Wisata religi memang selalu menarik untuk ditelusuri. Seperti halnya yang terjadi di makam Wali Nyatoq yang berada di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah atau 49 km dari kota Mataram. Menurut masyarakat setempat Wali Nyatoq merupakan seorang wali yang melegenda di kawasan Lombok Barat. Mereka yakin bahwa Wali Nyatoq memang benar adanya yang bisa memperlihatkan tanda-tanda kewaliannya. Sesuai dengan namanya “Nyatoq” yang berarti “nyata”. Konon katanya Wali Nyatoq adalah keturunan bangsa Arab terlihat dari postur tubuhnya.
Wali Nyatoq mempunyai 33 nama, salah satunya adalah Sayyid Abdullah yang banyak dikenal oleh masyarakat luas. Karena diyakini menjadi salah satu tokoh yang menyebarkan ajaran Islam, kini makam tersebut menjadi jujugan warga yang sedang melakukan ritual agama seperti berdoa. Doa yang sering dilantunkan oleh para peziarah adalah doa keselamatan. Selain itu mereka yang datang biasanya juga berdoa agar diberi kesembuhan dari penyakit yang sedang diderita.
Kepercayaan bahwa berdoa di lokasi ini membuat permintaan cepat terkabul tidak hanya diyakini oleh masyarakat setempat namun juga oleh warga di luar Lombok. Beberapa peziarah di makam Wali Nyatoq ini ada yang berasal dari pulau Jawa. Kepercayaan bahwa lokasi ini menjadi tempat yang mujarab sudah menyebar dari mulut ke mulut sehingga mengundang penasaran beberapa wisatawan dari luar pulau.
Kebanyakan peziarah datang ke makam Wali Nyatoq pada hari Rabu. Konon katanya, pada hari inilah Wali Nyatoq mencurahkan berkah sepenuhnya kepada para pengunjung yang datang ke tempat ini. Tidak itu saja, pengunjung juga percaya bahwa beragam masalah yang mendera mereka akan tuntas dan mendapatkan jalan keluar saat berziarah ke makam Wali Nyatoq. Untuk orang yang melakukan kesalahan tetapi tak mau mengatakan maka orang ini akan dibawa menuju makam tersebut demi bersumpah dan selanjutnya disuruh meminum air tanah yang berasal dari tanah makam tersebut. Barang siapa yang bersalah, maka setelah meminum air tersebut akan mengalami hal-hal yang buruk. Oya, karena keberadaan makam tersebut sangat bermakna bagi warga setempat maka mereka tidak mentoleransi usaha-usaha perusakan sekecil apapun.
Air makam Wali Nyatok pun dikeramatkan, sehingga acapkali dipakai sebagai sarana untuk mengungkap suatu kasus meresahkan yang terjadi di desa itu. Misalnya saja jika ada warga yang kecurian, kemudian ada seseorang yang dicurigai, orang itu langsung digelandang ke makam Wali Nyatoq untuk disumpah. Di sana, di hadapan warga, orang itu akan diminta meminum air tanah tersebut. Mereka yang merasa mencuri, tidak akan bersedia meminumnya karena akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada dirinya.
Bisa dibilang, makam Wali Nyatoq sangat diistimewakan masyarakat setempat. Seperti Yang Biasa Aku Liat makam tersebut identik dengan keberadaan masjid tua Rembitan -- yang usianya diduga mirip dengan masjid tua Bayan dan masjid tua Pujut. Fondasi bangunan masjid dari tanah. Namun gambaran yang khas dari masjid itu adalah tali-temalinya menggunakan bahan ijuk dan tali saot -- sejenis akar gantung pada tumbuhan hutan. Sedangkan tali pengikat atap alang-alang disebut male.
Abad Ke-16
Masjid tua Rembitan dengan bentuk atap tumpang dan tanpa serambi itu diperkirakan dibangun pada abad ke-16. Babad Lombok menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Lombok dibawa Sunan Prapen, putra Sunan Giri dari Gresik. Dibangunnya Masjid Rembitan itu sering dihubungkan dengan tokoh penyebar agama Islam di daerah Rembitan Wali Nyatoq.
Wali Nyatoq merupakan penyebar Islam yang masuk ke kawasan selatan Lombok Tengah di mana masyarakat semula merupakan pemeluk animisme. Dalam menyebarkan Islam, Wali Nyatok pun mengimplementasikannya dalam kegiatan sehari-hari lewat tingkah laku yang baik.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, pada saat Wali Nyatoq meninggal dunia, jenazahnya ditandu. Konon begitu akan dikuburkan, jasadnya menghilang. Yang tinggal hanya kain kafan dan keranda yang kemudian dimakamkan. Begitu kuatnya keterikatan masyarakat dengan tokohnya itu membuat hubungan masyarakat dengan makam tersebut tidak bisa dipisahkan. Karena itu, tidak ada seorang pun yang berani menggugat keberadaan makam itu.
Perihal kedatangan ke Pulau Lombok tidak jelas.
Berdasarkan penuturan TGH Najamuddin Ma’mun (Pengasuh PP Darul Muhajirin, Praya, Lombok Tengah) menuliskan dalam bahasa sasak tulisan Arab Melayu. Wali Nyatoq datang dari arah barat dan menamakan dirinya Raden Datang. Kisah Raden Datang seringkali dikaitkan dengan cerita Mamiq Butuh dan Inaq Butuh alias Amaq Bangkol dan Inaq Bangkol. Sekitar tahun 1800-an di zaman kerajaan Karangasem yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Djelantik dan masih menguasai Lombok. Disebutkan sebuah cerita tentang kedatangan Raden Datang yang mampir ke Pondok Mamiq Butuh yang tinggal di desa Rembitan, Pujut Lombok Tengah. Mamiq Butuh adalah seorang penggembala kerbau.
Kedatangan Raden Nyatoq secara tiba-tiba yang sebelumnya didahului oleh kedatangan Raden Farnas. Ketika itu, Mamiq Butuh sangat bersedih dengan linangan air mata karena ditinggalkan pergi oleh Raden farnas. Raden farnas adalah anak angkatnya dan tinggal bersamanya selama 8 tahun, akan tetapi kemudian Raden Farnas secara tiba-tiba menghilang. Di tengah kesedihan Mamiq Butuh, tiba-tiba datanglah seorang pemuda yang sebelumnya dianggap Raden Farnas. Tetapi sebenarnya adalah Raden Datang. Setelah lama bercerita Raden Datang diperkenankan untuk tinggal bersama Mamiq Butuh dan diangkat menjadi anak angkat. Selang beberapa waktu kemudian Raden Farnas akhirnya kembali pulang. Mamiq Butuh sangat senang dan sangat terhibur hatinya berarti kini ia telah mempunyai dua anak angkat untuk membantu menggembalakan kerbaunya.
Hubungan Raden Farnas dan Raden Datang sangat dekat layaknya seorang saudara kandung. Mamiq Butuh sangat berbahagia meskipun ia tidak memiliki keturunan tetapi Allah SWT mengkaruniakannya dua orang pemuda. Kasih sayang yang diberikan kepada kedua pemuda itu layaknya seperti anak kandungnya sendiri. Keduanya terkenal sangat ulet dan rajin. Ketekunan dan kerajinan Raden Farnas dan raden Datang dalam menggembalakan kerbau menjadi buah bibir masyarakat di desa Rembitan. Kedua pemuda itu sedikitpun tidak pernah mengeluh, teman-teman sesama penggembala sangat senang berkawan dengan keduanya. Raden farnas dan Raden Datang pun sangat menghargai teman-temannya, sikap dan tutur katanya selalu dijaga agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
Setelah tujuh tahun bersama Mamiq Butuh, Raden Datang mengajukan permintaan kepada ayah angkatnya. Ia meminta untuk dikhitan. Permintaan tersebut disambut gembira. Bukan hanya Raden Datang yang dikhitan tetapi Raden Farnas juga ikut dikhitan. Pada hari Kamis, tganggal 12 (tidak disebutkan tahunnya) dilangsungkan acara khitanan yang sangat meriah. Berbagai acara hiburan didatangkan untuk menghibur para tamu undangan yang datang. Suguhan berbagai macam makanan serta suara tetabuhan gendang beleq, rebana terdengar bertalu-talu mengiringi kebahagiaan masyarakat Rembitan pada waktu itu. Banyak kemudian masyarakat setempat mengikuti tatacara upacara seperti yang dilakukan Mamiq Butuh.
Masuknya ajaran agama Islam yang mereka terima hanya sebatas keimanan, ajaran itupun belum terlalu sempurna, mereka menganut ajaran kepercayaan Wetu Telu dan pengaruh budaya animisme dan dinamisme yang masih kental. Adapun kemudian yang mengikuti acara khitanan seperti itu adalah Aman, Dona, Demin, Leman, Brahim, Samaq, Beruraq, Bika, dan Lembain. Mereka adalah teman dekat Raden Datang sesama penggembala kerbau. Tahun-tahun berikutnya banyak yang mengikuti tradisi tersebut.
Lima tahun setelah dikhitan, tepatnya pada hari Kamis tanggal 13 bulan Rajab. Raden farnas dan Raden Datang mengajak teman-teman untuk bermain layang-layang di sebuah padang yaitu Lendang Batu Beleq yaitu di sebelah selatan desa Rembitan. Ketika layang-layang naik dengan kencang Raden Datang menyuruh Raden Farnas untuk memegang tali layang-layang, seketika itu juga Raden Farnas melesat ke atas bersama layang-layang. Ketika di atas Raden Farnas melihat sekumpulan orang mengelilingi kotak hitam dan mengelilinginya. Akhirnya dijawab oleh Raden Datang bahwa yang dilihat itu adalah Ka’bah dan orang yang keliling itu adalah sedang bertawaf mengelilingi Ka’bah. Kejadian inipun disaksikan secara nyata oleh teman-temannya dan apa yang dilihat adalah sama seperti yang dilihat oleh raden Farnas.
Kejadian ganjil berikutnya adalah Raden datang menyruh Raden Farnas untuk menunggu kerbaunya sementara ia mau pergi shalat Jum’at di Makkah dan berjanji akan membawakan teman-temannya Bagek Mekah (kurma). Tiga jam kemudian Raden Datang kembali dengan membawa sekarung kurma yang dijanjikan kepada teman-temannya. Para sahabatnya kembali terheran-heran dan menanyakan tentang Makkah, shalat Jum’at, akan tetapi Raden Datang kemudian menjelaskan secara rinci. Berita ini kemudian tersiar sampai ke pelosok desa dan kampung. Berita tentang karomah dan kewalian Raden Datang membuat masyarakat Rembitan terkagum-kagum dan mereka mulai mempercayai bahwa Raden Datang benar-benar seorang Waliyullah.
Semenjak peristiwa itu, masyarakat desa Rembitan semakin tunduk serta yakin dengan keshalehan Raden Datang. Sebagai seorang wali beliau memiliki kharomah yang tinggi, kekaroimahan yang sulit ditunjukkan dengan pikiran waras. Kelebihan yang diberikan oleh sang pencipta menembus batas akal pikiran sehat, logika . masyarakat mulai mengikuti sikap dan prilaku Raden Datang yang biasa shalat Jum’at. Raden Datang kemudian mengajak masyarakat untuk membangun masjid. (Masjid tersebut terletak di sebuah Gunung di desa Rembitan).
Setelah sekian lama bersama Mamiq Butuh kesedihanpun mulai menimpa Raden Datang. Mamiq Butuh sakit-sakitan kemudian meninggal dunia. Selang tujuh tahun kemudian Inaq Butuhpun meninggal dunia. Belum kering air mata kesedihan Raden Datang, tujuh tahun kemudian Raden Farnas menyusul. Hari-hari dilaui seperti biasanya menggembala kerbau bersama teman-temannya.
Pada suatu ketika Raden Datang menunjukkan gelagat yang aneh. Ia menggali lubang. Prilaku ini menimbulkan keheranan bagi teman-temannya. Ia berpesan “lakukanlah apa yang menjadi pekerjaan kalian. Aku hanya ingin istirahat dalam lubang tanah ini”. Iapun masuk ke dalam lubang, sampai tiga kali teman-temannya memeriksanya tetapi ia masih terlihat sedang tertidur. Tetapi keempat kalinya setelah waktu Isya. Raden datang menghilang dari tempat pembaringannya. Masyarakat Rembitan sangat sedih dengan berita menghilangnya Raden Datang. Karomah dan kewaliannya betul-betul nyata sehingga disebut “Wali Nyatoq”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar