Translate

Selasa, 28 April 2015

Sejarah Peradaban Mesopotamia Kuno (Assyria. Babilonia. Semuria. Persia)

Peradaban Mesopotamia meliputi Sumeria, Babilonia, Assyria, dan Persia. Sejarah ‎Peradaban tua Mesopotamia berkembang di antara dua sungai besar, Euphrat dan Tigris, yang merupakan wilayah Irak sekarang. Kedua sungai tersebut berhulu di Pegunungan Armenia (sekarang Turki) dan mengalir ke arah tenggara menuju ‎Teluk Persia. Kawasan yang meliputi kurang lebih enam ribu kilometer persegi tersebut memiliki kesuburan yang tinggi serta iklim yang nyaman. Kawasan tersebut menjadi tempat kediaman berbagai bangsa dan tempat tumbuhnya peradaban tinggi. Kawasan di sekitar Akkad atau Agade (sekarang Baghdad) diduduki oleh bangsa bangsa Semit yang nomaden seperti Hebrew dan Arab. Di sebelah selatan datang bangsa Sumeria. Bangsa yang diperkirakan berasal dan arah timur ini terdiri atas para petani dan membangun kota-kota yang indah. Kira-kira tahun 4000 SM, bangsa yang tinggal di Mesopotamia telah membangun sejumlah kota di sebelah selatan Mesopotamia Hilir yang kemudian dikenal sebagai Sumer. Kerika bangsa ini berimigrasi ke arab Utara, mereka bertemu dengan bangsa Semit. Pertemuan tersebut menghasilkan peradaban baru yang disebut Mesopotamia.
Bangsa Sumeria

Sungai Tigris dan Eufrat berhulu di Pegunungan Armenia, bermuara di Teluk Persia. Keduanya mengalir berdekatan hampir di muaranya. Wilayah itu sudah dihuni sejak sekitar tahun 4000 sebelum Masehi. Ada penyebutan berbeda tentang lembah Sungai Tigris dan Eufrat. Penulis kuno menyebutnya Sumeria. sedangkan di dalam kitab Injil disebut lembah Shinar. Kita sekarang menyebutnya Mesopotamia (negara Irak), artinya tanah di antara dua aliran sungai. Tanahnya sangat subur karena sering dilanda banjir. Kesuburan itulah yang menarik perhatian suku-suku bangsa pengembara di daerah padang pasir sebelah baratnya, atau penghuni gua-gua di bagian timur. Suku bangsa itulah yang kemudian dikenal sebagai bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria merupakan bangsa tertua yang mendiami daerah itu. Mereka meninggalkan kebudayaan ‎Mesopotamia kuno. Mula-mula mereka hidup berburu, kemudian mulai mengendalikan banjir. Caranya dengan membuat benteng tanah, terowongan, dan saluran untuk meluruskan aliran sungai. Fungsinya sebagai saluran pengairan yang menjadi tulang punggung pertanian di daerah Mesopotamia.

Bangsa Sumeria kemudian mendirikan kota-kota dengan pemerintahan seperti sebuah negara sehingga dikenal dengan sebutan Negara Kota. Bertambahnya jumIah penduduk membuat wilayah kota menjadi sempit. Perluasan kota menimbulkan masalah pengairan di wilayah itu, dan kadang-kadang menyebabkan terjadinya perang antarkota. Kemenangan perang berarti mereka berhasil meluaskan wilayahnya. Kota-kota terkenal kuat dan kaya adalah Ur. Kish Larsa, Lahash, Eridu, Nippur, dan Adab. Perang antarkota sering terjadi. Masing-masing kota mempunyai tentara infantri, dan pasukan kereta perang yang ditarik keledai liar. Akibat perang kemudian muncul kota yang benar-benar kuat dengan dinasti-dinasti yang tangguh, seperti Kish Ur, Erech, dan Lagash. Sekeliling kota dipagar dengan tembok sampai tahun 3.000 SM. Kota pertama yang diberi pagar tembok adalah Uruk dan tahun 2700-2650 SM. Bangsa Sumeria mahir sekali membangun rumahnya dan anyaman sejenis daun ilalang, dilapisi lumpur lalu dikeringkan dengan panas matahari. Mereka tidak membuat rumah dari batu sebab di daerah Mesopotamia tidak ada batu.

Selain itu, bangsa Sumeria juga mahir menanam gandum. Sayur-sayuran, menenun kain, dan memotong batang pohon untuk dijadikan roda kereta. Mereka merupakan bangsa yang pertama kali menciptakan tulisan. Bentuk tulisannya segi tiga seperti paku. Kepandaian menulis itu sangat penting, karena dengan tulisan orang dapat mengirim pesan atau menyimpan pengetahuannya agar dibaca orang lain. Tulisan orang Sumeria digoreskan pada tanah liat lunak lalu dijemur. Lempengan tanah liat memang berat tetapi tahan lama. Isi dan lempengan tanah liat itu bermacam-macam, mulai dan surat dagang, kalender pertanian, resep obat sampai peraturan/hukum. Hukum bangsa Sumeria merupakan hukum yang tertua di dunia. Dan naskah tanah liat yang ditemukan di Uruk, dapat diketahui penguasa pertama di Uruk adalah Gilgamesh. Ia menjadi tokoh di dalam kisah kepahhawanan di daerah Mesopotamia. Naskah tanah liat itu juga ditemukan di kota-kota lainnya.

Bangsa Sumeria juga merupakan bangsa pertama yang membagi satu tahun menjadi 360 hari, satu jam terdiri 60 menit. Lalu membagi sebuah lingkaran menjadi 360 derajat. Kota-kota bangsa Sumeria dilengkapi dengan kuil yang disebut Ziggurat. Bangunan itu dibuat dari batu bata yang telah dibakar. Bentuknya seperti piramida yang didirikan di atas sebuah bukit buatan. Bentuk bangunan Ziggurat hasil rancangan bangsa Sumeria kemudian menjadi bentuk dasar seluruh arsitektur di daerah Mesopotamia. Di puncak bangunan ada ruangan untuk dewa kota. Ruang itu bisa dicapai melalui tangga besar dan lantai dasar. Untuk keperluan membuat patung dewanya, para pemahat mendatangkan batu dari daerah lain.

Setiap pergantian musim. bangsa Sumeria mengadakan persembahan kepada dewa kota. Mereka percaya, hasil panen, kesehatan, dan keselamatan mereka bergantung pada kemurahan para dewa. Persembahan mereka mulai dari gandum, wol, sampai perak. Beberapa raja Sumeria yang terkenal ialah Enmebaragesi dari Dinasti Kish. Ia merupakan raja tertua dari daerah Mesopotamia. Raja Dinasti Kish lainnya ialah Mesilim dan Urzababa. Raja yang terkenal dari kota Ur ialah Mesannepada. Raja yang terkenal dari kota Lagash ialah Eannatum, dan Ur-Nashe. Letak daerah Mesopotamia yang demikian baik, menyebabkan daerah itu kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan antara Arab di selatan dengan Armenia di utara dan India di timur dengan daerah Timur Tengah di barat.‎

Bangsa Babilonia

Bangsa Sumeria ditaklukkan oleh tetangganya, yaitu bangsa Semit yang tinggal di utaranya pada Tahun 2300 sebelum Masehi. Bangsa Semit itu mungkin dekat hubungannya dengan bangsa Sumeria. Mereka itu merupakan nenek moyang bangsa Yahudi dan Arab. Raja Semit yang menaklukkan Sumeria bernama Sargon Agung. Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Sumeria dan Akkadia (Mesopotamia). Ibu kotanya Agade (Akkad). Raja yang kemudian. Ur-Nammu (2113-2096 SM), memerintah kerajaan yang besar. Untuk menunjukkan kekuasaannya ia membangun Ziggurat yang sangat besar. Bangunan itu didirikan di atas bukit. Ada tiga tangga untuk naik ke puncaknya, masing-masing terdiri seratus anak tangga. Daerah Sumeria terpecah menjadi satuan-satuan kecil yang saling berperang. Menjelang tahun 2200 sebelum Masehi. Salah satu kota yang menjadi pusat kebudayaan adalah kota Babilon (Babil). Menurut para ahli, nama Babilonia berasal dan kata babila. Kata itu menurut ahli etimologi (ilmu yang mempelajari asal kata), berasal dan kata babilu yang berarti gerbang menuju tuhan.

Sekarang kota Babilon terletak 97 kilometer di selatan Baghdad, di tepi Sungai Eufrat, Irak Selatan. Kota itu merupakan pusat perdagangan, keagamaan, dan ibu kota Kerajaan Babilonia. Kota Babilon bentuknya segi empat dengan Sungai Eufrat mengalir di tengahnya. Ada tembok keliling yang dihiasi dengan gambar-gambar binatang buas. Di kota itu dijumpai beberapa kuil yang seperti kuil Marduk. Di bagian tengah kuil ada Menara Babel. Tidak jauh dan situ terdapat Taman Gantung yang terkenal sebagai salah satu dan Tujuh Keajaiban Dunia. Taman itu dibangun di atas bukit buatan. Tinggi taman itu sekitar 107 meter. Bentuknya berupa podium yang ditanami dengan pohon, rumput, dan bunga-bungaan. Ada air terjun buatan berasal air sungai yang dialirkan ke puncak bukit, lalu mengalir melalui saluran buatan. Jadilah tempat sejuk di daerah panas dan kering. 

Peninggalan kota Babilon sekarang hanya berupa reruntuhan saja.
Wilayah Babilonia terbagi menjadi dua negara, Sumeria di tenggara dari Akkadia di barat laut. Pada tahun 1850 SM. Sejarah Sumeria dan Akkad dihiasi oleh peperangan yang tidak putus-putusnya. Meskipun demikian, kebudayaan mereka terus berkembang. Setelah Sumeria kalah. Akkadia di bawah kekuasaan bangsa Amorit berkembang menjadi Kerajaan Babilonia yang menguasai seluruh wilayah Mesopotamia selatan. Assyria, dan Mesopotamia utara. Rajanya yang terkenal bernama Hammurabi (1792-1750 SM). Ia raja ke-6 dan dinasti pertama yang menguasai Babilon. Selama pemerintahannya ia memajukan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan mengeluarkan hukum tertulis. Hukum itu dikenal sebagai Undang-Undang Hammurabi. Undang-undang itu sangat keras dan terdiri dari 280 pasal.

Undang-Undang Hammurabi antara lain mengatur soal pencurian dan tukang tadahnya, korupsi, pembunuhan, penculikan, penipuan, perpajakan, pencemaran nama baik, dan kehidupan keluarga. Undang-undang itu bertujuan menegakkan keadilan, melindungi rakyat dari penindasan, dan memberantas kejahatan. Oleh karena itu, meskipun undang-undangnya sangat keras, Hammurabi dianggap pelindung rakyat. Anaknya, Samsuiluna (1749-1712 SM) menggantikannya sebagai raja. Kerajaan Babilonia mengalami kemunduran. Wilayah selatan, Larsa, melepaskan diri dari kekuasaan Babilonia. Tembok kota Ur, Uruk, dan Larsa dirobohkan. Raja Samsuiluna membangun benteng untuk menahan serangan Kassite pada Tahun 1726 SM. Raja terakhir Dinasti Babilonia, Samsuditana, ditaklukkan oleh Raja Mursilis I dari Kerajaan Hittite pada tahun 1595 sebelum Masehi. Mursilis I berhasil menyatukan negara-negara kota dan menjadikan Kerajaan Hittite menjadi kekuasaan besar ketiga di Timur Tengah bersaing dengan kerajaan Mesir dan Babilonia.

Bangsa Assyria dapat melepaskan diri dan mendirikan kerajaan baru. Penguasa Kerajaan Assyria menguasai kota Babilon padaTahun 745-639 SM. Beberapa kali penduduk Babilon melakukan pemberontakan terhadap penguasa Assyria, tetapi dapat dipadamkan oleh Raja Sennacherib. Babilon dihancurkan pada Tahun 639 SM. Akan tetapi, sebelas tahun kemudian kota itu dibangun kembali oleh Assarhaddon, putra Sennacherib. Dalam rangkaian perang selanjutnya, muncul dinasti baru, yaitu dinasti kedua dari kota Isin. Rajanya yang terkenal, Nebuchadnessa 1 (1124-1103 SM). Ia berhasil menaklukkan Dinasti Elam dan Assyria. Babilonia lebih banyak dikuasai oleh raja-raja Assyria Sampai akhir abad ke-7 SM. Raja terakhir yang memerintah di Babilonia ialah Raja Asurbanipal. Sesudah itu, Babilonia diperintah oleh raja baru dan bangsa Chaldean, yaitu Nabopolassar. Ia menjadikan Babilon sebagai ibu kota kerajaan.

Babilon kemudian kembali mencapai zaman keemasan. Daerah kekuasaannya meluas hingga Sisilia. Ia digantikan oleh anaknya, Nebuchadnessar II (605-562 SM). Raja itu menaklukkan Syria dan Palestina pada tahun 587, kemudian membangun kembali kota Babilon, serta memperbaiki Taman Gantung Babilon, Kuil Marduk, dan Zigguratnya. Babilon kemudian ditaklukkan Cyrus Agung dari Persia pada tahun 539 SM. Aleksander Agung menguasai Babilon pada Tahun 331. Ketika memasuki ibu kota Babilon, Aleksander meninggal. Salah seorang panglimanya, Seleucos, diangkat sebagai penguasa Mesopotamia. Babilon dikuasai bangsa Partia Pada tahun 200, dan terakhir oleh bangsa Sasania sebelum hancur. Bangsa Arab memanfaatkan reruntuhan kota Babilon untuk dibangun menjadi kota Al-Hillah pada Tahun 200. Peninggalan kota Babilon sekarang hanya berupa reruntuhannya. Sebagian dari pintu gerbang kota Babilon dan sebagian Taman Gantung dipugar kembali oleh pemerintah Irak sekarang.‎

Babilonia (1696 – 1654 SM) dinamai sesuai dengan ibukotanya,Babel, adalah negara kuno yang terletak di selatan Mesopotamia (se‎karang Irak), di wilayah Sumeria dan Akkadia. Babel pertama disebut dalam sebuah tablet dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia, dari abad ke-23 SM.

Babilonia berkembang menjadi sebuah kerajaan besar pada masa Hammurabi (1696 - 1654 sebelum Masehi), yang area kekuasannya meliputi daerah kerajaan Akkadia pada masa sebelumnya.

Setelahnya berdiri Kekaisaran Neo-Babilonia, dibawah kekuasaan dinasti Kasdim atau dinasti ke-11, yang dimulai dari revolusi ‎Nabopolassar pada tahun 626 SM hingga invasi Koresh Agung, dengan penguasa terkenal di antaranya adalah Nebukadnezar II. Babilonia kemudian dikalahkan oleh Koresh Agung, raja Media danPersia pada tahun 539 SM.

Kekaisaran Babilonia Baru atau Kekaisaran Khaldea adalah periode dalam sejarah Mesopotamia yang dimulai pada tahun 626 SM dan berakhir pada tahun 539 SM.[1] Selama tiga abad sebelumnya, Babilonia dikuasai oleh bangsa sesama penutur bahasa Akkad sekaligus tetangga mereka di utara, yaitu Assyria. Selama periode tersebut, Babilonia menikmati status yang penting. Assyria berhasil menjaga kesetian Babilonia selama periode Assyria Baru, entah melalui pemberian hak istimewa yang terus-menerus bertambah, atau melalui tindakan militer. Akan tetapi, semuanya berubah pada tahun 627 SM dengan matinya pemimpin kuat Assyria terakhir, Assurbanipal. Di bawah pimpinan Nabopolassar orang Khaldea, Babilonia memberontak. Dengan bersekutu bersama bangsa Medes, Babilonia menghancurkan kota Nineveh, ibukota Assyria, pada tahun 612 SM. Dengan demikian, Babilonia bebas dari kekuasaan Assyria dan menjadi negara merdeka. Periode kekuasaan Babilonia dicirikan dengan perkembangan pesat dalam arsitektur, seni, dan ilmu pengetahuan.

Para raja Babilonia Baru amat menyadari antikuitas warisan mereka, dan berupaya menerapkan kebijakan tradisionalis, membangkitkan kembali kebudayaan Sumer-Akkad kuno mereka. Meskipun bahasa Aram telah menjadi bahasa sehari-hari, namun bahasa Akkad kembali ditetapkan sebagai bahasa administrasi dan kebudayaan. Ungkapan-ungkapan arkaik dari 1500 tahun sebelumnya dimasukkan kembali ke dalam prasasti-prasasti Akkad, bersama dengan bahasa Sumer yang sudah lama tak digunakan. naskah kuneform Babilonia Baru juga diubah untuk menyerupai naskah Akkad, yang sudah amat lama.

Karya seni dari masa kejayaan Babilonia amat dihargai dan dirawat. Contohnya, ketika sebuah patung Sargon Agung (Sargon dari Akkad) ditemukan dalam suatu pekerjaan konstruksi, diperintahkan untuk dibangun sebuah kuil untuk patung tersebut. Diceritakan pula bahwa Nebukhadnezzar, dalam upayanya membangun ulang kuil di Sippar, harus melakukan penggalian berulang hingga ia menemukan fondasi Naram-Suen, suatu penemuan yang memungkinkannya membangun kembali kuil tersebut secara layak. Babilonia Baru juga membangkitkan kembali praktik penunjukkan putri kerajaan sebagai pendeta dewi bulan, Sin, suatu kebiasaan yang dulu dilakukan pada masa Sargon,

Pada periode Babilonia baru, banyak tanah yang dibuka untuk diolah. Kedamaian dan kekuasaan kekaisaran membuat tersedianya sumber daya untuk memperluas irigasi dan membangun sistem kanal. Daerah pedesaan Babilonia didominasi oleh perkebunan-perkebunan besar, yang diberikan kepada pejabat pemerintah sebagai bentuk pembayaran. Perkebunan-perkebunan ini biasanya dikelola melalui penguasa lokal, yang mengambil sebagian keuntungan. Penduduk desa ikut serta dalam perkebunan tersebut dengan menjadi buruh dan penyewa tanah.

Kota-kota di Babilonia memperoleh hak otonomi dan hak istimewa dari raja. Kota berpusat di kuil. Tiap kota memiliki pengadilan sendiri, dan kasus hukum seringkali diputuskan dalam majelis. Kuil mendominasi struktur sosial. Status sosial dan hak politik sesorang ditentukan berdasarkan posisi mereka terkait dengan hierarki kagamaan. Para pekerja, misalnya perajin, memperoleh statsu yang tinggi. Selain itu, terdapat pula serikat pekerja untuk memberi para pekerja daya tawar kolektif.

Daftar Raja 

Dinasti ke-11
Nabopolassar atau Nabu-apla-usur 626 SM – 605 SM
Setelah matinya raja Ashurbanipal pada tahun 627 SM, kerajaan Asyur terpecah oleh persaingan di dalam. Seorang jenderal Asyur, Sin-shum-lishir, memberontak dan menguasai Babilon, tetapi langsung digulingkan oleh tentara Asyur yang setia pada raja Ashur-etil-ilani. Babilon kemudian dikuasai oleh putra Ashurbanipal yang lain, Sin-shar-ishkun, yang mengangkat diri menjadi raja. Namun tidak lama kemudian Babilon memberontak dengan bantuan suku Kasdim (Bit Kaldu), yang dipimpin oleh Nabopolassar. Nabopolassar merebut tahta dan memulai dinasti Neo-Babilonian.
Selama 3 tahun pertama, Nabopolassar tidak diganggu dalam memperkuat Babilon, karena ada perang saudara sengit antara raja Asyur Ashur-etil-ilani dan saudaranya Sin-shar-ishkun di Mesopotamia selatan.

Tahun 623 SM, Sin-shar-ishkun membunuh saudaranya dalam Perang di Nippur, merebut tahta dan berusaha merebut Babilon dari Nabopolassar. Selama 7 tahun, Nabopolassar memukul mundur serangan Asyur, dan tahun 616 SM malah menyerang Assur dan Arrapha, tetapi tidak berhasil. Kemudian bersama sekutunya, bekas tentara Asyur, orang-orang Media,Persia, Elam dan Scythian, ia menyerang lagi pada tahun 615 dan 614 SM, kali ini Assur dan Arrapha berhasil direbut. Selama tahun 613 SM tentara Asyur mencoba memukul mundur tentara Babilonia dan Media. Namun sebaliknya pada tahun 612 SM Nabopolassar dan raja Media, Cyaxares, memimpin tentara gabungan menyerang Niniwe, mengepungnya selama 3 bulan dan merebutnya. Sejak itu Babilon menguasai Asyur dan wilayah bagian utara maupun baratnya.

Seorang jenderal Asyur, Ashur-uballit II, menjadi raja Asyur dan mendirikan ibukotanya di Harran. Nabopolassar dan sekutunya mengepung Ashur-uballit II di Harran tahun 608 SM dan merebutnya; Ashur-uballit II menghilang setelah ini.

Raja Mesir, Firaun Nekho II menyerang pada tahun 609 SM dalam upaya yang terlambat untuk membantu sekutunya di Asyur. Nabopolassar (dibantu putra dan kelak penggantinya, Nebukadnezar II) selama tahun-tahun terakhir pemerintahannya terus mengusir orang-orang Mesir, yang dibantu tentara bayaran dari Yunani dan sisa tentara Asyur, dari Siria, Asia Kecil, bagian utara Arabia danIsrael. Nebukadnezar membuktikan kehandalannya dengan akhirnya mengalahkan tentara Mesir beserta sekutunya dalam perang di Carchemishtahun 605 SM.‎

Nebukadnezar atau Nabu-kudurri-usur II605 SM – 562 SM

Nebukadnezar II menjadi raja setelah ayahnya mati. Ia membangun semua kota-kota besar Babilonia dengan mewahnya. Ibukotanya, Babilon, meliputi wilayah seluas 3 mil persegi, dikelilingi oleh rawa-rawa dan dua lapis dinding tebal. SungaiEufrat mengalir di tengah kota, dihubungkan dengan jembatan batu yang indah. Di tengah kota ada ziggurat raksasa yang disebut Etemenanki, "Rumah perbatasan langit dan bumi," di sebelah kuil dewa Marduk.

Nebukadnezar berhasil menaklukkan Siria dan Fenisia, memaksa upeti dariDamaskus, Tirus dan Sidon. Ia juga menyerang Asia Kecil, di tanah "Hatti". Tahun 605 SM ia menduduki Yerusalem dan mendapatkan upeti dari Yoyakim, raja Yehuda.

Seperti Asyur, Babilonian berperang setiap tahun untuk menguasai jajahannya. Tahun 601 SM Nebukadnezar berperang lagi melawan Mesir. Tahun 599 SM ia menyerang Arabia dan mengalahkan mereka di Qedar. Tahun 597 BC ia menyerang Kerajaan Yehuda dan merebutYerusalem serta menawan raja Yoyakhin, membawanya dalam pembuangan, dan menempatkan Zedekia, paman Yoyakhinmenjadi raja. Mengambil kesempatan perang antara Mesir dan Babilon, rajaZedekia mencoba memberontak. Setelah dikepung 18 bulan Jerusalem direbut lagi tahun 587 SM, ribuan orang Yahudi dibuang ke Babel dan Bait Suci dihancurkan sampai rata tanah.

Pada tahun 572 Nebukadnezar menguasai penuh Babilonia, Asyur, Fenisia, Israel, Filistin, Arabia utara dan sebagian Asia Kecil.

Nebukadnezar terus berperang dengan Firaun Psamtik II dan Hofra (Apries) selama pemerintahannya, dan pada zaman Firaun Amasis II tahun 568 SM, ia diduga menginjakkan kaki di tanah Mesir.‎
Ewil-Merodakh atau Amel-Marduk 562 SM – 560 SM

Ewil-Merodakh adalah putra dan penerusNebukadnezar II. Ia memerintah hanya 2 tahun (562 – 560 SM). Menurut Kitab 2 Raja-raja di Alkitab, ia mengampuni dan melepaskan raja Yoyakhin, dari Kerajaan Yehuda, yang ditawan di Babel selama 37 tahun (sejak tahun 597 SM).dimana ditulis bahwa:
Kemudian dalam tahun ke-37 sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang ke-12, pada tanggal 27 bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberikan kedudukan kepadanya lebih tinggi dari pada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel. ”‎
Menurut Kitab Yeremia pasal 52:31-32Ewil-Merodakh melepaskan Yoyakhin tanggal 25.‎

Diduga karena berusaha mengubah kebijakan ayahnya, Ewil Merodakh dibunuh oleh Nergal-sarezer atau Neriglissar, iparnya yang kemudian merebut tahtanya.‎

Nergal-sarezer atau Neriglissar 560 SM –556 SM

Nergal-sarezer atau Neriglissar me‎merintah dengan stabil, melakukan banyak pekerjaan umum, termasuk memperbaiki kuil dan sebagainya. Ia juga berhasil menyerang Silisia, yang mengancam Babilon. Neriglissar hanya bertahta 4 tahun sebelum diganti putranya,Labashi-Marduk yang masih muda. Tidak jelas apakah Neriglissar dari suku Kasdimatau penduduk asli kota Babilon.
Labashi-Marduk atau Labaši-Marduk 556 SM

Labashi-Marduk adalah putra Nergal-sarezer atau Neriglissar, yang meneruskan tahta ketika masih kecil. Ia dibunuh dalam satu persepakatan 9 bulan setelah dinobatkan. Ia digantikan oleh Nabonidus.‎

Nabonidus atau Nabû-naʾid 556 SM –539 SM
Latar belakang Nabonidus tidak jelas. Dalam satu tulisan peninggalannya, ia menyebut latar belakangnya tidak penting. ‎Ibunya yang hidup sampai usia tua dan tinggal di kuil dewa bulan Sîn di Harran ju‎ga tidak menyebut asal-usulnya. Menurut ‎Tawarikh Nabonidus mulai tahun ke-7 pemerintahannya (549 SM) ia mengasingkan diri ke kota Tema di Arabia dan menyerahkan pemerintahannya pada putra sulungnya, Belsyazar.
Belsyazar atau Bêl-šar-usur 549 SM –539 SM
Belsyazar menjadi raja atas nama ayahnya, Nabonidus, selama 10 tahun ayahnya di pengasingan (menurutTawarikh Nabonidus). Kitab Danielmencatat bahwa Nebukadnezar disebut sebagai ayahnya. Istilah "ayah" dapat berarti "kakek" atau "leluhur", termasuk juga "ayah angkat". Pada tahun 539 SM, Nabonidus pulang ke Babilon untuk menghadapi ancaman serangan Koresh, raja Persia, tetapi tidak berhasil menahan serbuan ini. Menurut Kitab Daniel, Belsyazar mati terbunuh pada malam tentara Persia berhasil masuk dan merebut ibukota Babilon yang berdasarkan perhitungan waktu sejarah terjadi pada tanggal 15 Oktober 539 SM. ‎Dalam catatan-catatan Babel maupun Persia, namanya tidak disebutkan lagi setelah tanggal ini.

Assyria
Bangsa Assyria lebih tua daripada bangsa Babilon. Mereka merupakan campuran banyak ras. Para ahli menyebutnya sebagai bangsa Semit. Sebutan itu didasarkan atas bahasa yang digunakannya, yaitu bahasa Semit. Bahasa itu kemudian menurunkan bahasa Ibrani dan Arab sekarang. Negeri bangsa Assyria terletak di tepi Sungai Tigris, di Mesopotamia. Di daerah itu dijumpai peradaban kuno yang tinggi seperti kebudayaan bangsa Babilon yang ada di bagian selatannya. 

Bangsa Assyria sering disebut sebagai bangsa Roma dan Asia. Kedua bangsa itu sama-sama dikenal sebagai bangsa penakluk. Mereka sangat ditakuti karena mempunyai tentara infantri, tentara berkuda, dan tentara dengan kereta perang. Peninggalan peninggalan berupa tembikar, alat-alat batu, dan sisa-sisa bangunan menunjukkan bahwa daerah Assyria sudah dihuni sejak zaman batu baru (neolitik) yang berkembang sekitar 6.000 tahun yang lalu. Bangsa Assyria menjadi bangsa merdeka sekitar abad ke-14 sebelum Masehi. Sebelumnya, mereka dijajah bangsa Babilonia, kemudian bangsa Mitani. Raja Ashur Uballit I merupakan pendiri kerajaan Assyria dan memerintah tahun 1365-1330 sebelum Masehi. Ia menyebut dirinya Raja Agung dan orang pertama yang menyebut Assyria sebagai Tanah Ashur. 

Pada masa pemerintahannya Kerajaan Assyria terus berperang melawan Babilonia. Pertempuran terus berlanjut pada masa pemerintahan Enlil-nihari, putra Ashuruballit Masa kejayaan Assyria dicapai pada masa pemerintahan Adad ninari I. Ia berhasil menaklukkan dan mempersatukan seluruh Mesopotamia. Ia menyebut dirinya Raja di Raja. Ia memperluas kuil, istana Ashur, dan membuat benteng pertahanan terutama di tepi Sungal Tigris.

Penggantinya adalah Tukulti-ninurta I yang memerangi Babilonia secara besar-besaran. Ia mengasingkan rajanya dan menjarah kuil Babilonia. Tindakan menjarah kuil merupakan tindakan yang melanggar agama, baik di Babilon maupun di Assyria. Akibatnya, hubungan dengan rakyatnya memburuk. Anaknya sendiri memberontak dan mengepung ibu kota. Tukulti-ninurta I terbunuh. Sejak itu, Kerajaaran Assyria mengalami kemunduran, sedangkan Babilonia bangkit kembali Kerajaan Assyria baru muncul kembali di bawah pemerintahan Raja Tigalth-pilaser I pada abad ke-II SM. Ia mengalahkan Kerajaan Aramaean dan Babilonia Utara. Ia sangat memperhatikan pertanian, perkebunan, serta mengembangkan administrasi pemerintahan dan pengajaran. Peraturan hukum juga diterapkan. Hukuman mati merupakan hal yang umum. Hukuman yang ringan berupa kerja paksa dan hukuman dera. Cucu Tigalth-pilaser I, yaitu Asurnasirpal I adalah seorang raja yang lemah. Ia tidak banyak berbuat untuk menahan serangan musuh. Baru pada abad ke 9-7 SM muncul raja-raja yang kuat seperti Tiglath-pilaser III, Sargon II, Sennacherib, dan Assarhaddon. Wilayah kekuasaan Assyria meliputi hampir seluruh daerah Timur Tengah, dan Mesir sampai Teluk Persia.

Asurnasirpat II dikenal sebagai raja yang kejam. Ia merupakan raja pertama yang menggunakan pasukan berkuda, pasukan kereta perang, dan pasukan berjalan kaki (infantri). Ia membangun kota Kalakh dan menjadikannya ibu kota kerajaan. Ia membangun istana besar seluas 25.000 meter persegi. Dengan kekejaman ia membangun kuil yang tinggi untuk memuja dewa kota Kalakh, dewa perang Ninurta dan dewa berburu. Puncak kuil itu dipakai untuk mengamati bintang Ia digantikan oleh Raja Sargon II (721-705 sebelum Masehi) yang meneruskan usaha perluasan daerah kekuasaannya. Raja Sargon II terbunuh dalam peperangan. Ia digantikan oleh anaknya, Sennacherib. Pada mulanya bangsa Assyria bersahabat dengan bangsa Babilon. Akan tetapi, bangsa Assyria berbalik memusuhi bangsa Babilon pada tahun 689. Selama 9 bulan raja Assyria, Sennacherib, mengepung kota Babilon dan akhirnya kota itu dapat dihancurkan.

Raja Sennacherib sangat memperhatikan pertanian dan pengairan negaranya. Ibu kotanya, Niniveh, memperoleh air dari sebuah saluran air berupa jembatan sepanjang 300 meter. Ia memperkenalkan tanaman kapas kepada bangsa Assyria. Istananya dihias dengan keramik berwarna. Dindingnya dipenuhi ukiran binatang dan manusia. Ada patung lembu bersayap dengan kepala manusia. Patung itu sangat besar. Seni pahat saat itu berkembang sangat pesat. Bangsa Assyria telah mengenal tulisan yang disebut tulisan paku. Bentuk tulisan itu segi tiga mirip paku dan kebanyakan digoreskan di atas lempengan tanah liat pada waktu masih basah. Lempengan itu kemudian dijemur di panas matahari. Penggantinya, Assurbanipal, sangat tertarik pada pendidikan. Di Niniveh, ia mengumpulkan 22.000 lempengan tanah liat bertulis yang disimpan di perpustakaan. Isinya antara lain menyangkut masalah agama, sastra, pengobatan, matematika, ilmu pengetahuan alam, kamus, dan sejarah.

Semua lempengan tanah liat itu didaftar dengan cermat dan ditaruh di atas rak. Sekarang sebagian besar lempengan tanah liat itu disimpan di Museum London, Inggris. Bangsa Assyria senang berperang, karena itu mereka mempunyai banyak musuh. Pengganti Assurbanipal, Asur-etel-ilani bukan seorang raja yang kuat. Kerajaan Assyria ditaklukkan oleh persekutuan bangsa Babilon, Medes, dan Chaldeans pada Tahun 614. Setelah tiga bulan berperang, Niniveh kalah. Tempat suci dan istananya hancur, termasuk juga irigasi yang dibuat oleh Sennacherib. Sisa pasukan Assyria menyerah pada tahun 609, dan Kerajaan Assyria lenyap dari sejarah.

Persia
Persia adalah sebutan bangsa Arab untuk bangsa Iran. Daerah Persia sekarang dikenal sebagai dataran tinggi Iran. Penduduknya sebagian besar ialah bangsa Medes. Bangsa asli Persia datang ke daerah itu dan daratan Asia Tengah sekitar tahun 900 SM. Mereka menyerang bangsa Arya di perbatasan gurun Iran, dan kemudian berdiam di daerah Fars yang dikelilingi oleh pegunungan dan gurun. Dengan demikian, mereka mudah menahan serangan bangsa Assyria. Bangsa Persia dikenal sebagai petani dan pemelihara kuda. Mulanya mereka mengalami kesukaran dalam mengolah tanah. Mereka harus membuat terowongan panjang untuk mengalirkan air ke daerah pegunungan. 

Bangsa Persia mempunyai beberapa orang raja yang terkenal mulai tahun 836 SM. Salah seorang di antaranya ialah Cyrus Agung. Istana kerajaannya dikenal dengan sebutan Istana Persipolis. Raja Cyrus gemar berperang, dan berhasil menguasai daerah yang luas mulai dari Mesir di Afrika sampai ke daerah perbatasan India. Kerajaan pertama yang ditaklukkan Cyrus ialah Kerajaan Medes, Lydia, dan akhirnya Babilonia. Cyrus akhirnya terbunuh dalam peperangan. Cambyses meneruskan usaha ayahnya menaklukkan Mesir.
Setelah Cambyses meninggal terjadi pemberontakan, tetapi dapat dipadamkan oleh Darius. Pada masa pemerintahan Darius (550-486 SM), Persia mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaannya meliputi seluruh daerah Tirnur Tengah. Luasnya lebih besar daripada daerah kekuasaan Kerajaan Masedonia pada masa pemerintahan Aleksander Agung atau Kerajaan Romawi Kuno. Bangsa Persia merupakan penguasa yang baik. Kerajaan mereka dibagi dalam beberapa satrap (gubernur). Tiap satrap mengawasi 20 provinsi. Jalan-jalan yang mulus banyak dibangun untuk memperlancar hubungan antardaerah. 

Salah satu di antaranya ialah Jalan Raja yang membentang dan Susa ke Sardis. Jaraknya sekitar 1.600 mil. Tiap 40 mil ada tempat pemberhentian untuk mengganti kuda. Perintah raja dapat disampaikan dalam waktu seminggu untuk jarak 1.600 mil. Bangsa Persia membangun tambang perak dan memperbaiki saluran yang pernah digunakan oleh kapal Hatshepsut yang berlayar dan Laut Tengah ke Laut Merah. Mereka juga membangun kuil-kuil besar seperti bangunan di Babilonia dan Assyria. Bangsa Persia mengenal alphabet yang terdiri dan 39 huruf. Mereka belajar Astronomi dan bangsa Babilonia. Bangsa Persia mengikuti ajaran Zoroaster yang hidup sekitar 600 SM. Ajaran itu ada hubungannya dengan ajaran Hindu. Menurut ajaran Zoroaster hidup adalah peperangan antara kebaikan dan kejahatan.
Di satu sisi ada Dewa Perusak (Ahriman) dan Dewa Kebijaksanaan (Ahuramazda). Dengan menolong Ahuramazda memerangi Ahriman, seorang pemeluk ajaran Zoroaster akan menemui kehidupan yang baik. Penganut Zoroaster harus ramah,jujur, tulus, dan bersahabat dengan sesamanya, juga dengan hewan. Jika penganut Zoroaster yang baik meninggal, ia dapat melewati api yang ada di antara dunia dan surga tanpa terluka. Untuk mereka ada sebuah jembatan lebar yang menghubungkan dunia dan surga. Sebaliknya, orang yang jahat tidak pernah sampai di surga, karena jatuh. Mereka menjumpai jembatan yang sangat sempit, yang sukar sekali dilalui. Raja-raja Persia yang terkenal adalah penganut ajaran Zoroaster. Bahkan Darius dalam salah satu prasastinya mengatakan Atas kehendak Ahuramazda yang memilih aku dan menjadikan aku raja seluruh dunia. Raja Persia lainnya, Ataxerxes I, mengeluarkan kalender baru dengan nama-nama dewa Zoroaster sebagal nama-nama bulannya. Beberapa dari ajaran Zoroaster dipakai oleh bangsa Romawi dalam pemujaan dewa Mithras. Bangsa Persia akhirnya ditaklukkan oleh orang Islam pada abad ke-7.
Sekian uraian tentang Sejarah Mesopotamia: Sumeria, Babilonia, Assyria, Persia, semoga bermanfaat. ‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar