ,ketika ditanya seseorang ,jika Anda ditanya sipa mereka orang-orang penganut ajaran tashowwuf yang sebenarnya ?,sifatkan kepada Kami ! .maka Dia menjawab : mereka adalah orang-orang yang mengetahui Allah dan orang-orang yang tahu tentang hukum-hukum Allah ,orang-orang yang mengamalkan ilmu yang diberikan oleh Allah ,yang mengamalkan perintah Allah yang diberikan kepada mereka dengan sebenarnya.

وقيل : الصوفية هم المجتمعة على الله هممهم ،المتعلقة بعظمته وحكمته البابهم ،الذين لا تشهد سوى الله أسرارهم ،وليس الا اليه غدوهم ورواحهم ،فهم احكم الناس واعقلهم (المدخل الى النصوف . ص 9)

Dan disebutkan : penganut ajaran tashowwuf ,adalah orang-orang yang semangat dan keinginanya terkumpul dan tertuju hanya kepada Allah s.w.t. ,fikiran mereka selalu bergantung dengan keagungan dan ilmunya Allah s.w.t. ,hati-hati mereka tidak melihat kepada apapun kecuali Allah ,dan gerak dan diamnya mereka kecuali hanya kepada Allah s.w.t.

وقيل ايضا : إن الصوفية هم بقية من بقايا أهل الصفة (اللمع .ص-47)

Disebutkan juga : orang-orang yang menempuh ajaran tashowwuf (Sufi) ,mereka adalah sisa daripada Ahlu As-Suffah (para sahabat Rasulullah s.a.w. yang menempuh jalan Tashowwuf pertama kali di masa Rasulullah)

وقيل : الصوفية اوفرالناس حظا في الإ قتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم ،واحقهم بإحياء سنته ،والتخلق بأخلاق رسول الله صلى الله عليه وسلم  من حسن الإقتداء به وإحياء سنته . (عوارف المعارف ص- 229)

 Disebutkan : orang penganut ajaran tashowwuf adalah orang-orang yang paling beruntung dalam mengikuti Rasulullah s.a.w. ,dan orang-orang yang peling benar dan berhak didalam menghidupkan Sunnah Rasulullah ,dan berakhlak dengan akhlak Rasulullah ,dari baiknya cara mereka mengikuti dan menghidupkan sunnah Beliau s.a.w.

Aqidah Orang-Orang Sufi.

Banyak sekali pendapat para Ulama yang memberikan perkataan mereka tentang Aqidah atau keyakinan dan ajaran yang dijalani oleh orang-orang yang mendalami Ilmu Tashowwuf ,yang semua pendapat mereka membenarkan bahwa ilmu tashowwuf adalah ilmu yang benar yang tidak menyimpang dari Syareat Islam ,bahkan merupakan ilmu yang menjadi sarana utama untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah s.w.t. ,dengan pendapat para Ulama-Ulama yang benar dan mengamalkan Ilmunya sesuai dengan Syareat Allah dan ajaran Rasulullah s.a.w. inilah yang akan menepis dan membantah pendapat yang salah tentang Ilmu Tashowwuf dan memandang rendah orang-orang Sufi .

Perkataan Imam Ar-Rifa’I :

*سيدنا الإمام الرفاعي ،معرفا للتوحيد ،هو وجدان تعظيم في القلب يمنع من التعليل والتشبيه .

Al-Imam Ar-Rifa’i berkata didalam memaknai Ilmu Tauhid : Tauhid adalah menumbuhkan keagungan Allah s.w.t. didalam hati ,yang mencegah serta menghilangkan dari segala sebab dan penyerupaan .

وقال ايضا: صونوا عقائدكم من التمسك بظاهر ما تشابه من الكتاب والسنة ،لأن ذالك من اصول الكفر ، قال تعالى (فأماالذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله) . والواجب عليكم وعلى كل كل مكلف في المتشابه : الإيمان بأنه من عندالله ،أنزله على عبده سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وسلم ،وما كلفنا سبحانه وتعالى تفصيل علم تأويله ،قال جلت عظمته (وما يعلم تأويله الا الله ،والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا) فسبيل المتقين من السلف تنزيه الله تعالى عما دل عليه ظاهره ،وتفويض معناه المراد منه الى الحق تعالى وتقدس . وبهذا سلامة الدين .(الموسوعة اليوسفية    )

Dan dikatakan juga : jagalah Aqidah (keyakinan) kalian dari berpegang teguh atau meyakini terhadap bentuk Dhohir dari ayat-ayat yang mutasyabih dari Kitab (Al-qur’an maupun Sunnah (Al-hadits) ,karena hal itu merupakan sebab utama dari kekufuran , Allah s.w.t. berfirman : adapun mereka yang didalam hatinya terdapat keraguan ,maka mereka akan mengikuti …………

Dan yang wajib bagi kalian an orang-orang yang beriman ,didalam meyakini Ayat Musyabahah adalah ,mengimani bahwa semuanya datang dari Allah ,yang telah diturunkan kepada Hamba dan utusanya Nabi Muhammad s.a.w. ,dan Allah s.w.t. tidak memaksakan kepada kita untuk mengetahui secara mendetail akan Ilmu dari penafsiranya : Allah berfirman :

Maka jalan (thoriqoh) nya orang-orang yang bertaqwa dari Salafu ssolih mensucikan Allah dari sesuatu yng ditunjukkan oleh dhohir ayat ,dan menyerahkan makna yang dimaksudkan dari ayat itu ,kepada Allah s.w.t. yang maha suci .dan dengan demikian akan tercapai keselamatan didalam agama (al-mausu’ah al-yusufiyah)

وقاالإمام الجنيد رضي الله عنه : التوحيدهوإفراد الموحد بوحدانيته ،بكمال احد يته ،انه هو الواحد الذي لم يلد ولم يولد ،

ينفي الأنداد والأضداد والأشباه ،بلا تشبيه ولا تكييف ولا تصوير ،ليس كمثله شيئ وهو السميع البصير .

وقال أيضا : التوحيد هو افراد القدم عن الحدث .(الموسوعة اليوسفية ص44 )

Al-Imam Junaid berkata : Ilmu Tauhid adalah mengesakan Allah s.w.t. dengan keesaan yang dimikiNya ,dengan keesaan yang sempurna , bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tidak melahirkan dan dilahirkan ,menghilangkan segala sesuatu yang menyerupainya dan menyamainya tanpa menyerupakanya dan memberikan perumpamaan serta menggambarkanya ,tidak ada sesuatu apapun yang menyamainya ,dan Dia maha mendengar dan juga maha melihat .‎
Dan Dia berkata juga : Ilmu Tauhid adalah mengkhususkan Allah yang maha kekal dari segala sesuatu yang baru .(al-mausu’ah alyusufiyyah)

- قال الإِمام الكبير حجة المتكلمين عبد القاهر البغدادي رحمه الله تعالى في كتابه : (الفصل الأول من فصول هذا الباب في بيان أصناف أهل السنة والجماعة. اعلموا أسعدكم الله أن أهل السنة والجماعة ثمانية أصناف من الناس… والصنف السادس منهم: الزهاد الصوفية الذين أبصروا فأقصروا، واختَبروا فاعتبروا، ورضوا بالمقدور وقنعوا بالميسور، وعلموا أن السمع والبصر والفؤاد كل أُولئك مسؤول عن الخير والشر، ومحاسب على مثاقيل الذر، فأعدُّوا خير الإِعداد ليوم المعاد، وجرى كلامهم في طريقَيْ العبارة والإِشارة على سَمْتِ أهل الحديث دون من يشتري لهو الحديث، لا يعملون الخير رياء، ولا يتركونه حياء، دينُهم التوحيد ونفي التشبيه، ومذهبهم التفويضُ إِلى الله تعالى، والتوكلُ عليه والتسليمُ لأمره، والقناعةُ بما رزقوا، والإِعراضُ عن الاعتراض عليه. {ذلكَ فضلُ اللهِ يؤتِيهِ مَنْ يشاءُ واللهُ ذو الفضلِ العظيمِ}(الجمعة:4).الفَرْقُ بين الفِرَقِ (صـ236)

Al-Imam Hujjah Al-Mutakallimin Abdul Qahir Al-Baghdady didalam Kitabnya ,Bab ,yang menjelaskan tentang kelompok Ahlu As-Sunnah dan Jama’ah : Ketahuilah saudaraku yang dimuliakan Allah ! bahawa Ahlu As-Sunnah wal Jama’ah terdiri dari delapan kelompok….dan kelompok yang ke Enam diantar mereka adalah ,orang-orang Zuhhad (Ahli zuhud) dan orang-orang Sufi ,mereka yang melihat dengan benar kehidupan ini ,lalu mereka tidak berlebihan ,dan mereka diuji lelu mereka mengambil pelajaran dalam hidup ,dan mereka rela dengan yang diberikan Allah (ditakdirkan) atas mereka , mereka menerima sesuatu yang ada dalam hidup mereka ,mereka mengetahui bahwa pendengaran , penglihatan ,dan niatan Hati ,semua akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah tentang baik dan buruknya ,dan akan diperhitungkan walaupun hanya seberat biji sawi ,maka mereka menyiapkan persiapan yang baik untuk menjemput datangnya hari Kiamat ,dan perkataan mereka berjalan sesuai Dua jalan “Al-Ibarah dan Al-isyarah” ,berdasarkan Ilmu dan cara Ahli Hadits ,bukan seperti orang yang hanya membeli pembicraan karena keinginan hawa nafsu mereka ,mereka tidak mengenal perkataan riya ‘dalam amal kebaikan ,dan tidak meninggalkan kebaikan karena perasaan malu untuk melakukanya ,landasan dasar agama mereka adalah Tauhid dan menafikan Tasybih (menyerupakan Allah) ,dan madzhab (pegangan keyakinan) mereka adalah menyerahkan apapun kepada Allah s.w.t.bergantung kepadaNya ,dan berserah diri menjalankan perintah Allah ,bersifat Qana’ah atas rizki yang diberikan kepada mereka  ,dan menjauhkan diri dari sebab yang melalaikan dari Nya (Allah s.w.t.) “Itulah karunia yang diberikan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendakinya dan Allah adalah dzat yang mempunyai karunia yang besar” .  

قال حجة الإسلام الإمام الغزالي رحمه الله تعالى في كتابه:ولقد علمت يقيناً أن الصوفية هم السالكون لطريق الله تعالى خاصة وأن سيرتهم أحسن السيرة، وطريقتهم أصوب الطرق، وأخلاقهم أزكى الأخلاق.. ثم يقول رداً على من أنكر على الصوفية وتهجَّم عليهم: وبالجملة فماذا يقول القائلون في طريقةٍ طهارتها – وهي أول شروطها – تطهيرُ القلب بالكلية عما سوى الله تعالى، ومفتاحها الجاري منها مجرى التحريم من الصلاة استغراقُ القلب

بالكلية بذكر الله، وآخرها الفناء بالكلية في الله]اهـ  المنقذ من الضلال (صـ17)

Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali berkata di dalam kitabnya : dan Aku telah mengetahui dengan yakin ,bahwa orang-orang yang menempuh Ilmu tashowwuf (Sufi) ,mereka adalah orang yang menmpuh jalan kepada Allah secara khusus ,dan perjalanan hidup mereka adalah sebaik-baik beografi ,jalan ajaran mereka adalah paling benarnya ajaran ,Akhlak mereka ,adalah akhlak yang peling bersih….lalu Al-Ghazali berkata ,menjawab orang-orang yang mengingkari ajaran Tashowwuf dan para Sufi ,serta menyerang mereka dengan perkataan “intinya ,apa yang bias diatakan oleh manusia didalam cara mereka mensucikan jiwa – dan itu adalah sayarat pertama didalam thariqah tashowwuf – ,menjaga hati secara keseluruhan dari segala sesuatu selain Allah s.w.t. ,dan kuncinya adalah ,sesuatu yangterjadi dan berjalan didalam keinginan hatinya ,bagaikan sesuatu yang diharamkan didalam sholat , maka harus dengan memenuhi hati secara keseluruhan dengan dzikir (ingat) kepada Allah , dan langkah yang terakhir adalah menafikan segala sesuatu secara keseluruhan didalam dzat Allah .

Inilah Aqidahnya orang-orang Sufi yang telah diakui oleh mayoritas Ulama yang benar (Ahlu As-sunnah wal Jama’ah) bukan seperti yang dituduhkan oeh mereka yang menjelekkan orang-orang Sufi ,tidak lain apa yang mereka perbuat dikarenakan ketidak tahuan  atau tidak inginya mereka memahami ajaran Tashowwuf secara keseluruhan , padahal ilmu inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah ,dan ilmu inilah yang juga bisa dikatakan sebagai Ilmu “Tazkiyah An-Nafsu” pembersihan jiwa (hati) bukankah itu yang dimaksudkan Allah didalam firmanya ?

قد أفلح من زكاها وقد خاب من د ساها (سورة الشمش -9-10)

Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya ,dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya. (Q.S.Asyams 9-10)   

Maka ilmu tashowwuf dan orang-orang Sufi jauh sekali dari tuduhan yang dilontarkan orang-orang yang tidak suka dan juga tidak memahami tashowwuf dengan benar .justru merekalah yang salah ,karena mencaci dan menghujat para Ulama dan orang-orang yang dekat dengan Allah s.w.t ,yang menjalankan syareat islam dengan berhati-hati dan berlandaskan Dalil-dalil yang kuat dan benar .

Mereka adalah Orang-orang yang berdakwah dan mengajak manusia ke jalan Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah ,bukan hanya dengan perkataan dan ucapan lisan, akan tetapi mereka berdakwah secara lisan juga perbuatan ,ucapan mereka adalah ucapan yang baik ,lembut dan benar ,tidak pernah mereka menyakiti orang lain dengan perkataan terutama dengan perbuatan ,mereka selalu menggunakan lisan mereka untuk memperbanyak dzikir kepada Allah ,mengajak kepada perkara yang diridloi Allah ,bukan dengan cacian dan makian dan mudah mensalahkan ,terlebih menghinakan orang lain .

Begitupun dengan perilaku mereka ,perilaku yang penuh dengan Akhlak Nabawi  tidaklah orang melihat mereka kecuali Dia akan ingat kepada Allah ,karena mereka mencerminkan dan menggambarkan Akhlak Rasulullah s.a.w. disaat mereka terdiam atau berkata .

Merekalah orang-orang yang pantas dikatakan sebagai Warotsatul Anbiya’ (Pewarits para Nabi) ,yang hanya menjadikan Dunia sebagai perantara (wasilah) ,hingga dalam hidup , mereka tidak mengambil keperluan dunia melainkan hanya secukupnya ,hanya sebagai bekal untuk bisa sampai ke Akherat ,seperti yang dikatakan seorang yang soleh dalam Syair :

إن لله عبادا فطنا تركواالدنيا وخافوا الفتن **** فلما علموا أنها ليست لحي وطنا

                      جعلوها لجة واتخذوا  **** صالح الأعمال فيها سفنا


            Allah memiliki Hamba-Hamba yang pandai.

            Mereka tinggalkan Dunia karena takut ftnahnya.

            Ketika mereka mengetahui bahwa dunia bukan tempat tinggal selamanya.

            Mereka menjadikanya sebagai Batu loncatan,dan mengambil.

            Amalan-amalan baik sebagai perahu untuk sampai ke kampung Akherat.



Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus