Mungkin masih sedikit banyak yang tahu kalau sebenarnya di Kota Surabaya ini mempunyai 2 situs gunung. Dua gunung tersebut terletak di daerah barat dan daerah Timur dari Kota Surabaya. Di daerah barat bernama Gunung Sari sedangkan di daerah Timur bernama Gunung Anyar. Di sekitar kedua Gunung tersebut saat ini telah menjelma sebagai kawasan padat penduduk yang yang sangat ramai penghuninya. Dari kedua situs gunung tersebut tersebut yang saat ini masih bisa di bilang aktif adalah Gunung Anyar Surabaya. Legenda Gunung Anyar Surabaya ini sedikit banyak mengundang berbagai pertanyaan dari banyak masyarakat tentang keberadaan Gunung Anyar itu sendiri.
Bentuk fisik dari Gunung Anyar sekarang ini adalah berupa gundukan tanah setinggi kurang lebih 10 meter dan sekelilingnya berupa hamparan pasir yang sering di gunakan oleh warga sekitar untuk bermain sepak bola. Hingga saat ini Gunung Anyar ini masih bisa di bilang aktif, kerena dari puncaknya mesih mengeluarkan lumpur panas yang bercampur dengan cairan seperti minyak.Lelehan muntahan Gunung Anyar ini bisa mengalir hingga meluber ke sekitar gunung. Meskipun demikian beberapa ahli telah menyatakan bahwa Gunung Anyar ini aman.
Banyak cerita mengenai Legenda dari Gunung Anyar Surabaya ini. bahkan cerita ini sudah di ceritakan secara turun – temurun. Berikut beberapa versi Legenda Gunung Anyar yang bisa admin himpun berdasarkan cerita – cerita dari para Tetua kampung di kawasan Gunung Anyar Tersebut.
Legenda Gunung Anyar Surabaya ini berawal dari kisah pelanggaran terhadap aturan adat yang berlaku. Di ceritakan, awalnya kondisi Gunung Anyar Surabaya ini adalah berbentuk gunung yang mempunyai kawah api seperti gunung pada umumnya. Keberadaan dari Gunung Anyar ini bahkan di ceritakan lebih dahulu ada sebelum Gunung Semeru. Tanah di sekitar Gunung Anyar ini terbilang sangat subur, dan masyarakat di sekitar Gunung Anyar ini hidup dengan cara bercocok tanam. Sayangnya tidak di jelaskan nama dari desa tersebut. Di Gunung Anyar ini terdapat aturan adat yang telah ada secara turun temurun menyatakan, bahwa siapa saja yang berada di kawasan Gunung Anyar ini agar tidak memukulkan periuk nasi yang terbuat dari bambu ke tanah. Aturan adat ini di pegang secara kuat selama turun – temurun.
Kisah Legenda Gunung Anyar ini bermula dari sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan anak gadisnya. Pada suatu pagi sang ibu meminta sang anak untuk membantunya membersihkan periuk nasi bekas makan semalam. Namun karena sang anak kurang berkenan untuk membantu, jadinya hanya membantu sekenanya saja. Akibatnya ketika periuk nasi sudah di cuci, sang ibu masih melihat adanya bekas nasi yang terselip di dalam periuk nasi tersebut. Lantas untuk membersihkan bekas nasi tersebut, sang Ibu memukulkan periuk nasi secara terbalik ke atas tanah dengan maksud agar nasi yang masih menempel bisa terlepas.
Setelah memukulkan periuk nasi tersebut, sang Ibu baru ingat akan aturan adat yang berlaku di kawasan Gunung Anyar. Namun hal tersebut sudah terlambat, sang ibu telah melanggar aturan adat yang telah di gariskan oleh para leluhur. Dalam waktu sekejab tanah di kawasan Gunung Anyar terasa berguncang hebat, di sertai dengan angin puting beliung yang menyapu seluruh desa, bahkan datang pula mendung tebal dan hujan yang sangat deras. Saking ganasnya alam, kejadian ini berlangsung selama 40 hari dan 40 malam. Akibat dari kejadian ini Gunung Anyar yang tadinya berupa gunung besar , sekarang hanya menjadi gundukan tanah saja, namun sisa – sisa keaktifannya masih ada dengan adanya cairan lumpur bercampur minyak yang masih tetep keluar hingga saat ini.
Gunung Anyar ini juga mempunyai kawah yang mengeluarkan lumpur terus-menerus dari jaman dulu sampai sekarang, akan tetapi debit lumpur-nya kecil tidak membahayakan sekitarnya, dari kawah lumpur yang keluar ini juga menambah tingginya gunung itu tapi memerlukan waktu yang lama. Tinggi gunung itu sekarang kurang lebih setinggi rumah tingkat dua dan diperkirakan tingginya dari permukaan tanah kurang lebih sepuluh meter. Inilah uniknya sebenarnya gundukan tanah akan tetapi disebut gunung juga inilah kenyataan sekarang. Sebelumnya juga penulis bertanya dalam hati, aneh ya gundukan tanah kok disebut gunung ?
Bukan berhenti saja sampai disitu apa penyebabnya buka Gunung kok disebut Gunung, dari rasa ingin tahu ini penulis juga bertanya kepada teman kerja yang rumahnya di Gunung Anyar itu, tapi teman saya itu tidak tahu sebabnya mengapa kok disebut Gunung. Suatu saat kebetulan penulis bicara ngobrol dengan seorang sopir, katanya asli orang Gunung Anyar dan penulis berkata aneh ya Gunung Anyar itu kecil tidak seperti layaknya gunung-gunung ukurannya besar. Disinilah kemudian supir itu bercerita, ceritanya itu dari nenek moyangnya yang diceritakan terus turun-temurun sampai sekarang, supir itu asli orang Gunung Anyar.
Gunung Anyar dulunya merupakan gunung yang besar dan gunung yang normal yaitu termasuk gunung hidup kawah-nya merupakan kawah api dan bukan lumpur. Kehidupan di Gunung Anyar merupakan kehidupan diatas gunung yang lengkap dengan lembah dan tebing. Kehidupan sebagian besar rakyat bertani dan berkebun dengan tanah yang subur. Pesan dari nenek moyangnya jika hidup di Gunung Anyar ada larangan tidak boleh nggedukno Wakul (memukulkan Wakul posisi Wakul tengkurap). Wakul adalah tempat menyimpan nasi sesudah di tanak, nasi ditempatkan dalam Wakul. Wakul ini terbuat dari anyaman bambu. Pesan ini turun-temurun diperhatikan oleh rakyat dari generasi ke generasi yang hidup di Gunung Anyar. Jika dilanggar akan ada bencana besar begitu keterangan yang disampaikan kepada anak cucunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar