Translate

Jumat, 06 Juli 2018

Arti Dari Sembunyikan Amal Kebaikan


Ikhlas dalam beribadah adalah kewajiban setiap muslim. Tanpanya ibadah atau amal shaleh akan sia-sia, bahkan berakibat siksa. Allah berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al Kahfi [18]: 110)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah [98]: 5)

Menyembunyikan amal adalah cara paling efektif agar amal shaleh yang kita lakukan dapat terhindar dari riya. Ibadah yang dilakukan di tempat yang jauh dari pandangan manusia, hanya kita dan Allah saja, akan menjadikan hati lebih tenang dan tidak sibuk mengharap penilaian manusia.

Beribadah dengan cara ini hanya mampu dilakukan oleh orang-orang jujur dalam keimanannya. Ia adalah bukti keimanan dan kecintaan mereka yang sangat dalam kepada Allah. Sementara orang-orang munafik, mereka tidak akan mampu melakukannya, karena mereka senantiasa membangun ibadahnya diatas riya.

Hidup dalam dunia kemasan, kita sulit memilah dan memilih mana yang benar dan baik buat kita dan mana yang salah dan buruk. Katanya sih tayangan olah raga, tetapi kalau ditayangkan di televisi nasional, ditonton jutaan orang tua dan anak-anak, gulat bebas yang katanya olah raga itu, yang perempuan pun kita lihat saling pukul dan tendang, rasanya kok kurang pantas. Tanya diri kita, ini baik atau buruk ya buatku. Dengan menjadi Penebar Kebaikan, posisi kita sama dengan mereka yang menyerang diri kita dan lingkungan kita dengan konten porno, narkoba, aliran sesat dan sebagainya.

Kenapa kita tidak menggunakan strategi mereka juga, membombardir internet, medsos dengan berbagai hal positif, kebaikan dan kreativitas yang positif. Bukankah kita tahu hadits "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari). Nah berpijak dari ini, untuk mengurangi dan membentengi diri kita dan lingkungan kita dari konten-konten buruk, kita sebarkan, ramaikan lah wall kita, medsos kita, viralkan hal-hal yang baik, bukan kedengkian yang kita tebarkan. Kalau ada yang kurang pas, anggap saja tarafnya masih belajar. Kalau ada yang merasa digurui anggap saja cara menyampaikannya kurang pas, cari dalil yang lebih pas.

Jadi sifatnya selalu melengkapi, menutupi kekurangan yang ada, tetapi dalam konten yang benar, yang baik, bukan hal-hal yang buruk, begitu dapat berita kecelakaan, ada yang kirim foto lalu ditimpali, dilengkapi, dicari lagi dengan foto yang lebih riil, lengkap dengan kaki tangan yang putus, otak terberai, halah, buat apa sih, cukup kita tahu ada kecelakaan, jadi kan saja itu pelajaran. Kita viralkan doa mau jalan, doa dalam perjalanan, pesan hati-hati berkendara, memperhatikan rambu-rambu, dan hal positif lainnya yang bisa menutupi keburukan-keburukan. Ngapain sih, harus liat foto-foto kecelakaan gitu, yang tadi laper, jadi gak nafsu makan, rugi kan.

Jadi ketika kita mendapati hal-hal buruk, langsung tutupi dengan jutaan kebaikan, ingatlah prinsip air dalam gelas tadi, siram terus dengan kebaikan, karena ilmu ini sudah dicuri lebih dulu oleh keburukan. Mereka membombardir dengan konten buruk. Kenapa kita gak menjadi agen-agen Penebar Kebaikan. Tidak usah saling berbantah dalam kebaikan.

Kita harus saling bangun, saling sinergi, saling melengkapi dalam kebaikan dan menutupi dalam keburukan. Ada berita buruk dikit saja, alihkan ke hal positif, ada teman memancing dengan tulisan, gambar tidak pantas di grup wa, grup bbm, tutupi, alihkan dengan tulisan, gambar yang baik, terus dan terus lakukan seperti itu hingga keburukan harus putar otak mempromosikan keberadaannya.

Anda tahu gak kalau Majalah Playboy, yang mendengarnya saja kita langsung terpikir bahwa majalah ini adalah majalah cabul, untuk beberapa tahun tidak menampilkan perempuan telanjang, surprise.  Bahkan majalah ini pernah menampilkan wanita berhijab. Woww pasti Anda sebagian marah, murka, kesal, campur aduk, tapi ketahuilah perasaan campur aduk itu, itu merupakan hal yang wajar dipermainkan oleh Majalah sebesar Playboy. Karena dunia ini saya sebut tadi Dunia Kemasan. Mereka tidak mampu lagi menjual ketelanjangan, hal-hal yang vulgar, dunia barat jenuh dengan ketelanjangan.

Dunia barat melirik hijab, banyak perempuan berjilbab disana, Amerika, Canada, Perancis, Inggeris, pertumbuhannya pesat. Nah mereka putar otak, bagaimana majalah ini tetap eksis, dicarilah sensasi dengan menampilkan wanita berjilbab yang berprofesi wartawan. Dia tidak telanjang disana. Seharusnya kita bisa berpikir positif disini. Lihatlah bahwa air putih bisa menjernihkan air kotor. Itu yang terjadi disini. Disini lah ujiannya, seberapa besar minat kita kepada kebaikan. Namanya juga manusia, perang kebaikan dan keburukan terjadi sepanjang masa, dari waktu ke waktu, melintasi ruang dan waktu. Jadi jangan campurkan emosi Anda dalam Dunia Kemasan ini. Teruslah menebar kebaikan hingga tidak ada tempat buat keburukan.

Al-Imaam Muslim rahimahullah berkata :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ سَلَمَةَ، عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ، بِهَذَا الْإِسْنَادِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ، وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ

Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan bin Muslim : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Sa’iid Al-Jurairiy dengan sanad ini, dari ‘Umar bin Al-Khaththaab, ia berkata : Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’iin adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais. Ia mempunyai ibu, dan ia dulu mempunyai belang putih. Carilah ia, lalu mintalah ia agar memohonkan ampun kepada kalian” [Shahih Muslim no. 2542].

Ya, dialah Uwais Al-Qaraniy rahimahullah. Seorang yang sempat sejaman dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, namun belum pernah bertemu dengan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Keutamaan yang dimiliki Uwais salah satunya karena sifatnya yang enggan dengan kemasyhuran. Ia senantiasa menyembunyikan diri dalam ketaatan, hingga ketika ada orang menemuinya karena mengetahui keutamaan yang disebutkan ‘Umar dalam hadits di atas, Uwais berkata :

مَا أَنَا بِمُسْتَغْفِرٍ لَكَ حَتَّى تَجْعَلَ لِي ثَلاثًا، قَالَ: وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: لا تُؤْذِينِي فِيمَا بَقِيَ، وَلا تُخْبِرْ بِمَا قَالَ لَكَ عُمَرُ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ، وَنَسِيَ الثَّالِثَةَ

“Aku tidak akan memintakan ampun (kepada Allah) untukmu hingga engkau memenuhi tiga permintaanku”. Orang itu berkata : “Apakah itu ?”. Uwais berkata : “Janganlah engkau menyusahkan aku lagi setelah ini, jangan engkau beritahukan pada seorang pun apa yang telah dikatakan ‘Umar kepadamu, - dan perawi lupa yang ketiga” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim, 3/404-405; sanadnya shahih].

Perkataan ‘Umar pada diri Uwais bukanlah celaan, namun sanjungan (dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam) – yang dengan sanjungan itu, ia bisa memperoleh fasilitas-fasilitas dari Khaalifah. Namun, itulah Uwais. Ia lebih senang jika orang-orang tidak mengenal dirinya selain dari : Uwais, si pemuda dari daerah Qaran.

Menyembunyikan kebaikan adalah tabiat yang bertentangan dengan tabiat manusia pada umumnya. Dengan menyembunyikan kebaikan, ketenaran dan sanjungan tidak akan ia dapatkan dari mulut manusia. Beda halnya jika ia menampakkannya.

Allah ta’ala berfirman tentang orang yang bershadaqah :

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Al-Baqarah : 271].

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

وقوله: { وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُم } فيه دلالة على أن إسرار الصدقة أفضل من إظهارها؛ لأنه أبعد عن الرياء، إلا أن يترتب على الإظهار مصلحة راجحة، من اقتداء الناس به، فيكون أفضل من هذه الحيثية

Dan firman-Nya : ‘Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu’; padanya terdapat dalil tentang menyembunyikan shadaqah lebih utama daripada menampakkannya, karena lebih jauh dari riyaa’. Kecuali jika menampakkannya menimbulkan maslahat yang lebih kuat, yaitu orang-orang dapat mencontoh perbuatan tersebut, maka ia lebih utama dengan pertimbangan ini” [Tafsiir Ibni Katsiir, 1/701].

Allah ta’ala memberikan balasan khusus bagi orang-orang yang bershadaqah secara sembunyi-sembunyi sebagaimana riwayat :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ بُنْدَارٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ "

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyaar Bundaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari ‘Ubaidullah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Khubaib bin ‘Abdirrahmaan, dari Hafsh bin ‘Aashim, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang kelak akan Allah naungi di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : (1) imam yang ‘adil; (2) pemuda yang menyibukkan diri beribadah kepada Rabb-Nya; (3) laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid; (4) dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah dimana mereka berkumpul ataupun berpisah semata-mata karena-Nya; (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang kaya lagi cantik, lalu laki-laki itu menolak dan berkata : ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’; (6) laki-laki yang bershadaqah secara sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya; dan (7) laki-laki yang ingat kepada Allah di saat sunyi hingga mengalir kedua air matanya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 660].

Abul-‘Abbaas Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :

وقوله : (( ورجل تصدَّق بصدقة فأخفاها )) ؛ هذه صدقة التطوع في قول ابن عباس وأكثر العلماء . وهو حضٌّ على الإخلاص في الأعمال ، والتستر بها ، ويستوي في ذلك جميع أعمال البر التطوعية

“Dan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Dan laki-laki yang bershadaqah dengan shadaqah yang ia sembunyikan’; ini adalah shadaqah sunnah menurut pendapat Ibnu ‘Abbaas dan kebanyakan ulama. Ini adalah anjuran untuk ikhlash dalam beramal dan menyembunyikannya. Hal yang sama berlaku pada semua amal kebaikan yang bersifat sunnah” [Al-Mufhim, 3/76].

Benar,..... anjuran dan keutamaan bershadaqah secara sembunyi-sembunyi berlaku pula untuk amal-amal lain yang bersifat sunnah.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ، وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ "

Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Arafah : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin ‘Ayyaasy, dari Bahiir bin Sa’d, dari Khaald bin Ma’daan, dari Katsiir bin Murrah Al-Hadlramiy, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Orang yang menjaharkan bacaan Al-Qur’an adalah seperti orang yang menjaharkan (menampakkan) shadaqah. Dan orang yang men-sirr-kan (melirihkan) bacaan Al-Qur’an adalah seperti orang yang men-sirr-kan (menyembunyikan) shadaqah” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2919; sanadnya hasan, namun shahih dengan keseluruhan jalannya].

Tentang hadits ini At-Tirmidziy rahimahullah berkata :

وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ الَّذِي يُسِرُّ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ أَفْضَلُ مِنْ الَّذِي يَجْهَرُ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ لِأَنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ أَفْضَلُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ صَدَقَةِ الْعَلَانِيَةِ وَإِنَّمَا مَعْنَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ لِكَيْ يَأْمَنَ الرَّجُلُ مِنْ الْعُجْبِ لِأَنَّ الَّذِي يُسِرُّ الْعَمَلَ لَا يُخَافُ عَلَيْهِ الْعُجْبُ مَا يُخَافُ عَلَيْهِ مِنْ عَلَانِيَتِهِ

“Makna hadits ini yaitu bahwa orang yang melirihkan bacaan Al-Qur’an lebih utama daripada orang yang men-jahr-kan bacaan Al-Qur’an, karena shadaqah secara sembunyi-sembunyi lebih utama daripada shadaqah secara terang-terangan menurut para ulama. Makna hadits ini menurut para ulama hanyalah supaya seseorang dapat aman dari sifat ‘ujub, karena orang yang menyembunyikan amal tidak dikhawatirkan tertimpa ‘ujub sebagaimana orang yang beramal secara terang-terangan” [Sunan At-Tirmidziy, 5/41].

Sekarang, mari kita telusuri beberapa riwayat perkataan dan perbuatan salaf tentang menyembunyikan amal ketaatan dan penjagaan mereka dari godaan riyaa’.

نا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، قَالَ: أنا شُعْبَةُ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنِ الزُّبَيْرِ، قَالَ: مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ تَكُونَ لَهُ عَمَلٌ خَبِيئَةٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ، نا مُسَدَّدٌ، قَالَ: نا يَحْيَى، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: ني قَيْسٌ، قَالَ: سَمِعْتُ الزُّبَيْرَ بْنَ الْعَوَّامِ، يَقُولُ مِثْلَهُ

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Katsiir, ia berkata Telah memberitakan kepada kami Syu’bah, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid, dari Qais bin Abi Haazim, dari Az-Zubair (bin Al-‘Awwaam), ia berkata : “Barangsiapa di antara kalian yang mampu menyembunyikan amal shalihnya, hendaklah ia lakukan”.

Telah mengkhabarkan kepada kami Musaddad, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa, dari Ismaa’iil,ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Qais, ia berkata : Aku mendengar Az-Zubair bin Al-‘Awwaam berkata semisalnya [Diriwayatkan oleh Abu Daawud dalamAz-Zuhd no. 119-120; sanadnya shahih].

حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: " اكْتُمْ حَسَنَاتِك أَكْثَرَ مِمَّا تَكْتُمُ سَيِّئَاتِكَ "

Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah, dari Abu Haazim, ia berkata : “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih banyak daripada engkau sembunyikan kejelekan-kejelekanmu” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah 13/520 no. 36424; sanadnya shahih].

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْجَزَرِيِّ، قَالَ: " كَانَتِ الْعُلَمَاءُ إِذَا الْتَقَوْا تَوَاصَوْا بِهَذِهِ الْكَلِمَاتِ، وَإِذَا غَابُوا كَتَبَ بِهَا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ أَنَّهُ: مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلانِيَتَهُ، وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ كَفَاهُ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ، وَمَنِ اهْتَمَّ بِأَمْرِ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin ‘Aliy Al-Ju’fiy, dari Ma’qil bin ‘Ubaidillah Al-Jazariy, ia berkata : “Para ulama dulu apabila bertemu saling menasihati dengan kalimat-kalimat ini, dan apabila mereka pergi/berpisah, sebagian dari mereka menuliskan kepada sebagian yang lain : ‘Barangsiapa yang memperbaiki hal-hal yang tersembunyi dari dirinya, niscaya Allah akan memperbaiki hal-hal yang hal-hal yang nampak dari dirinya. Barangsiapa yang memperbaiki urusan antara dirinya dengan Allah, niscaya akan Allah cukupkan urusan yang terjadi antara dirinya dengan manusia. Dan barangsiapa yang memperhatikan urusan akhiratnya, niscaya akan Allah cukupkan urusan dunianya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunyaa dalam Al-Ikhlaash wan-Niyyah no. 25; sanadnya hasan].

أَخْبَرَنَا عَارِمُ بْنُ الْفَضْلِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، قَالَ: قَالَ أَيُّوبُ: " لأَنْ يَسْتُرَ الرَّجُلُ زُهْدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يُظْهِرَهُ "

Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aarim bin Al-Fadhl, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, ia berkata : Telah berkata Ayyuub (As-Sukhtiyaaniy) : “Seandainya seseorang menyembunyikan/menutupi kezuhudannya, maka itu lebih baik baginya daripada menampakkannya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 7/128; para perawinya tsiqaat].

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْجُشَمِيُّ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ: " إِنْ كَانَ الرَّجُلُ يَتَعَبَّدُ عِشْرِينَ سَنَةً وَمَا يَعْلَمُ بِهِ جَارُهُ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Jusyamiy : Telah menceritakan kepada kami Abut-Tayyaah, ia berkata : “Sesungguhnya dulu ada seorang laki-laki yang beribadah selama duapuluh tahun tanpa diketahui oleh tetangganya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dalam Al-Ikhlaash wan-Niyyah no. 37; sanadnya hasan].

أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ، قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا أُمَامَةَ " أَتَى عَلَى رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ وَهُوَ سَاجِدٌ يَبْكِي فِي سُجُودِهِ، وَيَدْعُو رَبَّهُ، فَقَالَ أَبُو أُمَامَةَ: أَنْتَ، أَنْتَ، لَوْ كَانَ هَذَا فِي بَيْتِكَ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Ismaa’iil bin ‘Ayyaasy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ziyaad, ia berkata : Aku pernah melihat Abu Umaamah mendatangi seorang laki-laki di masjid yang sedang menangis dalam sujudnya dan berdoa kepada Rabbnya. Maka Abu Umaamah berkata : “Engkau, engkau, seandainya perbuatanmu ini engkau lakukan di rumahmu” [Diriwayatkan oleh Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd no. 156; sanadnya hasan].

أَخْبَرَنَا طَلْحَةُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مُهَاجِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ، يَقُولُ: " إِنَّ الصَّلاةَ النَّافِلَةَ تَفْضُلُ فِي السِّرِّ عَلَى الْعَلانِيَةِ، كَفَضْلِ الْفَرِيضَةِ فِي الْجَمَاعَةِ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Thalhah bin Abi Sa’iid, dari Khaalid bin Muhaajir, ia berkata : Aku mendengar Al-Qaasim bin Muhammad berkata : “Sesungguhnya shalat sunnah secara tersembunyi lebih utama dibandingan secara terang-terangan, seperti keutamaan shalat wajib berjama’ah (dibandingkan sendirian)” [Diriwayatkan oleh Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd no. 151; sanadnya hasan].

حدثنا خالد بن خداش وعبيد الله بن عمر قالا : حدثنا حماد بن زيد، عن يونس، عن الحسن قال : إن كان رجل ليكون عنده الزور فيصلي الصلاة الطويلة أو الكثيرة من الليل ما يعلم بها زوره

Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Khidaasy dan ‘Ubaidullah bin ‘Umar, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Yuunus, dari Al-Hasan, ia berkata : “Sesungguhnya dulu ada seorang laki-laki didatangi tamu. Lalu laki-laki tersebut melakukan shalat yang panjang atau banyak pada waktu malam tanpa diketahui oleh tamunya itu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dalam Al-Ikhlaash wan-Niyyah no. 45; dengan sanad shahih].

حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَخْزَمَ، قَالَ: سَمِعْتُ سُلَيْمَانَ بْنَ حَرْبٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ: كَانَ أَيُّوبُ فِي مَجْلِسٍ، فَجَاءَتْهُ عَبْرَةٌ، فَجَعَلَ يَمْتَخِطُ، فَيَقُولُ: " مَا أَشَدَّ الزُّكَامَ "

Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Akhzam, ia berkata : Aku mendengar Sulaimaan bin Harb, dari Hammaad bin Zaid, ia berkata : Ayyuub pernah berada dalam satu majelis. Lalu ada sesuatu yang membuatnya menangis, kemudian ia membuang ingus dan berkata : “Sungguh berat pilek ini” [Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnad-nya no. 1246; sanadnya shahih].

حدثني أحمد بن إبراهيم، حدثني أبو محمد، يعني عبد الله بن عيسى قال : أخبرني أبي قال : كَانَ حَسَّانُ بْنُ أَبِي سِنَانٍ يَحْضُرُ مَسْجِدَ مَالِكِ بْنِ دِينَارٍ فَإِذَا تَكَلَّمَ مَالِكٌ بَكَى حَسَّانُ حَتَّى يَسِيلَ مَا بَيْنَ يَدَيْهِ لا يُسْمَعُ لَهُ صَوْتٌ

Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepadaku Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Iisaa, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ayahku, ia berkata : “Hassaan bin Abi Sinaan biasa menghadiri masjid Maalik bin Diinaar. Apabila Maalik berbicara, Hassaan menangis hingga air matanya mengalir tanpa terdengar suara darinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunyaa dalam Al-Ikhlaash wan-Niyyah no. 48; dengan sanad shahih].

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، قَالَ: بَكَى رَجُلٌ إِلَى جَنْبِ الْحَسَنِ، فَقَالَ: " قَدْ كَانَ أَحَدُهُمْ يَبْكِي إِلَى جَنْبِ صَاحِبِهِ فَمَا يَعْلَمُ بِهِ "

Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Yahyaa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq, dari Ma’mar, ia berkata : Ada seseorang yang menangis di sebelah Al-Hasan (Al-Bashriy), lalu Al-Hasan berkata : “Sungguh, salah seorang di antara mereka menangis di sebelah shahabatnya tanpa diketahui olehnya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dalam Al-Ikhlaash wan-Niyyah no. 35; dengan sanad hasan].

وَقَالَ ابْنُ عَدِيٍّ: صَامَ دَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ أَرْبَعِينَ سَنَةً لَا يَعْلَمُ بِهِ أَهْلُهُ، كَانَ خَرَّازًا يَحْمِلُ غَدَاهُ مِنْ عِنْدِهِمْ فَيَتَصَدَّقُ بِهِ فِي الطَّرِيقِ وَيَرْجِعُ عَشِيًّا فَيُفْطِرُ مَعَهُمْ.

Telah berkata Ibnu ‘Adiy : “Daawud bin Abi Hind berpuasa sunnah selama empatpuluh tahun tanpa diketahui oleh istrinya. Ia adalah seorang tukang kayu yang senantiasa membawa bekal untuk makan siang yang dibawakan oleh keluarganya. Bekal tersebut ia shadaqahkan di tengah jalan, dan ia kembali pulang pada sore harinya dan berbuka makan bersama mereka (keluarganya)” [Dibawakan oleh Ismaa’iil bin Muhammad Al-Ashbahaaniy dalam Siyarus-Salafish-Shaalihiin, 3/756].

قال مغيرة: كان لشريح بيت يخلو فيه يوم الجمعة، لا يدري الناس ما يصنع فيه

Al-Mughiirah berkata : “Dulu Syuraih mempunyai rumah yang ia pergunakan untuk menyendiri beribadah pada hari Jum’at. Orang-orang tidak mengetahui apa yang ia lakukan di dalamnya” [Dibawakan oleh Adz-Dzahabiy dalam Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 4/105].

أَخْبَرَنَا ابْنُ عَوْنٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: " إِنْ كَانُوا لَيْكَرَهُونَ إِذَا اجْتَمَعُوا أَنْ يُخْرِجَ الرَّجُلُ أَحْسَنَ حَدِيثِهِ، أَوْ أَحْسَنَ مَا عِنْدَهُ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu ‘Aun, dari Ibraahiim (An-Nakha’iy), ia berkata : “Apabila berkumpul, mereka membenci jika ada seorang laki-laki mengeluarkan perkataan yang paling baik yang dimilikinya atau sesuatu yang paling baik yang dimilikinya” [Diriwayatkan oleh Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd hal. 81 no. 139; sanadnya shahih].

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: قَالَ لِي خَالِدُ بْنُ نِزَارٍ، عَنْ سُفْيَانَ: " الشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ، الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ عَلَى الْبِرِّ "

Telah menceritakan kepada kami Yuunus bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah berkata kepadaku Khaalid bin Nizaar, dari Sufyaan (bin ‘Uyainah), ia berkata : “Syahwat tersembunyi adalah orang yang senang dipuji atas kebaikan yang dilakukannya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 1143; sanadnya hasan].

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، حَدَّثَنَا رَجُلٌ فِي بَيْتِ أَبِي عُبَيْدَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو، يُحَدِّثُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ، سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ سَامِعَ خَلْقِهِ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ "، قَالَ: فَذَرَفَتْ عَيْنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Amru bin Murrah : Telah menceritakan kepada kami seorang laki-laki di rumah Abu ‘Ubaidah, bahwasannya ia mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru menceritakan hadits kepada Ibnu ‘Umar, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada manusia, niscaya Allah akan perdengarkan amal tersebut kepada makhluk-Nya yang dapat mendengar. Dan Allah pun akan merendahkan dan meremehkannya”. Laki-laki itu berkata : “(Mendengar itu), menangislah mata ‘Abdullah (bin ‘Umar)” [Diriwayatkan oleh Ahmad 2/195; dinyatakan shahih oleh Ahmad Syaakir dan Al-Arna’uth].

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif :
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus