Beliau bernama Abdullah bin Muhammad bin Al-Qadli Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman bin Kuwasta. Beliau seorang imam yang alim, pemimpin para hafizh, penulis kitab-kitab besar seperti Al-Musnad, Al-Mushannaf, dan At-Tafsir. Kunyahnya adalah Abu Bakr Al-‘Absi. Lahir tahun 159 H.
Guru-Guru Beliau
Saudara beliau, ‘Utsman bin Abi Syaibah dan Al-Qasim bin Abi Syaibah Adl-Dla’if. Al-Hafizh Ibrahim bin Abi Bakr adalah anak beliau. Al-Hafidh Abu Ja’far Muhammad bin ‘Utsman adalah kemenakan beliau. Mereka semua adalah perbendaharaan ilmu. Abu Bakr yang paling terhormat di kalangan mereka. Beliau termasuk aqran (yang berdekatan secara umur dan isnad) Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, Ali bin Al-Madini dari sisi umur, kelahiran, dan hapalannya. Yahya bin Ma’in adalah yang paling tua beberapa tahun di antara mereka.
Beliau menuntut ilmu sejak masih kecil. Guru beliau yang paling tua adalah Syarik bin Abdillah Al-Qadli.
Ibnu syaibah mempunyai banyak guru, namun yang termasyhur berjumlah 51, di antaranya adalah:
a. Ismail bin Ibrahim (Ibnu ‘Aliyah), w. 193 H
b. Aswad bin Amir, w. 208 H
c. Jarir bin Abdul Hamid, w. 188 H
d. Hatim bin Ismail, w. 186 H
e. Husein bin Ali al-Ja’fi, w. 203 H
f. Hafs bin Giyas, w. 194 H
g. Hammad bin Asamah, w. 201 H
h. Holid bin Makhlad, w. 213 H
i. Rauh bin Ibadah, w. 205 H
j. Zaid bin Hubab, w. 230 H
Murid-murid Beliau
Banyak murid-murid beliau yang mendengar hadits dari beliau, diantaranya adalah :
1. Abul-Ahwash Sallam bin Sulaim.
2. Abdus-salam bin Harb.
3. Abdullah bin Mubarak.
4. Jarir bin Abdil Hamid.
5. Abul-Khalid Al-Ahmar.
6. Sufyan bin Uyainah.
7. Ali bin Mushir.
8. Ibad bin Awwam.
9. Abdullah bin Idris.
10. Khalaf bin Khalifah (ada yang menyatakan bahwa ia seorang tabi’I).
11. Abdul-Aziz bin Abdish-Shamad Al-Amiyyi.
12. Umar bin Ubaid Ath-Thanafisi dan dua orang saudaranya yaitu :
13. Muhammad, dan
14. Ya’la.
15. Ali bin Hasyim Al-barid.
16. Husyaim bin basyir.
17. Abdul-A’la bin Abdil-A’la.
18. Waki’ bin Al-Jarrah.
19. yahya Al-Qathhan.
20. Isma’il bin Iyasy.
21. Abdurrahim bin Sulaiman.
22. Abu Mu’awiyyah.
23. Yazid bin Al-Miqdam.
24. Marhum Al-Athar, dan lain-lain di Iraq dan Hijaz.
Beliau adalah lautan ilmu dan dijadikan contoh dalam kekuatan hapalannya. Diantara yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah Syaikhain (Bukhari dan Muslim), Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’I, dan para rekan beliau. Namun At-Tirmidzi tidak meriwayatkan dalam Jami’-nya. Demikian pula Muhammad bin Sa’ad Al-Khathib, Muhammad bin Yahya, Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah, Abu Bakar bin Abi Ashim, Baqiyyu bin Makhlad, Muhammad bin Wadlah – seorang muhaddits dari negeri Andalus – , Al-Hasan bin Sufyan, Abu Ya’la Al-Maushuli, dan lain-lain.
Para Murid Beliau yang Meriwayatkan Hadits
a. Imam Ahmad bin Hanbal, pemilik kitab musnad
b. Imam Al-Bukhari, pemilik kitab shahih, Muhammad bin Ismail al-Ja’fi
c. Muhammad bin Muslim (Imam Muslim)
d. Abu Daud, pemilik kitab sunan, Sulaiman bin Asy’ats as-Sijistani
e. Ibnu Majah, pemilik kitab sunan, Muhammad bin Yazid al-Qazwaini
f. Abu Bakr bin Abi ‘Ashim
g. Baqi bin Makhlad
h. Al-Baghawi, pemilik kitab tafsir
i. Hasan ibn Sufyan al-Syaibani
j. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal
k. Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi
Diantara yang mengeluarkan hadis untuknya dengan perantaraan Ahmad adalah an-Nasa’iy, Ahmad bin Hanbal, Muhammad ibnu Sa’ad, Abu Zur’ah, Abu Hatim Abdullah bin Ahmad Ibrahim al-Harby.
Al-Bukhari meriwayatkan hadis darinya sebanyak 30 hadis. Sementara muslim sebanyak 1540 hadis.
Komentar Para Ulama tentang Beliau
yahya bin Abdul Hamid Al-Himami mengatakan : “Anak-anak Ibnu Abi Syaibah adalah para ulama. Mereka berdesak-desakan dengan kami ketika belajar dari setiap muhaddits.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “Abu Bakr seorang yang sangatjujur (shaduq) dan lebih aku sukai daripada saudaranya, Utsman”.
Imam Ahmad bin Abdillah Al-Ijli mengatakan : “Abu Bakar adalah seorang yang tsiqah (terpercaya), ia juga seorang hafidh (penghapal) hadits”.
Amr bin Ali Al-Fallas menyatakan : “Aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat hapalannya daripada Abu Bakr bin Abi Syaibah. Dia datang kepada kami bersama Ali Al-Madini, kemudian membacakan 400 hadits dengan cepat dan hapal di hadapan Syaibani, kemudian berdiri dan pergi”.
Imam Abu Ubaid mengatakan : “Hadits terhenti (habis) pada empat orang, yaitu Abu Bakar bin Abi Syaibah yang cepat mengambil, Ahmad yang paling paham, Yahya bin Ma’in yang paling banyak mengumpulkan, dan Ali bin Al-Madini yang paling alim”.
Muhammad bin Umar bin Ala Al-Jurjani mengatakan : “Aku bertanya kepada Ibnu Abi Syaibah ketika aku bersamanya di Jabbanah : Wahai Abu bakr, ketika engkau belajar dari Syarik, umurmu berapa?’. Beliau berkata : Ketika itu aku masih berumur 14 tahun, dan ketika itu aku lebig hapal hadits daripada hari ini”.
Abdan Al-Ahwazi mengatakan : “Abu bakr duduk di sebuah tiang, sedangkan saudaranya, Masybudanah, Abdullah bin Barrad dan lain-lain semua diam kecuali Abu Bakr; dia berbicara. Tiang itu, kata Ibnu Adi, adalah tiang yang biasa diduduki oleh Ibnu Uqdah. Ibnu Uqdah pernah berkata kepadaku : Inilah tiang tempat Ibnu Mas’ud mengajar, kemudian diganti Al-Qamah, kemudian diganti Ibrahim, Manshur, Sufyan Ats-Tsauri, Waki’, Ibnu Abi Syaibah, dan setelah beliau, Muthayyin, kemudian Ibnu Said”.
Shalih bin Muhammd Al-hafidh Jarrah mengatakan : “Orang yang pernah aku jumpai yang paling tahu tentang hadits dan illat-illat-nya adalah Ali Al-madini dan yang paling tahu tentang tashhif (perubahan lafadh baik secara bacaan, titik maupun huruf, dan lain-lain) para syaikh adalah Ibnu ma’in. Serta yang paling hapal di antara mereka ketika mudzakarah (berdialog) adalah Abu Bakr bin Abi Syaibah.
Al-hafidh Abul-Abbas bin Uqdah berkata bahwa ia mendengar Abdurrahman bin Khirasy mengatakan bahwa Abu Zur’ah pernah menyebutkan : “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih hapal daripada Ibnu Abi Syaibah”. Maka Abdurrahman bin Khirasy berkata : “Hai Abu Zur’ah, bagaimana dengan teman-teman kami dari Baghdad?”. Beliau berkata : “Tinggalkanlah teman-temanmu, mereka adalah orang-orang yang gersang. Aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat hapalannya daripada Ibnu Abi Syaibah”.
Al-Khathib berkata : “Abu Bakr Adalah Seorang yang mutqin (kuat hapalan) lagi hafidh. Beliau menulis Al-Musnad, Al-Ahkam, dan At-Tafsir. Dan dia juga menyampaikan hadits di Baghdad bersama dua saudaranya : Al-Qashim dan Utsman”.
Pada tahun 234 H, kata Ibrahim Nafthawaih, Al-Mutawakkil membuat cemas para fuqahaa dan muhadditsiin. Di kalangan mereka ada Mush’ab bin Abdillah Az-Zubairi, Ishaq bin Abi Isma’il, Ibrahim bin Abdillah Al-Harawi, Abu Bakr dan Utsman dua anak Abu Syaibah, keduanya termasuk para huffadh. Kemudian mereka diberi surat tugas. Lalu Al-Mutawakkil menyuruh mereka untuk menyampaikan hadits-hadits yang mengandung bantahan terhadap kaum Mu’tazilah dan Jahmiyyah. Majelis Utsman ada di kota Manshur yang berkumpul menuntut ilmu darinya sekitar tiga puluh ribu orang. Sedangkan Abu Bakr di Masjid Rushafah dan dia lebih terkenal daripada saudaranya. Muridnya berjumlah sekitar tiga puluh ribu orang.
Abu Bakr adalah seorang yang kuat jiwanya. Bila dia menjumpai sebuah hadits yang Yahya bin Ma’in tafaradda (menyendiri dalam meriwayatkannya) dari Hafsh bin Ghiyats, dia akan mengingkarinya seraya berkata : “Darimana dia mendapatkan hadits ini? Ini buku Hafsh, tidak ada hadits itu di dalamnya”.
Imam Ad-Daruwardi mengatakan : “Abu bakr adalag seorang hafidh, sulit dicari tandingannya, kokoh dalam redaksi hadits”.
Ibnu Hajar berkata : “Dia seorang Kufi yang tsiqah lagi hafidh. Dia memiliki banyak karangan”.
Ibnu Qani’ berkata : “Dia tsiqah”.
Adz-Dzahabi berkata : “Abu bakr termasuk orang yang melompati jembatan. Dan kepadanya berakhir ke-tsiqah-an”.
Karya-karya Beliau
1. Al-Mushannaf.
2. At-tarikh. Kitab ini ada di Berlin dengan nomor perpustakaan 9409.
3. Kitaabul-Iimaan.
4. Kitaabul-Adab.
5. Tafsir Ibnu Abi Syaibah.
6. Kitaabul-Ahkaam.
7. Kitaab Taabul-Qur’an.
8. Kitaabul-Jumal.
9. Kitaabur-Radd alaa Man Radda alaa Abi hanifah.
10. Kitaabul-Futuh.
11. Al-Musnad.
Wafat Beliau
Beliau wafat, kata Imam Bukhari, pada bulan Muharram tahun 235 H. Dan Al-Khathib Al-baghdadi menambahkan dengan wafat di waktu isya’ yang akhir. Imam Ibnu Syaibah adalah salah seorang ahli hadis yang disepakati oleh ahli ilmu. Semoga kita bisa mengikuti jalan beliau di ataa kebaikan. Amiin.
KITAB AL-MUSHANNAF
Al-Mushannafat adalah salah satu jenis dari kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih yang meliputi hadis-hadis marfu’, mauquf, dan maqthu’. Sehingga dalam kitab tipe ini akan banyak ditemukan perkataan-perkataan Nabi SAW, perkataan sahabat, fatwa tabi’in, dan terkadang fatwa tabi’ tabi’in. Di sinilah letak perbedaannya dengan kitab hadis tipe sunan yang sangat jarang berisi hadis-hadis mauquf dan maqthu’. Di antara kitab mushannafat yang terkenal adalah al-mushannaf karya Abu Bakr ibn Abi Syaibah al-Kufi, al-mushannaf karya Abu Bakr Abd al-Rozzak ibn Hammam al-Shan’ani, al-mushannaf karya Baqi ibn Makhlad al-Qurthubi, al-mushannaf karya Abu Shofyan Waqi’ ibn Jarrah al-Kufi, al-mushannaf karya Abi Salamah Hammad ibn Salamah al-Bashri dan lain sebagainya.
Kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah adalah satu dari sekian kitab-kitab yang tersusun di dalamnya hadits-hadits ahkam, bab-bab tentang fiqh, dan dikenal dengan sebutan mushannaf, disebut dengan nama ini sebagaimana kitab-kitab yang terkandung di dalamnya sunah-sunah, atau apa yang berkaitan dengannya, sebagian dinamakan dengan Mushannaf, ada juga jami’an, dan lain sebagainya. Sebagaimana ucapan al-Kattani. Imam Malik menamakan kitabnya Muwaththa’, kecuali Ibnu Abi Syaibah tidak menamakan kitabnya dengan sebuah nama sebagaimana kebanyakan orang pada masanya.
Al-hafizh Ibnu Katsir berkata, “Ibnu Syaibah adalah Pemilik Mushannaf yang belum ada seorang pun menyusun yang semisalnya, baik sebelum dan sesudahnya. Pensifatan (ungkapan pujian) ini yang berasal dari Ibnu Katsir menjelaskan kita betapa berharga dan pentingnya kitab ini, maka Ibnu Katsir yang merupakan ahli hadits dan orang yang berilmu luas, tidak mungkin mengutarakan pendapat seperti ini kecuali kepada kitab yang memang berhak mendapatkan pujian seperti itu. Keunggulan kitab ini ada pada pemahaman dan pemaparannya yang banyak dari hadits-hadits, atsar-atsar dan pendapat tabi’in yang membuatnya menjadi rujukan dasar pada pendapat ahli fatwa sari sahabat dan tabi’in.
Dalam muqaddimah kitabnya, Ibnu Syaibah tidak menjelaskan metode yang di gunakan, akan tetapi ulama setelahnya berusaha menjelaskan metodenya.
Kitab mushannaf karya Ibnu Syaibah di awali dari jilid pertama yaitu, kitab thaharah dengan nomor hadits 1-2135, jilid ke dua yaitu kitab sholat jum’at dengan nomor 2136-5632, jilid ke tiga yaitu, kitab shalat dua hari raya dan semua shalat dengan nomor 5633-8956, jilid ke empat yaitu, kitab puasa dan jenazah dengan nomor 8957-12263, jilid ke lima yaitu, kitab iman dan nudzur dengan nomor 12267-16139, jilid ke enam yaitu, kitab jihad dan nikah dengan nomor 16140-19902, jilid ke tujuh yaitu, kitab jual beli dan berburu dengan nomor 19903-23864, jilid ke delapan yaitu, kitab pengobatan dan adab dengan nomor 23865-27244, jilid ke sembilan yaitu, kitab diyat dan do’a dengan nomor 27245-30514, jilid ke sepuluh yaitu, kitab fadhailul qur’an dengan nomor 30515-33128, jilid ke sebelas yaitu, kitab dzikir dengan nomor 33129-35229, jilid ke duabelas yaitu, kitab zuhud dengan nomor 35230-37549, jilid ke tiga belas yaitu, kitab al-maghaziy dengan nomor 37550-38957.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar