Translate

Rabu, 21 Oktober 2015

Sedikit Menganal Sejarah Kuno Di Batang

Apa nan ada dalam pikiran Anda jika mendengar kata batang ? Niscaya Anda akan mengira itu ialah batang pohon. Tidak sepenuhnya salah, namun tahukah Anda jika ada nama sebuah wilayah nan dinamakan dengan Batang? Ya Batang merupakan salah satu kabupaten nan ada di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.

Mengapa kabupaten Batang dinamakan dengan Batang? Apakah di sana banyak ditumbuhi oleh batang pohon nan rindang? Tidak juga, nan niscaya Kabupaten Batang merupakan kota loka masakan Serabi Kalibeluk berasal.

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten nan dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah nan terletak di Pantai Utara Jawa tengah. Letaknya nan berada di bagian utara dari Jawa Tengah membuat Kabupaten Batang menjadi kabupaten nan memiliki batas langsung dengan Bahari Jawa. Dapat dikatakan Kabupaten Batang juga merupakan daerah pesisir nan ada di Pulau Jawa, selain Cilacap, Cirebon, dan Jepara.‎

Batang – Kabupaten Pesisir Utara di Jawa Tengah
Setiap daerah memiliki kekayaan alamnya masing-masing dan menjadi daya tariknya tersendiri, tak terkecuali dengan Kabupaten Batang. Indonesia nan kaya akan keanekaragaman budaya, tak akan terlihat sebagai bangsa nan kaya tanpa didukung dengan pembangunan nan merata di seluruh wilayahnya, dan Kabupaten Batang ikut menyumbangkan keanekaragaman tersebut sehingga menambah kekayaan alam Indonesia.

Kabupaten Batang ikut mengembangkan pertumbuhan perekonomian buat wilayah Jawa bagian utara. Letaknya nan cukup strategis nan menghubungkan Jakarta-Surabaya membuat Kabupaten Batang menjadi jalur ekonomi. Hal tersebut juga ditunjang dengan arus transportasi dan gerak nan sangat tinggi sehingga membuat Kabupaten Batang berkembang sangat prospektif dari waktu ke waktu.

Kabupaten Batang memiliki luas wilayah 78.864,16 Ha, dengan berbatasan pada Bahari Jawa di sebelah utara, Kabupaten Wonosobo di sebelah selatan, Kabupaten Kendal di sebelah timur, dan Kota Pekalongan di sebelah barat.

Letaknya nan berbatasan dengan Bahari Jawa di bagian utara, membuat Kabupaten Batang merupakan wilayah kombinasi antara daerah pesisir, dataran rendah serta pegunungan. Perpaduan kombinasi wilayah tersebut membuat Kabupaten Batang memiliki potensi sebagai wilayah nan memiliki aspek agroindustri, agrobisnis sekaligus agrowisata nan sangat potensial. Kabupaten Batang dapat dijangkau dari beberapa wilayah di pulau Jawa, seperti Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Kendal, Semarang, Surabaya dan Jakarta.

Kabupaten Batang nan jika dilihat di peta tidaklah begitu luas, namun ternyata menyimpan kekayaan alam berupan pegunungan. Tidak mau kalah dengan wilayah lain di Pulau Jawa nan memiliki gunung nan megah, Kabupaten Batang juga memiliki gunung-gunung nan juga tidak kalah indahnya.

Kabupaten Batang memiliki lima gunung nan menyanggah wilayahnya, nan terdiri dari Gunung Prau setingga 2565 dpal, Gunung Sipandu setinggi 2241 dpal, Gunung Gajah Mungkur setinggi 2101 dpal, Gunung Alang setinggi 2239 dpal, dan Gunung Butak nan memiliki ketinggian 2222 dpal. Bagi Anda nan suka naik gunung, Kabupaten Batang dapat menjadi salah satu tujuan Anda.‎

Pariwisata Kabupaten Batang
Apa nan kepar menjadi pusat perhatian ketik kita mengunjungi suatu daerah? Sudah niscaya loka wisatanya. Nah, Kabupaten Batang juga menyediakan berbagai lokasi wisata nan menarik buat Anda. Hal itu menunjukkan betapa uniknya Indonesia, nan memiliki berbagai kekayaan alamnya nan tidak ternilai, termasuk dengan potensi nan ada di Kabupaten Batang. Kabupaten Batang tak hanya memiliki kekayaan berupa potensi alam, tetapi juga kaya akan situs sejarah. Mau tahu apa saja kekayaan alam dan sejarah nan menjadi prospek pariwisata Kabupaten Batang?‎

1. Agrowisata Salak Sodong di Kabupaten Batang
Kabupaten Batang merupakan penghasil salak Sodong nan cukup dikenal di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Anda dapat menikmati manisnya salak Sodong nan pusatnya terletak di Desa Sodong, Kecamatan Wonotunggal. Desa Sodong hanya berjarak 17 km dari Kabupaten Batang. Desa ini terletak pada ketinggian 600 – 800 m dari permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut Desa Sodong juga memiliki potensi alam berupa curug atau air terjun.
2. Wisata Curug Genting di Kabupaten Batang
Tidak hanya di Desa Sodong saja nan memiliki curug atau air terjun, tetapi Kecamatan Blado juga terdapat curug nan dinamakan dengan Curug Genting. Curug Genting ini terletak di sebelah selatan dari Kota Batang sejauh 38 km. Air terjun ini memiliki ketinggian 40 m, dikelilingi oleh gugusan pohon pinus. Anda dapat bayangkan betapa hijaunya lokasi Curug Genting tersebut, sehingga sangat tepat Anda jadikan sebagai lokasi rekreasi alam nan menyenangkan.
3. Wisata Curug Gombong di Kabupaten Batang
Masih ada lagi air terjun nan membentang di wilayah Kabupaten Batang ini selain Curug Genting, yaitu Curug Gombong. Uniknya curug ini hanya memiliki ketinggian 13 m saja, tetapi mengeluarkan air terjun nan deras membelah bebatuan di bawahnya. Curug Gombong ini letaknya di Kecamatan Subah, tepatnya di bagian selatan Subah.‎

4. Wisata Laut di Kabupaten Batang
Sebagai kabupaten nan letaknya berbatasan dengan Bahari Jawa, membuat kabupaten Batang memiliki wisata laut nan tak kalah menariknya dengan daerah pesisir lainnya di Indonesia. Wisata laut nan dimaksud di sini ialah wisata pantai, nan terdiri dari:

Pantai Sigandu. Pantai ini menawarkan panorama alam tang sangat menawan di Kabupaten Batang, khususnya bila memasuki waktu sore hari. Sembari menikmati panorama pantai, kita dapat melihat aktivitas nelayan nan mendarat sehabis melaut.
Pantai Ujungnegoro. Pantai ini terletak di sebelah utara Kabupaten Batang dengan jeda 14 km dari arah timur bahari Kota Batang. Karakteristik khas dari Pantai Ujungnegoro ini ialah memiliki bagian tepi pantai dengan ketinggian 14 m dari permukaan laut, dan sangat sporadis ada di pantai-pantai lain sepanjang pantai utara Jawa. Lalu di dataran tinggi pantai ini terdapat Gua Aswotomo.
Pantai Pelabuhan. Satu lagi pantai nan ada di Kabupaten Batang, yaitu Pantai Pelabuhan. Pantai ini terletak di Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing, dengan jeda 50 Km dari pusat Kota Batang. Pantai ini lebih serng digunakan sebagai loka memancing, sebab memiliki sumber air tawar di bagian tepi pantainya.
Wisata Sejarah di Kabupaten Batang
Kabupaten Batang juga memiliki wisata sejarah peninggalan zaman kerajaan di Jawa Tengah. Bagi Anda nan menyukai wisata sejarah, terutama situs kerajaan, Anda dapat memilih Kabupaten Batang. Situs sejarah nan tertuang dalam beberapa prasasti apa saja nan dapat kita temui di Kabupaten Batang? Berikut beberapa prasasti peninggalan sejarah nan ada di kabupaten Batang di antaranya:

Prasasti Sojomerto. Prasasti ini adanya di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini dibuat sekitar abad ke-7 pada masa pemerintahan Kerajaan Syailendra. Prasasti itu memiliki 11 baris tulisan Jawa Antik nan telah terkikis dimakan usia. Prasasti tersebut berbunyi ”Sembah kepada Dhewa Syiwa Bathara Paramecwara dan semua Dhewa-Dhewa. Saya hormat kepada ”hiya Mih” ialah nan mulia Dhapunta Syailendra, Santanu ialah nama ayahnya Badharawati ialah nama ibunya, Sampura ialah nama istrinda dari nan mulia Syailendra”.
Prasasti Ganesya. Prasasti ini terletak di Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal KabupatenBatang. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Mahasin nan dipimpin oleh Raja Senna, nan terdapat dalam Situs Silurah. Prasasti Ganesya dalam Situs Silurah ini mengisahkan perjuangan Raja Senna nan berperang melawan Kerajaan Sriwijaya. Situs Silurah nan memiliki prasasti Ganesya ini berbau mistis, sehingga orang lain tak boleh sembarangan mendekatinya. Namun, Anda dapat melihat peninggalan Situs Silurah lainnya berupa Lingga dan Yoni bekas reruntuhan candi di Silurah.
Pengenalan Cagar Budaya Batang:
Makam Syeh Tholabudin di Masin Warungasem Batang

Syeikh Tholabuddin adalah keturunan dari Sunan Giri ke - 8, yang merupakan garis keturunan Rosulullah.Syeikh Tholabuddin merupakan keturunan Rosulullah yang ke - 32.
Syeikh Tholabuddin memiliki nama lain Raden Wirokusumo sebagai laskar prajurit Mataram Islam. Raden Resokusumo sebagai orang yang mempertahankan dan menjaga Agama Islam.Raden Jayokusumo sebagai pejuang yang berhasil memperjuangkan Islam dari penindasan Kolonial Belanda.
Syeikh Tholabuddin memiliki nama asli Kanjeng Kyai Syeikh Sayid Abdullah bin Sayyid Husein bin Yahya Ba'alawy.‎
Beliau wafat pada tahun 1212 Hijriyah atau sekitar tahun 1795 - 1796 Masehi.
Beliau dimakamkan di desa Masin kecamatan Warungasem.
Menurut Prof Wasino dalam bukunya yang berjudul Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten Batang, upacara khol ini sudah sejak Tahun 1960 berlangsung.Khol untuk mbah Tholabudin tokoh yamg menurut cerita tutur berasal dari salah satu prajurit Mataram yang bertugas menyerang Kompeni di Batavia.Ia tidak dapat meneruskan perjalanannya karena kehabisan perbekalan. Akhirnya memutuskan tinggal di desa Masin.Di desa inilah tokoh ini mencari sunber kehidupan baru sembari menyebarkan agama Islam.Setelah wafat dimakamkan di Pekuncen desa Masin.Makam berlokasi di dalam kubah permanen berukuran 12 x 5 x 5 m di lokasi ini setiap malam jumat kliwon banyak dikunjungi masyarakat dengan maksud tertentu.
Peringatan meninggalnya suatu tokoh  sering disebut khol.Salah satunya Khol Mbah Tholabudin dari Masin Warungasem ini. Pelaksanaan khol biasanya terjadi pada Tanggal 20 Syakban tiap tahunnya dengan acara pembacaan Al Quran malam sebelumnya dan paginya di lokasi makam diadakan acara lain pembacaan salawat badar,sambutan panitia penyelenggara pembacaan ayat suci Al Quran,sambutan pejabat tingkat MUSPIKA, hikmah dan riwayat singkat mbah Tholabudin,dan acara lain lain berupa pemberian nasi besek.Acara ditutup dengan doa oleh ulama setempat.

Prasasti Sojomerto di Reban

Prasasti Sojomerto adalah prasasti yang ditemukan di sebuah kebun kopi di Desa Sojomerto,Kecamatan Reban, Kabupaten Batang pada tahun 1940 dapat memberikan keterangan - keterangan baru bagi sejarawan Indonesia mengenai Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Sojomerto menyebutkan seorang tokoh yang bernama Dapunta Sailendra dari kerajaan Mataram kuno yang berdiri sejak awal abad ke-8 dengan raja pertamanya yaitu raja Sanjaya.

Pada umumnya masyarakat belum mengetahui mengenai keberadaan prasasti ini bahkan oleh masyarakat di daerah Batang sendiri.Prasasti ini diperkirakan usianya lebih tua dari Prasasti Canggal yaitu sebuah prasasti yang menjelaskan mengenai keberadaan Mataram Kuno yang juga dianggap sebagai prasasti paling tua di Jawa Tengah.

Prasasti Sojomerto terbuat dari batu andesit berukuran panjang43 cm,tebal7 cm dantinggi 78 cm menggunakan aksara Jawa Kuno (Kawi) dan ditulis dalam dialek Bahasa Melayu Kuno dan berasal dari abad 7 M dan berisi mengenai persembahan kepada Dewa Siwa dan Parameswara serta silsilah Dinasti Syailendra.

Prasasti Sojomerto dapat memperkuat dugaan Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka yang mengatakan bahwa di Jawa tengah hanya ada satu dinasti yaitu dinasti Syailendra saja bukan dinasti Sanjaya dan Syaelendra.Dinasti ini beragama siwa.

Isi dari Prasasti Sojomerto ini bersifat keagamaan (Siwais). Adapun isi dari Prasasti Sojomerto memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.

Tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Salinan dalam Bahasa Aslinya :
1. … – ryayon çrî sata …
2. … _ â kotî
3. … namah ççîvaya
4. bhatâra parameçva
5. ra sarvva daiva ku samvah hiya
6. – mih inan –is-ânda dapû
7. nta selendra namah santanû
8. namânda bâpanda bhadravati
9. namanda ayanda sampûla
10. namanda vininda selendra namah
11. mamâgappâsar lempewângih

Terjemahan :
Karena beberapa aksaranya rusak terkikis usia, maka yang disampaikan disini adalah penfsirannya.
Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa
… dari yang mulia Dapunta Selendra
Santanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama istri dari yang mulia Selendra.

Situs Balekambang Gringsing
Di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, di sebuah tempat dekat perkebunan karet dan persawahan yang tak jauh dari jalur kereta api (koordinat -6.936476,110.010335) yang dinamakan dengan Balekambang terdapat bekas pesanggrahan.

Balekambang terdiri dari kata bale dan kambang yang artinya tempat terapung. Balekambang adalah sumber mata air yang besar yang airnya muncul dari bawah pohon beringin yang tumbuh diatas sekitas Balekambang. Airnya digunakan oleh petani sekitar untuk mengairi sawah, sesaat pada siang hari untuk mencuci karet bagi orang yang mencari sisa karet dari perkebunan karet sebelah barat Balekambang.

Konon tempat ini adalah pesanggrahan peninggalan Sultan Mataram yang dulu pernah membendung kekuatan untuk melakukan penyerangan ke Batavia setelah Ki Bahurekso berhasil membuka Alas Roban. Di sinilah logistik disimpan.

Kawasan  ini juga dinamakan Tunggorono. Oleh warga sekitar Tunggorono dipercaya sosok yang memiliki daerah tersebut namun di kisah pewayangan Tunggorono adalah sebuah tempat. Kawasan ini dilindungi sosok ular besar berkepala Kala yang sampai sekarang ditandai dengan Arca Ular yang berada di bawah pohon beringin.

Jika dilihat, ada bekas DAM penampungan air yang rencananya akan dialirkan ke rumah warga di daerah Sidorejo, akan tetapi petani sekitar tidak menyetujui karena pasokan air untuk pengairan akan berkurang. Kemudian DAM tersebut dijebol. Pada saat pembangunannya pada jaman NIPON dan Jepang mulai memasuki wilayah ini terdapat batu angsa, ayam, dan berbagai makhluk hidup. Yang kemudian diambil oleh beberapa warga Krengseng dan sekarang belum disurvey keberadaannya.

Di sebelah kiri DAM ada beberapa pohon pisang tumbuh disertai tumbuhan rawa yang menutupi wilayah tersebut. Ternyata tempat tersebut terdapat bekas perahu yang cukup besar, keadaannya kini telah hancur dimakan usia. Akan tetapi menurut sesepuh desa masih ada sisa-sisanya. Pada tahun 1980an perahu tersebut masih terlihat akan tetapi terlihat terbalik.

Dahulu kawasan Balekambang oleh warga sekitar dianggap sebuah danau karena luasnya genangan air. Belum ada sawah seperti yang sekarang ada. Beberapa penemuan juga membuktikan bahwa ada beberapa benda laut seperti karang dan bebatuan laut. Ditambah keberadaan bekas kapal yang ada bisa jadi jika dahulu daerah ini semacam pelabuhan kecil yang terhubung dengan laut.

Di daerah ini ada tokoh yang cukup dikenal warga yaitu Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Ki Bronto pernah bertarung dengan Ki Bagus Banteng akan tetapi kalah. Ki Bagus Banteng adalah adalah sosok yang memiliki kekuatan yang tak terkalahkan seperti banteng. Sosok satu lagi adalah Mbah Ragel. Namun belum jelas keterlibatannya dengan Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Dan ketiganya belum diketahui jelas keterkaitannya dengan pesanggrahan Sultan Mataram. Pemakaman Ki Bronto dan Mbah Surgi berada di atas bekas pesanggrahan sedangkan Ki Bagus Banteng berada di dekat rel kereta api, akan tetapi karena ada proyek rel ganda kereta api akhirnya dipindahkan berjajar dengan makam Ki Bronto dan Mbah Surgi.

Dahulu ada batu Silongok yang jumlahnya enam buah. Silongok digunakan untuk melongok atau melihat. Masing-masing batu tersebut berukuran sekitar 4 meter. Namun disayangkan hancur karena ketidaktahuan pekerja proyek rel ganda kereta api yang baru baru ini dikerjakan. ‎

3 komentar:

  1. ooo... tambah pengetahuan terimakasih

    BalasHapus
  2. apakah syech tolabuddin itu putra raden said?? raden said putra muhammad jazidin.

    BalasHapus
  3. maaf admin apakah syech tollabudin memiliki putra yang bernama uzair??

    BalasHapus