Translate

Sabtu, 14 April 2018

Disunahkan Berqurban Bagi Musafir

Qurban merupakan salah satu ibadah yang asal muasalnya dari kisah Nabi Ibrahim ‘alayhis salam dan Nabi Isma’il ‘alayhis salam, hal ini diabadikan oleh Allah Subahanhu wa Ta’alaa didalam Al-Qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَفَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُمِنَالصَّابِرِينَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْصَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَالْبَلَاءالْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, 5.kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (QS. Ash-Shaaffat 37 : 102-107)

Safar (perjalanan jauh) merupakan sesuatu yang melelahkan fisik. Bahkan Rasul menyebutnya sebagai sepenggal dari adzab. Sebagimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;

السَّفَرُ قِطْعَةٌ من الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ فإذا قَضَى أحدكم نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إلى أَهْلِهِ

“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa makna hadits tersebut adalah, “Seseorang terhalangi dari kelezatan dan kenikmataan makan, minum, dan tidurnya yang disebabkan oleh kesulitan, rasa letih, cuaca panas, dingin, rasa takut dan was-was serta perpisahan dengan keluarga dan kawan karib” (Syarh Shahih Muslim 13/70)

Imam al-Juwaini rahimahullah pernah ditanya tentang sebab penyebutan safar sebagai potongan dari adzab, “karena musafir berpisah dengan orang-orang yang dicintainya”, jawabnya.

Oleh karena itu ada beberapa keringanan (rukhshah) yang diberikan oleh syari’at kepada orang yang dalam perjalanan (musafir).

Disunnahkan bagi seorang musafir untuk berkurban, meski hal itu tidak wajib baginya. Ini adalah madzhab jumhur ulama. An-Nawawiy rahimahullah berkata :

يستحب التضحية للمسافر كالحاضر هذا مذهبنا وبه قال جماهير العلماء وقال أبو حنيفة لا أضحية على المسافر وروى هذا عن علي رضى الله عنه وعن النخعي

“Disukai (disunnahkan) berkurban bagi musafir sebagaimana orang yang hadir. Ini adalah madzhab kami (Syaafi’iyyah), dan inilah yang menjadi pendapat jumhur ulama. Abu Haniifah berkata : ‘Tidak ada kurban bagi musafir’. Dan diriwayatkan juga pendapat ini dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu dan (Ibraahiim) An-Nakha’iy” [Al-Majmuu’, 8/426].

Pendapat inilah yang dirajihkan Ibnu Hazm rahimahullah dalam Al-Muhallaa (5/314-315).

Dalil yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama antara lain :

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: ذَبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِيَّتَهُ، ثُمَّ قَالَ يَا ثَوْبَانُ: " أَصْلِحْ لَحْمَ هَذِهِ "، فَلَمْ أَزَلْ أُطْعِمُهُ مِنْهَا حَتَّى قَدِمَ الْمَدِينَةَ.

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb : Telah menceritakan kepada kami Ma’n bin ‘Iisaa : Telah menceritakan kepada kami Mu’aawiyyah bin Shaalih, dari Abuz-Zaahiriyyah, dari Jubair bin Nufair, dari Tsaubaan, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyembelih hewan kurbannya, kemudian bersabda : “Wahai Tsaubaan, simpan daging kambing ini baik-baik (agar awet)”. Aku senantiasa memberi makan beliau dengan daging tersebut hingga tiba di Madiinah [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1975].

Dalam lain riwayat disebutkan penyembelihan beliau dilakukan saat safar [Diriwayatkan oleh Al-Haakim 4/230 dan Al-Baihaqiy 9/295 (9/497)]; atau saat berada di Minaa waktu haji wada’ [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1975, Ad-Daarimiy no. 1960, dll.].

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ، قَالُوا: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ، عَنْ عِلْبَاءَ بْنِ أَحْمَرَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَحَضَرَ الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَةِ سَبْعَةً، وَفِي الْجَزُورِ عَشَرَةً ".

Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Huraits dan yang lainnya, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Muusaa, dari Husain bin Waaqid, dari ‘Ilbaa’ bin Ahmar, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Kami pernah bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan (safar). Tibalah hari ‘Iedul-Adhlaa. Lalu kami berserikat sebanyak tujuh orang untuk seekor sapi dan sepuluh orang untuk seekor onta” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 905 dan 1501; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/466-467].

أَخْبَرَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ فِي حَدِيثِهِ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنِ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: كُنَّا فِي سَفَرٍ، فَحَضَرَ الْأَضْحَى، فَجَعَلَ الرَّجُلُ مِنَّا يَشْتَرِي الْمُسِنَّةَ بِالْجَذَعَتَيْنِ وَالثَّلَاثَةِ، فَقَالَ لَنَا رَجُلٌ مِنْ مُزَيْنَةَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَحَضَرَ هَذَا الْيَوْمُ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَطْلُبُ الْمُسِنَّةَ بِالْجَذَعَتَيْنِ وَالثَّلَاثَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الْجَذَعَ يُوفِي مِمَّا يُوفِي مِنْهُ الثَّنِيُّ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Hannaad bin As-Sariy dalam haditsnya, dari Abul-Ahwash, dari ‘Aashim bin Kulaib, dari ayahnya, ia berkata : Kami pernah berada di satu perjalanan (safar). Lalu tibalah hari ‘Iedul-Adlhaa. Salah seorang dari kami lalu membeli dua atau tiga ekor kambing musinnah (untuk disembelih). Lalu ada seorang laki-laki dari Muzainah berkata kepada kami : “Dulu kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan, lalu tibalah hari ini (yaitu ‘Ied). Kemudian ada seseorang yang mencari  dua atau tiga ekor kambing yang cukup umur (untuk disembelih). Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya kambing jadza’ah mencukupi apa-apa yang mencukupi bagi musinnah” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 4383; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa’iy, 3/179].

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَحَاضَتْ بِسَرِفَ قَبْلَ أَنْ تَدْخُلَ مَكَّةَ، وَهِيَ تَبْكِي، فَقَالَ: " مَا لَكِ أَنَفِسْتِ؟ "، قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: " إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ، فَاقْضِي مَا يَقْضِي الْحَاجُّ، غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ "، فَلَمَّا كُنَّا بِمِنًى أُتِيتُ بِلَحْمِ بَقَرٍ، فَقُلْتُ: مَا هَذَا؟، قَالُوا: ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَزْوَاجِهِ بِالْبَقَرِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari ‘Abdurrahmaan bin Al-Qaasim, dari ayahnya, dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallampernah masuk menemuinya. ‘Aaisyah haidl saat tiba di Sarif sebelum memasuki Makkah, dan ia pun menangis. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada apa ? apakah engkau sedang haidl ?”. Ia menjawab : “Ya”. Beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ini adalah perkara yang telah ditetapkan oleh Allah atas para wanita. Tunaikanlah manasik sebagaimana yang ditunaikan orang yang berhaji selain thawaf di Ka’bah”. Ketika kami berada di Minaa, disuguhkan kepada kami daging sapi. Aku bertanya : “Apakah ini ?”. Mereka (para shahabat) menjawab : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkurban sapi atas nama istri-istrinya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5548].

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar