Translate

Selasa, 28 April 2015

Thoriqoh Al Muktabaroh

Kata tarekat berasal dari bahasa arab tharaiqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: petunjuk jalan atau cara. Menurut Syaikh Ali bin Muhammad bin Ali Al Jurjani (740-816M), Tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju allah ta’ala melalui tahap-tahap / maqamat. Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian:

1.      Ia berarti metode pemberian bimbingan speritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedeketan diri dengan tuhan.

2.      Tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperi zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Menurut salah satu hadits nabi menyatakan:

عَنْ أَبِي رَبَاحٍ عن سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أنهرأى رَجُلاً يُصَلِّي بَعْدَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ أَكْثَرَ مِنْرَّكْعَتَيْنِ يُكْثِرُ فِيْهَا الرُّكُوْعَ وَالسُّجُوْدَ فَنَهَاهُفَقَالَ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ أَيُعَذِّبُنِي اللَّهُ عَلَى الصَّلاَةِقَالَ لاَ وَلَكِنْ يُعَذِّبُكَ اللَّهُ بِخِلاَفِ السُّنَّةِ.

“Riwayat dari Abi Rabah, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa dia melihat seorang lelaki shalat setelah terbit fajar, lebih banyak dari dua raka’at, dia memperbanyak ruku’ dan sujud, maka Sa’id bin Musayyab melarangnya, lalu orang itu bertanya: Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku karena shalat? Sa’id menjawab: “Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena (kamu) menyelisihi sunnah.”

Dari pengertian thariqat diatas dapat dipahami bila dengan berthariqat, maka sesungguhnya syari’at yang dikerjakan dapat dijalankan diatas rel yang hiras tidak terpeleset, tidak jatuh jurang, kesesatan, sehingga dapat sampai ketujuan hidup yang sebenarnya, yaitu Allah SWT.

Thariqat sebagaimana yang lajim dikerjakan oleh para jama’ah mempunyai tujuan yang sangat mulia didalam kehidupan. Baik dunia maupun akhirat antara lain:

a.       Dengan mengamalkan tharikat berarti mengadakan latihan jiwa ( riadhoh ) dan berjuang melarang hawa nafsu ( mujahadah ) membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan diisi dengan sifat-sifat yang terfuji dengan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya.

b.      Dengan bertariqat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Zat Yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan mengamalkan wirid dan dzikiran dan dibarengi dengan tafakkur yang secara teras-menerus.

c.       Dengan bertariqat akan tirnbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha uxituk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah.

d.      Jika thariqat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan kepada Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma'rifat, sehingga dapat diketahui pula segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasulnya secara terang benderang.

Tarekat sufi atau kelompok-kelompok sufi berkembang secara bertahap dan tidak secara langsung.
Di abad-abad awal Islam, kaum sufi tidak terorganisasi dalam lingkungan-lingkungan khusus atau tarekat. Namun, dalam perjalanan waktu, ajaran dan teladan pribadi kaum sufi yang menjalani kehidupan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan agama mulai banyak menarik kelompok manusia. Di antara abad kesembilan dan kesebelas, mulai muncul berbagai tarekat sufi, yang meliputi para ahli dari segala lapisan masyarakat. 

Ketika tarekat sufi, atau persaudaraan sufi ini muncul, pusat kegiatan sufi bukan lagi di rumah-rumah pribadi, sekolah atau tempat kerja sang pemimpin spiritual. Selain itu, struktur yang lebih bersifat kelembagaan pun diberikan pada pertemuan-pertemuan mereka, dan tarekat-tarekat sufi mulai menggunakan pusat-pusat yang sudah ada khusus untuk pertemuan-pertemuan ini. 
Pusat pertemuan kaum sufi biasanya disebut Khaneqah atau Zawiyya. Orang Turki menamakan tempat perlindungan orang sufi sebagaiTekke. Di Afrika Utara tempat semacam itu disebutRibat, nama yang juga digunakan untuk menggambarkan kubu atau benteng tentara sufi yang membela jalan Islam dan berjuang melawan orang-orang yang hendak menghancurkannya. Di anak-benua India, pusat sufi disebut Jama'at Khanaatau Khaneqah.

Sama halnya dengan berbagai mazhab hukum Islam, yang muncul pada abad-abad awal setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dimaksudkan untuk menegaskan suatu jalan yang jelas untuk penerapan hukum tersebut, demikian pula tarekat-tarekat sufi yang muncul dalam periode yang sama bermaksud menegaskan jalan yang sederhana bagi praktik penyucian batin. Sebagaimana banyak mazhab hukum Islam (fiqh) tidak lagi dipropagandakan sehingga berakhir, demikian pula banyak tarekat besar menghadapi situasi yang serupa. 

Di abad kesembilan terdapat lebih dari tiga puluh mazhab fiqh Islam, tetapi kemudian jumlah tersebut berkurang hingga lima atau enam saja. Di abad ke-12 Anda tak dapat menghitung jumlah tarekat sufi, antara lain karena banyaknya, dan karena tarekat-tarekat itu belum ditegaskan sebagai tarekat. Sebagian besar syekh dan guru spiritual dalam tarekat sufi dan mazhab hukum tidak mengharapkan ajaran mereka akan diberikan penafsiran yang terbatas dan sering kaku pada masa setelah kematian mereka, atau bahwa tarekat sufi dan mazhab hukum dinamai dengan nama mereka. Namun, terpeliharanya tarekat-tarekat sufi sebagian sering merupakan akibat dari pengasingan diri (uzlah) secara fisik dan arah yang diambil oleh kecenderungan Islam.

Suatu kecenderungan yang nampak pada tarekat-tarekat sufi ialah bahwa banyak diantaranya telah saling bercampur, sering saling memperkuat dan kadang saling melemahkan. Kebanyakan tarekat sufi memelihara catatan tentang silsilahnya, yakni rantai penyampaian pengetahuan dari syekh ke syekh, yang sering tertelusuri sampai kepada salah satu Imam Syi'ah dan karenanya kembali melalui Imam 'Ali ke Nabi Muhammad SAW, sebagai bukti keotentikan dan wewenangnya. Satu-satunya kekecualian adalah tarekat Naqsyabandiyah yang silsilah penyampaiannya melalui Abu Bakar, khalifah pertama di Madinah, ke Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini adalah beberapa tarekat sufi yang masih ada hingga kini, masing-masing dengan ciri-cirinya yang menonjol. Para pencari pengetahuan mungkin menjadi anggota dari satu atau beberapa tarekat, karena memang mereka sering mengikuti lebih dari seorang syekh sufi. 


Berikut nama-nama Thoriqot yang mempunyai pengaruh besar di dunia yaitu sejumlah 44 thoriqot tersebar di 3 benua yaitu, benua Asia, Afrika, Eropa. Benua yang kosong dari Pusat pengembangan Thoriqot ada dua yaitu, benua Amerika dan benua Australia.


1. Thoriqoh: Ad-Hamiyyah. Pendiri Syaikh Ibrohim bin Adham. Di Damaskus Syuriah.

2. Thoriqoh: Ahmadiyyah. Pendiri Syaikh Mirza Ghulam Ahmad. Di Qodiyan India.

3. Thoriqoh: `Alawiyyah. Pendiri Syaikh Abu Abbas Ahmad. Di Musta`nim Aljazair.

4. Thoriqoh: `Alwaniyyah. Pendiri Syaikh Alwan. Di Jeddah Saudi Arabia.

5. Thoriqoh: `Ammariyyah. Pendiri Syaikh Ammar Busina. Di Konstantine Aljazair.

6. Thoriqoh: Asysyaaqiyyah. Pendiri Syaikh  Hasanuddin. Di Istambul Turki.

7. Thoriqoh: Asyroofiah. Pendiri Syaikh Asrof Rumi. Di Khin Iznik Turki.

8. Thoriqoh: Baahaiyyah. Pendiri Syaikh Abdul Ghoni. Di Adrianopel Turki.

9. Thoriqoh: Bahromiyyah. Pendiri Syaikh Hajji Bahromi. Di Ankara Turki.

10. Thoriqoh: Bakriyyah. Pendiri Syaikh Abu Bakar Wafa`i. Di Aleppo Syuriah.

11. Thoriqoh: Biktasyi. Pendiri Syaikh  Biktasyi fili. Di Kirshir Turki.

12. Thoriqoh: Bistaamiyyah. Pendiri Syaikh Abu Yazid Al Bistami. Di Jabal Bistam Iran.

13. Thoriqoh: Ghulsyaaniyyah. Pendiri Syaikh  Ibrohim Ghulsyani. Di Kairo Mesir.

14. Thoriqoh: Haddaadiyyah. Pendiri Sayyid Abdulloh bin `alawy bin Muhammad AlHaddad. Di Hijaz, Arab saudi.

15. Thoriqoh: Idriisiyyah. Pendiri Sayyid Ahmad bin Idris.Di `Ashir, Arab saudi.

16. Thoriqoh: Ightibaasiyyah. Pendiri Syaikh Syamsuddin. Di Maghnasiyah Yunani.

17. Thoriqoh: Jalwaatiyyah. Pendiri Syaikh Fier Uftady. Di Bursa Turki.

18. Thoriqoh: Jamaaliyyah. Pendiri Syaikh  Jamaluddin. Di Istambul Turki.

19. Thoriqoh: Kubroowiyyah. Pendiri Syaikh  Najmuddin. Di Khurosan Iran.

20. Thoriqoh: Qodiriyyah. Pendiri Syaikh  Abdul Qodir Al Jailani. Di Baghdad Irak.
Tarekat Qadiriyah telah menyebar ke banyak tempat, termasuk Suriah, Turki, beberapa bagian Afrika seperti Kamerun, Kongo, Mauritania dan Tanzania, dan di wilayah Kaukasus, Chechnya dan Ferghana di Asia Tengah, serta di tempat- tempat lain.


21. Thoriqoh: Kholwatiyyah. Pendiri Syaikh Umar Al Kholwaty. Di Kasyiri Turki.

22. Thoriqoh: Maulawiyyah. Pendiri Syaikh Jalaluddin Rumi. Di Konya Anatholia.
Sekarang kebanyakan terdapat di Anatolia di Turki, dan pada akhir-akhir ini di Amerika Utara. Para pengikut tarekat ini juga dikenal sebagai para darwis yang berputar-putar.

23. Thoriqoh: Muroodiyyah. Pendiri Syaikh Murod Syami. Istambul Turki.

24. Thoriqoh: Naqsyabandiyyah. Pendiri Syaikh Muhammad Bahauddin  al Uwaisi al Bukhori Naqsyabandi. Di Qosri Arifan Turki.
Tarekat ini tersebar luas di wilayah Asia Tengah, Volga dan Kaukasus, Cina bagian baratlaut dan baratdaya, Indonesia, di anak-benua India, Turki, Eropa dan Amerika Utara. Ini adalah satu-satunya tarekat terkenal yang silsilah penyampaian ilmunya kembali melalui penguasa Muslim pertama, Abu Bakar, tidak seperti tarekat-tarekat sufi terkenal lainnya yang asalnya kembali kepada salah satu Ahlu Bait. dengan demikian melalui Imam 'Ali, sampai Nabi Muhammad SAW.

25. Thoriqoh: Niyaziyyah. Pendiri Syaikh  Muhammad Niyaz. Di Limnuz Yunani.

26. Thoriqoh: Ni`matulloh. Pendiri  Syah Wali Ni`matulloh. Di Kirman Iran.

27. Thoriqoh: Nur Bahsyiyyah. Pendiri Syaikh Muhammad Nurbah. Di Khurosan Iran.

28. Thoriqoh: Nuruddiiniyyah. Pendiri Syaikh  Nuruddin. Di Istambul Turki.

29. Thoriqoh: Rifaa`iyyah. Pendiri Sayyid Ahmad Ar Rifa`i. Di Basrah Irak.
tarekat Rifa'i telah menyebar ke Mesir, Suriah, Anatolia di Turki, Eropa Timur dan wilayah Kaukasus, dan akhir-akhir ini di Amerika Utara.

30. Thoriqoh: Sa`diyyah. Pendiri Syaikh  Sa`aduddin Jibawi. Di Damaskus Syuria.

31. Thoriqoh: Safaawiyyah. Pendiri Syaikh Saifuddin. Di Ardabil Iran.

32. Thoriqoh: Sanusiyyah. Pendiri Sidi Muhammad bin `Ali As Sanusi. Di Tripoli Libya.

33. Thoriqoh: Saqoothiyyah. Pendiri Syaikh  Sirri Saqothi. Di Baghdad Irak.

34. Thoriqoh: Shiddiqiyyah. PENDIRI  Kyai Muchtar Mu`thi. Di Jombang Jawa Timur Indonesia.

35. Thoriqoh: Sinan Ummiyyah. Pendiri Syaikh  Alim Sinan Ummi. Di Al Wali Turki.

36. Thoriqoh: Suhrowardiyyah. Pendiri Syaikh  Abu Najib Suhrowardi dan Syaikh Syihabuddin Abu Hafsin Umar bin Abdulloh Suhrowardi. Di Baghdad Irak.

37. Thoriqoh: Sunbuliyyah. Pendiri Syaikh Sunbul Yusuf Bulawi. Di Istambul Turki.

38. Thoriqoh: Samsiyyah. Pendiri Syaikh Syamsuddin. Di Madinah Arab Saudi.

39. Thoriqoh: Syattaariyyah. Pendiri Syaikh Abdulloh Syattar. Di India.

40. Thoriqoh: Syaadziliyyah. Pendiri Syaikh  Abu Hasan Ali Assyadzili. Di Mekkah Arab Saudi.
Dan akhirnya menjadi salah satu tarekat terbesar yang mempunyai pengikut yang luar biasa banyaknya. Sekarang tarekat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya dan Tanzania, Timur Tengah, Sri Langka dan di tempat-tempat lain, termasuk di Amerika Barat dan Utara.

41. Thoriqoh: Tijaaniyyah. Pendiri Syaikh Abul Hasan Ahmad bin Muhammad Tijani. Di Fez, Maroko.
Tarekat ini telah menyebar dari Aljazair ke selatan Sahara dan masuk ke Sudan bagian barat dan tengah, Mesir, Senegal, Afrika Barat dan bagian utara Nigeria, dan telah diperkenalkan di Amerika Barat dan Utara.

42. Thoriqoh: Um Sunaniyyah. Pendiri Syaikh Um Sunan. Di Istambul Turki.

43. Thoriqoh: Wahaabiyyah. Pendiri Syaikh  Muhammad bin Abdul Wahab. Di Nejed Arab Saudi. 

44. Thoriqoh: Zainiyyah. Pendiri Syaikh  Zainuddin. Di Kufah, Irak.

45. Thoriqoh. Jarrahiyah Pendiri Syaikh Nuruddin Muhammad al-Jarrah dari Istambul. Turki Tarekat ini terutama terbatas di Turki, dengan beberapa cabang di Amerika Barat dan Utara.

46. Thoriqoh Chistiyah Pendiri Khwaja Abu Ishaq Syami Chisti.
Tarekat yang paling berpengaruh di anak-benua India-Pakistan adalah tarekat Chisti, Penyebarannya terutama di Asia Tenggara.

47. Thoriqoh  Ahmadiyah / Badawiyah
Tarekat ini disebut juga tarekat badawiyah karena pendirinya bernama Ahmad bi ‘Aly Alhasany al Badawy
Tarekat ini sangat konsisten dengan Al Qur’an dan As Sunnah, ia sangat diminati karena antara lain : mendorong para pengikut / muridnya untuk pandai, kaya dan dermawan, saling mengasihi dan juga karena doktrin\-doktrin sifistiknya yang menarik.

Tarekat-tarekat sufi, sebagaimana gerakan-gerakan lainnya, cenderung bersiklus. Siklus suatu tarekat sufi biasanya antara dua sampai tiga ratus tahun sebelum melemah dan merosot. Bilamana muncul suatu kebutuhan terhadap suatu tarekat sufi maka tarekat tersebut mulai bangkit, kemudian mencapai klimaksnya, lalu berangsur-angsur berkurang dan bubar.

Satu kecenderungan yang dapat diamati dalam sejarah tasawuf ialah bahwa bilamana terdapat kekurangan dalam materi sumber Islam, seperti Al-Qur'an atau sunnah Nabi Muhammad SAW, dalam suatu tarekat sufi, maka ia cenderung didominasi oleh kultur yang lebih kuat dan tua dari lingkungannya. 

Percampuran ini dapat dilihat pada tarekat Chistiyah di Asia Tenggara dan pada tarekat-tarekat sufi di Indonesia yang telah menyerap banyak unsur adat Hindu dan Buddha ke dalam praktik-praktiknya. Demikian pula, tarekat-tarekat sufi Afrika di bawah wilayah Sudan telah memadukan beberapa adat keagamaan suku-suku Afrika ke dalam praktik-praktik mereka. Nampaknya di kawasan-kawasan terpencil itu semua tarekat sufi telah mengambil warna kultus. 

Pengaruh Tarekat dalam dunia islam

Ada dua persepsi yang lazim berkembang tentang jamiyah tarekat di Indonesia. 
Pertama, tarekat di anggap sebagai fanatisme guru yang dapat berubah menjadi fanatisme politik. 
Kedua, tarekat dinilai sebagai gajala depolitisasi, pelarian dari tanggung jawab sosial dan politik. 
Tarekat yang dikehendaki ? adalah sebuah gerakan kaum sufi dalam kegiatan social keagamaan.

Dilihat dari aktivitas dan tujuannya. Tarekat dapat dikategorikan menjadi dua kategori besar. 
Pertama, tarekat sebagai gerakan purifikasi dengan penekanan pad astetisme yang sifatnya individualistic. Dalam hal ini ditekankan adanya kegiatan dan kengkajian yang lebih berusaha kearah pemurnian, keselamatan dan kedamaian. 
Kedua, tarekat dijadikan sarana mengartikulasikan sisi terhadap lingkungan, atau sebagai sarana berdialog dengan lingkungan social politik, membentuk tingkah laku bersama dalam mencoba mengintepretasikan lingkungan untuk di jawab dan diatasi.

Bila diakitkan dengan misi awal tarekat yang mengajak manusia menuju pensucian jiwa, dan latar belakang kelahirannya. Akibat dari keprihatinan moral, maka bisa jadi tarekat tidak memiliki kaitan dengan politik sama sekali. Pemahaman logisnya, sebagai penganut dan pencintanya, tarekat dianggap jalan paling efektif dalam menghadapi kemerosotan aspek-aspek spiritual, moralitas dan kecenderungan-kecenderungan dehumanisasi.

Disisi lain, sebagai gerakan popular, tarekat merupakan gerakan pertama yang secara konstruktif merasakan kejenuhan terhadap akidah ahli kalam yang kaku. Dan iamerupakan terobosan baru untuk seseorang mudah memasuki islm. Tarekat telahmengendorkan syarat keislaman yang ketat, hal ini memberikan bahaya yang serius. Tetapi, disisi lain dinilai telah mampu menampilkan kelembutan wajah islam yang luar biasa, bahkan mau berkompromi dengan kepercayaan-kepercayaan lama.
Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Dalam perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya., tetapi juga mengikuti kegiatan politik, misal tarekat tijaniyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan perancis di afrika urata, ahmadiyah menentang orang-orang salib yang datang ke mesir. Jadi sungguhpun mereka memusatkan perhatian kepada akhirat, mereka pun ikut bergerak menyelamatkan umat islam dari bahaya yang mengancamnya.
Disamping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia ini karena dunia ini adalah bangkai dan yang mengejar dunia adalah anjing. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat manusia (islam) dari jalan yang harus ditempuhnya. Para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mecemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat islam.
Demikian sedikit ulasan tentang Thoriqoh Sufi yang beragam serta berbagai tanggapan wacana di dunia Islam.
Semoga bermanfaat untuk kemuliaan Ilmu dan perjuangan ‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar