Seorang ulama besar dan wali agung di masanya yang bernama Maulana al-Habib Asy-Syariif Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini Radhiyallahu tabaaraka wa ta'aalaa 'anhu telah memberikan banyak pengajaran yang sangat berharga bagi kita, umat islam, dalam rangka meniti kehidupan fana ini agar senantiasa berada dalam jalan lurus yang sesuai dengan syariat islam atau sesuai dengan apa yang telah digariskan dan diajarkan oleh baginda agung Nabiyullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dari sekian banyak pengajaran dan nasihat berharga dari beliau, salah satu diantaranya yang sangat penting dan akan kami share pada kesempatan kali ini adalah perihal tips atau kiat-kiat agar kita bisa terhindar dari maksiat. Tips ini dalam rangka meningkatkan kewaspadaan diri dan kesadaran diri bahwasanya Allah senantiasa bersama kita dan Maha Mengetahui apa yang setiap detik kita lakukan, baik lahir maupun bathin. Oleh karena itu, penting kiranya bagi kita untuk senantiasa menjaga diri baik dzahir maupun batin kita dari segala hal yang tidak diridhai atau bisa menjurus pada hal yang membuatNya tidak berkenan terhadap apa yang kita lakukan tersebut. Mengingat hal ini sangat penting bagi setiap muslim, maka Maulana al-Habib Asy-Syarif Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini membimbing dan memberikan petunjuk mulia dan berharga agar kita bisa terhindar dari dosa dan maksiat. Lalu bagaimanakah petunjuk beliau tentang hal ini ?
Nah, berikut ini petunjuk berharga beliau yang admin kutipkan dari salah satu kitab beliau yang sangat fenomenal dan menjadi rujukan bagi masyarakat muslim khususnya masyarakat pesanten dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak kepada Allah dan kepada sesama makhluk. Kitab yang dimaksud adalah kitab Risalatul Mu'awanah, dan berikut nasihat selengkapnya dari kitab tersebut:
وَمَتَي رَاَيْتَ مِنْ نَفْسِكَ تَكَاسُلًا عَنْ طَاعَتِكَ اَوْ مَيْلًا اِلَي مَعْصِيَتِهِ فَذَكِّرْ َها بِأَنَّ اللهَ يَسْمَعُكَ وَيَرَاك َوَيَعْلَمُ سِرَّكَ وَنَجْوَاكَ. فَإِنْ لَمْ يُفِدْهَا هَذَا المَذْكُوْرُ لِقُصُوْرِ مَعْرِفَتِهَا بِجَلَالِ اللهِ تَعَالَي فَاذْكُرْ لَهَا مَكَانَ المَلَكَيْنِ الكَرِيْمَيْنِ الَّذيْنِ يَكْتُبَانِ الحَسَنَاتِ وَ السَّيِّئَاتِ وَاتْلُ عَلَيْهَا : اِذْ يَتَلَقَّي المُتَلَقِّيَانِ عَنِ اليَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ فَإِنْ لَمْ تَتَأَثَّرْ بِهَذَا التَّذْكِيْرِفَاذْكُرْلَهَا بِقُرْبِ المَوْتِ وَاِنَّهُ اَقْرَبُ غاَئِبٍ يُنْتَظَرُ وَخَوِّفْهَا بِهُجُوْمِهِ عَلَي غَيْرِكَ وَاِنَّهُ مَتَي نَزَلَ بِهَا تَنْقَلِبُ بِخُسْرَانٍ لَا اَخِرَ لَهُ فَإِنْ لَمْ يَنْفَعْهَا هَذَا التَّخْوِيْفُ فَاذْكُرْ لَهَا مَا وَعَدَ اللهُ بِهِ مَنْ اَطَاعَهُ مِنَ الثَّوَابِ وَتَوَعَّدَ بِهِ مَنْ عَصَاهُ مِنَ العَذَابِ الأَلِيْمِ وَقُلْ لَهَا يَا نَفْسُ مَا بَعْدَ المَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتِبٍ وَمَا بَعْدَ الدُّنْيَا مِنْ دَارٍ اِلَّا الجَّنَّةُ اَوْ النَّاُر فَاخْتَارِي لِنَفْسِكَ اِنْ شِئْتَ طَاعَةً تَكُوْنُ عَاقِبَتُهَا الفَوْزَ وَ الرِّضْوَانَ وَ الخُلُوْدَ فِي فَسِيْحِ الجِنَانِ وَ النَّظْرَ اِلَي وَجْهِ الكَرِيْمِ المَنَّانِ وَ اِنْ شِئْتَ مَعْصِيَةََ يَكُوْنُ اَخِرُهَا الخِزْيَ وَ الهَوَانَ وَ السُّخْطَ وَ الحِرْمَانَ وَ الحُبْسَ بَيْنَ طَبَقَاتِ النِّيْرَانِ
Artinya:
"Apabila engkau merasa malas untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan merasa ingin melakukan kemaksiatan, maka ingatkanlah dirimu sendiri bahwasanya Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui Apa yang menjadi rahasia dan bisikan batinmu. Apabila cara ini tidak berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan dua malaikat yang amat mulia, yang senantiasa diperintah oleh Allah untuk mencatat amal kebaikan dan keburukan. Selanjutnya katakanlah kepada nafsumu, "Idz yatalaqal mutalaqiyaani 'anil yamiini wa 'anisy syimaali qa'iidun maa yalfadzu min qaulin illaa ladaihi raqiibun 'atiid ((yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir)". Apabila cara ini tidak juga berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan dekatnya maut. Sesungguhnya maut adalah sedekat-dekatnya perkara gaib yang setiap orang pasti menunggu datangnya waktu kematian. Apabila ia datang sedangkan engkau sedang melakukan perkara yang tidak diridhai oleh Allah, maka engkau akan mendapatkan kerugian yang tidak akan pernah putus. Apabila cara ini tidak juga berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan janji Allah bahwa Ia akan memberikan pahala kepada siapapun yang taat kepadaNya, dan memberikan ancaman berupa adzab yang sangat pedih bagi orang yang berbuat kemaksiatan dan dosa kepadaNya. Setelah itu, katakanlah kepada nafsumu, "Hai nafsu, tiadalah kesempatan untuk bertaubat setelah datangnya kematian, dan tiadalah tempat kembali setelah dunia kecuali kampung surga dan neraka. Maka pilihlah untuk dirimu. Jika engkau taat kepada Allah maka engkau akan mendapatkan keberuntungan, ridha Allah, kekal di dalam surga, dan dapat memandang wajahNya yang Maha Mulia. Sebaliknya, apabila engkau menginginkan maksiat, maka engkau akan mendapatkan kesedihan, kehinaan, kemarahan Allah, terhalang dari rahmat Allah, dan engkau akan terpenjara dalam derita di neraka."
Penjelasan:
Kalam berharga dari Maulana al-Habib Asy-Syarif Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini di atas merupakan sebuah peringatan bagi kita bahwa menaklukkan hawa nafsu bukanlah perkara yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Menaklukkan hawa nafsu ibarat menaklukkan musuh yang amat tangguh dan karenanya merupakan salah satu jihad akbar atau jihat yang paling besar dan pahala serta kemuliaan bagi yang mampu mengalahkan nafsunya juga amat besar di sisi Allah ta'ala. Karena itulah kita sebagai seorang muslim harus memiliki agenda yang nyata dalam kaitannya memerangi hawa nafsu ini.
Di antara sekian banyak hawa nafsu yang seringkali menyerang kita adalah rasa malas dan kecenderungan untuk melakukan kemaksiatan. Apabila hal ini menyerang diri kita, maka menurut wejangan dari Maulana Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad di atas harus dilawan dengan beberapa jurus. Yaitu:
Mengingatkan kepada nafsu kita bahwasanya Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui apa yang kita lakukan dan apa yang terbersit dalam relung hati terdalam sekalipun.
Mengingatkan kepada hawa nafsu kita bahwasanya kita senantiasa diawasi oleh dua hamba Allah yang mulia, yaitu malaikat Raqib dan Atit, yaitu dua malaikat yang memiliki tugas mencatat amal manusia, baik itu amal baik ataupun amal jelek.
Mengingatkan nafsu kita untuk mengingat mati, sebab mati itu merupakan perkara gaib yang paling dekat dengan kehidupan kita dan setiap orang pasti akan merasakannya. Karena itu dibutuhkan persiapan matang dan bekal yang cukup agar kita tidak rugi di alam kehidupan setelah kematian.
Mengingatkan nafsu kita tentang pahala yang akan diterima oleh hamba yang bersedia taat kepada Allah dan tentang adzab pedih bagi yang melakukan kemaksiatan dan dosa kepadaNya.
Memerintahkan kepada nafsu kita untuk memilih antara melakukan ketaatan atau kemaksiatan. Apabila memilih untuk melakukan ketaatan maka kabarkanlah kepada nafsu kita akan janji Allah berupa keberuntungan, ridha, dan keabadian hidup di surga kelak. Selain itu kabarkanlah kepadanya akan nikmat terbesar yaitu dapat memandang wajah Allah yang Maha Mulia. Sebaliknya apabila nafsu kita cenderung memilih kemaksiatan, maka kabarkanlah bahwa ia akan mendapatkan kerugian, kesedihan, kehinaan, dan kehidupan yang amat menyesakkan di neraka kelak.
Demikianlah kalam nasihat Maulana al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini dalam kitab beliau yang berjudul Risalatul Mu'awanah. Semoga apa yang kami sajikan pada kesempatan malam ini dapat bermanfaat dan mendapatkan ridha dari Allah ta'ala. aamiin
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar