Translate

Kamis, 12 Juli 2018

Pembagian Jihad Menurut Ulama'

Secara bahasa (etimologi), lafazh jihad diambil dari kata:

جَهَدَ : اَلْـجَهْدُ، اَلْـجُهْدُ = اَلطَّاقَةُ، اَلْمَشَقَّةُ، اَلْوُسْعُ.

Yang berarti kekuatan, usaha, susah payah, dan kemampuan.

Menurut ar-Raghib al-Ashfahani rahimahullah (wafat th. 425 H), bahwa اَلْـجَهْدُ berarti kesulitan dan اَلْـجُهْدُ berarti kemampuan. Kata jihad ( اَلْـجِهَادُ ) diambil dari kata: جَاهَدَ – يُـجَاهِدُ – جِهَادًا .

Menurut istilah (terminologi), arti jihad adalah:

اَلْـجِهَادُ : مُـحَارَبَةُ الْكُفَّارِ وَهُوَ الْمُغَالَبَةُ وَاسْتِفْرَاغُ مَا فِـيْ الْوُسْعِ وَالطَّاقَةِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ.

“Jihad adalah memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan, baik berupa perkataan atau perbuatan.”

Dikatakan juga:

اَلْـجِهَادُ وَالْمُجَاهَدَةُ: اِسْتِفْرَاغُ الْوُسْعِ فِـيْ مُدَافَعَةِ الْعَدُوِّ.

“Jihad artinya mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi musuh.”

JIHAD ADA TIGA MACAM
1. Jihad melawan musuh yang nyata.
2. Jihad melawan setan.
3. Jihad melawan hawa nafsu.

Tiga macam jihad ini termaktub di dalam Al-Qur-an, di antaranya:

Firman Allah Azza wa Jalla,

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur-an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dia-lah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” [Al-Hajj/22 : 78]

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [At-Taubah/9: 41]

Juga firman-Nya.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al-Anfaal/8: 72]

Kewajiban jihad (perang di jalan Allah) didasarkan pada nash-nash yang adalah qath'i(tegas), dan tidak ada ikhtilaf dikalangan ulama dalam maslah ini. Siapapun yang menolak kewajiban jihad bisa dinyatakan kafir dan keluar dari Islam. Setiap upaya untuk mengaitkan jihad dengan terorisme juga harus ditolak. pengaitan jihad dengan terorisme sangat berbahaya, dan ini merupakan penyesatan politik (tadhlil siyasi). Tentu , ini juga merupakan tindakan kriminal yang luar biasa (jarimah kubra).

Namun kita juga harus jujur dan proporsional. Jihad memang bermakna perang, namun tidak semua perang identik dengan jihad. Perang melawan bughat, perang melawan teroris, perang membela kehormatan, perang membela kehormatan umum masyarakat seperti amar makhruf nahi munkar, perang fitnah, perang melawan perampas kekuasaan, termasuk perang mendirikan agama Islam tidak termasuk dalam kategori jihad. Karena itu, istilah jihad hanya digunakan dalam konteks berperang melawan orang kafir, dalam rangka menjunjung tinggi kalimat Allah, menebarkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah umat manusia. Jihad juga bukan perang demi menumpahkan darah, menjajah, merampok kekayaan alam, menodai jiwa dan merampok kehormatan bangsa atau umat yang di perangi. Jihad adalah perang untuk menggempur dinding kekufuran agar cahaya Islam bisa sampai kepada bangsa atau umat yang ada di dalamnya. Itu pun merupakan alternatif terakhir, setelah para penguasa mereka tetap bebal, dan tidak mau tawaran untuk memeluk Islam, atau tunduk pada sistem dan pemerintahan Islam. Andai saja mereka mau masuk Islam, atau tunduk pada sistem dan pemerintahan Islam meski tetap memeluk agama mereka, maka terhadap mereka hukum jihad tidak akan di terapkan.

Para ulama juga memilah jihad menjadi dua :difa'i (defensif) dan ibtida'i (ofensif). Hukumnya juga berbeda. Ketika negeri kaum Muslim di serang, misalnya, seperti Irak, Afganistan dan palestina, maka hukum berjihad melawan agresor adalah fardhu 'ain. Itulah jihad difa'i(jihad defensif). Berbeda jika umat Islam yang memulai serangan, maka hukumnya bukanfardu 'ain, melainkan fardhu kifayah. Inilah yang di sebut jihad ibtida'i (jihad ofensif). Hanya saja, siapa yang berhak mengumumkan perang dalam kondisi seperti ini?. Dalam pandangan Islam, yang berhak hanya kepala negara sudah memaklumkan jihad maka seruan itu akan disambut oleh seorang Mukmin dengan suka cita. Sebab, dengan jihad itulah mereka akan mendapatkan dua kebaikan. Jika menang, maka itu merupakan kebaikan. Jika kalah, mereka akan menjadi syuhada, dan itu pun merupakan kebaikan.

Kita tidak menafikkan ditegakkannya jihad difa’iy ketika kuffar menyerang dan menduduki negeri kaum muslimin

وأما قتال الدفع فهو أشد أنواع دفع الصائل عن الحرمة والدين فواجب إجماعاً فالعدو الصائل الذي يفسد الدين والدنيا لا شيء أوجب بعد الإيمان من دفعه فلا يشترط له شرط بل يدفع بحسب الإمكان وقد نص على ذلك العلماء أصحابنا وغيرهم فيجب التفريق بين دفع الصائل الظالم الكافر وبين طلبه في بلاده والجهاد منه ما هو باليد ومنه ما هو بالقلب والدعوة والحجة واللسان

“Adapun perang (jihad) difa’, maka hal itu merupakan kewajiban yang paling ditekankan untuk mempertahankan kehormatan dan agama dari penyerang (musuh). Hal itu wajib secara ijma’. Tidak ada sesuatupun yang lebih wajib daripada menolak serangan musuh yang akan merusak agama dan dunia. Maka, tidak disyaratkan padanya satu syaratpun untuk itu, bahkan harus mempertahankan diri sesuai dengan kemampuan” [Al-Ikhtiyaaraat Al-Fiqhiyyah, hal. 608, tahqiq : ‘Ali bin Muhammad ‘Abbas Ba-‘Alawiy Ad-Dimasyqiy; Daarul-Ma’rifah, Cet. Thn. 1397 H].

Selain jihad difa’iy, Islam juga mensyari’atkan jihad thalabiy/hujuumiy (jihad ofensif) yang ditegakkan kepada orang kuffar dalam rangka dakwah. Jihad jenis ini dilakukan kepada orang kuffar karena kekafiran mereka, walau mereka tidak melakukan penyerangan terlebih dahulu kepada kaum muslimin. Banyak dalil yang melandasi hal ini, diantaranya :

QS. Al-Anfaal : 39

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”.

Makna “fitnah” dalam ayat di atas adalah kekafiran.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa ketika Usamah mengangkat pedangnya kepada seorang lelaki, lalu lelaki itu mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," tetapi Usamah tetap memukulnya hingga membunuhnya. Selanjutnya hal itu diceritakan kepada Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. bersabda kepada Usamah:

"أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ وَكَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ " قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّمَا قَالَهَا تَعَوُّذًا. قَالَ: "هَلَّا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ؟ "، وَجَعَلَ يَقُولُ وَيُكَرِّرُ عَلَيْهِ: "مَنْ لَكَ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ " قَالَ أُسَامَةُ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ إِلَّا ذَلِكَ الْيَوْمَ

"Apakah engkau membunuhnya sesudah dia mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan selain Allah?' Lalu bagaimanakah yang akan kamu lakukan terhadap kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' kelak di hari kiamat? Usamah Berkata “Wahai Rasullullah sesungguhnya dia mengucapkannya hanya semata-mata untuk melindungi dirinya.” Rasulullah Saw. bersabda.”Tidakkah engkau belah dadanya untuk mengetahui isi hatinya?” Rasulullah Saw. mengulang-ulang sabdanya itu kepada Usamah seraya bersabda,"Siapakah yang akan membelamu terhadap kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah kelak di hari kiamat? Usamah mengatakan bahwa mendengar jawaban itu Usamah berharap seandainya saja ia baru masuk Islam saat hari itu (yakni karena merasa berdosa besar).

QS. At-Taubah : 5

فَإِذَا انْسَلَخَ الأشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Ibnu Katsir berkata :

وقوله: { فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ } أي: من الأرض. وهذا عام، والمشهور تخصيصه بتحريم القتال في الحرم بقوله: { وَلا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ } [البقرة: 191]

“Firman Allah “maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” ; yaitu : di muka bumi. Ini adalah umum. Dan yang masyhur adalah dikhususkan dengan pengharaman peperangan di tanah Haram dengan firman-Nya : “Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil-Haram kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka” (QS. Al-Baqarah : 191)” [Tafsir Ibnu Katsir4/111].

QS. At-Taubah : 29

قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.

Ibnu Katsir mengatakan :

وهذه الاَية الكريمة أول الأمر بقتال أهل الكتاب بعدما تمهدت أمور المشركين ودخل الناس في دين الله أفواجاً واستقامت جزيرة العرب أمر الله ورسوله بقتال أهل الكتابين اليهود والنصارى وكان ذلك في سنة تسع ولهذا تجهز رسول الله صلى الله عليه وسلم لقتال الروم ودعا الناس إلى ذلك وأظهره لهم وبعث إلى أحياء العرب حول المدينة فندبهم فأوعبوا معه واجتمع من المقاتلة نحو من ثلاثين ألفاً وتخلف بعض الناس من أهل المدينة ومن حولها من المنافقين وغيرهم وكان ذلك في عام جدب ووقت قيظ وحر وخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم يريد الشام لقتال الروم فبلغ تبوك فنزل بها وأقام بها قريباً من عشرين يوماً ثم استخار الله في الرجوع فرجع عامه ذلك لضيق الحال وضعف الناس كما سيأتي بيانه بعد إن شاء الله تعالى

وهذه الآية الكريمة [نزلت] أول الأمر بقتال أهل الكتاب، بعد ما تمهدت أمور المشركين ودخل الناس في دين الله أفواجا، فلما استقامت جزيرة العرب أمر الله ورسوله بقتال أهل الكتابين اليهود والنصارى، وكان ذلك في سنة تسع؛ ولهذا تجهز رسول الله صلى الله عليه وسلم لقتال الروم ودعا الناس إلى ذلك، وأظهره لهم، وبعث إلى أحياء العرب حول المدينة فندبهم، فَأَوْعَبوا معه، واجتمع من المقاتلة نحو [من] ثلاثين ألفا، وتخلف بعضُ الناس من أهل المدينة ومن حولها من المنافقين وغيرهم، وكان ذلك في عام جَدْب، ووقت قَيْظ وحر، وخرج، عليه السلام، يريد الشام لقتال الروم، فبلغ تبوك، فنزل بها وأقام على مائها قريبًا من عشرين يومًا، ثم استخار الله في الرجوع، فرجع عامه ذلك لضيق الحال وضعف الناس، كما سيأتي بيانه بعد إن شاء الله.

“Ayat yang mulia ini turun pertama kali adalah perintah bagi kaum muslimin untuk memerangi Ahli Kitab. Setelah urusan dengan kaum musyrikin mulai mencair dan berbagai kelompok masuk ke dalam agama Islam, dan ketika jazirah Arab mulai stabil, maka Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk memerangi orang-orang Ahli Kitab, Yahudi, dan Nashrani. Ini terjadi pada tahun 9 hijriah. Untuk itu, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam mempersiapkan diri untuk memerangi bangsa Romawi. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam menyeru para shahabatnya untuk bersiap-siap, dan mengirim utusan ke daerah-daerah pinggiran kota untuk mengajak mereka agar bersiap-siap dan seruan itu mendapat sambutan yang sangat memuaskan, sehinga terkumpullah pasukan sejumlah kurang lebih 30.000 personil. Sebagian orang penduduk Madinah dan kaum munafiqin yang ada di sekitarnya serta manusia lainnya tidak ikut berperang. Peristiwa ini terjadi pada saat sulitnya pangan dan kemarau panjang serta panas yang sangat terik. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam dengan pasukanya berangkat menuju ke negeri Syam untuk memerangi pasukan Romawi, ketika sampai di Tabuk, pasukan Islam singgah di salah satu mata airnya selama 20 hari. Setelah itu Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam ber-istikharah untuk kembali ke Madinah. Karena kondisi pasukan yang mulai lemah, maka pada tahun itu juga Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam kembali ke Madinah – sebagaimana yang akan datang penjelasannya nanti, insyaAllah” [selesai – Tafsir Ibnu Katsir 4/132].

Al-Qurthubi mengatakan bahwa (dengan ayat tersebut) Allah subhaanahu wa ta’ala memerintahkan manusia untuk memerangi seluruh orang kuffar yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir serta risalah ketauhidan yang dibawa oleh Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam [Tafsir Al-Qurthubi 10/162].

Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam mengirimkan beberapa pasukannya dalam rangka dakwah.Menawarkan Islam dan memerangi kekafiran. Barangsiapa yang masuk Islam, maka haram darah, harta, dan kehormatannya – kecuali dengan hak Islam. Jika mereka menolak, maka mereka diberikan dua pilihan : Diperangi atau tunduk kepada hukum Islam dengan membayar jizyah. Jika mereka memilih peperangan, maka di sini kaum muslimin memerangi mereka karena kekufuran mereka. Pembangkangan terhadap hukum Allah. Pilihan perang merupakan pilihan/alternatif terakhir yang diambil kaum muslimin. Perang ini dilakukan dalam rangka memerangi kekafiran dan meninggkan kalimat Allah.

Pada perang Mu’tah dan Tabuk, Rasululah shallallaahu ’alaihi wa sallam memerangi orang-orang Romawi dan Arab Nashrani. Ini beliau lakukan setelah tawaran masuk Islam ditolak oleh Hiraklius – sebagaimana masyhur cerita ini dalam kitab-kitab hadits.

QS. At-Taubah : 123

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

Ibnu Katsir membawakan penjelasan yang tidak jauh berbeda dengan ayat 29. Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat tersebut memerintahkan Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam untuk memerangi orang-orang kafir dari mulai yang paling dekat dengan wilayah Islam dan begitu seterusnya sampai yang jauh, dari yang lemah begitu seterusnya sampai yang kuat” [Tafsir Al-Qurthubi 10/435 – Al-Qurthubi menguatkan pendapat Qatadah].

Abu Ja’far Ath-Thabari berkata ketika menafsirkan ayat ini :

ابدأوا بقتال الأقرب فالأقرب إليكم دارًا، دون الأبعد فالأبعد. وكان الذين يلون المخاطبين بهذه الآية يومئذ، الروم، لأنهم كانوا سكان الشأم يومئذ، والشأم كانت أقرب إلى المدينة من العراق. فأما بعد أن فتح الله على المؤمنين البلاد، فإن الفرض على أهل كل ناحية، قتالُ من وليهم من الأعداء دون الأبعد منهم، ما لم يضطرّ إليهم أهل ناحية أخرى من نواحي بلاد الإسلام، فإن اضطروا إليهم، لزمهم عونهم ونصرهم، لأن المسلمين يدٌ على من سواهم

”Hendaklah mereka memulai memerangi orang-orang kafir itu dari mulai yang terdekat wilayahnya, kemudian yang lebih jauh, dan begitu seterusnya. Dan orang-orang yang dituju (untuk diserang) oleh ayat ini pada saat itu adalah orang-orang Romawi, karena pada saat itu mereka menjadi penduduk negeri Syaam – dan negeri Syaam adalah wilayah yang terdekat dengan Madinah dibanding ’Iraq. Adapun setelah Allah memberikan kemenangan kepada kaum mukminin untuk menaklukkan negeri Makkah (Fathu Makkah), maka wajib bagi setiap penduduk negeri untuk memerangi musuh-musuh yang ada di sekitar mereka terlebih dahulu, bukan yang lebih jauh dari mereka – selama tidak ada faktor yang mengharuskan mereka untuk menolong kaum muslimin yang berada di negeri Islam yang lainnya. Namun jika ada faktor yang menuntut untuk itu, maka wajib untuk menolong mereka, karena kaum muslimin adalah tangan yang satu terhadap kaum muslimin yang lain” [Tafsir Ath-Thabari, 14/574-575].

Hal yang senada dikatakan oleh Ibnul-Jauziy :

قد أمر بقتال الكفار على العموم وإنما يبتدأ بالأقرب فالأقرب

”Allah telah memerintahkan mereka untuk memerangi orang-orang kafir secara umum, yang dimulai dari yang terdekat, dan kemudian yang lebih jauh, dan seterusnya” [Zaadul-Masiir, 3/518].

Hadits ’Abdullah bin ’Umar radliyallahu ’anhuma :

بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً إِلٰى نَجْدٍ فَخَرَجْتُ فِيْهَا فَأَصَبنَا إِبِلًا وَغَنَمًا فَبَلَغَتْ سُهمَانُنَا اثْنَي عَشَرَ بَعِيْرًا، وَنَفَّلَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعِيْرًا بَعِيْرًا

”Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pernah mengutus pasukan ke negeri Najd. Maka akupun keluar untuk bergabung dengannya. (Pasukan itu mendapatkan kemenangan) sehingga kami mendapatkan ghanimah berupa onta dan kambing. Sehingga, ghanimah yang kami dapat saat itu (masing-masing) dua belas ekor onta. Lalu, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam masih menambah lagi masing-masing satu ekor onta” [HR. Al-Bukhari no. 3134,4338 dan Muslim no. 1749].

Hadits Ibnu ’Aun rahimahullah :

عَنْ ابْنِ عَوْنٍ قَالَ كَتَبْتُ إِلَى نَافِعٍ أَسْأَلُهُ عَنْ الدُّعَاءِ قَبْلَ الْقِتَالِ قَالَ فَكَتَبَ إِلَيَّ إِنَّمَا كَانَ ذَلِكَ فِي أَوَّلِ الْإِسْلَامِ قَدْ أَغَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى بَنِي الْمُصْطَلِقِ وَهُمْ غَارُّونَ وَأَنْعَامُهُمْ تُسْقَى عَلَى الْمَاءِ فَقَتَلَ مُقَاتِلَتَهُمْ وَسَبَى سَبْيَهُمْ وَأَصَابَ يَوْمَئِذٍ

Dari Ibnu ’Aun ia berkata : Aku menulis surat kepada Naafi’ untuk menanyakan tentang seruan (pemberitahuan perang) sebelum perang dimulai. Maka ia membalas surat dan menyatakan bahwa hal itu terjadi di awal Islam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam menyerang Bani Musthaliq ketika mereka sedang lengah, yaitu ketika mereka sedang memberi minum ternak mereka. Maka dibunuhlah orang-orang yang berhak dibunuh di antara mereka, dan ditawan orang-orang yang berhak ditawan di antara mereka. Pada hari itu, kaum muslimin menang” [HR. Muslim no. 1730].

An-Nawawi membuat satu bab berjudul :

باب جواز الإغارة على الكفار الذين بلغتهم دعوة الإسلام، من غير تقدم الإعلام بالإغارة

”Bab : Diperbolehkannya menyerang orang-orang kafir yang telah sampai kepada mereka dakwah Islam tanpa didahului peringatan penyerangan”.

Kemudian beliau berkata :

وفي هذا الحديث جواز الإغارة على الكفار الذين بلغتهم الدعوة من غير إنذار بإِلاغارة. وفي هذه المسألة ثلاثة مذاهب حكاها المازري والقاضي أحدها: يجب الإنذار مطلقاً قال مالك وغيرها وهذا ضعيف. والثاني: لا يجب مطلقاً وهذا أضعف منه أو باطل. والثالث: يجب إن لم تبلغهم الدعوة ولا يجب إن بلغتهم لكن يستحب وهذا هو الصحيح، وبه قال نافع مولى ابن عمر والحسن البصري والثوري والليث والشافعي وأبو ثور وابن المنذر والجمهور. قال ابن المنذر وهو قول أكثر أهل العلم: وقد تظاهرت الأحاديث الصحيحة على معناه

”Dalam hadits ini terdapat dalil diperbolehkannya untuk menyerang orang-orang kafir yang telah sampai kepada mereka dakwah Islam tanpa diberikan peringatan terlebih dahulu. Pada pembahasan ini terdapat tiga madzhab yang dihikayatkan oleh Al-Maaziriy dan Al-Qaadliy. Madzhab pertama : Diharuskan memberikan peringatan secara mutlak. Malik dan yang lainnya berkata : ”Pendapat ini lemah”. Madzhab kedua : Tidak wajib secara mutlak. Pendapat ini bahkan lebih lemah dan keliru dibanding yang pertama. Madzhab ketiga : Wajib apabila belum sampai padanya dakwah Islam dan tidak wajib apabila telah sampai padanya dakwah Islam – namun tetap disukai untuk memberikan peringatan terlebih dahulu. Ini adalah pendapat yang benar. Pendapat ini merupakan pendapat Naafi’ maula Ibnu ’Umar, Al-Hasan Al-Bashri, Ats-Tsauriy, Al-Laits, Asy-Syafi’iy, Abu Tsaur, Ibnu Mundzir, dan jumhur ulama. Ibnu Mundzir berkata : ”Hal itu merupakan perkataan sebagian besar ahlul-’ilmi (ulama) yang disokong/diperkuat oleh hadits-hadits shahih” [Syarah Shahih Muslim lin-Nawawi 12/279].

Sabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam ketika menugaskan seorang panglima yang membawa pasukan menuju pertempuran :

اغْزُوا بِاسْمِ اللَّهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا وَلَا تَغْدِرُوا وَلَا تَمْثُلُوا وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا وَإِذَا لَقِيتَ عَدُوَّكَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَادْعُهُمْ إِلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ أَوْ خِلَالٍ فَأَيَّتُهُنَّ مَا أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ فَإِنْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى التَّحَوُّلِ مِنْ دَارِهِمْ إِلَى دَارِ الْمُهَاجِرِينَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ إِنْ فَعَلُوا ذَلِكَ فَلَهُمْ مَا لِلْمُهَاجِرِينَ وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَى الْمُهَاجِرِينَ فَإِنْ أَبَوْا أَنْ يَتَحَوَّلُوا مِنْهَا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ يَكُونُونَ كَأَعْرَابِ الْمُسْلِمِينَ يَجْرِي عَلَيْهِمْ حُكْمُ اللَّهِ الَّذِي يَجْرِي عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَكُونُ لَهُمْ فِي الْغَنِيمَةِ وَالْفَيْءِ شَيْءٌ إِلَّا أَنْ يُجَاهِدُوا مَعَ الْمُسْلِمِينَ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَسَلْهُمْ الْجِزْيَةَ فَإِنْ هُمْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَقَاتِلْهُمْ وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ فَأَرَادُوكَ أَنْ تَجْعَلَ لَهُمْ ذِمَّةَ اللَّهِ وَذِمَّةَ نَبِيِّهِ فَلَا تَجْعَلْ لَهُمْ ذِمَّةَ اللَّهِ وَلَا ذِمَّةَ نَبِيِّهِ وَلَكِنْ اجْعَلْ لَهُمْ ذِمَّتَكَ وَذِمَّةَ أَصْحَابِكَ فَإِنَّكُمْ أَنْ تُخْفِرُوا ذِمَمَكُمْ وَذِمَمَ أَصْحَابِكُمْ أَهْوَنُ مِنْ أَنْ تُخْفِرُوا ذِمَّةَ اللَّهِ وَذِمَّةَ رَسُولِهِ وَإِذَا حَاصَرْتَ أَهْلَ حِصْنٍ فَأَرَادُوكَ أَنْ تُنْزِلَهُمْ عَلَى حُكْمِ اللَّهِ فَلَا تُنْزِلْهُمْ عَلَى حُكْمِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَنْزِلْهُمْ عَلَى حُكْمِكَ فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي أَتُصِيبُ حُكْمَ اللَّهِ فِيهِمْ أَمْ لَا

”Berperanglah atas nama Allah ! di jalan Allah ! Perangilah orang yang kufur kepada Allah ! Berperanglah dan jangan curang, jangan berkhianat, jangan berlaku kejam (dengan memotong hidung dan telinga), dan jangan membunuh anak-anak !. Apabila kamu bertemu dengan kaum musyrikin yang menjadi musuhmu, maka tawarkanlah kepada mereka tiga pilihan, yang mana salah satu diantara tiga tersebut yang mereka pilih, maka terimalah dan janganlah mereka diserang, lalu ajaklah mereka masuk Islam. Apabila mereka menerima ajakanmu, maka terimalah dan janganlah mereka diserang. Kemudian ajaklah mereka untuk berpindah dari perkampungan mereka menuju perkampungan orang Muhajirin. Jika mereka mau pindah, beritahukan kepada mereka bahwa mereka mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti orang-orang Muhajirin. Jika mereka tidak mau pindah dari rumah mereka, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka diperlakukan seperti kaum muslimin yang ada di pedalaman dengan diberlakukan hukum Allah atas mereka seperti yang berlaku atas orang-orang mukmin lain tanpa mendapat bagian dari ghanimah dan fa’i, kecuali jika mereka turut berjihad bersama kaum muslimin. Jika mereka tidak mau masuk Islam, maka suruhlah mereka membayar jizyah. Jika mereka bersedia, maka terimalah dan janganlah mereka diperangi. Apabila mereka menolak, maka mintalah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka ! Apabila kamu mengepung benteng musuh lalu mereka menginginkan agar engkau berikan kepada mereka perlindungan dan jaminan Allah serta Nabi-Nya, maka janganlah engkau berikan kepadanya perlindungan Allah serta Nabi-Nya. Tetapi, berilah mereka perlindungan dan jaminan dari kamu sendiri dan pasukanmu. Karena jika kamu berikan perlindungan dan jaminanmu beserta pasukanmu, maka itu lebih ringan resikonya daripada engkau berikan perlindungan danjaminan Allah serta Nabi-Nya. Apabila kamu mengepung benteng musuh lalu mereka ingin agar engkau memberlakukan kepada mereka hukum Allah, maka janganlah engkau berlakukan hukum Allah kepada mereka. Tetapi, berlakukanlah kepada mereka hukum dari kamu sendiri; karena kamu tidak tahu apakah kamu benar-benar telah memberlakukan hukum Allah kepada mereka atau belum”  [HR. Muslim no. 1731].

Sabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam :

أُمِرتُ أنْ أقاتِلَ الناس حتَّى يقولوا : لا إله إلا الله ، فمن قال : لا إله إلا الله عَصَمَ منِّي مالَه ونَفسَهُ إلا بحقِّه ، وحِسَابُه على الله

”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan : ’Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah’. Barangsiapa yang mengatakan : Laa ilaaha illallaah, terlindungi dariku harta dan jiwanya kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata'ala” [HR. Al-Bukhari no. 25,1399,2946, 6924,7284; Muslim no. 20-22; At-Tirmidzi no. 2733-2734; Ibnu Majah no. 3297-3299; Al-Baihaqi no. 12894,12897-12899; Ibnu Hibban no. 174,175, 216,218,219; dan yang lainnya].

Sejarah telah mencatat bahwa penegakan jihad thalabiy ini sampai ke negeri Hindustan. Ibnu Katsir menjelaskan :

وقد غزا المسلمون الهند في أيام معاوية سنة أربع وأربعين، وقد غرا الملك الكبير الجليل محمود بن سبكتكين، صاحب غزنة، في حدود أربعمائة، بلاد الهند فدخل فيها وقتل وأسر وسبى وغنم ودخل السومنات وكسر الند الاعظم الذي يعبدونه، واستلب سيونه وقلائده، ثم رجع سالما مؤيدا منصورا.

”Pada masa kekhalifahan Mu’awiyyah radliyallaahu ’anhu, kaum muslimin telah menyerang negeri Hind pada tahun 44 H. Demikian pula raja Ghaznah yang mulia dan terhormat bernama Mahmud bin Subuktatin telah menyerang negeri Hind ini sekutar tahun 104 H. Ia dapat menerobos masuk wilayah Hind, berhasil melumpuhkan tentara Hind, menawan tawanan, dan merebut ghanimah. Ia berhasil merebut Suminat (yaitu daerah suatu kaum yang meyakini reinkarnasi), ia berhasil menghancurkan berhala besar yang disembah-sembah. Ia merampas pedang-pedang dan perhiasan-perhiasan Hind yang terkenal itu. Kemudian ia kembali dengan selamat, tertolong, dan membawa kemenangan” [lihat Al-Bidaayah wan-Nihaayah 6/249].

Namun, kebencian dan permusuhan yang kita berikan kepada orang kaum kafir ini tidaklah mengkonsekuensikan kita boleh berlaku dhalim terhadap mereka. Kita tetap boleh bermuamalah secara ma’ruf serta tetap dituntut berlaku ’adil dengan mereka selama mereka tidak berbuat dhalim kepada kita.

Allah ta’ala berfirman :

لاّ يَنْهَاكُمُ اللّهُ عَنِ الّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرّوهُمْ وَتُقْسِطُوَاْ إِلَيْهِمْ إِنّ اللّهَ يُحِبّ الْمُقْسِطِينَ

”Allah tiada melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” [QS. Al-Mumtahanah : 8].

Ayat di atas merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah dalam hal hubungan dan muamalah dengan orang-orang kafir secara baik dan penuh kebajikan, sebagai balasan atas kebaikan yang telah mereka lakukan kepada kita.

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :

هذه الآية رخصة من الله تعالى في صلة الذين لم يعادوا المؤمنين ولم يقاتلوهم. قال ابن زيد: كان هذا في أول الإسلام عند الموادعة وترك الأمر بالقتال ثم نسخ. قال قتادة: نسختها "فاقتلوا المشركين حيث وجدتموهم" [التوبة: 5]. وقيل: كان هذا الحكم لعلة وهو الصلح، فلما زال الصلح بفتح مكة نسخ الحكم وبقي الرسم يتلى.

”Ayat ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah bagi orang-orang (kafir) yang tidak memerangi kaum mukminin dan tidak memusuhinya. Ibnu Zaid berkata : ’Sikap semacam ini terjadi di permulaan Islam dan pada waktu perdamaian dan gencatan senjata lalu dihapus’. Qatadah berkata : ’Ayat tersebut dimansukh oleh ayat : ’Maka bunuhlah orang musyrik itu dimana saja kamu menjumpainya’ (QS. At-Taubah : 5). Ada pula yang mengatakan : ’Ayat di atas tadi berlaku karena ada sebab tertentu, yaitu perdamaian. Ketika hilang hukum perdamaian dengan adanya Fathu Makkah, maka terhapuslah hukumnya, tinggal bacaannya’”.

Dan yang benar bahwa hukum yang terkandung dalam ayat ini tetap berlaku (tidak terhapus secara mutlak). Berbuat baik kepada orang kafir dalam hal muamalah keduniaan tidaklah mengharuskan untuk menanamkan kecintaan kepada mereka dalam hati. Sebab, kecintaan mempunyai konsekuensi pembolehan untuk menjadikan mereka teman dekat, pemimpin, penolong, mempercayakan amanah kepada mereka, dan yang lainnya sebagaimana dijelaskan oleh ulama. Dan itu terlarang secara asal dalam Islam. Allah ta’ala telah berfirman :

لاّ يَتّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّهِ فِي شَيْءٍ إِلاّ أَن تَتّقُواْ مِنْهُمْ تُقَاةً

”Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka”.[QS. Aali ’Imraan : 28]

الّذِينَ يَتّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزّةَ فَإِنّ العِزّةَ للّهِ جَمِيعاً

”(Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. [QS. An-Nisaa’ : 139]

Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

ثم البر والصلة والإحسان لا يستلزم التحابب والتوادد المنهي عنه في قوله تعالى ‏:{ لاّ تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ يُوَآدّونَ مَنْ حَآدّ اللّهَ وَرَسُولَهُ}  الآية فإنها عامة في حق من قاتل ومن لم يقاتل والله أعلم‏.‏ ا هـ‏.

”Kemudian,... kebajikan, hubungan, dan kebaikan tidak mengharuskan adanya kecintaan dan kasih sayang yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan seperti yang terkandung dalam firman Allah : ”Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya”.  Ayat ini bersifat umum, berlaku bagi setiap orang kafir yang memerangi maupun tidak memerangi. Wallaahu a’lam”.

Permusuhan antara kaum muslimin dengan Yahudi ini akan terus abadi hingga hari kiamat kelak. Bahkan, tidak akan tegak hari kiamat hingga kaum muslimin memerangi dan menghabisi kaum Yahudi (yang kafir) sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam :

لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود فيقتلهم المسلمون حتى يختبئ اليهودي من وراء الحجر والشجر فيقول الحجر أو الشجر يا مسلم يا عبد الله هذا يهودي خلفي فتعال فاقتله إلا الغرقد فإنه من شجر اليهود

”Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi yang bersembunyi di balik batu dan pohon, namun batu dan pohon itu berkata : ’Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia !’. Kecuali pohon Gharqad, karena ia adalah pohon Yahudi”.

Peperangan ini adalah peperangan antara keimanan dan kekafiran. Bukankah bendera Yahudi ini akan berada di belakang Dajjal ? Bukankah Dajjal ini adalah fitnah yang paling besar yang muncul di akhir jaman ? Bukankah tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnah kekafiran yang dibawanya ? Tidaklah ’Isa bin Maryam kelak memerangi dan membunuh Dajjal dan orang-orang Yahudi (juga Nashrani) melainkan peperangan untuk menegakkan kalimat Allah dan menghancurkan kekafiran dan segala simbolnya.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

1 komentar:

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif :
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus