Disebutkan dalam riwayat sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma , bahwa beliau Radhiyallahu anhu mengatakan :
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَابَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Kami (para sahabat) pernah menilai orang terbaik di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka kami dapatkan yang terbaik adalah Abu Bakar Radhiyallahu anhu , kemudian Umar bin Khattâb Radhiyallahu anhu , kemudian Utsmân bin Affân, mudah-mudahan Allâh meridhai mereka semua”. [HR. al-Bukhâri, no. 3655]
Bahkan penilaian tersebut di sampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu ketika di tanya oleh putranya Muhammad bin al-Hanafiyyah yang mengatakan :
قُلْتُ لِأَبِي أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَ : أَبُو بَكْرٍ،قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : ثُمَّ عُمَرُ،وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَانُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ.
“Aku bertanya kepada ayahku, siapa orang terbaik setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia menjawab: Abu Bakar, aku pun bertanya lagi :Kemudian siapa setelah itu? Ia menjawab: Kemudian Umar, maka aku khawatir ia akan menjawab Utsman setelah itu, aku pun segera memotongnya: kemudian engkau? Ia menjawab: Aku hanyalah seseorang dari kaum muslimin”. [HR. al-Bukhâri, no. 3671]
Umar ra. menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra., Thalhah bin ‘Ubaidillah ra, Az-Zubair bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Dan Abdur Rahman bin ‘Auf ra. Umar ra. merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka. Beliau berkata, ” Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah SWT. menghendaki kebaikan terhadap kalian maka Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik setelah nabi kalian.
Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail karena ia adalah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai anak paman beliau dan dia adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al-Madainy dari para Syaikhnya bahwa ia (Sa’id bin Zaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar ra. katakan, “Kamu tidak termasuk anggota majelis syura.” Umar ra. berkata kepada anggota majelis syura, “Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini.” Bahkan beliau memberikan pendapat dan nasehat kepada anggota tersebut agar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut.
Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami shalat selama tiga hari sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut. Mereka bermusyawarah di rumah membicarakan tentang urusan ini hingga akhirnya hanya terpilih tiga kandidat saja. Zubair ra. menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali ra. bin Abi Thalib ra., Sa’ad ra. kepada Abdur Rahman bin ‘Auf ra. dan Thalhah ra. kepada Utsman bin Affan ra. Abdur Rahman bin ‘Auf ra. berkata kepada Ali ra. dan Utsman ra., “Sesungguhnya aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dari perkara ini, Allah SWT. sebagai pengawasnya. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa.” Ucapan ini membuat Utsman ra.dan Ali ra. terdiam.
Kemudian Abdur Rahman ra. melanjutkan, “Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar.” Mereka berdua berkata, “Ya.” Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak maka ia akan mendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka berdua menjawab, “Ya.” Lantas mereka pun bubar. Abdur Rahman ra. berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan shalat, doa dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman ra..
Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar. bin Khaththab ra, Abdur Rahman mendatangi rumah kemenakannya al-Miswar bin Makhramah dan berkata, “Apakah engkau tidur ya Miswar? Demi Allah SWT. aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu. Pergilah untuk memanggil Ali ra. dan Utsman ra.!” al- Miswar berkata, “Siapa yang pertama harus kupanggil?” beliau berkata, “Terserah padamu.” Maka aku pun pergi menemui Ali ra. dan kukatakan, “Pamanku tadi memanggilmu.” Ali ra. bertanya, “Apakah ia juga memanggil yang lain selainku?” Jawabku, “Benar.” Ali ra. bertanya, “Siapa?” Jawabku, “Utsman bin Affan ra..” Ali ra. bertanya lagi, “Siapa yang ia panggil pertama kali. di antara kami?” Jawabku, “Beliau tidak menyuruhku seperti itu, tetapi ia katakan terserah padamu siapa yang terlebih dahulu engkau panggil dan akhirnya aku mendatangimu.” Maka Ali ra. pun pergi keluar bersamaku.
Tatkala kami melintasi rumah Utsman bin Affan ra., Ali ra. duduk dan aku masuk ke dalam rumah, aku dapati beliau sedang melaksanakan shalat witir ketika menjelang fajar. Lantas ia bertanya sebagaimana yang ditanyakan Ali ra. kepadaku, lantas ia pun keluar. Kemudian kami menghadap kepada pamanku yang sedang melaksanakan shalat. Ketika selesai mengerjakan shalat, beliau mendatangi Ali ra. dan Utsman ra.seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah bertanya kepada masyarakat tentang kalian berdua dan tidak seorang pun dari mereka yang lebih mengistimewakan antara kalian berdua. Kemudian beliau mengambil perjanjian dari mereka berdua jika menempati jabatan tersebut harus bersikap adil dan jika tidak maka ia harus mendengar dan mentaati.
Lantas Abdur Rahman membawa mereka ke masjid. Waktu itu Abdur Rahman memakai serban yang dipakaikan Rasulullah saw. sambil membawa pedang. Beliau mengutus ketengah-tengah masyarakat Muhajirin dan Anshar lalu diserukan untuk shalat berjama-ah. Maka masjid menjadi penuh dan orang-orang saling berdesakkan sehingga tidak ada tempat bagi Utsman ra.untuk duduk kecuali di tempat paling belakang -beliau adalah seorang pemalu-. Kemudian Abdur Rahman bin Auf ra naik ke atas mimbar Rasulullah saw. dan berdiri sangat lama sambil berdoa dengan doa yang sangat panjang dan tidak terdengar oleh orang banyak lalu berkata, “Wahai sekalian manusia! Aku telah menanyakan keinginan kalian baik secara pribadi maupun di depan umum, namun aku tidak dapati seorang pun yang condong kepada salah seorang dari mereka berdua baik Ali ra. maupun Utsman ra. Wahai Ali ra. kemarilah!” Maka bangkitlah Ali ra. dan berdiri di bawah mimbar kemudian Abdur Rahman memegang tangannya seraya berkata, “Apakah engkau mau di bai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.?” Ali ra. Menjawab, “Tidak, akan tetapi akan aku jalankan sesuai dengan kemampuanku.” Lalu Abdur Rahman melepaskan pegangan nya dan me-manggil Utsman, “Wahai Utsman ra. kemarilah!” Maka Utsman pun bangkit dan tangannya dipegang oleh Abdur Rahman lalu bertanya, ” Apakah engkau mau dibai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.?” Utsman ra.menjawab, “Ya!” Lantas Abdur Rahman menengadahkan kepalanya ke atap masjid sambil memegang tangan Utsman ra. dan berkata,” Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah sesungguhnya aku telah
Alihkan beban yang ada di pundakku ke pundak Utsman bin Affan ra..” Maka orang-orang pun berdesak-desakan untuk membai’at sehingga beliau dikerumuni oleh orang-orang di bawah mimbar. Abdur Rahman duduk di tempat yang biasa diduduki oleh Rasulullah saw. dan mendudukkan Utsman ra. di bawahnya yakni di tangga mimbar yang ke-dua. Berdatanganlah orang-orang kepada Utsman ra. untuk membai’atnya dan Ali ra. Adalah orang pertama yang membai’atnya. Dan disebutkan pula bahwa ia adalah orang yang terakhir membai’at Utsman.
Adapun yang disebutkan oleh para ahli sejarah, seperti Ibnu Jarir701 dan Iain-lain dari riwayat orang-orang yang tidak diketahui bahwa Ali ra. berkata kepada Abdur Rahman, “Engkau telah menipuku, engkau mengangkatnya karena ia familimu dan karena ia sering meminta pendapatmu tentang setiap permasalahannya.” Kemudian Ali ra. enggan untuk membai’atnya hingga Abdur Rahman menyebutkan ayat: “Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Al-Fath:10).
Dan berita lainnya yang bertentangan dengan berita-berita yang shahih, maka berita tersebut tertolak. Adapun sangkaan bahwa para sahabat pada waktu itu berselisih pendapat tentang pengangkatan tersebut adalah sangkaan yang bersumber dari orang-orang Rafidhah, para pendongeng bodoh yang tidak dapat membedakan antara berita shahih dan dha’if, yang lurus dan yang bengkok.
Dari Amru bin Maimun tentang kisah pembunuhan khalifah Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu:
فَقَالُوا أَوْصِ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ اسْتَخْلِفْ قَالَ مَا أَجِدُ أَحَدًا أَحَقَّ بِهَذَا الْأَمْرِ مِنْ هَؤُلَاءِ النَّفَرِ أَوْ الرَّهْطِ الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُمْ رَاضٍ فَسَمَّى عَلِيًّا وَعُثْمَانَ وَالزُّبَيْرَ وَطَلْحَةَ وَسَعْدًا وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ وَقَالَ يَشْهَدُكُمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ كَهَيْئَةِ التَّعْزِيَةِ لَهُ فَإِنْ أَصَابَتْ الْإِمْرَةُ سَعْدًا فَهُوَ ذَاكَ وَإِلَّا فَلْيَسْتَعِنْ بِهِ أَيُّكُمْ مَا أُمِّرَ فَإِنِّي لَمْ أَعْزِلْهُ عَنْ عَجْزٍ وَلَا خِيَانَةٍ
Orang-orang berkata: “Berilah wasiat wahai amirul mukminin! Tunjuklah seseorang sebagai khalifah yang baru sepeninggal Anda!”
Umar menjawab: “Saya tidak mendapati seorang pun yang lebih layak memegang kekhilafahan ini selain dari orang-orang yang diridhai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam saat beliau wafat.” Umar lalu menyebutkan nama Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin auf.
Umar berkata: “Sebagai saksi atas kalian adalah Abdullah bin Umar, namun ia tidak berhak atas perkara kekhilafahan.” Seakan-akan itu ungkapan belasungkawa kepada Ibnu Umar.
Umar berkata: “Jika jabatan khilafah dipegang oleh Sa’ad bin Abi Waqash, maka itu baik. Adapun jika bukan dia yang menjadi khalifah, maka hendaklah siapapun khalifah yang terpilih meminta bantuan Sa’ad, sebab aku memberhentikan Sa’ad [dari jabatan gubernur Kufah] bukanlah karena ia pejabat yang lemah atau berkhianat.”
وَقَالَ أُوصِي الْخَلِيفَةَ مِنْ بَعْدِي بِالْمُهَاجِرِينَ الْأَوَّلِينَ أَنْ يَعْرِفَ لَهُمْ حَقَّهُمْ وَيَحْفَظَ لَهُمْ حُرْمَتَهُمْ وَأُوصِيهِ بِالْأَنْصَارِ خَيْرًا{ الَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ }أَنْ يُقْبَلَ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَأَنْ يُعْفَى عَنْ مُسِيئِهِمْ وَأُوصِيهِ بِأَهْلِ الْأَمْصَارِ خَيْرًا فَإِنَّهُمْ رِدْءُ الْإِسْلَامِ وَجُبَاةُ الْمَالِ وَغَيْظُ الْعَدُوِّ وَأَنْ لَا يُؤْخَذَ مِنْهُمْ إِلَّا فَضْلُهُمْ عَنْ رِضَاهُمْ وَأُوصِيهِ بِالْأَعْرَابِ خَيْرًا فَإِنَّهُمْ أَصْلُ الْعَرَبِ وَمَادَّةُ الْإِسْلَامِ أَنْ يُؤْخَذَ مِنْ حَوَاشِي أَمْوَالِهِمْ وَيُرَدَّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ وَأُوصِيهِ بِذِمَّةِ اللَّهِ وَذِمَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُوفَى لَهُمْ بِعَهْدِهِمْ وَأَنْ يُقَاتَلَ مِنْ وَرَائِهِمْ وَلَا يُكَلَّفُوا إِلَّا طَاقَتَهُمْ فَلَمَّا قُبِضَ خَرَجْنَا بِهِ فَانْطَلَقْنَا نَمْشِي فَسَلَّمَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ يَسْتَأْذِنُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَتْ أَدْخِلُوهُ فَأُدْخِلَ فَوُضِعَ هُنَالِكَ مَعَ صَاحِبَيْهِ
Umar berkata lagi: “Saya mewasiatkan kepada khalifah sepeninggalku untuk mengenal hak kaum Muhajirin yang pertama dan menjaga kehormatan mereka, juga saya mewasiatkan kepadanya untuk memperlakukan kaum Anshar ‘yaitu orang-orang yang telah memiliki negeri dan beriman sebelum kedatangan muhajirin – QS. Al-Hasyr [59]: 9′, menerima orang yang berbuat baik diantara mereka dan memaafkan orang yang berbuat buruk diantara mereka.
Saya juga mewasiatkan kepadanya untuk memperlakukan penduduk wilayah-wilayah secara baik, sebab mereka adalah pokok bangsa Arab dan bahan baku umat Islam, hendaklah diambil harta zakat dari orang-orang kaya mereka dan dibagikan kepada orang-orang miskin diantara mereka. Saya juga mewasiatkan kepadanya dengan jaminan Allah dan jaminan rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa salam, hendaklah ia memenuhi perjanjian kepada rakyat dan berperang untuk melindungi mereka [dari serangan musuh Islam] serta janganlah ia membebani rakyat di luar batas kesanggupan mereka.”
Ketika Umar meninggal, kami keluar membawa jenazahnya dan kami berangkat dengan berjalan kaki [menuju rumah Aisyah radhiyallahu ‘anha]. Abdullah bin Umar pun mengucapkan salam dan berkata: “Umar bin Khathab meminta izin masuk.” Aisyah menjawab: “Masukkanlah jenazahnya!” Maka jenazah Umar dibawa masuk ke kamar Aisyah dan dimakamkan di sana bersama dua sahabatnya [Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan Abu Bakar].
فَلَمَّا فُرِغَ مِنْ دَفْنِهِ اجْتَمَعَ هَؤُلَاءِ الرَّهْطُ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ اجْعَلُوا أَمْرَكُمْ إِلَى ثَلَاثَةٍ مِنْكُمْ فَقَالَ الزُّبَيْرُ قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى عَلِيٍّ فَقَالَ طَلْحَةُ قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى عُثْمَانَ وَقَالَ سَعْدٌ قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ أَيُّكُمَا تَبَرَّأَ مِنْ هَذَا الْأَمْرِ فَنَجْعَلُهُ إِلَيْهِ وَاللَّهُ عَلَيْهِ وَالْإِسْلَامُ لَيَنْظُرَنَّ أَفْضَلَهُمْ فِي نَفْسِهِ فَأُسْكِتَ الشَّيْخَانِ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ أَفَتَجْعَلُونَهُ إِلَيَّ وَاللَّهُ عَلَيَّ أَنْ لَا آلُ عَنْ أَفْضَلِكُمْ قَالَا نَعَمْ فَأَخَذَ بِيَدِ أَحَدِهِمَا فَقَالَ لَكَ قَرَابَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْقَدَمُ فِي الْإِسْلَامِ مَا قَدْ عَلِمْتَ فَاللَّهُ عَلَيْكَ لَئِنْ أَمَّرْتُكَ لَتَعْدِلَنَّ وَلَئِنْ أَمَّرْتُ عُثْمَانَ لَتَسْمَعَنَّ وَلَتُطِيعَنَّ ثُمَّ خَلَا بِالْآخَرِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَلَمَّا أَخَذَ الْمِيثَاقَ قَالَ ارْفَعْ يَدَكَ يَا عُثْمَانُ فَبَايَعَهُ فَبَايَعَ لَهُ عَلِيٌّ وَوَلَجَ أَهْلُ الدَّارِ فَبَايَعُوهُ
Ketika penguburan jenazah Umar telah selesai, keenam orang yang disebut namanya oleh Umar sebagai calon khalifah pun berkumpul. Abdurrahman bin Auf berkata: “Jadikanlah urusan pemilihan khalifah ini untuk tiga calon saja diantara kalian!” Maka Zubair bin Awwam berkata: “Hak saya telah saya serahkan untuk Ali bin Abi Thalib.” Thalhah bin Ubaidillah berkata: “Hak saya telah saya serahkan untuk Utsman bin Affan.” Sa’ad bin Abi Waqash berkata: “Hak saya telah saya serahkan kepada Abdurrahman bin Auf.” Maka Abdurrahman bin Auf berkata: “Siapakah diantara kalian berdua [Ali dan Utsman] yang siap melepaskan haknya sehingga jabatan kekhilafahan ini akan kita serahkan kepadanya. Allah dan [umat] Islam sungguh-sungguh akan melihat orang yang paling utama diantara mereka dalam dirinya.” Ali dan Utsman terdiam.
Abdurrahman bin Auf bertanya: “Apakah kalian rela menyerahkan pemilihan ini kepadaku, maka saya memiliki kewajiban terhadap Allah untuk tidak meninggalkan orang yang paling mulia diantara kalian?”
Ali dan Utsman menjawab: “Ya, kami rela.”
Maka Abdurrahman bin Auf memegang tangan salah satu dari keduanya [Ali bin Abi Thalib] dan berkata kepadanya: “Anda memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan Anda terdahulu dalam masuk Islam. Kewajibanmu atas Allah seandainya aku mengangkatmu sebagai pemimpin, hendaklah Anda berbuat adil dan seandainya aku mengangkat Ustman sebagai pemimpin maka Anda harus mendengar dan menaatinya.”
Abdurrahman bin Auf lalu memegang tangan calon lainnya [Utsman] dan mengatakan hal serupa kepadanya. Setelah Abdurrahman bin Auf selesai mengambil perjanjian, ia berkata: “Angkatlah tanganmu wahai Utsman!” Lalu Abdurrahman bin Auf membai’at Ustman, disusul oleh Ali yang membai’atnya, lalu orang-orang di luar rumah pun masuk ke dalam rumah dan membai’at Utsman. (HR. Bukhari: Kitab Fadhail Ash-Shahabah no. 3700)
Dari Miswar bin Makhramah berkata:
أَنَّ الرَّهْطَ الَّذِينَ وَلَّاهُمْ عُمَرُ اجْتَمَعُوا فَتَشَاوَرُوا فَقَالَ لَهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ لَسْتُ بِالَّذِي أُنَافِسُكُمْ عَلَى هَذَا الْأَمْرِ وَلَكِنَّكُمْ إِنْ شِئْتُمْ اخْتَرْتُ لَكُمْ مِنْكُمْ فَجَعَلُوا ذَلِكَ إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَلَمَّا وَلَّوْا عَبْدَ الرَّحْمَنِ أَمْرَهُمْ فَمَالَ النَّاسُ عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَتَّى مَا أَرَى أَحَدًا مِنْ النَّاسِ يَتْبَعُ أُولَئِكَ الرَّهْطَ وَلَا يَطَأُ عَقِبَهُ وَمَالَ النَّاسُ عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ يُشَاوِرُونَهُ تِلْكَ اللَّيَالِي حَتَّى إِذَا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَصْبَحْنَا مِنْهَا فَبَايَعْنَا عُثْمَانَ قَالَ الْمِسْوَرُ طَرَقَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بَعْدَ هَجْعٍ مِنْ اللَّيْلِ فَضَرَبَ الْبَابَ حَتَّى اسْتَيْقَظْتُ فَقَالَ أَرَاكَ نَائِمًا فَوَاللَّهِ مَا اكْتَحَلْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ بِكَبِيرِ نَوْمٍ انْطَلِقْ فَادْعُ الزُّبَيْرَ وَسَعْدًا فَدَعَوْتُهُمَا لَهُ فَشَاوَرَهُمَا ثُمَّ دَعَانِي فَقَالَ ادْعُ لِي عَلِيًّا فَدَعَوْتُهُ فَنَاجَاهُ حَتَّى ابْهَارَّ اللَّيْلُ ثُمَّ قَامَ عَلِيٌّ مِنْ عِنْدِهِ وَهُوَ عَلَى طَمَعٍ وَقَدْ كَانَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَخْشَى مِنْ عَلِيٍّ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ ادْعُ لِي عُثْمَانَ فَدَعَوْتُهُ فَنَاجَاهُ حَتَّى فَرَّقَ بَيْنَهُمَا الْمُؤَذِّنُ بِالصُّبْحِ
“Sesungguhnya orang-orang [majlis Syura] yang telah diserahi oleh Umar tugas mengangkat khalifah berkumpul dan bermusyawarah. Abdurrahman bin Auf berkata kepada mereka: ‘Saya bukanlah orang yang akan bersaing dengan kalian dalam memperebutkan jabatan khilafah ini. Namun jika kalian setuju, saya akan memilih salah seorang diantara kalian sebagai khalifah.”
Maka mereka setuju dan mereka menyerahkan urusan tersebut kepada Abdurrahman bin Auf. Ketika mereka telah menyerahkan urusan tersebut kepada Abdurrahman bin Auf, ternyata masyarakat cenderung kepada Abdurrahman bin Auf, sampai-sampai Abdurrahman bin Auf tidak melihat seorang warga pun memilih orang-orang yang dicalonkan oleh Umar tersebut. Masyarakat cenderung kepada Abdurrahman bin Auf. Mereka bermusyawarah dengan Abdurrahman bin Auf selama beberapa malam.
Sampai pada malam hari dimana keesokan paginya kami membai’at Utsman, Abdurrahman bin Auf mendatangiku [Miswar bin Makhramah] setelah tidur malam. Abdurrahman bin Auf mengetuk pintu rumahku, maka aku pun terbangun. Abdurrahman bin Auf berkata: “Saya melihatmu tidur. Demi Allah, malam ini saya tidak sedikit pun mencicipi tidur yang cukup. Pergilah, panggilkan Sa’ad bin Abi Waqash dan Zubair bin Awwam. Saya pun memanggil keduanya, lalu Abdurrahman bin Auf bermusyawarah dengan keduanya.
Abdurrahman bin Auf lalu memanggilku dan berkata: “Panggilkan untukku Ali bin Abi Thalib!” Aku pun memanggilnya, lalu Abdurrahman bin Auf berbicara berduaan dengan Ali sampai larut malam. Ali kemudian pergi dari rumah Abdurrahman dengan penuh harapan akan dipilih sebagai khalifah yang baru. Abdurrahman bin Auf sendiri mengkhawatirkan sesuatu hal dari diri Ali.
Abdurrahman bin Auf kemudian memanggilku dan berkata: “Panggilkan untukku Utsman bin Affan!” Aku pun memanggil Utsman, lalu Abdurrahman bin Auf berbicaraa berduaan dengan Utsman, sampai keduanya dipisahkan oleh muadzin yang mengumandangkan shalat Subuh.
فَلَمَّا صَلَّى لِلنَّاسِ الصُّبْحَ وَاجْتَمَعَ أُولَئِكَ الرَّهْطُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ فَأَرْسَلَ إِلَى مَنْ كَانَ حَاضِرًا مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَأَرْسَلَ إِلَى أُمَرَاءِ الْأَجْنَادِ وَكَانُوا وَافَوْا تِلْكَ الْحَجَّةَ مَعَ عُمَرَ فَلَمَّا اجْتَمَعُوا تَشَهَّدَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ يَا عَلِيُّ إِنِّي قَدْ نَظَرْتُ فِي أَمْرِ النَّاسِ فَلَمْ أَرَهُمْ يَعْدِلُونَ بِعُثْمَانَ فَلَا تَجْعَلَنَّ عَلَى نَفْسِكَ سَبِيلًا فَقَالَ أُبَايِعُكَ عَلَى سُنَّةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْخَلِيفَتَيْنِ مِنْ بَعْدِهِ فَبَايَعَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَبَايَعَهُ النَّاسُ الْمُهَاجِرُونَ وَالْأَنْصَارُ وَأُمَرَاءُ الْأَجْنَادِ وَالْمُسْلِمُونَ
Tatkala selesai mengimami masyarakat shalat Shubuh dan seluruh calon khalifah berkumpul dibawa mimbar, Abdurrahman bin Auf mengutus seorang pembantu untuk menghadirkan seluruh Muhajirin dan Anshar yang berada di Madinah. Abdurrahman bin Auf juga mengutus seorang pembantu untuk menghadirkan seluruh gubernur wilayah, yang [pada bulan Dzulhijah tahun tersebut] mereka bertepatan melaksanakan ibadah haji bersama Umar bin Khatah.
Setelah mereka semua hadir di dalam masjid, Abdurrahman bin Auf menyampaikan khutbah. Ia mengucapkan syahadat dan memuji Allah Ta’ala, lalu ia berkata: “Amma ba’du. Wahai Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya aku telah melihat kehendak masyarakat. Aku melihat pilihan mereka tidak beralih dari Utsman bin Affan. Maka janganlah engkau sekali-kali menjadikan jalan bagi dirimu untuk meraih jabatan khilafah ini.”
Ali bin Abi Thalib berkata [kepada Utsman]: “Aku membai’atmu di atas sunnah [hukum] Allah, sunnah Rasul-Nya dan dua orang khalifah setelahnya.” Lalu Abdurrahman bin Auf membai’at Utsman bin Affan. Maka masyarakat dari kalangan Muhajirin, Anshar, para gubernur wilayah dan seluruh umat Islam memba’iat Utsman bin Affan. (HR. Bukhari: Kitab Al-Ahkam no. 7207)
Keutamaan Sayyidina 'Utsman Bin 'Affan
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي حَرْمَلَةَ عَنْ عَطَاءٍ وَسُلَيْمَانَ ابْنَيْ يَسَارٍ وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُضْطَجِعًا فِي بَيْتِي كَاشِفًا عَنْ فَخِذَيْهِ أَوْ سَاقَيْهِ فَاسْتَأْذَنَ أَبُو بَكْرٍ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ كَذَلِكَ فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَوَّى ثِيَابَهُ قَالَ مُحَمَّدٌ وَلَا أَقُولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ فَلَمَّا خَرَجَ قَالَتْ عَائِشَةُ دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr]. [Yahya bin Yahya] berkata; Telah mengabarkan kepada kami Sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] yaitu Ibnu Ja'far dari [Muhammad bin Abu Harmalah] dari ['Atha] dan [Sulaiman] -kedua anak Yasar dan [Abu Salamah bin 'Abdur Rahman] bahwa ['Aisyah] berkata; 'Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berbaring di rumah saya dengan membiarkan kedua pahanya atau kedua betisnya terbuka. Tak lama kemudian, Abu Bakar minta izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkannya untuk masuk dalam kondisi beliau tetap seperti itu dan terus berbincang-bincang (tentang suatu hal). Lalu Umar bin Khaththab datang dan meminta izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkannya untuk masuk dalam kondisi beliau tetap seperti itu dan terus berbincang-bincang (tentang suatu hal). Kemudian Utsman bin Affan datang dan meminta izin kepada beliau untuk masuk ke dalam rumah beliau. Maka Rasulullah pun mempersilahkannya untuk masuk seraya mengambil posisi duduk dan membetulkan pakaiannya. Muhammad berkata; Saya tidak mengatakan hal itu pada hari yang sama. Lalu Utsman masuk dan langsung bercakap-cakap dengan beliau tentang berbagai hal. Setelah Utsman keluar dari rumah, Aisyah bertanva; "Ya Rasulullah, tadi ketika Abu Bakar masuk ke rumah engkau tidak terlihat tergesa-gesa untuk menyambutnya. Kemudian ketika Umar datang dan masuk, engkaupun menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika Utsman bin Affan datang dan masuk ke rumah maka engkau segera bangkit dari pembaringan dan langsung mengambil posisi duduk sambil membetulkan pakaian engkau. Sebenarnya ada apa dengan hal ini semua ya Rasulullah'?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Hai Aisyah, bagaimana mungkin aku tak merasa malu kepada seseorang yg para malaikat saja merasa malu kepadanya?. [HR. Muslim No.4414].
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْعَاصِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعُثْمَانَ حَدَّثَاهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ اسْتَأْذَنَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ عَلَى فِرَاشِهِ لَابِسٌ مِرْطَ عَائِشَةَ فَأَذِنَ لِأَبِي بَكْرٍ وَهُوَ كَذَلِكَ فَقَضَى إِلَيْهِ حَاجَتَهُ ثُمَّ انْصَرَفَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ فَقَضَى إِلَيْهِ حَاجَتَهُ ثُمَّ انْصَرَفَ قَالَ عُثْمَانُ ثُمَّ اسْتَأْذَنْتُ عَلَيْهِ فَجَلَسَ وَقَالَ لِعَائِشَةَ اجْمَعِي عَلَيْكِ ثِيَابَكِ فَقَضَيْتُ إِلَيْهِ حَاجَتِي ثُمَّ انْصَرَفْتُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَالِي لَمْ أَرَكَ فَزِعْتَ لِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَمَا فَزِعْتَ لِعُثْمَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عُثْمَانَ رَجُلٌ حَيِيٌّ وَإِنِّي خَشِيتُ إِنْ أَذِنْتُ لَهُ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ أَنْ لَا يَبْلُغَ إِلَيَّ فِي حَاجَتِهِ و حَدَّثَنَاه عَمْرٌو النَّاقِدُ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ كُلُّهُمْ عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْعَاصِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ وَعَائِشَةَ حَدَّثَاهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ اسْتَأْذَنَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ عُقَيْلٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ
Telah menceritakan kepada kami ['Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits bin Sa'ad]; Telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Kakekku]; Telah menceritakan kepadaku ['Uqail bin Khalid] dari [Ibnu Syihab] dari [Yahya bin Sa'id bin Al 'Ash] bahwa [Sa'id bin Al 'Ash] Telah mengabarkan kepadanya, ['Aisyah] istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan [Utsman] telah menceritakan kepadanya; Abu Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang saya bersama beliau dalam satu selimut, kemudian beliau mengizinkannya dan dia menyampaikan keperluannya kepada beliau sedang beliau masih bersamaku dalam selimut. Setelah itu Abu Bakar keluar. Kemudian Umar meminta izin kepada beliau dalam keadaan yang sama. lalu beliau mengizinkannya dan dia menyampaikan keperluannya kepada beliau, setelah itu Umar keluar. Utsman berkata; Kemudian aku meminta izin kepada beliau, lalu beliau segera duduk seraya berkata kepada Aisyah; 'Betulkan pakaianmu wahai Aisyah! Lalu aku menyampaikan keperluanku kepada beliau setelah itu aku keluar. Aisyah berkata; wahai Rasulullah! aku melihat sikapmu kepada Abu Bakar dan Umar ketika mereka meminta izin (menemuimu) tidak sama dengan sikapmu kepada Utsman ketika dia datang, kenapa demikian? Beliau bersabda: " Sesungguhnya Ustman adl orang yg sangat pemalu & jika aku mengizinkannya dalam keadaanku yg seperti itu, aku khawatir dia tak mau menyampaikan keperluannya kepadaku. Dan telah menceritakannya kepada kami 'Amru An Naqid & Al Hasan bin 'Ali Al Hulwani & 'Abad bin Humaid seluruhnya dari Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'ad; Telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Shalih bin Kaisan dari Ibnu Syihab dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Sa'd bin Al 'Ash bahwa Sa'd bin Al 'Ash telah mengabarkan kepadanya; bahwanya 'Utsman & 'Aisyah telah menceritakannya kepada kami; Abu Bakr Ash Shiddiq meminta izin untuk menemui Rasulullah . -lalu perawi menyebutkan Hadits yg sama dgn Hadits Uqail dari Az Zuhri. [HR. Muslim No.4415].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ غِيَاثٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَائِطٍ مِنْ حَائِطِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ مُتَّكِئٌ يَرْكُزُ بِعُودٍ مَعَهُ بَيْنَ الْمَاءِ وَالطِّينِ إِذَا اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَإِذَا أَبُو بَكْرٍ فَفَتَحْتُ لَهُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَذَهَبْتُ فَإِذَا هُوَ عُمَرُ فَفَتَحْتُ لَهُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ آخَرُ قَالَ فَجَلَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ افْتَحْ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تَكُونُ قَالَ فَذَهَبْتُ فَإِذَا هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ قَالَ فَفَتَحْتُ وَبَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ وَقُلْتُ الَّذِي قَالَ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَبْرًا أَوْ اللَّهُ الْمُسْتَعَانُ حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ حَائِطًا وَأَمَرَنِي أَنْ أَحْفَظَ الْبَابَ بِمَعْنَى حَدِيثِ عُثْمَانَ بْنِ غِيَاثٍ
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anazi]; Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu 'Adi] dari ['Utsman bin Ghiyats] dari [Abu 'Utsman An Nahdi] dari [Abu Musa Al Asy'ari] dia berkata; dia berkata; Pada suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di salah satu kebun Madinah sambil bersandaran beliau menancapkan batang pohon ketanah yang berair. Tiba-tiba seseorang datang meminta dibukakan pintunya. Beliau bersabda: ' Bukakanlah, & berilah kabar gembira kepadanya dgn surga.' Abu Musa berkata; ternyata yg datang Abu Bakr, maka aku pun membukakan untuknya & mengabarkan tentang kabar gembira baginya berupa surga. Lalu ada seseorang yg lain datang meminta dibukakan pintunya. Beliau bersabda: 'Bukakanlah, & berilah kabar gembira kepadanya dgn surga.' Abu Musa berkata; ternyata yg datang Umar, maka aku pun membukakan untuknya & mengabarkan tentang kabar gembira baginya berupa surga. Lalu ada seorang yg lain lagi datang meminta dibukakan pintunya. Abu Musa berkata; Nabi pun kemudian duduk seraya bersabda:'Bukakanlah, & berilah kabar gembira kepadanya dgn surga atas musibah yg akan menimpanya.' Abu Musa berkata; Aku pun mendatanginya & ternyata yg datang Utsman, maka aku bukakan untuknya & mengabarkan kepadanya tentang kabar gembira baginya berupa surga & apa yg Rasulullah sampaikan untuknya. Lalu Utsman menjawab; ya Allah sabarkanlah aku atau Allahlah satu-satunya penolong! Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi' Al 'Ataki; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari Abu 'Utsman An Nahdi dari Abu Musa Al Asy'ari bahwa pada suatu ketika Rasulullah memasuki sebuah kebun & menyuruhku untuk menjaga pintunya. -yang semakna dgn Hadits 'Utsman bin Ghiyats. [HR. Muslim No.4416].
فَسَأَلَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا خَرَجَ وَجَّهَ هَاهُنَا قَالَ فَخَرَجْتُ عَلَى أَثَرِهِ أَسْأَلُ عَنْهُ حَتَّى دَخَلَ بِئْرَ أَرِيسٍ قَالَ فَجَلَسْتُ عِنْدَ الْبَابِ وَبَابُهَا مِنْ جَرِيدٍ حَتَّى قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَتَهُ وَتَوَضَّأَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَإِذَا هُوَ قَدْ جَلَسَ عَلَى بِئْرِ أَرِيسٍ وَتَوَسَّطَ قُفَّهَا وَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ وَدَلَّاهُمَا فِي الْبِئْرِ قَالَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ فَجَلَسْتُ عِنْدَ الْبَابِ فَقُلْتُ لَأَكُونَنَّ بَوَّابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيَوْمَ فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ فَدَفَعَ الْبَابَ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فَقُلْتُ عَلَى رِسْلِكَ قَالَ ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا أَبُو بَكْرٍ يَسْتَأْذِنُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَأَقْبَلْتُ حَتَّى قُلْتُ لِأَبِي بَكْرٍ ادْخُلْ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُكَ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَجَلَسَ عَنْ يَمِينِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهُ فِي الْقُفِّ وَدَلَّى رِجْلَيْهِ فِي الْبِئْرِ كَمَا صَنَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ وَقَدْ تَرَكْتُ أَخِي يَتَوَضَّأُ وَيَلْحَقُنِي فَقُلْتُ إِنْ يُرِدْ اللَّهُ بِفُلَانٍ يُرِيدُ أَخَاهُ خَيْرًا يَأْتِ بِهِ فَإِذَا إِنْسَانٌ يُحَرِّكُ الْبَابَ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقُلْتُ عَلَى رِسْلِكَ ثُمَّ جِئْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَقُلْتُ هَذَا عُمَرُ يَسْتَأْذِنُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ فَجِئْتُ عُمَرَ فَقُلْتُ أَذِنَ وَيُبَشِّرُكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجَنَّةِ قَالَ فَدَخَلَ فَجَلَسَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْقُفِّ عَنْ يَسَارِهِ وَدَلَّى رِجْلَيْهِ فِي الْبِئْرِ ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ فَقُلْتُ إِنْ يُرِدْ اللَّهُ بِفُلَانٍ خَيْرًا يَعْنِي أَخَاهُ يَأْتِ بِهِ فَجَاءَ إِنْسَانٌ فَحَرَّكَ الْبَابَ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا فَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ فَقُلْتُ عَلَى رِسْلِكَ قَالَ وَجِئْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصِيبُهُ قَالَ فَجِئْتُ فَقُلْتُ ادْخُلْ وَيُبَشِّرُكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصِيبُكَ قَالَ فَدَخَلَ فَوَجَدَ الْقُفَّ قَدْ مُلِئَ فَجَلَسَ وِجَاهَهُمْ مِنْ الشِّقِّ الْآخَرِ قَالَ شَرِيكٌ فَقَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ فَأَوَّلْتُهَا قُبُورَهُمْ و حَدَّثَنِيهِ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ هَاهُنَا وَأَشَارَ لِي سُلَيْمَانُ إِلَى مَجْلِسِ سَعِيدٍ نَاحِيَةَ الْمَقْصُورَةِ قَالَ أَبُو مُوسَى خَرَجْتُ أُرِيدُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَلَكَ فِي الْأَمْوَالِ فَتَبِعْتُهُ فَوَجَدْتُهُ قَدْ دَخَلَ مَالًا فَجَلَسَ فِي الْقُفِّ وَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ وَدَلَّاهُمَا فِي الْبِئْرِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمَعْنَى حَدِيثِ يَحْيَى بْنِ حَسَّانَ وَلَمْ يَذْكُرْ قَوْلَ سَعِيدٍ فَأَوَّلْتُهَا قُبُورَهُمْ حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَقَ قَالَا حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَرْيَمَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي كَثِيرٍ أَخْبَرَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى حَائِطٍ بِالْمَدِينَةِ لِحَاجَتِهِ فَخَرَجْتُ فِي إِثْرِهِ وَاقْتَصَّ الْحَدِيثَ بِمَعْنَى حَدِيثِ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ وَذَكَرَ فِي الْحَدِيثِ قَالَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ فَتَأَوَّلْتُ ذَلِكَ قُبُورَهُمْ اجْتَمَعَتْ هَاهُنَا وَانْفَرَدَ عُثْمَانُ
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Miskin Al Yamami]; Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hassan]; Telah menceritakan kepada kami [Sulaimam] yaitu Ibnu Bilal dari [Syarik bin Abu Namir] dari [Sa'id Al Musayyab]; Telah mengabarkan kepadaku [Abu Musa Al Asy'ari] bahwasanya ia pernah berwudhu di rumahnya. Setelah itu ia keluar dari rumah sambil berkata; "Pada hari ini saya berniat untuk selalu berada di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu Abu Musa pergi ke masjid dan menanyakan keberadaan Rasulullah kepada para sahabat yang kebetulan sedang berada di sana."Beliau telah pergi ke arah sana, " jawab para sahabat. kemudian Abu Musa pun keluar dan masjid seraya mengikuti jejak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menanyakannya hingga beliau tiba di sumur Aris. Abu Musa berkata, "Lalu saya duduk di sisi pintu yang terbuat dari pelepah kurma. Setelah Rasulullah selesai membuang hajat dan wudlu, maka saya pun berupaya untuk mendekati beliau. Ternyata Rasulullah sedang duduk di atas sumur Aris di tengah alas duduk sambil menyisingkan pakaian pada kedua betisnya dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur. Lalu saya ucapkan salam kepada beliau dan kembali duduk di sisi pintu seraya berkata, "Hari ini saya akan setia menjadi penjaga pintu Rasulullah.' Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar sambil mendorong pintu sumur. Lalu saya bertanya, "Siapa itu di luar? Ia menjawab, "Saya, Abu Bakar." Saya berujar kepadanya, "Tunggu sebentar hai Abu Bakar!" Abu Bakar menjawab."Ya." Aku menghampiri Rasulullah sambil berkata, "Ya Rasulullah, ada Abu Bakar yang datang dan minta izin untuk masuk ke sini?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menajwab, "Suruh ia masuk & beritahukan kabar gembira tentang surga kepadanya! Lalu saya kembali menemui Abu Bakar & saya katakan kepadanya; Hai Abu Bakar, silahkan masuk & Rasulullah menyampaikan kabar gembira tentang surga kepadamu. Abu Bakar masuk ke dalam & langsung duduk di sebelah kanan Rasulullah pada alas duduk yg sama sambil menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur, sebagaimana yg dilakukan Rasulullah dgn menyingsingkan pakaian di kedua betisnya. Lalu saya duduk kembali di sisi pintu masuk sumur. Ketika itu, sebenarnya saya telah meninggalkan saudara saya yg sedang berwudlu & akan menyusul saya. Kata saya dalam hati; 'Kalau Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan mendatangkannya kepada saya.' Tak lama kemudian, ada seseorang yg menggerak-gerakkan pintu. Lalu saya bertanya kepadanya, Siapa di luar sana? Orang di luar yg sedang menggerak-gerakkan pintu tersebut menjawab; Umar bin Khaththab. Saya berkata; 'Tunggu sebentar hai Umar! Lalu saya menghampiri Rasulullah sambil berkata; 'Ya Rasulullah, ada Umar di luar & minta izin untuk masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah berkata:'Suruh ia masuk & beritahukan kabar gembira tentang surga kepadanya! Kemudian saya temui seraya berkata, Hai Umar, Rasulullah mengizinkanmu masuk ke dalam & menyampaikan berita gembira tentang surga kepadamu. Maka Umar bin Khaththab pun masuk ke dalam, lalu duduk di sebelah kiri Rasulullah sambil menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Setelah itu saya duduk kembali sambil berkata, Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi saudara saya, niscaya Dia akan mendatangkannya ke sini. Tak lama kemudian ada seseorang yg datang & menggerak-gerakkan pintu. Maka saya pun berseru kepadanya, Siapakah di luar sana? Orang tersebut menjawab, Utsman bin Affan. Lalu saya berkata kepadanya, Tunggu sebentar hai Utsman! Saya menghampiri Rasulullah sambil memberitahukan tentang kedatangan Utsman. Rasulullah pun menjawab. Suruh dia masuk & beritahukan kepadanya kabar tentang surga kepadanya serta cobaan-cobaan yg sedang di rasakannya. Maka saya temui Utsman bin Affan sambil berkata, Silahkan masuk hai Utsman & Rasulullah menyampaikan kabar gembira tentang surga kepadamu serta cobaan-cobaan yg sedang engkau rasakan! Lalu Utsman pun masuk ke dalam tetapi ia mendapati alas duduk 'Alaihis Salam telah penuh. Akhirnya ia duduk berhadapan dgn mereka di sisi yg lain. Syarik berkata; Said bin Al Musayyab berkormentar, Menurut saya itu adl tentang kuburan mereka bersama. Dan telah menceritakannya kepadaku Abu Bakr bin Ishaq; Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair; Telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Bilal Telah menceritakan kepada kami Syarik bin Abdullah bin Namr; Aku mendengar Sa'id bin Musayyab berkata; Telah menceritakan kepadaku Abu Musa Al Asy'ari di sebelah sini, -Sulaiman menunjukkan kepadaku tempat majlisnya Sa'id.- Abu Musa berkata; 'Aku keluar untuk menemui Rasulullah , namun aku dapatkan beliau telah pergi ke sebuah kandang ternak & masuk ke dalamnya. Beliau duduk di atas sebuah sumur, seraya menyingsingkan kain celananya & menjulurkan kakinya ke sumur. -demikianlah seterusnya yg semakna dgn Hadits Yahya bin Hasan namun dia tak menyebutkan perkataan Sa'id; 'Aku menafsirkan bahwa hal itu menunjukan kuburan mereka.' Telah menceritakan kepada kami Hasan bin 'Ali Al Hulwani & Abu Bakr bin Ishaq keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Maryam; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far bin Abu Katsir; Telah mengabarkan kepadaku Syarik bin 'Abdullah bin Abu Namir dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Musa Al Asy'ari dia berkata; 'Suatu hari Rasulullah pergi ke salah satu dinding Madinah untuk sebuah keperluan, maka akupun mengikuti jejak beliau…-dan seterusnya sebagaimana Hadits yg semakna dgn Hadits Sulaiman bin Bilal. Di dalamnya di sebutkan perkataan Ibnu Musayyab; 'Aku menafsirkan, bahwa hal itu menunjukan kuburan mereka, yg artinya mereka akan dikumpulkan di satu tempat, kecuali Utsman bin 'Affan.' [HR. Muslim No.4417].
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar