Translate

Rabu, 08 April 2015

Peninggalan Sejarah yang belum terkuak

Kota Tasikmalaya terletak di antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Kota santri ini memiliki beberapa potensi wisata yang cukup mengagumkan, salah satunya adalah Situ Gede. Oleh warga setempat, danau alami ini lebih dikenal dengan nama Situ Ageng. Situ Gede memiliki luas lebih kurang 47 hektar dengan kedalaman air antara 1,5 meter sampai dengan 6 meter.

Situ Gede menjadi tempat tujuan wisata favorit karena danau ini merupakan obyek wisata alam satu-satunya yang ada di wilayah pemerintahan Kota Tasikmalaya dan dekat dengan pusat kota. Danau ini merupakan salah satu obyek wisata air yang paling potensial di wilayah Priangan Timur dan dikunjungi oleh cukup banyak pelancong dari dalam maupun luar kota, bahkan dari luar daerah. Berdasarkan data dari situs resmi Pemerintah Kota Tasikmalaya, rata-rata tingkat kunjungan wisatawan ke obyek wisata Situ Gede mencapai 9.950 orang/tahun).

Meski berstatus sebagai obyek wisata alam, perkembangan Situ Gede sebagai sarana irigasi untuk pertanian tidak lepas dari peran pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada 1932, pemerintah kolonial mengembangkan danau alami ini untuk menampung air dari sumber mata air Cikunten yang berhulu di Gunung Galunggung. Air yang ditampung itu kemudian dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 4.000 hektar sawah yang terdapat di Kecamatan Kawalu, Mangkubumi, Indihiang, dan Cibeureum.

Danau Situ Gede juga berperan sebagai hutan penyeimbang ekosistem di mana banyak tanaman tropis yang tumbuh mengelilingi danau ini. Sebagian besar penduduk di sekitar danau menggantungkan hidupnya pada populasi habitat biota di Situ Gede sebagai sumber penghasil ikan sehingga tidak mengherankan apabila Situ Gede juga kerap dimanfaatkan sebagai tempat untuk mencari ikan, baik dengan cara memancing ataupun menjaring.

Ciri khas yang menjadi daya tarik Situ Gede adalah sebuah pulau yang terdapat di tengah-tengah danau. Di pulau seluas satu hektar tersebut terdapat makam Eyang Prabudilaya, seorang tokoh penguasa pada masa silam yang mitosnya telah menjadi legenda bagi masyarakat Tasikmalaya. 

Makam Eyang Prabudilaya hingga kini masih dikeramatkan oleh masyarakat sekitar danau. Maka dari itu, selain sebagai obyek wisata alam, Situ Gede juga bisa dijadikan tujuan wisata religi sekaligus wisata sejarah.

Situ Sanghiyang 

Objek Wisata Situ Sanghiyang yang berlokasi di Desa Cibalanarik dan Desa Cilolohan Kecamatan Tanjungjaya, berjarak sekitar 25 km dari pusat kota Tasikmalaya, dengan luas area sekitar 37 ha. Danau atau Situ Sanghiyang memiliki daya tarik karena airnya yang tak pernah surut dan alam sekitarnya yang sangat rindang. Selain panorama alam yang indah dilokasi tersebut terdapat situs Prabu Linggawastu yang banyak dikunjungi wisatawan.
 
Situ Sanghiyang merupakan sebuah objek wisata alam berupa danau yang cukup luas di Desa Cilolohan-Cibalanarik Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya. Objek wisata ini masih terbilang sepi pengunjung di akhir minggu. Oleh karena itu, pengunjung yang sengaja datang ke sini dapat dengan leluasa menikmati pemandangan yang terpampang di hadapannya. Sebuah prasasti kuno berupa batu ditemukan di sebuah kebun yang diduga situs peninggalan Kerajaan Galuh di Kampung Nangklong, Desa Linggaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Batu yang berdiameter sekitar 1,8 meter itu ditemukan saat melakukan penggalian tanah kebun pada awal Oktober silam. Di atas batu tersebut terlihat ukiran seperti gambaran sebuah peta dan terdapat tulisan menyerupai angka 0, 1 dan 5. Selain menemukan batu itu, Hasbini sang penemu dan pemilik kebun, menemukan beberapa batu yang berukuran lebih kecil dengan diameter 50 cm dan memiliki motif seperti garis yang menggambarkan perbukitan daerah sekitar. Zamzam, seorang tokoh pemuda penggerak budaya dan pariwisata Situ Sanghyang, Kabupaten Tasikmalaya, mengharapkan penemuan batu yang diduga prasasti kuno tersebut dapat mengungkap sejarah kerajaan dan sejarah keberadaan Situ Sanghyang.

Jika terbukti peninggalan bersejarah, tentu ada kaitannya dengan berdirinya sejumlah kerajaan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu  prasasti kuno tersebut kemungkinan ada sangkut pautnya dengan sejarah kerajaan yang berada di Situ Sanghyang. Dari cerita lisan masyarakat setempat menyebutkan bahwa di kawasan itu pernah berdiri Kerajaan Galuh Sanghyang dan Kerajaan Saung Gentong. Keberadaan temuan batu tersebut hanya sekitar 5 kilometer dari Situ Sanghyang, sebuah danau seluas 16,7 hektar. Di Situ Sanghyang yang terdapat di Desa Cibalanarik juga terdapat makam kuno.

Di sekitar makam kuno ini dapat ditemukan batu pancalikan, yaitu tahta yang terbuat dari batu dan digosok secara halus sampai mengkilap. Tahta ini hanya digunakan pada upacara penobatan. Di atas tahta itu calon raja diberkati oleh pendeta tertinggi. Tempat tahta ini, sesuai tradisi, berada di kabuyutan kerajaan, tidak di dalam istana. Daya tarik wisata yang ditawarkan adalah Situ/danau, Ziarah ke makam Eyang Prabu Lingga Wastu, dengan aktifitas wisata yang dapat dilakukan adalah Berenang, Naik Perahu/Rakit, Camping, Botram, Jogging dan Berziarah. 

Sarana dan prasarana yang sudah tersedia adalah: Area Parkir, Jalan, Listrik, dan komunikasi ‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar