Translate

Rabu, 09 November 2016

Penjelasan Tentang Siapa Ahlul-Bait

Ada yang pernah bertanya tentang siapa Ahlul-Bait sebenarnya. Karena ada yang beranggapan bahwa Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Tholib tidak mempunyai keturunan yang hidup. Serta Peristiwa Karbala yang Menorehkan sejarah kelam dimasa lalu.

Dalam kitab Syarh Ta’limul Muta’allim -salah satu kitab yang menjadi kurikulum di berbagai pesantren NU- karya Syaikh Ibrahim bin Ismail -salah seorang ulama Madzhab Syafi’i-, ketika beliau menjelaskan lafadz shalawat:

والصلاة على محمد سيد العرب والعجم وعلى آله وأصحابه

Semoga shalawat tercurah kepada Muhammad, pemimpin masyarakat Arab dan non-Arab, beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Beliau mengatakan,

وآله من جهة النسب أولاد علي وعباس وجعفر وعقيل وحارث بن عبد المطلب

“Keluarga Nabi dari sisi nasab adalah keturunan Ali, Abbas, Ja’far, Aqil (putra Abu Thalib), dan Haris bin Abdul Muthalib.” (Syarh Ta’limul Muta’allim, Hal. 3)

Pembahasan Ahlul-Bait menjadi pembahasan yang cukup penting untuk dikupas, karena ada di antara kaum muslimin yang berlebih-lebihan dalam mencintai seperti Syi’ah Rafidlah, dan di antara mereka ada yang berlebih-lebihan dalam membenci dan memusuhi seperti Nawaashib. Adapun golongan pertengahan di antara dua sisi ekstrim tersebut adalah Ahlus-Sunnah. Ahlus-Sunnah adalah ahlul-wasath. Mereka mencintai Ahlul-Bait menurut apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ عَطَاءٍ بن أبي رَبَاحٍ، حَدَّثَنِي مِنْ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ تَذْكُرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي بَيْتِهَا، فَأَتَتْهُ فَاطِمَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، بِبُرْمَةٍ فِيهَا خَزيرة، فَدَخَلَتْ بِهَا عَلَيْهِ فَقَالَ لَهَا: "ادْعِي زَوْجَكِ وَابْنَيْكِ". قَالَتْ: فَجَاءَ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ فَدَخَلُوا عَلَيْهِ، فَجَلَسُوا يَأْكُلُونَ مِنْ تِلْكَ الْخَزِيرَةِ، وَهُوَ عَلَى منامةٍ لَهُ عَلَى دُكَّانٍ تَحْتَهُ كِسَاءٌ خَيْبَرِيٌّ، قَالَتْ: وَأَنَا فِي الْحُجْرَةِ أُصَلِّي، فَأَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} . قَالَتْ: فَأَخَذَ فَضْلَ الْكِسَاءِ فَغَطَّاهُمْ بِهِ، ثُمَّ أَخْرَجَ يَدَهُ فَأَلْوَى بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي وَخَاصَّتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا"، قَالَتْ: فَأَدْخَلْتُ رَأْسِي الْبَيْتَ، فَقُلْتُ: وَأَنَا مَعَكُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ، إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman, dari Ata ibnu Abu Rabah, telah menceritakan kepadaku seseorang yang mendengarnya dari Ummu Kalsum r.a. saat ia menceritakan bahwa ketika Nabi Saw. berada di dalam rumahnya, datanglah Fatimah r.a. dengan membawa sebaki makanan, lalu Fatimah langsung masuk menemui Nabi Saw. dengan membawa makanan itu. Dan Nabi Saw. bersabda, "Panggillah suami dan kedua anakmu." Maka datanglah Ali, Hasan, dan Husain. Mereka langsung masuk menemui Nabi Saw., lalu duduk dan memakan makanan yang ada di dalam baki tersebut. Saat itu Rasulullah Saw. duduk di atas tempat tidurnya yang beralaskan kain Khaibari. Ummu Salamah mengatakan bahwa saat itu ia sedang berada di dalam kamarnya mengerjakan salat, dan pada saat itu Allah menurunkan firman-Nya:Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. mengambil Iebihan dari kain Khaibarinya itu dan menutupkannya kepada mereka berempat, kemudian beliau mengeluarkan tangannya dan menengadahkannya ke arah langit seraya berdoa: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku dan keluarga khususku, maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menyembulkan kepalanya dari kamar ke dalam ruangan rumah seraya berkata, "Apakah aku juga bersama kalian, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda:Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan, sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan.

Di dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya, dia adalah syekh (guru)nya Ata, sedangkan perawi lainnya semuanya berpredikat siqah (tepercaya).

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ وَعِنْدَهُ قَوْمٌ، فَذَكَرُوا عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَلِمَا قَامُوا قَالَ لِي: أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَا رَأَيْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ اللَّهَ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قُلْتُ: بَلَى. قَالَ: أَتَيْتُ فَاطِمَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ عَلِيٍّ فَقَالَتْ: تَوَجه إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَلَسْتُ أَنْتَظِرُهُ حَتَّى جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَعَهُ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ، آخِذٌ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِهِ حَتَّى دَخَلَ، فَأَدْنَى عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَأَجْلَسَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ، وَأَجْلَسَ حَسَنًا وَحُسَيْنًا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى فَخِذِهِ، ثُمَّ لفَّ عَلَيْهِمْ ثَوْبَهُ -أَوْ قَالَ: كِسَاءَهُ -ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} ، اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، وَأَهْلُ بَيْتِي أَحَقُّ"،

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepada kami Syaddad Abi Ammar yang telah menceritakan bahwa ia masuk ke dalam rumah Wasilah ibnul Asqa' r.a. yang pada saat itu ia sedang berbicara dengan suatu kaum. Lalu mereka menceritakan perihal Ali r.a. Ternyata mereka mencacinya, lalu ia ikut mencacinya pula mengikuti mereka. Setelah mereka bubar meninggalkan Wasilah, lalu Wasilah bertanya kepadaku (perawi), "Mengapa engkau ikut mencaci Ali?" Aku menjawab, "Aku lihat mereka mencacinya, maka aku ikut mencacinya bersama mereka." Wasilah bertanya, "Maukah aku ceritakan kepadamu apa yang pernah kulihat dari Rasulullah Saw.?" Aku menjawab, "Tentu saja aku mau." Wasilah menceritakan pengalamannya, bahwa ia pernah datang kepada Fatimah r.a. menanyakan sahabat Ali r.a. Fatimah menjawab bahwa Ali sedang pergi menemui Rasulullah Saw. Aku (perawi) menunggunya hingga Rasulullah Saw. datang dengan ditemani oleh Ali, Hasan, dan Husain radiyallahu 'anhum; masing-masing dari mereka saling berpegangan tangan. Kemudian Rasulullah Saw. masuk dan mendekatkan Ali dan Fatimah, lalu mendudukkan keduanya di hadapannya. Beliau memangku Hasan dan Husain, masing-masing pada salah satu pahanya. Sesudah itu beliau Saw. melilitkan kain atau jubahnya kepada mereka dan membaca ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Lalu beliau Saw. berkata dalam doanya: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku (keluargaku), dan ahli baitku lebih berhak.

Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abdul Karim ibnu Abu Umair, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Abu Amr Al-Auza'i berikut sanadnya yang semisal, tetapi dalam riwayat ini ditambahkan bahwa Wasilah bertanya, "Wahai Rasulullah, semoga Allah melimpahkan salawat-Nya kepadamu. Bagaimanakah dengan diriku, apakah termasuk ahli baitmu?" Rasulullah Saw. bersabda:

"وَأَنْتَ مِنْ أَهْلِي"

Dan engkaupun termasuk ahli baitku.

Wasilah berkata, "Sesungguhnya hal ini merupakan apa yang selama ini aku dambakan dan kuharap-harapkan."

ثُمَّ رَوَاهُ أَيْضًا عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ وَاصِلٍ، عَنِ الْفَضْلِ بْنِ دُكَيْن، عَنْ عَبْدِ السَّلَامِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ كُلْثُومِ الْمُحَارِبِيِّ، عَنْ شَدَّادِ أَبِي عَمَّارٍ قَالَ: إِنِّي لَجَالِسٌ عِنْدَ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ إذ ذكروا عليا فَشَتَمُوهُ، فَلَّمَا قَامُوا قَالَ: اجْلِسْ حَتَّى أُخْبِرُكَ عَنِ الَّذِي شَتَمُوهُ، إِنِّي عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَ عَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ فَأَلْقَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ كِسَاءً لَهُ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَنَا؟ قَالَ: "وَأَنْتَ" قَالَ: فَوَاللَّهِ إِنَّهَا لَأَوْثَقُ عَمَلِي عِنْدِي

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abdul Ala ibnu Wasil, dari Al-Fadl ibnu Dakin, dari Abdus Salam ibnu Harb, dari Kalsum Al-Muharibi, dari Syaddad ibnu Abu Ammar yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia duduk di hadapan Wasilah ibnul Asqa' ketika mereka sedang memperbincangkan sahabat Ali r.a., lalu mereka mencaci Ali. Setelah mereka pergi, Wasilah berkata kepadanya, memerintah­kannya untuk duduk dan jangan pergi sebelum mendengar cerita tentang orang (Ali) yang baru saja mereka caci. Wasilah ibnul Asqa' menceritakan, pada suatu hari ia berada di rumah Rasulullah Saw. Tiba-tiba datanglah Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain radiyallahu 'anhum. Lalu Rasulullah Saw. menutupi mereka dengan kain jubahnya dan berdoa: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Ya Allah, lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah diri mereka sebersih-bersihnya. Aku (Wasilah) bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah denganku?" Rasulullah Saw. bersabda, "Engkau juga (termasuk ahli baitku)" Wasilah ibnul Asqa' mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya hal ini merupakan amal yang paling kujadikan pegangan bagiku."

Siapakah Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Terjadi silang pendapat di kalangan ‘ulama dalam hal ini. Di antara pendapat-pendapat tersebut antara lain adalah :

1. Ahlul-Bait adalah istri-istri dan keturunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Para ulama yang memegang pendapat ini membawakan dalil firman Allah ta’ala :

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا * وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا * وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui” [QS. Al-Ahzaab : 32-34].

Ibnu Abi Haatim rahimahullah membawakan satu riwayat dalam tafsirnya :

من طريق عكرمة رضي الله عنه عن ابن عباس رضي الله عنهما في قوله : { إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال : نزلت في نساء النبي صلى الله عليه وسلم خاصة. وقال عكرمة رضي الله عنه : من شاء بأهلته أنها نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم.

Dari jalan ‘Ikrimah radliyallaahu ‘anhu, dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, tentang firman Allah : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait” ; ia berkata : “Ayat ini turun kepada istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara khusus”. ‘Ikrimah berkata : “Barangsiapa yang mau, aku tantang dia mubahalah, ayat ini turun tentang istri-istri Nabi ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam (saja)” [Tafsir Ibni Abi Haatim hal. 3132 no. 17675; tahqiq : As’ad Muhammad Thayyib; Maktabah Nizaar Mushthafaa Al-Baaz, Cet. 1/1417 H].

Pada awal ayat, Allah ta’ala berfirman mengenai istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Begitu juga pada akhir ayat. Pada pertengahan ayat, Allah berfirman :“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Maka, tidak ada alasan bagi mereka yang mengatakan bahwa keluarga atau ahlul-bait yang dimaksudkan bukan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Jika ada yang mengatakan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallambukan yang dimaksud oleh ayat, maka itu menyelisihi siyaq (susunan) ayat sebagaimana dhahirnya.

(-) Lantas bagaimana dengan kalimatyuthahhirakum dan ‘ankum pada ayat di atas yang menunjukkan jama’ mudzakkar(laki-laki) ?

(+) Maka dijawab : Sesungguhnya perkara yang disebutkan di awal ayat tertuju kepada para wanita secara khusus. Kemudian datang miim jama’ karena masuknya laki-laki bersama para wanita tersebut, yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagai sayyidul-bait. Apabila laki-laki masuk pada kumpulan wanita, makanun niswah berubah (kalah) menjadi miim jama’ (mudzakkar). Hal ini adalah sesuatu hal yang ma’lum (diketahui) dalam ilmu nahwu.

إذا اجتمع المذكر مع المؤنث غلب المذكر

“Apabila mudzakkar (laki-laki) danmuannats (wanita) berkumpul (dalam satu kalimat), maka dimenangkan mudzakkar”.

Selain itu, dalil yang dibawakan ulama yang merajihkan pendapat ini adalah hadits yang menyebutkan bacaan shalawat dalam tasyahud :

اللهم! صل على محمد وعلى أزواجه وذريته. كما صليت على آل إبراهيم. وبارك على محمد وعلى أزواجه وذريته. كما باركت على آل إبراهيم. إنك حميد مجيد

“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia” [HR. Al-Bukhari no. 3369 dan Muslim no. 407].

Lafadh “wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi” (dan kepada istri-istrinya serta keturunannya) merupakan penafsir dari lafadh “wa ‘alaa aali Muhammad” (dan kepada keluarga Muhammad) sebagaimana terdapat dalam riwayat lain yang dibawakan oleh Al-Bukhari :

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia” [HR. Al-Bukhari no. 3370].

Siapakah Ahlul Bait dalam Ayat Ini?

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu mengatakan,

قوله: { إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ } قال: نزلت في نساء النبي صلى الله عليه وسلم خاصة.

“Firman Allah di atas turun khusus terkait para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:410)

Ikrimah rahimahullah (salah satu ahli tafsir murid Ibnu Abbas) mengatakan,

من شاء باهلته أنها نزلت في أزواج النبي صلى الله عليه وسلم

“Siapa yang ingin mengetahui ahlul bait beliau, sesungguhnya ayat ini turun tentang para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6:411)

Kenyataan di atas sangat berseberangan dengan dogma Syiah. Mereka sangat mengkultuskan keluarga Ali, namun membenci para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib. Bukti bahwa mereka sangat membenci istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa buruk mereka bahwa para istri beliau, terutama Aisyah dan Hafshah, kekal di neraka.

2. Ahlul-Bait adalah orang-orang yang diharamkan padanya menerima zakat.

Para ulama yang memegang pendapat ini membawakan dalil sebagai berikut :

عن يزيد بن حيان. قال: قال زيد بن أرقم: قام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فينا خطيبا. بماء يدعى خما. بين مكة والمدينة. فحمد الله وأثنى عليه. ووعظ وذكر. ثم قال "أما بعد. ألا أيها الناس! فإنما أنا بشر يوشك أن يأتي رسول ربي فأجيب. وأنا تارك فيكم ثقلين: أولهما كتاب الله فيه الهدى والنور فخذوا بكتاب الله. واستمسكوا به" فحث على كتاب الله ورغب فيه. ثم قال "وأهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي". فقال له حصين: ومن أهل بيته؟ يا زيد! أليس نساؤه من أهل بيته؟ قال: نساؤه من أهل بيته. ولكن أهل بيته من حرم الصدقة بعده. قال: وهم؟ قال: هم آل علي، وآل عقيل، وآل جعفر، وآل عباس. قال: كل هؤلاء حرم الصدقة؟ قال: نعم.

Dari Yaziid bin Hayyaan ia berkata : Telah berkata Zaid bin Arqam : “Pada satu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallampernah berdiri dan berkhutbah di sebuah mata air yang disebut Khumm. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan kepada kami :“Amma ba’du, ketahuilah wahai sekalian manusia, bahwasannya aku hanyalah seorang manusia sama seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat maut) akan datang dan dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang berat, yaitu : 1) Al-Qur’an yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi Al-Qur’an itu dan berpegangteguhlah kepadanya – beliau mendorong dan menghimbau pengamalan Al-Qur’an - ; 2) Ahlul-Baitku (keluargaku). Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul-Bait-ku (beliau mengucapkan tiga kali)”. Hushain berkata kepada Zaid : “Wahai Zaid, siapakah ahlul-bait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul-baitnya ?”. Zaid bin Arqam menjawab : “Istri-istri beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam memang ahlul-baitnya. Namun ahlul-bait beliau adalah orang-orang yang diharamkan menerima zakat sepeninggal beliau”. Hushain berkata : “Siapakah mereka itu ?”. Zaid menjawab : “Mereka adalah keluarga ‘Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas”. Hushain berkata : “Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat ?”. Zaid menjawab : “Ya” [HR. Muslim no. 2408 dan Ibnu Khuzaimah no. 2357].

عن أبي هريرة يقول: أخذ الحسن بن علي تمرة من تمر الصدقة. فجعلها في فيه. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " كخ كخ. ارم بها. أما علمت أنا لا نأكل الصدقة ؟ ".

وفي رواية البخاري : أما علمت أن آل محمد لا يأكلون الصدقة

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Al-Hasan bin ‘Aliy pernah mengambil sebutir kurma dari kurma shadaqah yang kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya. Maka Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :‘Kikh, kikh, muntahkan ! Tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak boleh memakan harta shadaqah (zakat) ?”.

Dan pada riwayat Al-Bukhari : “Tidakkah engkau tahu bahwa keluarga Muhammad tidak memakan harta shadaqah (zakat) ?”[HR. Al-Bukhari no. 1485 dan Muslim no. 1069].

عن ابن أبي مُلَيكة: ((أنَّ خالد بنَ سعيد بعث إلى عائشةَ ببقرةٍ من الصَّدقةِ فردَّتْها، وقالت: إنَّا آلَ محمَّدٍ صلى الله عليه وسلم لا تَحلُّ لنا الصَّدقة)).

Dari Ibnu Abi Mulaikah : Bahwasannya Khaalid bin Sa’iid pernah diutus untuk memberikan seekor sapi shadaqah (zakat) kepada ‘Aisyah, namun ia menolaknya seraya berkata : “Sesungguhnya keluarga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallamtidak dihalalkan menerima shadaqah (zakat)“ [HR. Ibnu Abi Syaibah3/214 dengan sanad shahih].

Juga hadits ‘Abdul-Muthallib atau Muthallib bin Rabi’ah – terdapat perbedaan pendapat atas namanya – dan Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, bahwasannya mereka berdua memohon kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar ditugasi menarik zakat. Ketika mereka meminta bagian dari harta zakat, maka beliau bersabda :

إن الصدقة لاتنبغي لآل محمد. إنما هي أوساخ الناس

“Sesungguhnya shadaqah itu tidak diperkenankan bagi keluarga Muhammad, sebab ia hanyalah kotoran manusia” [HR. Muslim no. 1072].

Dapat dipahami dari larangan beliau di atas bahwa ‘Abdul-Muthallib bin Rabi’ah dan Al-Fadhl bin Al-‘Abbas – keduanya berasal dari Bani Haasyim bin ‘Abdil-Manaaf – termasuk keluarga Muhammad (Ahlul-Bait) yang terlarang menerima harta shadaqah/zakat.

Selain Bani Haasyim, sebagian ulama (seperti Asy-Syafi’iy dan Ahmad rahimahumallah) juga menambahkan Bani Al-Muthallib bin ‘Abdil-Manaaf sebagai Ahlul-Bait, karena beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganggap keduanya adalah satu :

عن جبير بن مطعم قال: مشيت أنا وعثمان بن عفان إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقلنا: يا رسول الله، أعطيت بني المطلب وتركتنا، ونحن وهم منك بمنزلة واحدة؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إنما بنو المطلب وبنو هاشم شيء واحد).

Dari Jubair bin Muth’im ia berkata : “Aku dan ‘Utsman bin ‘Affaan berjalan menuju Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kami berkata : “wahai Rasulullah, Anda memberi bagian khumus kepada Bani Al-Muthallib, namun tidak memberikannya kepada kami. Padahal kedudukan kami dan mereka terhadapmu adalah sama”. Maka beliau menjawab : “Sesungguhnya Bani Al-Muthallib dan Bani Haasyim adalah satu (sama kedudukannya)” [HR. Al-Bukhari no. 3140].

3. Ahlul Bait adalah ‘Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain; tanpa selain mereka.

Dalil yang mereka bawakan adalah hadits kisaa’ :

عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه وسلم قال نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه وسلم {إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا} في بيت أم سلمة، فدعا النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة وحسنا وحسينا فجللهم بكساء وعلي خلف ظهره فجلله بكساء ثم قال: اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا. قالت أم سلمة وأنا معهم يا رسول الله؟ قال أنت على مكانك وأنت الى خير".

Dari ‘Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : “Ayat ini (“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) turun kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam” di rumah Ummu Salamah. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Ali, Fathimah, Hasan, dan Al-Husain, lalu beliau menyelimuti mereka dengan kisaa’(kain/baju), dan beliau pun menyelimuti ‘Ali yang berada di belakang punggungnya dengan kisaa’. Kemudian beliau bersabda :“Ya Allah, mereka semua adalah Ahlul-Bait-ku. Hilangkanlah dari mereka rijs dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. Maka Ummu Salamah berkata : “Apakah aku bersama mereka wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Tetaplah kamu di tempatmu, dan kamu di atas kebaikan”[HR. At-Tirmidzi no. 3205; shahih].

Adapun yang paling kuat di antara ketiga pendapat tersebut mengenai makna Ahlul-Bait adalah orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah/zakat, yang terdiri dari : istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan keturunannya serta seluruh muslim dan muslimah keturunan Bani Haasyim (termasuk di dalamnya keluarga ‘Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas). Ini adalah pendapat paling ‘adil yang mengambil semua hadits shahih yang berkaitan dengan Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adapun klaim Syi’ah Rafidlah bahwa Ahlul-Bait itu hanyalah khusus pada keluarga dan keturunan ‘Ali saja - itupun mengeluarkan keturunan Al-Hasan bin ‘Ali dan sebagian keturunan Al-Husain - tentu saja ini tidak benar. Mereka mengambil satu hadits yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan namun membuang hadits-hadits yang lain yang bertentangan dengannya. 

Hadits tersebut diantaranya;

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَرْبِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عن أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبُرْمَةٍ لَهَا قَدْ صَنَعَتْ فِيهَا عَصيدَة تَحْمِلُهَا عَلَى طَبَقٍ، فَوَضَعَتْهَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ: "أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ وَابْنَاكِ؟ " فَقَالَتْ: فِي الْبَيْتِ. فَقَالَ: "ادْعِيهِمْ". فَجَاءَتْ إِلَى عَلِيٍّ فَقَالَتْ: أجِبْ رَسُولَ اللَّهِ أَنْتَ وَابْنَاكَ. قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: فَلَمَّا رَآهُمْ مُقْبِلِينَ مدَّ يَدَهُ إِلَى كِسَاءٍ كَانَ عَلَى الْمَنَامَةِ، فَمَدَّهُ وَبَسَطَهُ، وَأَجْلَسَهُمْ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَخَذَ بِأَطْرَافِ الْكِسَاءِ الْأَرْبَعَةِ بِشَمَالِهِ، فَضَمَّهُ فَوْقَ رُؤُوسِهِمْ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى إِلَى رَبِّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: "اللَّهُمَّ، هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا".

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zurbi, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Ummu Salamah r.a. yang menceritakan bahwa Fatimah r.a. datang menemui Rasulullah Saw. dengan membawa kiriman makanan yang diletakkannya di atas sebuah baki, lalu ia meletakkan makanan itu di hadapan Nabi Saw. Maka beliau Saw. bertanya, "Di manakah anak pamanmu (maksudnya Ali) dan kedua putramu?" Fatimah r.a menjawab, "Di rumah." Nabi Saw. bersabda, "Panggillah mereka." Fatimah datang menjumpai Ali dan berkata, "Engkau dan kedua putramu dipanggil oleh Rasulullah." Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa ketika Nabi Saw. melihat mereka datang, beliau menggelar kain kisa yang ada di atas peraduannya, lalu mempersilahkan mereka duduk di atasnya. Setelah itu beliau mengambil keempat ujung kain itu dan menyatukannya di atas kepala mereka. Kain itu dipegangnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia tengadahkan ke arah langit seraya berdoa: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku, maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.

Jalur lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوسِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: ذَكَرْنَا عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ عِنْدَ أُمِّ سَلَمَةَ، فَقَالَتْ: فِي بَيْتِي نَزَلَتْ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} . قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى بَيْتِي فَقَالَ: "لَا تَأْذَنِي لِأَحَدٍ". فَجَاءَتْ فَاطِمَةُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهَا عَنْ أَبِيهَا. ثُمَّ جَاءَ الْحَسَنُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهُ عَنْ أُمِّهِ وَجَدِّهِ، ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهُ، ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهُ، فَاجْتَمَعُوا فَجَلّلهم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِسَاءٍ كَانَ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا". فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ حِينَ اجْتَمَعُوا عَلَى الْبِسَاطِ. قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَنَا؟ قَالَتْ: فَوَاللَّهِ مَا أَنْعَمَ، وَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy, dari Hakim ibnu Sa'd yang telah menceritakan bahwa kami memperbincangkan perihal Ali ibnu Abu Talib r.a. di rumah Ummu Salamah r.a. Maka Ummu Salamah berkata bahwa ayat berikut diturunkan di rumahnya, yaitu firman Allah Swt.:Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. datang ke rumahnya, lalu bersabda, "Janganlah engkau beri izin seseorang pun masuk menemuiku." Dan datanglah Fatimah r.a. sehingga aku tidak mampu mencegahnya untuk menemui ayahnya sendiri. Kemudian datang pula Al-Hasan r.a., dan aku tidak mampu mencegahnya untuk menemui kakek dan ibunya. Lalu datanglah Al-Husain, aku pun tidak mampu menghalang-halanginya untuk menemui kakek dan ibunya. Terakhir datanglah Ali r.a., dan aku tidak mampu menghalang-halanginya untuk masuk. Akhirnya mereka berkumpul bersama Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. menghormati mereka dengan mempersilakan mereka duduk di atas hamparan kain kisanya, lalu beliau Saw. berdoa:Mereka ini adalah ahli baitku, maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Lalu turunlah ayat ini, yaitu Al-Ahzab ayat 33, saat mereka berkumpul di atas kain yang dihamparkan oleh Nabi Saw. itu. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan diriku?' Ummu Salamah berkata lagi, "Demi Allah, aku merasa tidak enak." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan."

Jalur lain.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي الْمُعَدِّلِ ، عَنْ عَطِيَّةَ الطُّفَاوِيّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ قَالَتْ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي يَوْمًا إِذْ قَالَ الْخَادِمُ: إِنَّ فَاطِمَةَ وَعَلِيًّا بِالسُّدَّةِ قَالَتْ: فَقَالَ لِي: "قُومِي فَتَنَحي عَنْ أَهْلِ بَيْتِي". قَالَتْ: فَقُمْتُ فَتَنَحَّيْتُ فِي الْبَيْتِ قَرِيبًا، فَدَخَلَ عَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ، وَمَعَهُمَا الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، وَهُمَا صَبِيَّانِ صَغِيرَانِ، فَأَخَذَ الصَّبِيَّيْنِ فَوَضَعَهُمَا فِي حِجْرِهِ فقبَّلهما، وَاعْتَنَقَ عَلِيًّا بِإِحْدَى يَدَيْهِ وَفَاطِمَةَ بِالْيَدِ الْأُخْرَى، وقَبَّل فَاطِمَةَ وقَبَّل عَلِيًّا، وَأَغْدَقَ عَلَيْهِمْ خَميصَة سَوْدَاءَ وَقَالَ: "اللَّهُمَّ، إِلَيْكَ لَا إِلَى النَّارِ أَنَا وَأَهْلُ بَيْتِي". قَالَتْ: فَقُلْتُ: وَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ. قَالَ: "وَأَنْتِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abul Ma'dal, dari Atiyyah At-Tafawi, dari ayahnya yang telah menceritakan, sesungguhnya Ummu Salamah pernah bercerita kepadanya bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di rumahnya pada suatu hari, tiba-tiba pelayan rumah berkata, "Sesungguhnya Fatimah dan Ali berada di depan pintu rumah." Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Berdirilah kamu dan menjauhlah dari ahli baitku." Maka aku bangkit dan menjauh dengan duduk di suatu sudut di dalam rumahku. Lalu masuklah Ali, Fatimah, disertai oleh Al-Hasan dan Al-Husain radiyallahu 'anhum yang saat itu keduanya masih kecil-kecil. Maka Nabi Saw. mengambil kedua anak itu, meletakkan keduanya di pangkuannya serta menciuminya. Nabi Saw. memeluk Ali r.a. dengan salah satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain memeluk Fatimah r.a. Nabi Saw. mencium Fatimah dan Ali, kemudian mengerudungi mereka dengan kain berwarna hitam dan berdoa: Ya Allah, kembalikanlah kepada-Mu bukan ke neraka, aku dan ahli baitku ini. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah denganku?' Nabi Saw. bersabda, "Juga kamu."

Jalur lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا [الْحَسَنُ بْنُ عَطِيَّةَ، حَدَّثَنَا] فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ؛ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ فِي بَيْتِهَا: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} قَالَتْ: وَأَنَا جَالِسَةٌ عَلَى بَابِ الْبَيْتِ فَقُلْتُ: يَا رسول اللَّهِ، ألستُ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ؟ فَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ، أَنْتِ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" قَالَتْ: وَفِي الْبَيْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلِيَّ، وَفَاطِمَةُ، وَالْحَسَنُ، وَالْحُسَيْنُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Atiyyah, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marruq, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id, dari Ummu Salamah r.a. yang telah menceritakan bahwa ayat ini diturunkan di rumahnya, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa saat itu ia duduk di dekat pintu rumah, lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah aku juga termasuk ahli baitmu?" Rasulullah Saw. menjawab:Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan, engkau termasuk salah seorang dari istri-istri Nabi Saw. Ummu Salamah menceritakan bahwa di dalam rumah itu terdapat Rasulullah Saw., Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain radiyallahu 'anhum.

Jalur lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَد، حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنِي هَاشِمُ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبِ بْنِ زَمْعَة قَالَ: أَخْبَرَتْنِي أُمُّ سَلَمَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ جَأَرَ إِلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ قَالَ: "هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي". قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَدْخَلَنِي مَعَهُمْ. فَقَالَ: "أَنْتِ مِنْ أَهْلِي"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Makhlad, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Hasyim ibnu Hasyim ibnu Atabah ibnu Abu Waqqas, dari Abdullah ibnu Wahb ibnu Zam'ah yang mengatakan bahwa Ummu Salamah pernah bercerita kepadanya, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. mengumpulkan Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain radiyallahu 'anhum. Lalu memasukkan mereka di bawah kain bajunya, kemudian beliau Saw. berdoa kepada Allah Swt. Sesudah itu beliau bersabda: 'Mereka inilah ahli baitku'. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia berkata meminta, "Wahai Rasulullah, masukkanlah diriku bersama mereka." Rasulullah Saw. bersabda: Engkau termasuk salah seorang ahli baitku.

Hadis lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ عَنْ زَكَرِيَّا، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ شَيْبَةَ، عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ: قَالَتْ عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذات غَدَاةٍ، وَعَلَيْهِ مِرْط مُرَحَّل مِنْ شَعْر أَسْوَدَ، فَجَاءَ الْحَسَنُ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ، ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ، ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا مَعَهُ، ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ، ثُمَّ قَالَ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Zakaria, dari Mus'ab ibnu Syaibah, dari Safiyyah binti Syaibah yang menceritakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah bercerita, "Di suatu pagi hari Rasulullah Saw. keluar dengari mengenakan kain mirt berwarna hitam yang terbuat dari bulu domba. Kemudian datanglah Al-Hasan r.a., maka beliau membawanya masuk, lalu datang pula Al-Husain r.a. dan beliau membawanya masuk. Kemudian datanglah Fatimah r.a., maka beliau membawanya masuk. Lalu datanglah Ali r.a., maka beliau membawanya masuk pula. Setelah itu beliau membaca firman-Nya: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)

Imam Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Bisyr dengan sanad yang sama.

Jalur lain.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُرَيج بْنُ يُونُسَ أَبُو الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنِ الْعَوَّامِ -يَعْنِي: ابْنَ حَوْشَب -عَنْ عمٍّ لَهُ قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى عَائِشَةَ، فَسَأَلْتُهَا عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَتْ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: تَسْأَلُنِي عَنْ رَجُلٍ كَانَ مِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ تَحْتَهُ ابْنَتُهُ وَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيْهِ؟ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا، فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ ثَوْبًا فَقَالَ: "اللَّهُمَّ، هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا". قَالَتْ: فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَنَا مِنْ أَهْلِ بَيْتِكَ؟ فَقَالَ: "تَنَحّي، فَإِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Yunus Abul Haris, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, dari Al-Awwam (yakni Ibnu Hausyab r.a.), dari salah seorang anak pamannya yang telah menceritakan bahwa ia masuk bersama ayahnya menemui Siti Aisyah r.a., lalu bertanya tentang Ali r.a. kepadanya. Maka Siti Aisyah menjawab, "Engkau bertanya kepadaku tentang seorang lelaki yang paling disukai oleh Rasulullah Saw. Istrinya adalah putri beliau dan paling dicintai olehnya?." Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya ia pernah melihat Rasulullah Saw. mengundang Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain radiyallahu 'anhum, lalu beliau menutupi mereka dengan kainnya dan berdoa: Ya Allah, mereka adalah ahli baitku, maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia mendekati mereka dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku pun termasuk ahli baitmu." Rasulullah Saw. bersabda: Menjauhlah engkau, sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan.

Hadis lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ يَحْيَى بْنِ زَبّان العَنزيّ، حَدَّثَنَا منْدَل، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِي خَمْسَةٍ: فِيَّ، وَفِي عَلِيٍّ، وَحَسَنٍ، وَحُسَيْنٍ، وَفَاطِمَةَ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Yahya ibnu Zaban Al-Anazi, telah menceritakan kepada kami Mindal, dari Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ayat ini diturunkan berkenaan dengan lima orang; diriku, Ali, Hasan, Husain, dan Fatimah, yaitu firman Allah Swt.: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)

Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan bahwa Fudail ibnu Marzuq meriwayatkannya dari Atiyyah, dari Abu Sa'id, dari Ummu Salamah r.a. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya secaramauquf melalui hadis Harun ibnu Sa'd Al-Ajali, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id r.a. Hanya Allah­lah Yang Maha Mengetahui.

Hadis lain.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ مِسْمَارٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَامِرَ بْنَ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ سَعْدٌ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ نَزَلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ، فَأَخَذَ عَلِيًّا وَابْنَيْهِ وَفَاطِمَةَ فَأَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ قَالَ: "رَبِّ، هَؤُلَاءِ أَهْلِي وَأَهْلُ بَيْتِي"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Mismar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amir ibnu Sa'd r.a. menceritakan bahwa Sa'd r.a. pernah mengatakan, "Ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. suatu wahyu, maka beliau merangkul Ali, Fatimah r.a. dan kedua putranya, lalu memasukkan mereka ke balik baju jubahnya, kemudian berdoa: Ya Tuhanku, mereka inilah keluargaku dan ahli baitku.

Hadis lain.

قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَير بْنُ حَرْبٍ، وشُجاع بْنُ مَخْلَد جَمِيعًا، عَنِ ابْنِ عُلَيَّة -قَالَ زُهَيْرٌ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي أَبُو حَيَّان، حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ حَيَّان قَالَ: انْطَلَقْتُ أَنَا وحُصَين بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: لَقَدْ لقيتَ يَا زيدُ خَيْرًا كَثِيرًا [رأيتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وسمعتَ حَدِيثَهُ، وغزوتَ مَعَهُ، وصليتَ خَلْفَهُ، لَقَدْ لَقِيَتْ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا] ؛ حَدّثنا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم. قال: يا بن أخي، والله لقدكَبرَت سِنِّي، وَقَدِمَ عَهْدِي، ونسيتُ بَعْضَ الَّذِي كنتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا حَدّثتكُم فَاقْبَلُوا، وَمَا لَا فَلَا تُكَلّفونيه. ثُمَّ قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا -بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ -فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكّر، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبُ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثِقْلَيْنِ، وَأَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ، فيه الهدى والنور، فخذوا بكتاب الله واستمسكوا بِهِ". فَحَثّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّب فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: "وَأَهْلُ بَيْتِي، أذَكِّركم اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أذكِّركم اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي" ثَلَاثًا. فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ؟ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَلَكِنْ أَهْلَ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصّدَقة بَعْدَهُ. قَالَ: ومَنْ هم؟ قال هم آل علي، وآل عَقِيل، وَآلُ جَعْفَرٍ، وَآلُ عَبَّاسٍ. قَالَ: كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ

Imam Muslim telah mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb dan Syuja' ibnu Makhlad, dari Ibnu Ulayyah. Zuhair mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Abu Hayyan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Hibban yang menceritakan bahwa ia dan Husain ibnu. Sirah serta Amr ibnu Salamah berangkat menuju ke rumah Zaid ibnu Arqam r.a. Setelah mereka duduk di majelisnya, Husain berkata membuka pembicaraan, "Hai Yazid, sesungguhnya engkau telah menjumpai banyak kebaikan, engkau telah melihat Rasulullah dan mendengar hadisnya, berperang bersamanya, dan salat di belakangnya. Sesungguhnya engkau, hai Zaid, telah menjumpai banyak kebaikan. Ceritakanlah kepada kami, hai Zaid, apa yang telah engkau dengar dari Rasulullah Saw. Zaid ibnu Arqam menjawab, "Hai anak saudaraku, demi Allah, sesungguhnya usiaku telah lanjut dan masa itu telah berlalu cukup lama sehingga aku lupa akan sebagian dari yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw. Maka apa yang kuceritakan kepada kalian, terimalah apa adanya; dan yang tidak kuceritakan kepada kalian janganlah kalian memaksakan diriku untuk menceritakannya." Kemudian Zaid ibnu Arqam r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. berdiri di antara kami di suatu tempat yang ada mata airnya yang dikenal dengan nama Khum, terletak di antara Mekkah dan Madinah, lalu beliau berkhotbah. Pada mulanya beliau memanjatkan puja dan puji kepada Allah Swt., lalu memberi nasihat dan peringatan, sesudah itu beliau bersabda: "Amma ba'du. Ingatlah, hai manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia yang sudah dekat masanya akan kedatangan utusan Tuhanku(maut), lalu aku memperkenan­kannya. Dan aku akan menitipkan kepada kalian dua tugas berat; yang pertama adalah Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka amalkanlah Kitabullah dan berpegang teguhlah kalian kepadanya. Rasulullah Saw. menekankan agar berpegang teguh kepada Kitabullah dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya, setelah itu beliau melanjutkan sabdanya: Dan ahli baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Sebanyak tiga kali. Maka Husain bertanya kepada Zaid ibnu Arqam, "Hai Zaid, siapakah yang termasuk ahli bait Nabi Saw. itu? Bukankah istri-istri beliau termasuk ahli baitnya?" Zaid ibnu Arqam menjawab, "Istri-istri beliau termasuk ahli baitnya, tetapi yang dimaksud dengan ahli bait yang sesungguhnya ialah orang-orang yang tidak boleh menerima harta zakat sesudah beliau tiada." Husain bertanya, "Lalu siapakah mereka secara jelasnya?" Zaid ibnu Arqam menjawab, "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far, dan keluarga Al-Abbas radiyallahu 'anhum.” Husain kembali bertanya menegaskan, "Mereka semua adalah orang-orang yang haram menerima zakat sesudah Nabi Saw. tiada?" Zaid ibnu Arqam menjawab, "Ya."

Kemudian Imam Muslim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ar-Rayyan, dari Hassan ibnu Ibrahim, dari Sa'id ibnu Masruq, dari Yazid ibnu Hibban, dari Zaid ibnu Arqam r.a. lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Hanya dalam riwayat ini disebutkan bahwa Husain bertanya kepada Zaid ibnu Arqam, "Bukankah istri-istri beliau termasuk ahli baitnya?" Zaid ibnu Arqam menjawab:

لَا وَايْمُ اللَّهِ، إِنَّ الْمَرْأَةَ تَكُونُ مَعَ الرَّجُلِ الْعَصْرَ مِنَ الدَّهْرِ ثُمَّ يُطَلِّقُهَا فَتَرْجِعُ إِلَى أَبِيهَا وَقَوْمِهَا. أَهْلُ بَيْتِهِ أَصْلُهُ وعَصبَته الَّذِينَ حُرموا الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ

Tidak, demi Allah, sesungguhnya seorang wanita itu di suatu masa menjadi istri seseorang lelaki, kemudian lelaki itu menceraikannya dan ia kembali kepada ayahnya serta kaumnya. Ahli baitnya ialah orang tuanya dan para asabahnya yang haram menerima zakat sesudah beliau Saw. tiada.

Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi riwayat yang sebelumnya lebih utama untuk dijadikan sebagai pegangan.

Sedangkan riwayat yang kedua ini (yakni yang terakhir) mengandung pengertian sebagai tafsir makna ahli bait yang disebutkan di dalam sebuah hadis lainnya yang menyatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan keluarga beliau Saw. adalah orang-orang yang tidak boleh menerima zakat. Atau makna yang dimaksud dengan ahli bait bukanlah terbatas hanya pada istri-istri beliau Saw. saja, bahkan pengertiannya lebih umum daripada itu.

Hipotesis ini juga merupakan pengertian gabungan antara riwayat ini dan riwayat-riwayat sebelumnya, sebagai suatu interpretasi yang paling dapat diandalkan untuk dijadikan rujukan. Interpretasi ini pun menggabungkan antara pengertian riwayat ini dan nas Al-Qur'an serta hadis-hadis lainnya yang terdahulu, jika memang sanadnya sahih, mengingat pada sebagian sanad-sanadnya masih ada hal-hal yang perlu diteliti kembali. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Dan tidak ada keraguan bagi orang yang mentadabburi al-Qur’an, bahwa istri-istri rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dalam Firman Allah ta’ala di atas.”

Putra-putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Putra-putri Rasulullah shallallahu ‘‘alaihi wa sallam ada tujuh orang, tiga laki-laki dan empat perempuan:

1). Al-Qasim, dari nama inilah nabi dipanggil kunyahnya, sehingga nabi dipanggil dengan sebutan Abul Qasim.

2). Abdullah, beliau diberi julukan at-Thahir dan at-Thayyib.

3). Ibrahim, beliau adalah anak nabi yang paling kecil.

4). Zainab

5). Ruqayyah

6). Ummu Kultsum

7). Fathimah

Semua anak-anak nabi lahir dari rahim Khadijah kecuali Ibrahim, beliau terlahir dari budak nabi Mariyah al-Qibtiyyah semoga Allah meridhai mereka semua.

Cucu-cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari putri-putri beliau, rasulullah mempunyai beberapa cucu, yaitu:

1). Umamah (anak Zainab binti rasul dengan suaminya Abil Ash bin Rabi’)

2). Ali (anak Zainab binti Rasulullah dengan suaminya Abil Ash bin Rabi’), meninggal waktu kecil.

3). Abdullah (anak Ruqayyah binti rasulullah dengan suaminya Utsman bin Affan)

4). Hasan (anak Fathimah binti rasulullah dengan suaminya Ali bin Abi Thalib) dan keturunannya.

5). Husain (anak Fathimah binti rasulullah dengan suaminya Ali bin Abi Thalib) dan keturunannya.

6). Muhsin (anak Fathimah binti rasulullah dengan suaminya Ali bin Abi Thalib), meninggal waktu kecil.

7). Ummu Kultsum (anak Fathimah binti rasulullah dengan suaminya Ali bin Abi Thalib

8). Zainab (anak Fathimah binti rasulullah dengan suaminya Ali bin Abi Thalib) radhiyallahu anhum ajma'in

Keturunan bani Hasyim

Keturunan bani Hasyim sangatlah banyak, di antaranya adalah:

Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim dan keturunannya, di antaranya tiga orang anaknya yaitu Ya’la, ‘Imarah, dan Umamah
Abbas bin Abdul Muththalib bin Hasyim dan keturunannya, di antaranya Abdullah ibnu Abbas dan Fadhl bin Abbas

Keturunan Harits bin Abdul Muththalib bin Hasyim, seperti Abu Sufyan bin al-Harits dan keturunannya.

Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim, dan keturunannya meskipun selain dari rahim Fathimah seperti Muhammad bin al-Hanafiyah.

Ja’far bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim, dan keturunannya, seperti: Muhammad, Aun dan Abdullah bin Ja’far.
Aqil bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim, dan keturunannya.

Keluarga Abu Lahab bin Abdul Muththalib bin Hasyim yang masuk Islam, seperti anaknya abu Lahab yang bernama: Utbah dan Mut’ib beserta keturunannya.

Shafiyyah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Radhiyallahu ‘anhum jami’an
Dan lain-lain.

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa anak-anak dari paman-paman nabi (keturunan Bani Hasyim) termasuk Ahli Bait, adalah riwayat yang mengatakan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata di hadapan cucu al-Harits bin Abdul Muththalib bin Hasyim dan juga Fadhl bin al-Abbas bin Abdul Muththalib bin Hasyim:

إِنَّ اَلصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍ، إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ اَلنَّاسِ

“Sesungguhnya sedekah tidak pantas untuk keluarga Muhammad, karena ia adalah kotoran harta manusia.” (HR. Muslim: 1072)

5.       Keturunan bani al-Muththalib.

Semua keturunan al-Muththalib yang masuk Islam adalah ahli bait, di antaranya adalah Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib,[11] beliau gugur setelah perang Badr -semoga Allah meridhai beliau-.

Termasuk juga Imam asy-Syafi’i rahimahullah, karena beliau adalah keturunan bani Muththalib, nama lengkap beliau adalah: Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay.

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata ketika menjelaskan ‘aqidah Ahlus-Sunnah terhadap Ahlul-Bait :

ويحبون أهل بيت رسول الله ويتولونهم ويحفظون فيهم وصية رسول الله صلى الله عليه وسلم حيث قال يوم (غدير خم) :(أذكركم الله في أهل بيتي)، وقال أيضاً للعباس عمه وقد اشتكى إليه أن بعض قريش يجفو بني هاشم فقال : (والذي نفسي بيده لا يؤمنون حتى يحبوكم لله ولقرابتي (وقال) إن الله اصطفى بني إسماعيل واصطفى من بني إسماعيل كنانة واصطفى من كنانة قريشاً واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم). ويتولون أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم أمهات المؤمنين ويؤمنون بأنهن أزواجه في الآخرة خصوصاً خديجة رضي الله عنها أم أكثر أولاده أول من آمن به وعاضده على أمره وكان لها منه المنزلة العالية والصِّدّيقة بنت الصّدّيق رضي الله عنها التي قال النبي صلى الله عليه وسلم : (فضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام).

“Dan mereka (Ahlus-Sunnah) mencintai Ahlul-Bait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, setia kepada mereka, serta menjaga wasiat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka, yaitu ketika beliau bersabda di satu hari (Ghaadir-Khum) : “Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul-Bait-ku”. Beliau juga berkata kepada pamannya, Al-‘Abbas, dimana ketika itu ia (Al-‘Abbas) mengeluh bahwa sebagian orang Quraisy membenci Bani Haasyim. Beliau bersabda :“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, mereka itu tidak beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah, dank arena mereka itu sanak kerabatku”. Beliau juga bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memilih dari Bani Isma’il yaitu suku Kinaanah, dan dari Bani Kinaanah, yaitu suku Quraisy, dari suku Quraisy, terpilih Bani Haasyim. Dan Allah memilihku dari Bani Haasyim”. Dan Ahlus-Sunnah senantiasa setia dan cinta kepada istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka adalah Ummahatul-Mukminin, serta meyakini bahwasannya mereka adalah istri-istri beliau di akhirat nanti, khususnya Khadijahradliyallaahu ‘anhaa, ibu dari sebagian besar anak-anak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah orang yang pertama kali beriman kepada beliau, mendukungnya, serta mempunyai kedudukan yang tinggi. Dan juga Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq radliyallaahu ‘anhaa dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya : “Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid atas semua jenis makanan”[selesai - Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah].

Meskipun Ahlus Sunnah mencintai dan memuliakan ahli bait, akan tetapi Ahlus Sunnah tidak melampaui batas dan ghuluw (ekstrim) dalam mencintai mereka, Ahlus Sunnah mencintai ahlu bait selama mereka mengikuti sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berada di jalan yang lurus, Ahlus Sunnah berlepas diri dari mereka jika menyimpang dari agama, meskipun mereka adalah ahli bait -apalagi yang hanya mengaku-ngaku menjadi ahli bait-, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِيْ عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِيْ عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِيْنِيْ مَا شِئْتِ لاَ أُغْنِيْ عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

“Wahai Abbas bin Abdil Muththalib (paman nabi), sedikitpun aku tidak bisa memberikan manfaat kepadamu di hadapan Allah, wahai Shafiyyah bibi rasulullah sedikitpun aku tidak bisa memberikan manfaat kepadamu di hadapan Allah, wahai Fathimah binti Muhammad mintalah hartaku sesuka hatimu, tapi sedikitpun aku tidak bisa memberikan manfaat kepadamu di hadapan Allah.” (HR. Bukhari: 2753)

Para salaf dari kalangan para sahabat dan generasi sesudahnya sangat mencintai dan memuliakan ahli bait.

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mencantumkan riwayat dalam kitabnya al-Bidayah wan Nihayah: “Dahulu ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, bertemu dengan al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (cucu nabi) dan Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhuma, maka beliau berkata kepada al-Hasan: ‘Marhaban wa ahlan untuk cucu rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam’, kemudian beliau memberikan kepada al-Hasan tiga ratus ribu (dinar), kemudian beliau berkata kepada Abdullah bin Zubair: ‘Marhaban wa ahlan untuk anak dari bibinya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam’, kemudian beliau memberikan kepadanya seratus ribu (dinar).”

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah Berkata kepada Abdullah bin Hasan bin Husain radhiyallahu ‘anhum “Jika engkau ada kebutuhan, maka kirimkanlah surat kepadaku! Sesungguhnya aku malu kepada Allah bila Ia melihat engkau (berdiri) di depan pintu rumahku. Tidak ada di muka bumi ini keluarga yang lebih aku cintai daripada kalian. Sungguh kalian lebih aku cintai dari pada keluargaku sendiri.”

Sengaja kami cantumkan di sini perkataan Muawiyah radhiyallahu ‘anhu dan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah untuk membantah prasangka buruk yang senantiasa dituduhkan oleh sekelompok orang terhadap keluarga Bani Umayyah, bahwa mereka memusuhi atau membenci ahlul bait.

‎Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain al-Ajurri rahimahullah berkata:

وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ مَحَبَّةُ أَهْلِ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، بَنُوْ هَاشِمْ: عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ وَوَلَدُهُ وَذُرِّيَّتُهُ، وَفَاطِمَةُ وَوَلَدُهَا وَذُرِّيَّتُهَا، وَالْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ وَأَوْلَادُهُمَا وَذُرِّيَّتُهُمَا، وَجَعْفَرُ الطَّيَّارُ وَوَلَدُهُ وَذُرِّيَّتُهُ، وَحَمْزَةُ وَوَلَدُهُ، وَالْعَبَّاسُ وَوَلَدُهُ وَذُرِّيَّتُهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَاجِبٌ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ مَحَبَّتُهُمْ وَإِكْرَامُهُمْ

“Diwajibkan atas setiap orang mukmin laki-laki dan orang mukmin perempuan mencintai keluarga (ahlul bait) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu: Bani Hasyim; Ali bin Abi Thalib beserta anak dan cucu-cucunya, Fathimah beserta anak dan cucu-cucunya, Hasan dan Husain beserta anak dan cucu-cucunya, Ja’far ath-Thayyaar beserta anak dan cucu-cucunya, Hamzah beserta anak dan cucu-cucunya, Abbas beserta anak dan cucu-cucunya. Mereka itulah keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diwajibkan atas orang-orang muslim untuk mencintai dan memuliakan mereka.”

Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata: “Mencintai Ahli bait hukumnya wajib karena beberapa sebab, yang pertama: karena keislaman, keutamaan dan dahulunya mereka masuk Islam, kedua: karena mereka adalah kerabat nabi dan senasab dengan beliau, ketiga: karena nabi memerintahkan kita mencintai dan memuliakan mereka.

Begitulah para ulama Ahlus Sunnah, mereka sangat mencintai dan memuliakan ahli bait nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar