Translate

Jumat, 17 April 2015

Sejarah Karimunjawa

Kabupaten Jepara terdiri dari 14 kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Karimunjawa. Salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa merupakan gugusan dari 27 buah pulau yang ada dan terhampar luas di laut Jawa dengan jumlah penduduk sekitar 8.000 jiwa.

Kecamatan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik dalam bentuk flora, fauna, ekosistem merupak kondisi alam yang menjadukan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.

Karimunjawa adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Jepara, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Karimunjawa merupakan kepulauan yang terletak di tengah Laut Jawa.

Nama Karimunjawa disinyalir pertama kali (menurut cerita) muncul dari sejarah saat putra sunan muria yang sekaligus murid sunan kudus yang dikenal nakal, Syekh Amir Hasan dibuang ke kepulauan tersebut. pulau karimunjawa bila dilihat dari kejauhan seperti "kerimun-kerimun". karena itulah pulau tersebut dinamai karimun asal kata kerimun-kerimun. Batu zamrud (emerald dove) mudah ditemukan di legon jelamun, pulau kemujan, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah

Desa di Karimunjawa
Karimunjawa
Kemojan
Nyamuk
Parang

Pulau di Kec Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa terdapat beberapa pulau, yaitu:

Pulau Karimunjawa
Pulau Kemujan
Pulau Parang
Pulau Seruni
Pulau Menjangan Besar
Pulau Menjangan Kecil
Pulau Cemoro Besar
Pulau Cemoro Kecil
Pulau Krakal Besar
Pulau Krakal Kecil
Pulau Nyamuk
Pulau Kumbang
Pulau Burung
Pulau Menyawakan
Pulau Kembar
Pulau Bengkoang
Pulau Mrican
Pulau Galean
Pulau Kateng
Pulau Sambungan
Pulau Genting
Pulau Gundul
Pulau Cendekian
Pulau Cilik
Pulau Sintok
Pulau Katang

Kepulauan Karimunjawa terdapat beberapa Gosong dan Taka, yaitu:
Gosong Cemara
Gosong Kumbang
Gosong Selikur
Gosong Batu Putih
Gosong Seloka
Gosong Karang Moncong
Gosong Karang Besi
Gosong Tengah
Taka Menyawakan
Taka Bimbang

Agama
Sebagian besar penduduk Karimunjawa beragama Islam dan sebagian masih mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah Islam Abangan.

Suku di Karimunjawa
Karimunjawa mayoritas berasal dari Suku Jawa Sisanya Berasal Dari Suku Bugis Dan Suku Madura.

Bahasa
meskipun bahasa indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-hari bahasa jawa dialek Jeporonan. di samping itu terdapat sejumlah Suku Bugis di pulau Karimunjawa menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan Suku Madura di pulau Karimunjawa menggunakan bahasa Madura hanya di lingkungan keluarga saja.

Kecamatan Karimunjawa memiliki banyak tempat wisata, diantaranya yaitu:

Masjid Karimunjawa

gapura candi bentar Khas Karimunjawa

Pantai Nirwana

Pantai Barakuda

Legon Lele

Pantai Ujung Gelam

Bukit Love Karimunjawa

Bukit Joko Tuo

tracking Hutan Mangrove

Wisata Alam
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata alam, yaitu:

Kolam Hiu, di desa Karimunjawa (Pulau Menjangan Besar)
Legon Lele, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Gunung Gede, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Gunung Maming, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Bukit Love, di desa Karimunjawa Dusun Jatikerep (Pulau Karimunjawa)
Bukit Joko Tuo, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Bukit Nyamplungan, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Air Terjun Nyamplungan, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Tracking Hutan Mangrove, di desa Kemojan (Pulau Kemujan)
Pantai Batu Karang Pengantin, di desa Kemojan Dukuh Karanglawang (Pulau Kemujan)
Pantai Ujung Gelam, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Pantai Batu Topeng, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Pantai Barakuda, di desa Kemojan (Pulau Kemujan)
Pantai Nirwana, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)

Wisata Penangkaran
Penangkaran Hiu, di Pulau Menjangan Besar
Penangkaran Penyu, di Pulau Menjangan Besar

Wisata Kuliner
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata kuliner, yaitu:

Karimunjava Culinary Centre, di desa Karimunjawa (Dekat Alun-Alun Karimunjawa)

Wisata Religi
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata religi, yaitu:

Makam Sunan Nyamplungan, di desa Karimunjawa (pulau karimunjawa)
Makam Sayid Kambang, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Makam Sayid Abdullah, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
 

1. ASAL NAMA KARIMUNJAWA

Sejarah Karimunjawa dikisahkan melalui cerita legenda/cerita rakyat setempat. Ada banyak versi ceritasejarah Karimunjawa yang berbeda-beda. Sejarah Karimunjawa yang sesuai bukti dari berbagai sumber dan bukti sejarah.

Pada tahun 200 SM (Sebelum Masehi)Pulau Karimunjawa merupakan tempat persinggahan pejabat-pejabat penting dan saudagar-saudagar kaya serta ulama-ulama besar dunia ketika menyebarkan islam di Indonesia. Nama Karimunjawa awalnya adalahpulau Pawinian yang sangat tekenal dengan keindahan dan kemakmurannya.

Sejarah kemudian mencatat lagi bahwa Karimunjawa digunakan sebagai tempat transit pada zaman kerajaan Singhasari yaitu awal berdirinyakerajaan Majapahit oleh pasukan mongol yaitu pasukan Kubilai Khan. Dimana Kubilai Khan datang ke Karimunjawa untuk berunding dengan Raden Wijaya membahas strategi guna menghadapi kerajaan Kediri. Akhirnya, kerajaan Kediri jatuh dan kemudian berdiri kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya.

Pada masa kerajaan Persia, seorang utusan yang salah satu ulama’ besar bernama syech Subakir mampu menaklukkan dedemit (makhluk halus). Ketika beliau (Syech Subakir)singgah di Karimunjawa, syech Subakir melakukan tirakat untuk menaklukkandedemit (makhluk halus) yang menguasai tanah kepulauan Karimunjawa. Kemudian beliau menancapkan tongkat Kayu Dewadaru untuk “matho’i”karimunjawa dengan Kayu Dewadaruuntuk keselamatan tanah Pawinian. Oleh karena itu disebut Karimunjawa yang berasal dari bahasa arab“Karimun” yang artinya “Mulya” dan“Jawa” yaitu “Jannatul Ma’wa” artinya“Syurga yang Tinggi”. Ini yang mungkin kita pahami kenapa Kepulauan Karimunjawa “Realitas Syurga Dunia” yang dijaga dan didoakan agar selalu Karim yaitu mulya karena ada doa Syech Subakir Wali Allah yang melekat hingga kini.

Pada masa kerajaan Demak, Karimunjawa merupakan daerah Bajak Laut yang sekarang dikenal dengan (“Legon Bajak artinya Tempat Bajak”) yang kejam sehingga ditakuti kapal-kapal perdagangan besar dari seluruh dunia khususnya China. Pemimpin perompaknya adalah Singolodo. Kondisi seperti ini membuat perdagangan Demak terganggu melalui pelabuhan Jepara (yang sekarang di ngemplak, Jepara) terganggu.

Maka muncul Sang Penakluk Agung Amir Hasan putra Sunan Muria pendekar piningit dari padepokan asuhan Kanjeng Sunan Kudus, maka diutuslah Syech Amir Hasan oleh Sultan Demak untuk mengalahkan Bajak Laut pimpinan Singolodo yang sekaligus menyebarkan syariat islam di Karimunjawa. Beliau membawa pengikut sebanyak 41 orang termasuk juru masak dan ABK kapal. 

Sesampai di Karimunjawa Syech Amir Hasan dianggap saudagar kaya oleh Singolodo, sehingga kapal Syech Amir Hasan digiring ketempat dimana Singolodo menyandarkan kapalnya yang sekarang dikenal dengan sebutan ‎Legon Bajak(Tempat Bajak Laut). Sebelum sampai bersandar, beliau keluar dari kapal dan menantang Singolodo untuk berperang, kemudian terjadi peperangan hebat 3  hari 3 malam. Kesaktian Singolodo yang bisa hidup kembali ketika jatuh ke tanah, membuat Syech Amir Hasan kewalahan. 

Atas saran Kanjeng Sunan Kalijaga (Kakek Syech Amir Hasan) agar tubuh Singolodo tidak dijatuhkan ke tanah, maka Singolodo akhirnyapun tewas dan ditaruh dibawah batu besar berwarna putih yang saat ini dikenal dengan sebutan Batu Putih di dusun Legon Jelamun, desa Kemujan.

Malam itu saat kekalahan sang pemimpin Bajak laut, para pengikut Singolodo lari tunggang langgang yang kemudian dilempit oleh ikan pari besar yang dikiranya anjungan kapal, dan semua senjatanya di bawa oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ke suatu pulau yang ada batu merahnya yaitu ‎pulau Parang.

Semenjak itu, Pulau Karimunjawa menjadi tempat persinggahan kapal-kapal saudagar kaya untuk bertransaksi, maka tidak heran jika menemukan banyak bangkai kapal-kapal china yang tenggelam di Karimunjawa karena ulah Singolodo sang Bajak Laut.

Periode selanjutnya dalah ketika masa penjajahan Belanda, Karimunjawa menjadi bagian penting sebagai tempat perundingan VOC wilayah Jawa-Sumatra, di Karimunjawa banyak sekali ditemukan peninggalan-peninggalan Belanda sampai pada masa pendudukan Jepang.

Pada masa kemerdekaan, Karimunjawa menjadi bagian wilayah kabupaten Jepara yang saat ini hampir menuju keemasan sediakala masa sebelum dan sesudah masehi. Oleh karena itu kita jangan sampai melupakan sejarah Karimunjawa yang merupakan realitas kepulauan yang sangat dekat dengan spiritualitas dan kaya akan kekuatan ekonomi.

Kita sebagai generasi masa depan seharusnya peduli dengan sejarah, peninggalan-peninggalan yang rusak, hilang, dijual karena kurangnya ilmu pengetahuan arti penting sejarah dan peninggalan yang tidak bernilai harganya.

Sejarah Sunan Nyamplungan

Sunan Nyamplungan merupakan tokoh cerita rakyat yang menarik tentang terjadinya nama Kepulauan Karimunjawa. Sunan Nyamplungan yang mempunyai nama asli Amir Hasan adalah putra Sunan Muria. Perkembangan kehidupan Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa selelu dimanjakan oleh Nyai Sunan Muria, walaupun perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal. Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan, 

Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan cenderung pada kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan Nyai Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya, yaitu Sunan Kudus dengan harapan asuhan Sunan Kudus dapat diterima dan kelak menjadi orang yang baik dan soleh.

Selama dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan perubahan menjadi pemuda yang baik dan sangat taan melaksanakan ajaran/perintah Sunan Kudus. Melihat perkembangan yang demikian, Amir Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria karena Sunan Kudus sudah merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu khususnya mendalami ajaran agama Islam.

Setelah menerima laporan dari Sunan Kudus, Sunan Muria menjadi sangat bahagia   karena   anaknya  mau   mematuhi  ajaran   orang  tua, kemudian untuk melatih dan mencobanya diperintahkan oleh Sunan Muria agar Amir Hasan pergi ke salah satu pulau yang kelihatan dari  puncak gunung  Muria seperti kremun – kremun dengan desertai 2 orang abdi untuk menemani dan diberi bekal 2 biji buah nyamplung untuk ditanam dan berbagai macam barang antara lain : Mustaka Masjid yang saat ini masih ada dalam komplek makam beliau. Perjalanan Amir Hasan yang memakan waktu lama dengan menyebrang laut itupun akhirnya sampai di tempat yang dituju di sebuah pulau , kemudian Amir Hasan menetap disana dan pulau ini kelak bernama KARIMUNJAWA.

Pulau yang terlihat kremun – kremun dan masih merupakan kawasan kepulauan jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir Hasan, terdapat beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat menyebut Amir Hasan dengan nama “ SUNAN NYAMPLUNGAN “

2. LELE TIDAK PUNYA PATIL 
Melihat putranya tidak dirumah maka Nyai Sunana Muria menanyakan kepada Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa Amir Hasan disuruh pergi dari rumah menuju kesebuah pulau yang berada disebelah utara Pulau Jawa, maka Nyai Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk nyusuk guna memberi bekal dijalan.

Teringat akan makanan kesukaan putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan pecel lele oleh Nyai Sunan dengan dengan harapan untuk membarikan kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah dipantai ternyata Amir Hasan dan kedua abdinya sudah berlayar dilautan, maka oleh sang ibu pecel lele itu lalu dibuangke laut.

Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan atas kehendak Tuhan mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula dipulau yang dituju oleh Amir Hasan. Ikan – ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya tidak mempunyai patil, area ini sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu di bagian timur dari Pulau karimunjawa.

3. SIPUT BOLONG
Pada waktu Nyai Sunan Muria membewakan pecel lele saat menyusul putranya ke Pantai Jepara, juga dimasakan oleh beliau makanan kesukaan Amir Hasan yang lain, yaitu makanan siput. 

Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang tidak berhasil menyusul putranya yang berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan beliau dengan melemparkan pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut.

Sama halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun terdampar di perairan Karimunjawa yaitu di legon lele ini memiliki cirri khas yaitu punggungnya bolong (berlubang) dan terkenal dengan nama “SIPUT BOLONG”.

4. ULAR BUTA
Diriwayatkan pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam ajaran agama Islam dan sekaligus mengembangkanya.

Pada suatu ketika beliau sedang berjalan ternyata ada seekor ular yang bertubuh pendek dan berwarna serta sangat berbisa mencoba untuk menggigit beliau namun ternyata tidak mempan. Akibat dari peristiwa itu Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta, karena dianggap menggigit sembarang orang.

Sampai sekarang jenis ular ini yang dikenal dengan nama “ULAR EDOR” matanya buta, umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.

5. KAYU DEWA DARU
Apabila kita berkunjung ke Makam Sunan Nyamplungan yang terletak di puncak gunung Karimunjawa sebelah utara, maka di pintu gerbang akan kita jumpai dua pohon yang sangat besar dan oleh masyarakat dikenal sebagai “KAYU DEWA”.
Menurut kepercayaan masyarakat yang saat ini masih diyakini, bahwa kayu dewadaru ini masih dikeramatkan dan mempunyai khasiat tersendiri, yaitu barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, maka yang menyimpan akan terhindar dari ancaman pencuri / orang yang akan bertindak jahat.

Kayu dewadaru ini apabila diletakkan di air, tidak terapung seperti jenis kayu lain akan tetapi kayu tersebut akan tenggelam serta setiap orang tidak berani membawa kayu dewadaru keluar pulau Karimunjawa, karena takut akan bahaya yang akan menimpa di perjalanan.


6. KAYU SETIGI
Di atas telah disebutkan bahwa pada saat itu Karimunjawa masih berupa hutan belantara yang belum pernah dijamah oleh tangan manusia. Disana banyak terdapat berbagai tanaman yang tumbuh dan hewan/ binatang liar yang ganas dan salah satunya adalah jenis ular edor. Konon pernah dikisahkan bahwa ketika Amir Hasan (Sunan Nyamplungan) mengadakan perjalanan di hutan, di tengah-tengah perjalanan beliau digigit seekor ular berbisa, namun ternyata gigitan ular tersebut tidak mampu melemahkan kekuatan Sunan Nyamplungan. Setelah terkena gigitan itu Sang Sunan menjadi marah dan bersabda sambil menunjuk ke arah ular dengan memegang tongkat kayu setigi. Akibat dari sabda Sunan, sang ular menjadi rabun.

Catatan khusus : kayu setigi akan tenggelam ke dasar yang paling bawah bila dimasukkan air dan bisa pula menyerap bisa/racun binatang.

7. KAYU KALIMASADA
Selain kedua jenis kayu tersebut yaitu kayu dewadaru dan kayu setigi, masih ada jenis kayu lain yang sama-sama mempunyai tuah dan legenda kayu ini disebut dengan kayu Kalimasada. Memang pada masa keberadaan Sang Sunan di Karimunjawa banyak kejadian/peristiwa mitos yang sulit dipahami dengan akal dan pikiran layaknya manusia biasa. Ada yang berpendapat bahwa kayu tersebut juga dapat digunakan oleh orang-orang pintar dengan cara memasukan do’a/mantra sesuai dengan keinginan masing – masing.

POTENSI KHUSUS KARIMUNJAWA
Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan, 3 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara Karimunjawa adalah 48 mil laut.

DAYA TARIK KHUSUS BAGI WISATAWAN‎
Taman Nasional Laut Karimunjawa memang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk “Wisata Bahari”. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain :
- Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi).‎
- Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.
- Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/ memancing, dayung dan sebagainya.
- Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.
- Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, burung garuda, dan ikan lele tanpa patil,dsb.
- Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
- Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut.
- Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan ikan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.

1 komentar:

  1. Adakah sejarah keturunan yang tidak bisa memasuki wilayah karimun? Saya bingung soalnya kata alm bapak saya keturunannya tidak bisa memasuki karimun

    BalasHapus