Translate

Minggu, 03 Juli 2016

Perang Tanding Dalam Perang Uhud

Sebelum membahas peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW perlu kita ketahui bahwa peperangan pada zaman Rasulullah SAW itu ada 2 macam, yaitu :
1.  Sariyyah ialah peperangan yang dilakukan oleh pasukan tentara Islam yang dikirim oleh Nabi SAW, sedangkan beliau tidak turut di dalamnya.
2.  Ghazwah ialah peperangan yang Nabi SAW turut di dalamnya.
Pasukan Islam yang dipimpin Hamzah bin Abdul Muththalib.
Menurut riwayat, bahwa pada bulan Ramadlan tahun 1 Hijrah, Nabi SAW mengirim pasukan Islam yang pertama kali dan dipimpin oleh Hamzah bin 'Abdul Muththalib RA untuk menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tersebut terdiri dari kaum Muhajirin sebanyak 30 orang, berbendera putih dan yang membawa benderanya ialah shahabat Abu Martsad RA.Hamzah berangkat bersama tentara Islam yang jumlahnya sedikit tadi menuju ke suatu tempat yang bernama 'Ish (Hish) dekat lautan yang dipergunakan jalan bagi angkatan perdagangan kaum musyrikin Quraisy.
Adapun kafilah Quraisy tersebut adalah mereka yang sedang kembali dari Syam untuk berdagang sebanyak lebih kurang 300 orang dan dipimpin oleh Abu Jahl. Setelah mereka saling berhadapan dan siap bertempur, tidak lama kemudian datanglah seorang kepala Banu Dlamrah yang bernama Majdiy bin 'Amr Al-Juhaniy, mendamaikan dua golongan tersebut, sehingga pertempuran tidak terjadi. Akhirnya tentara Islam kembali ke Madinah, dan kafilah Quraisy melanjutkan pulang ke Makkah.
Pasukan Islam yang dipimpin oleh 'Ubaidah bin Al-Haarits.
Diriwayatkan, bahwa pada bulan Syawwal tahun 1 Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan pula pasukan Islam yang dipimpin oleh shahabat 'Ubaidah bin Al-Haarits untuk menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tentara Islam berjumlah 80 orang Muhajirin, berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Misthah bin Atsaatsah.Adapun kafilah musyrikin Quraisy sebanyak 200 orang.
Kedua pasukan ini setelah bertemu di tepi laut, di suatu tempat yang bernama Bathnu Rabigh yang terletak antara negeri Makkah dan Madinah, lalu saling melepaskan panah. Akhirnya tentara kaum musyrikin ketakutan terhadap kaum muslimin, lalu mereka mundur. Pada peristiwa tersebut Sa'ad bin Abi Waqqash sempat melepaskan anak panah, dan itu merupakan panah yang pertama kali dilepaskan dalam Islam. Dan diantara mereka ada dua orang yang menyerahkan diri kepada pasukan muslimin.Kedua orang tadi ialah Miqdad bin Al-Aswad dari Bani Zuhrah dan 'Utbah bin Ghazwan dari Bani Naufal, yang duanya itu keturunan Quraisy.Setelah mereka menyerahkan diri, lalu dengan ikhlash mengikut Islam.
Peristiwa lain-lain yang terjadi pada th. 1 Hijrah.
1. Wafatnya beberapa shahabat :
a. Wafatnya shahabat Kaltsum bin Hadam RA.
Kaltsum bin Hadam adalah seorang shahabat Anshar yang pada waktu Nabi SAW sampai di Quba' dalam perjalanan hijrah ke Madinah rumahnya didiami oleh Nabi SAW. Dan dia adalah shahabat Anshar yang pertama wafat setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah.
b. Wafatnya 'Utsman bin Madl'un RA.
Shahabat 'Utsman bin Madl'un adalah seorang shahabat dan saudara susu Nabi SAW. Dan dia termasuk dari orang-orang yang mula-mula masuk Islam, dan pernah ikut berhijrah ke Habsyi. Dan dia adalah shahabat Muhajirin yang pertama wafat. Dan diriwayatkan, bahwa pada waktu dia dimakamkan, Nabi SAW memerintahkan kepada seorang laki-laki untuk mengambil sebuah batu yang agak besar.Setelah Nabi SAW mendapatkan batu itu, beliau meletakkannya di arah kepalanya sambil bersabda :
اَتَعَلَّمُ بِهَا قَبْرَ اَخِى وَ اَدْفِنُ اِلَيْهِ مَنْ مَاتَ مِنْ اَهْلِى. ابو داود و ابن ماجه
Aku menandai dengan (batu) ini akan kubur saudaraku ini dan aku mengubur di sini orang yang mati dari ahliku. [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
c. Wafatnya shahabat As'ad bin Zurarah RA.
Shahabat As'ad bin Zurarah adalah seorang shahabat Anshar, dan dalam bai'at 'Aqabah yang kedua, Nabi SAW telah menetapkannya sebagai pengawas bagi kaum Banu Sa'idah. Maka setelah ia wafat, jabatan pengawas bagi kaumnya itu dipegang oleh Nabi SAW sendiri, dan hal ini berdasarkan kemauan dan pilihan kaum Banu Sa'idah itu sendiri.
d. Wafatnya shahabat Barra' bin Ma'rur RA.
Dia adalah seorang shahabat Anshar yang dalam bai'at 'Aqabah yang kedua berbicara di hadapan Nabi SAW atas nama kaumnya (Banu Salamah) dan dialah yang ditetapkan menjadi pengawas bagi kaumnya.
e. Kelahiran 'Abdullah bin Zubair RA‎
Menurut riwayat, beberapa bulan sesudah Nabi SAW sampai di Madinah dalam hijrah beliau, keluarga shahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menyusul hijrah. Diantara keluarga ini ialah Asma' yaitu putri shahabat Abu Bakar, kakak perempuan 'Aisyah, dan dia adalah istri shahabat Zubair bin 'Awwam. Ketika Asma' berangkat berhijrah dia sedang hamil. Kemudian, beberapa bulan sesudah dia sampai di Madinah, dia melahirkan seorang putera yang dinamakan 'Abdullah. 'Abdullah bin Zubair ini adalah seorang putera dari shahabat Muhajirin yang pertama-tama dilahirkan. Lahirnya shahabat 'Abdullah bin Zubair berarti lahirnya seorang calon pejuang Islam, karena ternyata dia adalah seorang pejuang Islam sampai akhir hayatnya.
Dan pada tahun 1 Hijrah itu pula 2 orang musuh Islam telah meninggal :
1. Kematian Walid bin Mughirah.
Walid bin Mughirah adalah seorang yang sangat memusuhi Islam dan merintangi seruan Nabi SAW ketika di Makkah, karena dia memang salah seorang ketua dan kepala bangsa Quraisy di Makkah. Pada tahun pertama hijrah, dia mati dengan penuh penyesalan. Dan diriwayatkan bahwa pada saat ajalnya hampir tiba, ia sering mengeluh dan tampak sangat susah. Maka Abu Jahl bertanya kepadanya, "Wahai pamanku, mengapa engkau tampak begitu sedih, lalu apa yang menyebabkan engkau mengeluh ?". Walid bin Mughirah menjawab, "Saya sedih ini bukan karena takut akan mati, tetapi karena saya khawatir, kalau-kalau sepeninggal saya nanti agama Ibnu Abi Kabsyah mendapat kemenangan". [Yang dimaksud Ibnu Abi Kabsyah adalah Nabi SAW].
Kemudian Abu Sufyan segera menyahut,"Jangan khawatir, jangan takut, saya tanggung agama Ibnu Abi Kabsyah tidak akan dapat masuk ke Makkah. Jangankan mendapat kemenangan, masuk saja tidak akan bisa". Demikianlah riwayat kematian Walid bin Mughirah.
2. Kematian 'Ash bin Waail.
Beberapa hari sesudah Walid bin Mughirah meninggal, lalu 'Ash bin Waail As-Sahmiy menyusul meninggal. 'Ash ini adalah seorang kepala Quraisy Makkah yang sangat memusuhi seruan Nabi SAW.
Perang Waddan.
Menurut riwayat, Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq, dan dikuatkan pula oleh Imam Bukhari dalam Tarikh Shaghirnya, bahwa ghazwah Waddan ini adalah ghazwah (peperangan) yang pertama kali yang dikepalai oleh Nabi SAW. Waddan adalah suatu nama gunung yang terletak diantara Makkah dan Madinah. Dan perang tersebut juga dinamakan ghazwah Abwa', karena berdekatan dengan desa Abwa'.
Ghazwah Waddan ini terjadi pada tanggal 12 bulan Shafar tahun kedua Hijrah. Pada hari dan bulan itu, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh shahabat-shahabat Muhajirin sebanyak 70 orang. Shahabat-shahabat Anshar tidak ada yang disuruh ikut. Sebelum Nabi SAW berangkat, pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Sa'ad bin 'Ubadah RA. Nabi SAW berangkat menuju Waddan diiringi oleh pasukan tersebut dengan berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Hamzah RA, Nabi dan tentaranya berangkat untuk menghadang seperangkatan unta yang membawa perdagangan kaum musyrikin Quraisy. Tetapi ternyata seperangkatan unta tersebut telah lewat, maka ghazwah tadi tidak sampai terjadi.
Kemudian di tempat tersebut Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan kaum Arab dari Bani Dlamrah, perjanjian tersebut oleh pembesar kaum ini yang bernama Makhsyi bin Amr Adl-Dlamriy pemimpin mereka pada saat itu, dan telah diterima dengan baik. Adapun isi perjanjiannya ialah :
1.  Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada kaum muslimin.
2.  Bahwa kaum muslimin tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada mereka.
3.  Bahwa jika masing-masing dari dua golongan mendapat serangan dari luar, maka wajib membela dan menolong dengan sekuat-kuatnya.
4.  Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan membantu apasaja kepada orang yang hendak memusuhi Islam.
Selanjutnya setelah perjanjian perdamaian selesai, Nabi SAW bersama tentara Islam kembai ke Madinah dengan selamat, dan menurut riwayat bahwa sejak dari berangkat sampai kembalinya tentara Islam ini dalam waktu 15 hari.
Perang Buwath.
Sekembali Nabi SAW ke Madinah, tidak lama kemudian Nabi SAW menerima khabar, bahwa seperangkatan unta yang membawa perdagangan kaum musyrikin Quraisy dari negeri Syam sebanyak dua ribu lima ratus unta dan seratus orang laki-laki yang dipimpin Umayyah bin Khalaf akan kembali ke Makkah. Oleh sebab itu Nabi SAW segera berangkat menuju desa Buwath. Buwath adalah nama suatu gunung yang letaknya dari Madinah kira-kira perjalanan 5 pos (dekat pelabuhan Yanbu'). Nabi SAW berangkat diiringi oleh pasukan muslimin yang terdri dari shahabat Muhajirin sebanyak 200 orang, dengan berbendera putih di bawa oleh shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash RA. Ketika itu pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Saaib bin 'Utsman bin Madl'un RA. Nabi SAW berangkat dalam bulan Rabi'ul Awwal tahun kedua Hijrah. Setelah Nabi SAW sampai di tempat yang dituju, ternyata seperangkatan unta kaum musyrikin Quraisy tersebut sudah berlalu dari Buwath, maka dari itu pertempuran tidak terjadi, dan Nabi SAW bersama tentara Islam lalu pulang kembali ke Madinah dengan selamat.
Perang 'Usyairah.
Menurut riwayat, bahwa sekembali Nabi SAW di Madinah, tidak beberapa lama, terdengarlah khabar oleh Nabi, bahwa kaum Quraisy di Makkah akan mengadakan angkatan perdagangannya lagi ke negeri Syam, angkatan tersebut sebanyak 1.000 unta, dengan membawa perdagangan seharga 50.000 dinar, dan orang-orang yang mengiringinya lebih dari 30 orang dan dikepalai oleh seorang ketua Quraisy yang tidak asing lagi namanya ialah Abu Sufyan bin Harb. Maka setelah khabar ini didengar oleh Nabi SAW lalu beliau bersiap mengatur pasukan tentara kaum muslimin sebanyak 150 orang, kemudian pada hari permulaan bulan Jumadil Ula tahun kedua Hijrah, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh pasukannya yang terdiri dari shahabat-shahabat Muhajirin dengan membawa bendera putih dan dibawa shahabat Hamzah RA. Pimpinan kaum muslimin di Madinah ketika itu diserahkan kepada Abu Salamah bin 'Abdul Asad. Beliau berangkat menuju suatu desa yang bernama 'Usyairah. Nama 'Usyairah ini asal mulanya nama suatu jurang di dekat Yanbu', dimana beliau sengaja hendak menghadang kaum Quraisy. Tetapi setelah tentara kaum muslimin sampai di tempat tersebut seperangkatan unta kaum Quraisy itu telah berlalu. Maka dari itu tidak terjadi pertempuran. Dan waktu itu Nabi SAW lalu mengadakan perjanjian perdamaian dengan kepala qabilah Bani Mudlij, yang ketika itu mereka di bawah pengaruh Banu Dlamrah, padahal Banu Dlamrah telah mengadakan perdamaian dengan Nabi SAW. Dan perjanjian Nabi SAW dengan Banu Mudlij tersebut adalah seperti perjanjian beliau dengan Banu Dlamrah juga. Kemudian Nabi SAW bersama kaum muslimin kembali ke Madinah dengan selamat.‎
Diriwayatkan, bahwa sekembali Nabi SAW dan kaum muslimin dari 'Usyairah tersebut, selang beberapa hari Nabi SAW menerima khabar, bahwa di suatu desa yang bernama Badr, ada seorang bernama Kurz bin Jabir Al-Fahriy merusak tanaman dan merampas buah-buahan kepunyaan penduduk Madinah. Maka Nabi SAW segera berangkat bersama kaum muslimin (yang jumlahnya di dalam kitab-kitab tarikh yang telah kami baca tidak disebutkan). Beliau berangkat dengan berbendera putih dan dibawa oleh shahabat 'Ali bin Abu Thalib RA. Adapun pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Zaid bin Haritsah. Nabi SAW berangkat sengaja hendak mengejar perampas dan perusak tadi, tetapi setelah Nabi sampai di Badr, perampas dan perusak tadi sudah meloloskan diri, maka pertempuran itu tidak terjadi.
Kemudian Nabi SAW bersama pengiringnya kembali ke Madinah dengan selamat.
Nama Badr ini adalah nama suatu tempat mata air yang terletak diantara Makkah dan Madinah, tetapi lebih dekat dari Madinah, dan perang ini di dalam kitab-kitab tarikh dinamakan Perang Badrul ula dan disebut pula Perang Shafwan. Nama Shafwan ini adalah nama suatu jurang di dekat Badr.
Pasukan Islam yang dipimpin 'Abdullah bin Jahsy.
Pada bulan Rajab tahun kedua Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan 'Abdullah bin Jahsy bersama 8 orang dan dikepalai oleh 'Abdullah bin Jahsy, adapun 8 orang tadi merupakan jago-jago pemuda shahabat Muhajirin, yaitu : 1. Sa'ad bin Abu Waqqash, 2. 'Ukkasyah bin Mihshan, 3. 'Utbah bin Ghazwan, 4. Abu Hudzaifah bin 'Utbah, 5. Suhail bin Baidla', 6. 'Amir bin Rabi'ah, 7. Waqid bin 'Abdullah, 8. Khalid bin Bukair, dan 'Abdullah bin Jahsy sebagai kepala mereka.Tiap-tiap dua orang diantara mereka, berkendaraan unta. Sebelum mereka berangkat, pimpinan mereka diberi sepucuk surat tertutup oleh Nabi SAW. Surat tersebut tidak boleh dibuka sebelum perjalanan dua hari dua malam.Setelah perjalanan dua hari dua malam, barulahsurat tersebut dibuka oleh 'Abdullah bin Jahsy, dan di dalamnya berisi petunjuk, yaitu : "Apabila kamu telah membaca suratku ini, hendaklah kamu terus berjalan sehingga sampai di desa Nakhlah yang desa itu terletak diantara Makkah dan Thaif. Setelah tiba di sana, lalu kamu turun dan selidikilah keadaan kaum Quraisy. Kemudian setelah kamu mendapatkan berita tentang mereka, maka segeralah kamu memberi khabar kepada kami".
Setelah surat tersebut dibaca 'Abdullah bin Jahsy, kemudian dia berkata kepada kawan-kawannya, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan kepadaku supaya menyelidiki kaum Quraisy dan rencana-rencana yang akan mereka perbuat. Dan Rasulullah SAW juga melarangku untuk memaksa seorangpun diantara kalian semua. Maka dari itu barangsiapa diantara kalian akan mencari mati syahid dan cinta padanya, marilah kita berangkat bersama-sama, dan barangsiapa tidak cinta kepada yang demikian itu, maka pulanglah. Adapun aku akan terus berjalan mengikuti perintah Rasulullah SAW".
Dan ternyata kawan-kawan 'Abdullah bin Jahsy semuanya ikut meneruskan perjalanan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, dan tidak ada seorangpun yang ingin kembali pulang. Namun sebelum sampai desa Nakhlah, tiba-tiba tersesatlah unta yang dikendarai Sa'ad bin Abi Waqqash dan Utbah bin Ghazwan dari jalan yang sebenarnya, sehingga mereka itu tertinggal dari kawan-kawannya.
Dan Abdullah bin Jahsy melanjutkan perjalanannya bersama kawan-kawannya hingga sampai di desa Nakhlah. Dan di tempat itulah mereka dapat bertemu dengan seperangkatan unta kaum Quraisy yang membawa dagangan sedang berjalan dengan dipimpin oleh 'Amr bin Hadlramiy.
Setelah Nabi SAW dan kaum muslimin berpindah ke tempat yang diusulkan Hubab, selanjutnya di tempat tersebut shahabat Sa’ad bin Mu’adz mengemukakan pendapatnya kepada Nabi SAW, ia berkata, “Ya Rasulullah, tidakkah lebih baik tuan kami buatkan ‘arisy (pos/gardu) buat tempattuan ? Dan kami menyediakan satu kendaraan untuk tuan ? Jika nanti kami bertempur dengan musuh, kami minta tuan supaya berada di dalam ‘arisy saja, dan kami yang bertempur dengan musuh. Jika Tuhan memberi kemenangan kepada kita, dan kita dapat menghancurkan musuh, itulah yang kita harapkan. Dan jika kita kalah, kami persilahkan tuan kembali kepada orang-orang yang masih banyak di belakang kita, karena di belakang kita masih banyak orang yang belum ikut berangkat kemari. Kecintaan kami kepada tuan tidak melebihi dari kecintaan mereka kepada tuan. Seandainya mereka tahu bahwa tuan akan berperang, niscaya mereka tidak akan berpisah dari tuan. Tuhan menolong kepada tuan dengan sebab mereka, dan mereka akan berperang melawan musuh bersama-sama tuan”.
Demikianlah perkataan shahabat Sa’ad bin Mu’adz waktu itu. Dan pendapat tersebut diterima dengan baik dan dipuji oleh Nabi SAW.Lalu seketika itu juga dibuatlah suatu ‘arisy dari pelepah pohon kurma diatas bukit yang tampak dari medan peperangan. Maka setelah ‘arisy dibuat dengan kokoh, Nabi SAW lalu dipersilakan masuk ke dalamnya, dan untanya diikat di belakang ‘arisy, dan shahabat Abu Bakar RA sebagai kawan yang tercinta diajak masuk bersama-sama oleh Nabi SAW.
Kedatangan tentara Quraisy dan doa Nabi SAW.
Sesudah tentara Islam mendapat tempat yang baik, dan keadaan air pun tidak kekurangan, serta berbenteng di gunung-gunung yang begitu kokoh lagi pula tempat bagi Nabi SAW telah selesai dibuat, dan kemah-kemah yang dipergunakan tempat beristirahat oleh masing-masing tentara telah selesai dipasang juga, maka ketika itu datanglah pasukan tentara musyrikin Quraisy dengan sombong dan congkak.
Nabi SAW setelah melihat kedatangan tentara Quraisy yang begitu sombong dan congkak itu lalu berdoa kepada Allah :

اَللّهُمَّ هذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ اَقْبَلَتْ بِخُيَلاَئِهَا وَ فَخْرِهَا تُحَادُّكَ وَ تُكَذِّبُ رَسُوْلَكَ، اَللّهُمَّ فَنَصْرَكَ الَّذِى وَعَدْتَنِى. اَللّهُمَّ اَحِنْهُمُ اْلغَدَاةَ. ابن هشام 3:168

Ya Allah, Inilah kaum Quraisy telah datang dengan sombong dan congkak. Mereka memusuhi Engkau dan mendustakan Rasul Engkau. Ya Allah, maka pertolongan Engkau yang telah Engkau janjikan kepada hamba (itulah yang kami nantikan). Ya Allah, binasakanlah mereka itu besok pagi hari. [Ibnu Hisyam 3 : 168]
Kemudian kepala tentara Quraisy menyuruh seseorang yang bernama ‘Umair bin Wahb Al-Jumahiy supaya datang ke tempat tentara Islam untuk menghitung banyaknya. ‘Umair lalu datang dan memperkirakan banyaknya, lantas kembali melapor kepada kepala tentara Qurais, bahwa tentara Muhammad kurang lebih 300 orang.Tetapi ‘Umair juga berkata, “Sekalipun begitu, cobalah kita per-hatikan dulu dari jauh dan dari atas gunung, apakah memang tentara Muham-mad hanya itu, ataukah ada lagi yangbersembunyi ? Sebab saya khawatir, jika Muhammad menyembunyi-kan tentaranya di belakang gunung ini”.
Perkataan ‘Umair yang demikian itu diterima baik oleh kepala-kepala Quraisy, dan mereka lalu berangkat bersama ‘Umair naik ke atas gunung dekat lembah Badr. Mereka setelah sampai diatas gunung, lalu masing-masing melihat ke sebelah bawah (ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang), tetapi mereka tidak melihat apa-apa. Karena tentara Muhammad memang hanya itu.
Kemudian ketika itu dalam pasukan tentara Quraisy timbul pula suatu kekacauan yang hebat yaitu kekacauan yang ditimbulkan oleh seseorang dari antara kepala pasukan Quraisy sendiri, ialah ‘Utbah bin Rabi’ah.
‘Utbah waktu itu mendadak berpendapat, bahwa berperang dengan Muhammad jangan dilanjutkan, karena bukan semestinya kalau tentara Quraisy berperang dengan Muhammad dan tentaranya, karena sebagian dari tentaranya masih famili kaum Quraisy sendiri.
Oleh sebab itu dengan adanya pendapat ‘Utbah ini, lalu timbul perdebatan dan pertengkaran mulut dengan Abu Jahl, sehingga ketika itu Abu Jahl mengatakan, bahwa ‘Utbah penakut, pengecut dan sebagainya.
Dan ketika timbul perdebatan tadi, Nabi SAW mengetahui dari jauh dan saat itu juga tentara Islam ketika melihat tentara Quraisy, tidak merasa takut dan gentar sedikitpun.
Pendapat ‘Utbah tadi setelah diperbincangkan oleh kepala-kepala pasukan, maka akhirnya ‘Utbah kalah suara, dan diputuskan oleh kepala-kepala pasukan Quraisy, bahwa peperangan dilanjutkan.
Kemudian waktu itu ada seorang Quraisy yang dengan sombong keluar lebih dulu dari barisan tentaranya. Orang tersebut bernama Aswad bin ‘Abdul Asad Al-Makhzumiy. Ia keluar terus berjalan menuju ke kolam-kolam yang telah penuh air bagi tentara Islam, sambil berkata,“Saya bersumpah dengan nama Allah, sungguh saya akan minum dari kolam mereka, dan saya akan merusak kolam-kolam mereka, jika tidak bisa lebih baik saya mati”.
Ketika itu terdengar oleh shahabat Hamzah, lalu beliau mengejar Aswad. Kemudian setelah diketahui bahwa ia hendak merusak kolam kepunyaan tentara Islam, lalu didahului dengan pukulan pedang sekeras-kerasnya oleh shahabat Hamzah, maka seketika itu juga jatuhlah Aswad tertelungkup di kolam dengan mengucurkan darah yang banyak, lalu Hamzah memukulnya hingga mati bersimbah darah.
Selanjutnya sebagaimana biasa bagi bangsa Arab umumnya terutama bagi bangsa Quraisy, apabila hendak berperang, maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu harus bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan-pahlawan musuh, seorang lawan seorang. Maka dari itu sewaktu sebelum terjadi pertempuran dan peperangan, kepala tentara Quraisy minta dan menentang dengan sombong kepada Nabi SAW supaya Nabi mengeluarkan tiga orang dari pahlawan tentaranya untuk bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan-pahlawan tentara Quraisy.
Maka setelah tentara Quraisy mengeluarkan 3 orang pahlawannya yang gagah berani di tengah medan yang akan dipergunakan berperang, maka Nabi SAW bersabda kepada 3 orang pahlawan tentaranya dari golongan shahabat Anshar. Adapun 3 orang dari pahlawan tentara Quraisy tadi ialah : 1. ‘Utbah bin Rabi’ah, 2. Syaibah bin Rabi’ah, dan 3. Walid bin ‘Utbah. Adapun dari pahlawan tentara Islam yang disuruh keluar oleh Nabi, ialah : 1. ‘Auf bin Al-Harits, 2. Mu’adz bin Al-Harits, dan 3. ‘Abdullah bin Rawahah. Masing-masing dari shahabat Anshar.
Kemudian pahlawan-pahlawan Quraisy tersebut bertanya, “Siapa kalian ?”. Pahlawan-pahlawan Islam itu menjawab, “Kami dari golongan Anshar, dan dari Madinah”. Lalu oleh pahlawan Quraisy tadi ditolak dengan ejekan, “Ah, bukan sepatutnya kalau kami bertanding dengan kamu, karena kamu bukan dari bangsa kami. Percuma kalau kamu bertanding dengan kami”. Lalu mereka berteriak meminta kepada Nabi SAW,“Ya Muhammad, keluarkanlah 3 orang dari golongan kita (Quraisy) dan yang dari keturunan Hasyim”. Oleh sebab itu Nabi SAW lalu menyuruh 3 orang Anshar tadi supaya mengundurkan diri, dan beliau menyuruh kepada 3 orang pahlawan Islam dari bangsa Quraisy dan Bani Hasyim, yaitu : 1. Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, 2. ‘Ali bin Abu Thalib, dan 3. ‘Ubaidah bin Al-Harits supaya keluar menggantikan 3 orang pahlawan dari Anshar tadi.
Shahabat Hamzah, shahabat ‘Ali dan shahabat ‘Ubaidah seketika itu juga berdiri dengan tegak, terus keluar dari tempatnya masing-masing dan menuju ke tengah medan pertempuran, lalu mendekati mereka masing-masing yang sombong itu. Kemudian setelah masing-masing berdekatan dan berhadapan muka, lalu mereka bertanya dengan sombong, “Siapakah kamu sekalian itu ?”. Shahabat ‘Ubaidah menjawab,“Saya ‘Ubaidah bin Al-Harits”. Kemudian shahabat Hamzah mengatakan, “Saya Hamzahbin ‘Abdul Muththalib”. Dan shahabat ‘Ali mengatakan, “Saya ‘Ali bin Abu Thalib”. Mereka berkata, “Ya baiklah. Memang sudah sepatutnya kalau kami bertanding dengan kamu. Kami dari Quraisy, dan kamu juga dari Quraisy”.
Kemudian pertandingan beradu kekuatan dimulai seorang dengan seorang. Shahabat ‘Ubaidah dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, shahabat Hamzah dengan Syaibah bin Rabi’ah dan shahabat ‘Ali dengan Walid bin ‘Utbah.
Maka setelah masing-masing saling memukul dan beradu kekuatan, shahabat Hamzah dengan mudah mengalahkan Syaibah sampai mati.Shahabat ‘Ali dengan mudah mengalahkan Walid hingga mati. Adapun shahabat ‘Ubaidah dalam bertanding dengan Utbah bin Rabi’ah, mereka saling memukul. Dan akhirnya shahabat ‘Ubaidah dipukul dengan keras oleh ‘Utbah sehingga kakinya terkena dan hampir putus.Sebab itu shahabat ‘Ubaidah lalu jatuh, dan segera diangkat shahabat Hamzah dan ‘Ali dibawa ke hadapan Nabi SAW. Lalu shahabat Hamzah dan ‘Ali kembali lagi ke medan perang dan bertanding dengan ‘Utbah, dan dengan sekejap ‘Utbah terpukul oleh ‘Ali hingga menghem-buskan nafas yang terakhir.
Keadaan shahabat ‘Ubaidah setelah di hadapan Nabi SAW lalu disuruh berbaring diatas tikar beliau, maka setelah ia berbaring diatas tikar lalu berkata, “Bukankah saya mati syahid, yaRasulullah ?”. Nabi SAW bersabda :
اَشْهَدُ اَنَّكَ شَهِيْدٌ
Aku menyaksikan, bahwa engkau mati syahid.
Maka seketika itu juga, wafatlah shahabat ‘Ubaidah dengan hati gembira.
Jadi dalam pertandingan adu kekuatan tadi, tentara Quraisy kehilangan tiga orang pahlawannya, dan tentara Islam kehilangan seorang pahlawan, dan dengan kejadian ini menjadi suatu tanda, bahwa dalam peperangan nanti kemenangan akan didapat oleh kaum muslimin.

Pertempuran tentara Quraisy dengan tentara Islam.
Setelah selesai pertandingan tersebut, lalu Nabi SAW keluar dari ‘arisy untuk mengatur barisan tentaranya sambil memberi pengarahan tentang cara-caranya orang melepaskan anak panahnya kepada musuh dan lain sebagainya.
Dan diriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika mengatur barisan, beliau memukul seorang shahabat yang bernama Sawad bin Ghaziyah (Anshar) dengan tongkatnya, karena waktu Nabi SAW mengatur, ia beromong kosong dengan kawannya sambil dirinya keluar dari barisan yang tengah diatur dengan sebaik-baiknya. Beliau menegur, “Disiplinlah, hai Sawad”, beliau sambil memukul perut Sawad dengan tongkat. Lalu Sawad menjawab, “Ya Rasulullah, engkau diutus dengan membawa kebenaran dan keadilan, maka aku akan membalasmu”. Lalu Rasulullah SAW membuka bajunya dan bersabda, “Silakan membalas, hai Sawad”. Kemudian Sawad merangkul dan menciumi perut beliau. Lalu Nabi SAW bertanya, “Apa yang menyebabkan kamu berlaku demikian ?”. Sawad menjawab,“Sungguh telah datang apa yang kamu lihat, maka aku menginginkan supaya akhir hayatku kulitku bisa bertemu dengan kulitmu”. 
Kemudian Rasulullah SAW mendoakan kebaikan untuknya.
Setelah selesai mengatur pasukan, beliau kembali ke ‘arisy bersama Abu Bakar, sedangkan shahabat Sa’ad bin Mu’adz berjaga di pintu ‘arisy dengan pedang terhunus. Lalu beliau SAW tidak henti-hentinya berdoa :
اَللّهُمَّ اَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَ وَعْدَكَ ، اَللّهُمَّ اِنْ شِئْتَ لَمْ تُعْبَدْ. نور اليقين:107
Ya Allah, hamba memohon kepada Engkau akanjanji dan perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba), Engkau tidak akan disembah. [Nurul Yaqin 107].
Dan dalam satu riwayat Nabi SAW menghadap ke qiblat dan berdoa :
اَللّهُمَّ اَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى، اَللّهُمَّ اِنْ تُهْلِكْ هذِهِ اْلعِصَابَةَ مِنْ اَهْلِ اْلاِسْلاَمِ فَلاَ تُعْبَدُ بَعْدُ فِى اْلاَرْضِ اَبَدًا. نور اليقين: 107
Ya Allah, sempurnakanlah kepadaku janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau mengalahkan kaum muslimin, maka Engkau tidak akan disembah di bumi ini sesudah itu selamanya. [Nurul Yaqin : 107]
Beliau SAW terus-menerus berdoa kepada Allah sehingga selendangnya jatuh, kemudian Abu Bakar mengambilnya dan menyelempangkannya kembali sambil berkata, “Cukuplah ya Rasulullah, pasti Allah akan menyempurnakan janji-Nya kepadamu”. Kemudian Rasulullah SAW keluar dari ‘arisy dan bersabda sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qamar ayat 45 :
سَيُهْزَمُ اْلجَمْعُ وَ يُوَلُّوْنَ الدُّبُرَ. القمر:45

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke  belakang.
Diriwayatkan pula, bahwa sebelum terjadi pertempuran, Nabi SAW bersabda sambil berisyarat dengan tangannya, “Itu tempat bangkainya Abu Jahl, itu tempat binasanya si Fulan, ini tempat tewasnya si Fulan”, dan demikianlah selanjutnya. Adapun yang dimaksud dengan si Fulan dan si Fulan tadi ialah dari orang-orang Quraisy yang akan binasa dalam peperangan tersebut.
Selanjutnya Nabi SAW menyampaikan peringatan kepada segenap tentara muslimin, yang arinya, “Hai manusia, janganlah kamu mencita-citakan hendak bertempur dengan musuh, dan mohonlah ampunan kepada Allah.Akan tetapi jika kamu bertemu dengan musuh, hendaklah kamu bertahan (berani bertempur dengan musuh), dan ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya surga itu di bawah naungan pedang”.
Menurut riwayat, Nabi SAW ketika itu juga berpesan kepada segenap tentaranya :
اِنِّى قَدْ عَرَفْتُ اَنَّ رِجَالاً مِنْ بَنِى هَاشِمٍ وَ غَيْرِهِمْ قَدْ اُخْرِجُوْا كُرْهًا لاَ حَاجَةَ لَهُمْ بِقِتَالِنَا. فَمَنْ لَقِيَ مِنْكُمْ اَحَدًا مِنْ بَنِى هَاشِمٍ فَلاَ يَقْتُلْهُ، وَ مَنْ لَقِيَ اَبَا اْلبُخْتُرِيِّ بْنَ هِشَامٍ فَلاَ يَقْتُلْهُ، وَ مَنْ لَقِيَ اْلعَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ اْلمُطَّلِبِ عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ، فَلاَ يَقْتُلْهُ، فَاِنَّهُ اِنَّمَا اُخْرِجَ مُسْتَكْرَهًا.
Sesungguhnya saya mengetahui, bahwa beberapa orang lelaki dari Bani Hasyim dan lainnya, mereka itu dikeluarkan dengan paksaan (untuk berperang), padahal mereka itu tidak ada kemauan untuk memerangi kita. Oleh sebab itu, maka barangsiapa diantara kalian bertemu salah seorang dari bani Hasyim, janganlah iamembunuhnya. Barangsiapa bertemu dengan Abul Bukhturiy bin Hisyam janganlah iamembunuhnya. Dan barangsiapa bertemu dengan ‘Abbas bin Abdul Muththalib (paman Rasulullah SAW), maka janganlah iamembunuhnya. Karena sesungguhnya iadikeluarkan untuk berperang dengan dipaksa.
Waktu Nabi SAW berpesan demikian itu, shahabat Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bertanya,“Ya Rasulullah, mengapa begitu ? Tidakkah engkau telah menyuruh kami supaya membunuh ketua-ketua kami, orang-orang tua kami, anak-anak kami, saudara-saudara kami dan kawan-kawan kami yang masih dalam kemusyrikan ?Mengapa engkau melarang kami membunuh‘Abbas ? Bukankah ia dari kaum musyrikin juga ?Demi Allah, jika saya bertemu dengan dia, tentu akan saya potong dengan pedang ini”.
Di kala itu Nabi SAW tetap berpesan, “Janganlah mereka itu dibunuh, karena mereka itu keluar dari kota Makkah mengikuti tentara musyrikin dengan dipaksa”.
Pesan Nabi SAW yang demikian itu karena beliau mengerti bahwa pada hakekatnya mereka itu tidak ada kemauan untuk berperang, memerangi kaum muslimin. Dan Abul Bukhturiy sekalipun termasuk pemuka Quraisy, tetapi bukanlah termasuk yang menganiaya Nabi.Bahkan dialah yang berdiri untuk merobek naskah pemboikotan yang pernah dilakukan segenap pemuka Quraisy terhadap Nabi dan pengikutnya serta bani Hasyim di Makkah dulu.Adapun ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib dikala itu meskipun pada lahirnya masih mengikut agama berhala, namun nampaknya Nabi SAW menginginkan bahwa ia nanti akan menjadi muslim. Dan dia pernah menguatkan perjajian rahasia yang pernah dilakukan Nabi dengan kaum ‘Aus dan Khajraj yang terkenal dengan baiatul ‘Aqabah. Demikianlah sebabnya Nabi SAW melarang mereka itu dibunuh mengingat jasa-jasa mereka.
Sebelum perang tempur, kaum musyrikin mengajak untuk perang tanding terlebih dahulu.Nabi SAW diminta supaya mengeluarkan seorang pahlawannya untuk maju perang tanding di tengah medan dengan seorang pahlawan musyrikin. Ketika itu keluarlah dari barisan mereka (tentara musyrikin) seorang pahlawan dengan menunggang unta seraya berkata,“Siapa yang akan berperang tanding ?”. Demikian sampai tiga kali berteriak, “Siapa yang akan berperang tanding ?”. Maka ketika itu Zubair dengan gagah berani maju dan meloncat ke atas untanya, lalu bergulat di atas unta, dan akhirnya jatuhlah orang musyrikin tadi dan sahabat Zubair juga jatuh, tetapi jatuh di atas diri orang musyrikin tadi, dan dengan cepat  Zubair membunuhnya, sehingga kemenangan berada di tangan shahabat Zubair RA. Shahabat Zubair RA lalu kembali ke tempat barisan tentara muslimin.Waktu itulah Nabi SAW bersabda :

اِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا، وَ الزُّبَيْرَ حَوَارِيَّ. سير اعلام النبلاء 1: 397

“Bagi tiap-tiap seorang Nabi (tentu) mempunyai shahabat setia, dan Zubair adalah shahabat setiaku”. [Sairu A’laamin Nubalaa’ I, hal. 397]
Kemudian keluarlah seorang pahlawan Quraisy lagi dengan gagah, bernama Thalhah bin Abu Thalhah (pemegang bendera Quraisy) ke tengah-tengah antara kedua pasukan sambil berteriak, “Siapa yang akan berperang tandingberikutnya ?”. Demikianlah ia meminta kepada tentara muslimin sampai berulang-ulang, tetapi oleh tentara muslimin tidak dijawab.
Thalhah berteriak lagi, “Hai pengikut-pengikut Muhammad, kamu semua menyangka bahwa Tuhan mempercepat kami ke neraka dengan pedangmu, dan mempercepat kamu ke surga dengan pedang kami. Maka dari itu, siapakah seorang dari kamu yang akan mempercepat kami dengan pedangnya ke neraka, atau kami mempercepat dia dengan pedang kami ke surga ? Sungguh kamu berdusta. Demi Lata dan ‘Uzza, kalau kamu semua betul-betul tahu begitu, pasti keluar seorang darimu kepada kami sekarang ini”.
Demikianlah tantangan Thalhah bin Abu Thalhah kepada tentara muslimin. Maka keluarlah shahabat ‘Ali RA ke tengah-tengah antara kedua pasukan, lalu bertanding dengan Thalhah bin Abu Thalhah.
Dalam perang tanding ini, Thalhah berhasil dipukul dengan pedang oleh ‘Ali RA di kakinya, dan seketika itu jatuhlah Thalhah ke tanah dan terputuslah kakinya serta tampaklah auratnya.Lalu ditinggalkan oleh ‘Ali, padahal Thalhah belum mati, maka ‘Ali pun ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang menghalangimu membunuhnya ?”. Shahabat ‘Ali menjawab, “Ya, karena dia telah menampakkan auratnya kepada saya, maka saya kasihan kepadanya”. Nabi SAW bersabda, “Bunuhlah !”.
Maka dengan cepat shahabat ‘Ali bin Abu Thalib kembali dan membunuh Thalhah. Lalu tentara musyrikin mengeluarkan seorang pahlawannya lagi yang bernama ‘Utsman bin Abu Thalhah, dan tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya, ialah Hamzah. Setelah perang tanding, akhirnya ‘Utsman bin Abu Thalhah terbunuh oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib.
Tentara musyrikin mengeluarkan pula seorang pahlawan bernama Abu Sa’id bin Abu Thalhah, dan tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya ialah shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash RA. Setelah perang tanding, akhirnya Abu Sa’id terbunuh oleh shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawan bernama Musafi’ bin Thalhah (anaknya Thalhah yang terbunuh oleh shahabat ‘Ali tadi) lalu tentara muslimin mengeluarkan seorang pahlawannya yang bernama ‘Ashim bin Tsabit RA setelah perang tanding, akhirnya Musafi’ terbunuh oleh ‘Ashim bin Tsabit RA.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Harits bin Thalhah (saudara Musafi’), dan tentara Muslimin mengeluarkan ‘Ashim bin Tsabit RA lagi, maka akhirnya Harits terbunuh oleh ‘Ashim juga.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Kilab bin Thalhah (saudara Musafi’ dan Harits tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat Zubair RA. Setelah perang tanding, akhirnya Kilab jatuh terbunuh oleh shahabat Zubair.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Jullas bin Thalhah (saudara Musafi’, Harits dan Kilab tersebut), dan tentara muslimin mengeluarkan Thalhah bin ‘Ubaidillah RA. Setelah perang tanding dengan sekuat-kuatnya, akhirnya Jullas terbunuh oleh Thalhah RA.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pahlawannya bernama Arthah bin Syurahbil (seorang yang gagah perkasa), dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat ‘Ali bin Abi Thalib RA. Maka setelah perang tanding, akhirnya Arthah juga terbunuh oleh shahabat ‘Ali RA.
Tentara musyrikin belum merasa puas, lalu mengeluarkan seorang pahlawannya lagi bernama Syuraih bin Qaridl, dan tentara muslimin mengeluarkan shahabat Hamzah bin ‘Abdul Muththalib RA. Setelah perang tanding akhirnya Syuraih terbunuh oleh shahabat Hamzah RA.
Tentara musyrikin masih juga menantang dengan mengeluarkan seorang pahlawannya yang bernama Abu Zaid bin ‘Amr, maka tentara muslimin mengeluarkan seorang lagi bernama Qazman, dan setelah perang tanding, akhirnya Abu Zaid terbunuh oleh Qazman.
Tentara musyrikin mengeluarkan lagi seorang pemuda anaknya Syurahbil (saudara Arthah yang terbunuh tadi) dan tentara muslimin menyerahkan lagi kepada Qazman. Maka setelah perang tanding, maka akhirnya anak Syurahbil tadi terbunuh oleh Qazman juga.
Tentara musyrikin belum juga merasa puas, lalu mengeluarkan lagi seorang bernama Shu’ab (bangsa Habsyi), dan oleh tentara muslimin diserahkan juga kepada Qazman, maka setelah perang tanding akhirnya Shu’ab juga terbunuh oleh Qazman.
Demikianlah sebelum peperangan secara umum terjadi, sebagaimana biasa lebih dahulu dilakukan perang tanding seorang lawan seorang. Jadi ketika itu tentara musyrikin telah kematian banyak tentaranya yang gagah perkasa, sedangkan tentara muslimin belum ada seorang pun yang mati terbunuh oleh mereka.
Setelah perang tanding selesai, Abu Sufyan sebagai kepala pasukan tentara musyrikin berpidato di muka tentaranya yang memegang bendera berpesan kepada mereka supaya bersungguh-sungguh dalam memegang bendera, karena menang atau kalah tergantung kepada mereka semata-mata.

Peperangan tentara muslimin dengan tentara musyrikin dimulai
Kemudian pertempuran antara tentara muslimin dengan tentara musyrikin terjadi hebat. Abu Dujanah sebagai tentara muslimin yang telah sanggup memegang pedang Nabi SAW keluar dengan pedang terhunus sambil berjalan meliuk-liukkan kepalanya, terus menerjang barisan musuh. Ketika Nabi SAW melihat gaya Abu Dujanah tersebut beliau bersabda :

اِنَّهَا لَمِشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ اِلاَّ فِى مِثْلِ هذَا اْلمَوْطِنِ. ابن هشام 4: 13
“Sesungguhnya yang demikian itu adalah caraberjalan yang dimurkai Allah, kecuali di tempat seperti ini”. [Ibnu Hisyam 4, hal. 13]
Maksudnya berjalan dengan meliuk-liukkan kepala itui sesungguhnya terlarang oleh Allah dan dimurkai-Nya. Tetapi diwaktu berperang dengan musuh yang demikian itu tidak terlarang dan tidak dimurkai-Nya.
Abu Dujanah berjalan meliuk-liukkan kepalanya sambil  bersyair sebagai berikut :

اَنَا الَّذِى عَاهَدَنِى خَلِيْلِى،   وَ نَحْنُ بِالسَّفْحِ لَدَيِ النَّخِيْلِ،
     اَلاَّ اَقُوْمَ الدَّهْرَ فِى اْلكَيُّوْلِ،  اَضْرِبُ بِسَيْفِ اللهِ وَ الرَّسُوْلِ.

Saya yang telah diberi janji oleh kekasihku (Nabi SAW),
sedangkan kami berada pada kaki bukit dekat pohon kurma,
Selamanya saya tidak akan berdiri di barisan yang di belakang,
saya akan memukul (musuh) dengan pedang Allah dan Rasul(Nya). [Ibnu Hisyam Juz 4, hal. 16]
Pada saat itu siapasaja dari tentara musuh yang dihadapi Abu Dujanah, pasti dibunuhnya. Abu Dujanah terus bertempur, dan pedang Nabi SAW dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, iaterus menerus memenggal dan membunuh musuh dengan pedang itu. Dan ia menyerbu musuh hingga masuk jauh ke dalam barisan musuh.
Demikianlah seterusnya, pertempuran berlangsung dahsyat. Sampai pada suatu saat pedang Abu Dujanah yang terkenal itu berada diatas kepala Hindun, isteri Abu Sufyan, yang ketika itu hampir saja kepalanya terbelah. Tetapi dia tidak jadi memukulkannya, karena menjaga pedang Rasulullah SAW jangan sampai untuk membunuh seorang wanita.
Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi SAW yang terkenal sebagai “Singa Allah”, terus maju dan menyerbu ke barisan musuh dengan hebatnya, dan dimanapun ia berjumpa dengan musuh, maka seketika itu ia menyerang dan membunuhnya. Dia termasuk pahlawan Islam yang gagah berani dalam pertempuran yang hebat itu. Memang sejak terjadi pertempuran di Badr dia kelihatan sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa. Dari tangannyalah sebagian besar para ketua dan pemimpin Quraisy melayang jiwanya dalam pertempuran di Badr dulu. Diantaranya ‘Utbah bin Rabi’ah (ayah Hindun) dan Syaibah bin Rabi’ah. Dalam peretempuran di Uhud ini pun ia menunjukkan lebih nyata lagi keberaniannya yang luar biasa.
Mush’ab bin  ‘Umair juga bertempur dengan hebat, banyak pihak lawan yang terbunuh olehny, begitu pula Ali bin Abu Thalib berperang dengan hebatnya.
Anas bin Nadlar, seorang prajurit Islam yang masih muda, yang ketika terjadi perang di Badr belum diizinkan ikut, maka pada perang Uhud ini hatinya sangat gembira karena dapat ikut serta menjadi tentara Islam, dan dia memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa.
Barisan kaum perempuan musyrikin
Sebagaimana kita ketahui, bahwa para istri pemuka-pemuka musyrikin Quraisy banyak yang ikut dalam barisan tentara mereka dengan dikepalai oleh Hindun, istri Abu Sufyan. Dalam pertempuran di Uhud ini mereka berbaris, terkadang di depan, terkadang di belakang, dan kadang-kadang berada di tengah-tengah tentara mereka sambil memukul rebana dan tambur seraya menyuarakan syair-syair untuk mengobarkan semangat berperang tentara mereka, dan menyenangkan hati kaum lelaki mereka yang sedang bertempur dengan tentara muslimin. Diantara syair-syair yang diucapkan oleh Hindun dikala itu ialah :
نَحْنُ بَنَاتُ طَارِقْ، نَمْشِى عَلَى النَّمَارِقْ،  مَشَى اْلقَطَا اْلبَوَارِقْ.  وَ اْلمِسْكُ فِى اْلمَفَارِقْ،   وَ الدُّرُّ فِى اْلمَخَانِقْ،   اِنْ تُقْبِلُوْا نُعَانِقْ.  وَ نَفْرُشُ النَّمَارِقْ،   اَوْ تُدْبِرُوْا نُفَارِقْ،   فِرَاقَ غَيْرِ وَامِقْ.
Kami anak-anak perempuan bintang thariq,
Kami berjalan di atas bantal-bantal sutera,
Berjalan dengan pijakan halus,
Minyak kasturi berada di belahan rambut,
Permata intan di kalung-kalung,
Jika kalian maju kami merangkul,
dan kami sorongkan bantal-bantal sutera,
Jika kalian mundur ke belakang kami akanmemisahkan,
perpisahan tanpa kecintaan.
[Al-Kamil Juz 2 hal. 48]
وَيْهًا بَنِى عَبْدِ الدَّارْ! وَيْهًا حُمَاةُ اْلاَدْبَارْ ! ضَرْبًا بِكُلِّ بَتَّارْ !
Majulah wahai keturunan ‘Abdud-Dar !
Majulah wahai pembela barisan belakang !
Pukullah mereka itu dengan pedang yang tajam !.
[Al-Kamil Juz 2 hal 48].
Demikianlah syair-syair yang mereka dengung-dengungkan dengan riang gembira untuk mengobarkan semangat tentara mereka yang sedang bertempur agar semangatnya tidak kunjung padam dalam menghantam musuh.
Menurut riwayat, sewaktu mendengar syair-syair mereka yang sedemikian itu, dengan tenang Nabi SAW berdoa :
اَللّهُمَّ بِكَ اَجُوْلُ، وَ بِكَ اَصُوْلُ، وَ فِيْكَ اُقَاتِلُ، حَسْبِيَ اللهُ وَ نِعْمَ اْلوَكِيْلَ. نور اليقين: 126
Ya Allah, dengan Engkau aku menangkis (musuh), dan dengan Engkau aku menyerang (musuh), dan dengan Engkau pula aku berperang memerangi musuh. Cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik Pelindung. [Nurul Yaqin hal. 126].

Kemenangan tentara muslimin dalam pertempuran pertama
Dari dorongan semangat tentara muslimin yang menyala-nyala dan keteguhan kepercayaan mereka yang membaja, mereka terus menerjang dan mengejar musuh dengan hebat dan dahsyat, sehingga barisan tentara musuh menjadi kalang kabut, kocar-kacir dan bercerai-berai. Akhirnya banyak yang lari mengundurkan diri. Pemegang bendera pihak musyrikin dapat disambar oleh pedang kaum muslimin dan terbunuh, yang menyebabkan tentara musyrikin semakin kacau dan morat-marit. Maka dalam pertempuran babak pertama hari itu, tentara Quraisy yang berganda besarnya terpaksa mundur dalam keadaan kacau-balau.
Ketika itu pintu kemenangan sudah kelihatanakan dicapai oleh tentara muslimin, sekalipun belum terbukti, karena peperangan belum selesai. Keberanian dan kesanggupan kaum muslimin yang kira-kira hanya 700 orang itu sudah kelihatan dapat merobohkan dan memaksa mundur musuh yang hampir lima kali lipat jumlahnya. Bendera mereka sudah rebah jatuh tersungkur dimuka barisan tentara muslimin.
Tetapi ketika sebagian tentara muslimin sedang bertempur dengan musuh yang tengah melarikan diri, dan mengejar pihak musuh yang lari tunggang langgang, tiba-tiba dari sebagian tentara muslimin yang diserahi oleh Nabi SAW untuk menjaga tempat di bagian belakang untuk memanah dari atas bukit Uhud, setelah melihat kawan-kawannya sedang mengejar musuh, timbullah perselisihan di antara mereka.
Sebagian dari mereka ada yang berkata, “Buat apa kita menunggu sampai lama di tempat ini, padahal pihak musuh sudah diundurkan oleh Allah. Para kawan kita sudah bergerak mengejar musuh, dan musuh sudah banyak yang lari, maka marilah kita turun dari tempat ini untuk mengambil harta rampasan bersama mereka yang mengambil”.
Sebagian yang lain berkata, “Tidakkah Rasulullah berpesan kepada kita supaya kita jangan meninggalkan tempat ini sebelum ada perintah dari beliau ?”.
Mereka yang ingin meninggalkan tempat yang penting itu menyahut,  “Betul begitu. Tetapi kita tidak disuruh menunggu di sini setelah tentara musuh mengundurkan diri dan dikalahkan oleh Allah”.
Demikianlah terus menerus mereka berselisih dan berdebat. Akhirnya ‘Abdullah bin Jubair sebagai orang yang diserahi mengepalai pasukan pemanah di bukit Uhud tersebut berkata, “Janganlah kita menyalahi perintah Rasulullah SAW”. Demikian sampai berulang kaliia memperingatkan kawan-kawannya, tetapi kawan-kawannya tidak mengacuhkan peringatan yang baik itu. Sebagian besar mereka terus turun meninggalkan tempat dengan tujuan untuk mengejar jarahan yang akan diperoleh dari pihak musuh. Akhirnya tinggal ‘Abdullah bin Jubair dan 10 orang kawannya yang tetap teguh menjaga tempat yang diperintahkan oleh Nabi tersebut, sedangkan 40 orang kawannya telah turun dari lereng bukit Uhud terus mengejar harta jarahan, padahal kemenangan di waktu itu belum nyata tercapai oleh angkatan tentara muslimin.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar