Translate

Kamis, 07 Juli 2016

Kekholifahan Sayyidina 'Ali Bin Abu Tholib

Dalam sebuah hadits shahih yang terdapat dalam Kitab as- Sunan dan di shahihkan oleh at-Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu, ia mengatakan :

وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا ْالقُلُوبُ فَقَالَ قائل: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَىاللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدي تَمَسَّكُوْا بِهَا وَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat tandas yang menyebabkan air mata bercucuran dan hati tergetar karenanya. Maka ada seseorang bertanya : Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan, karena itu apakah gerangan yang ingin anda pesankan kepada kami?. Maka beliau menjawab : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk (senantiasa) taat dan mendengar (kepada pimpinan-pen.). Sesungguhnya barangsiapa yang hidup (berumur panjang) diantara kamu sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh sebab itu berpeganglah kalian semua pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidun; orang-orang yang mendapat petunjuk, sesudahku. Berpeganglah terhadap sunnah itu dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Dan hati-hatilah, jangan sekali-kali kalian mengada-adakan perkara-perkara baru karena setiap yang bid’ah adalah sesat”. [Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi]

Ketika Khalifah Ustman bin Affan terbunuh, maka orang-orang berlari kecil untuk mendatangi Ali sambil berkata, “Kita harus mengangkat Amir. Ulurkan tanganmu, kami baiat. Ali menjawab, “Urusan ini bukan hak kalian, tetapi hak para pejuang Badar. Siapa yang disetujui oleh para pejuang Badar, maka dialah yang berhak menjadi khalifah.” Kemudian seluruh para pejuang Badar mendatangi Ali dan membai'atnya.

Peristiwa pembai'atan Ali sebagai khalifah terjadi pada tahun ke 33 H. Masa kepemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib merupakan masa yang sangat sulit. Dimana berbagai fitnah telah menyebar ke berbagai wilayah, berbagai peperangan dan pemberontakan terjadi. Pemberontakan yang terjadi di zaman Khalifah Ali bin Abu Thalib seperti, perang unta kemudian perang Shiffin. Berbagai pertentangan yang timbul antara jumhur Muslimin dan Mu’awiyah, lalu fitnah kaum khawarij yang berakhir dengan kejahatan mereka yang terburuk yaitu melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Ali.
Para ahli sejarah sepakat bahwa Khalifah Ali membenci kaum pemberontak yang membunuh Utsman. Bahkan Khalifah Ali bin Abu Thalib sangat berharap dapat melakukan secepat mungkin untuk dilakukannya qishash terhadap para pembunuh Utsman. Akan tetapi, Khalifah Ali mempunyai pertimbangan lain yaitu sampai segala urusan beres atau sampai khalifah dapat mewujudkan apa yang dinilainya sebagai pendahuluan dharuri dan menjauhkan sebab-sebab timbulnya fitnah. (Al - Bidayah wan-Nihayah, 7/234).

Kekhalifahan tertetapkan bagi Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu sepeninggal Utsman Radhiyallahu anhu , dengan berbaiatnya semua sahabat kepadanya kecuali Mu’awiyah Radhiyallahu anhu dan penduduk Syam.

Dalam hal ini yang benar adalah Ali Radhiyallahu anhu. Sebab ketika Utsman Radhiyallahu anhu terbunuh, banyak kedustaan dan rekayasa yang dibuat berkaitan dengan Utsman Radhiyallahu anhu dan para tokoh sahabat di Madinah seperti Ali, Thalhah dan Zubair Radhiyallahu anhum. Sybhat (kerancuan) ini menjadi semakin besar dan rancu bagi orang-orang yang tidak memahami kenyataan. Hawa nafsupun semakin kuat pada diri Ahlil Ahwa’ (para pengikut hawa nafsu) dan para oportunis yang tinggal jauh dari Syam. Sedangkan orang-orang yang cinta Utsman mempunyai prasangka buruk terhadap para tokoh sahabat. Kabar-kabar yang sampai kepada mereka tentang para tokoh sahabat ini sebagiannya merupakan kabar bohong, sebagiannya lagi sudah mengalami penambahan dan pengurangan, dan sebagiannya lagi tidak jelas sumbernya. Ditambah lagi dengan adanya hawa nafsu sekelompok orang yang menginginkan kekuasaan (kesewenang-wenangan) di muka bumi.

Sementara itu di tengah pasukan Ali Radhiyallahu anhu terdapat para pemberontak khawarij yang telah berhasil membunuh Utsman Radhiyallahu anhu, namun tidak dapat diketahui orangnya, atau karena mendapat perlindungan dari kabilahnya, atau tidak dapat dibuktikan keterlibatannya, atau karena kemunafikan yang tersembunyi di hatinya tidak dapat terkuak secara jelas.

Karena itu Thalhah dan Zubair Radhiyallahu anhuma berpandangan bahwa harus menuntut pembelaan terhadap kematian asy-Syahid (Utsman Radhiyallahu anhu) yang teraniaya dan menumpas para pelaku kejahatan dan pelaku permusuhan. Jika tidak, dikhawatirkan akan mendatangkan kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Maka terjadilah fitnah (tragedi) perang Jamal, tanpa kehendak dari Ali dan tidak pula dari Thalhah maupun Zubair Radhiyallahu anhum . Tetapi karena provokasi yang dilakukan oleh para perusak, tanpa sedikitpun kehendak dari para pendahulu umat Islam.

Sesudah itu muncul lagi fitnah (tragedi) perang Shifin, ketika Ali Radhiyallahu anhu dan para pengikutnya berpandangan bahwa penduduk Syam (juga) wajib taat dan berbaiat kepadanya, sebab kaum Muslimin tidak boleh memiliki (khalifah) kecuali satu khalifah saja. Dan bahwa mereka (penduduk Syam) telah keluar dari ketaatan kepadanya dan tidak mau melaksanakan kewajiban ini (kewajiban taat dan berbai’at kepada Ali Radhiyallahu anhu-pen.), sedangkan mereka mempunyai kekuatan. (Maka) Ali Radhiyallahu anhu berpandangan untuk memerangi mereka sampai mereka melaksanakan kewajiban ini, sehingga tercapailah ketaatan dan jama’ah.

Dalam pada itu penduduk Syam menyatakan bahwa tidak wajib bagi mereka (untuk taat kepada Ali Radhiyallahu anhu ), dan jika mereka diperangi karena ini, berarti mereka menjadi orang yang dizalimi. Mereka mengatakan, bahwa berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin, Utsman Radhiyallahu anhu dibunuh secara teraniaya, sedangkan para pembunuhnya ada di tengah-tengah pasukan Ali Radhiyallahu anhu , padahal posisi para pembunuh ini menang karena mereka mempunyai kekuatan. Jika kami (penduduk Syam) diam saja terhadap mereka, maka mereka akan berbuat zalim dan akan berbuat melampaui batas kepada kami. Ali Radhiyallahu anhu tidak mungkin dapat menghalangi mereka (para pembunuh Utsman-pen.) sebagaimana beliau juga tidak mampu mencegah terjadinya pembunuhan terhadap Utsman Radhiyallahu anhu. Kami (penduduk Syam) hanya berkewajiban untuk berbaiat kepada khalifah yang mampu berbuat adil kepada kami dan mencurahkan sikap adilnya kepada kami.

Adapun Mu’awiyah Radhiyallahu anhu , beliau tidak mengklaim sebagai khalifah dan tidak dibaiat sebagai khalifah ketika memerangi Ali Radhiyallahu anhu . Beliau juga tidak memerangi Ali Radhiyallahu anhu lantaran Ali Radhiyallahu anhu sebagai Khalifah atau lantaran Ali Radhiyallahu anhu dianggap tidak berhak menjadi khalifah.

Mereka (Mu’awiyah Radhiyallahu anhu dan penduduk Syam) mengakui bahwa kekhalifahan adalah haknya Ali Radhiyallahu anhu. Mu’awiyah Radhiyallahu anhu juga menegaskan pengakuannya terhadap kekhalifahan Ali Radhiyallahu anhu jika ada orang bertanya kepadanya tentang itu. Mu’awiyah Radhiyallahu anhu bersama sahabatnya tidak pernah mempunyai pandangan untuk memulai peperangannya terhadap Ali Radhiyallahu anhu.

Sementara itu kebanyakan tokoh sahabat tidak ikut serta dalam peperangan (Shifin) itu, karena adanya nash-nash (dalil-dalil) yang mereka dengar yang memerintahkan supaya mereka tidak ikut terlibat apabila berada dalam fitnah. Juga karena apa yang mereka lihat bahwa dari fitnah, kerusakan akan semakin tumbuh subur mengalahkan kemaslahatan.

Yang jelas, terhadap semuanya harus diucapkan kata-kata yang baik (seperti mendoakan mereka semua dengan doa :

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang”. [Al- Hasyr/59 : 10]

Fitnah yang terjadi pada zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu adalah fitnah yang tangan-tangan kita telah dijaga oleh Allah Azza wa Jalla darinya, (sehingga kita tidak terlibat di dalamnya dan tangan kita bersih daripadanya-pen). Oleh karena itu kita (juga) memohon kepada Allah Azza wa Jalla –dengan karunia dan kebaikan-Nya- agar lidah kitapun kini dijaga dari (terlibat dalam) fitnah tersebut.

Selanjutnya, diantara keutamaan Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu ialah :


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَعُبَيْدُ اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ وَسُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ كُلُّهُمْ عَنْ يُوسُفَ بْنِ الْمَاجِشُونِ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا يُوسُفُ أَبُو سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ أَنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي قَالَ سَعِيدٌ فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُشَافِهَ بِهَا سَعْدًا فَلَقِيتُ سَعْدًا فَحَدَّثْتُهُ بِمَا حَدَّثَنِي عَامِرٌ فَقَالَ أَنَا سَمِعْتُهُ فَقُلْتُ آنْتَ سَمِعْتَهُ فَوَضَعَ إِصْبَعَيْهِ عَلَى أُذُنَيْهِ فَقَالَ نَعَمْ وَإِلَّا فَاسْتَكَّتَا

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi], [Abu Ja'far Muhammad bin Ash Shabbah], ['Ubaidullah Al Qawariri] dan [Suraij bin Yunus] seluruhnya dari [Yusuf bin Al Majisyun] dan lafazh ini milik Ibnu Ash Shabbah; Telah menceritakan kepada kami [Yusuf Abu Salamah Al Majisyun]; Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Munkadir] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari ['Amir bin Sa'ad bin Abu Waqqash] dari [Bapaknya] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Ali: "Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya tak ada nabi setelahku.' Sa'id berkata; 'Maka aku ingin sekali menceritakan hal ini kepada Sa'ad, kemudian aku bertemu dengannya & aku ceritakan kapadanya sebagaimana yg telah di ceritakan Amir kepadaku. Lalu dia berkata; 'Aku telah mendengarnya. Aku bertanya; 'Benarkah kamu telah mendengarnya? 
' dia meletakan kedua jarinya di telinganya seraya menjawab; 'Ya, aku telah mendengarnya, jika tidak, tentu kedua telinga ini akan diam.' [HR. Muslim No.4418].


و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ خَلَّفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخَلِّفُنِي فِي النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ فَقَالَ أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى غَيْرَ أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ

Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah]; Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basysyar] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Al Hakam] dari [Mush'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqash] dari [Sa'ad bin Abi Waqqash] dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menugasi Ali bin Abu Thalib ketika terjadi perang Tabuk." Ali berkata, "Ya Rasulullah, mengapa engkau hanya menugasi saya untuk menjaga kaum wanita dan anak-anak di rumah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "‎Tidak inginkah kamu hai Ali memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa, hanya sesudahku tak akan ada nabi lagi? 
Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah melalui jalur ini. [HR. Muslim No.4419].

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَتَقَارَبَا فِي اللَّفْظِ قَالَا حَدَّثَنَا حَاتِمٌ وَهُوَ ابْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ مِسْمَارٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَمَرَ مُعَاوِيَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ سَعْدًا فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسُبَّ أَبَا التُّرَابِ فَقَالَ أَمَّا مَا ذَكَرْتُ ثَلَاثًا قَالَهُنَّ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَنْ أَسُبَّهُ لَأَنْ تَكُونَ لِي وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَهُ خَلَّفَهُ فِي بَعْضِ مَغَازِيهِ فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ خَلَّفْتَنِي مَعَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نُبُوَّةَ بَعْدِي وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ رَجُلًا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَتَطَاوَلْنَا لَهَا فَقَالَ ادْعُوا لِي عَلِيًّا فَأُتِيَ بِهِ أَرْمَدَ فَبَصَقَ فِي عَيْنِهِ وَدَفَعَ الرَّايَةَ إِلَيْهِ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ } دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَقَالَ اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلِي

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan [Muhammad bin 'Abbad], lafazh keduanya tidak jauh berbeda. keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Hatim] yaitu Ibnu Isma'il dari [Bukair bin Mismar] dari ['Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash] dari [Bapaknya] dia berkata; Mu'awiyah bin Abu Sufyan pernah menyuruh Sa'ad dan menanyakan kepadanya tentang sikapnya kepada Ali, dia berkata; 'Kenapa kamu tidak mau menyalahkan Ali? Dia menjawab; 'Aku teringat kepada tiga hal tentang kedudukan Ali yang pernah di ucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka aku selamanya tidak akan mencelanya karena tiga hal tersebut. Sesungguhnya salah satu dari tiga hal tersebut lebih aku sukai dari pada seekor sapi yang mahal. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Ali, -ketika beliau mengangkatnya sebagai pengganti (di Madinah) dalam beberapa peperangan beliau. Ali bertanya; "Apakah anda meninggalkanku bersama para wanita dan anak-anak!" beliau menjawab: "Wahai Ali,‎tidakkah kamu rela bahwa kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dgn Musa?
hanya saja tak ada Nabi setelahku. Dan saya juga mendengar beliau bersabda pada Perang Khaibar; Sungguh, saya akan memberikan bendera ini kepada seorang laki-laki yg mencintai Allah & RasulNya & Allah & RasulNya juga mencintainya. Maka kami semuanya saling mengharap agar mendapatkan bendera itu. Beliau bersabda:
Panggilllah Ali! kemudian dia dihadirkan dalam keadaan sakit matanya. Lantas beliau meludahi matanya & menyerahkan bendera tersebut kepadanya, kemudian Allah memberi kemenangan kepadanya. Tatkala turun ayat: (Marilah kita memanggil anak-anak kami & anak-anak kamu.) Rasulullah memanggil Ali, Fatimah, Hasan & Husain & bersabda:
Ya Allah, mereka adl keluargaku. [HR. Muslim No.4420].

 حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ هَذِهِ الرَّايَةَ رَجُلًا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مَا أَحْبَبْتُ الْإِمَارَةَ إِلَّا يَوْمَئِذٍ قَالَ فَتَسَاوَرْتُ لَهَا رَجَاءَ أَنْ أُدْعَى لَهَا قَالَ فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهَا وَقَالَ امْشِ وَلَا تَلْتَفِتْ حَتَّى يَفْتَحَ اللَّهُ عَلَيْكَ قَالَ فَسَارَ عَلِيٌّ شَيْئًا ثُمَّ وَقَفَ وَلَمْ يَلْتَفِتْ فَصَرَخَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى مَاذَا أُقَاتِلُ النَّاسَ قَالَ قَاتِلْهُمْ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ فَقَدْ مَنَعُوا مِنْكَ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id]; Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] yaitu Ibnu 'Abdur Rahman Al Qari dari [Suhail] dari [Bapaknya] dari [Abu Hurairah] bahwa pada waktu perang Khaibar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh aku akan menyerahkan bendera ini kepada seorang lelaki yg mencintai Allah & RasulNya, & Allah akan memberikan kemenangan dgn tangannya. Umar bin Khaththab berkata:
Sungguh aku tak pernah menginginkan sebuah kepemimpinan kecuali hanya pada hari itu saja. Ia berkata:
lalu akupun menampakkan wajahku dgn harapan agar aku dipanggil untuk menerima bendera itu. Ia berkata:
kemudian Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib & beliau memberikan bendera itu kepadanya seraya berkata:
' Berangkatlah & janganlah kamu menoleh ke belakang hingga Allah memenangkanmu.' Abu Hurairah berkata:
kemudian Ali berjalan lalu berhenti dgn tak menoleh ke belakang ia berteriak: 'Wahai Rasulullah, atas dasar apa aku memerangi manusia? 
Beliau menjawab: Perangilah mereka hingga mereka mau bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah & bahwa Muhammad adl utusan Allah. Jika mereka telah melaksanakan hal itu berarti mereka telah mencegahmu untuk menumpahkan darah mereka & mengambil harta mereka kecuali yg menjadi haknya (Islam) sedang hisab (perhitungan) mereka ada di sisi Allah. [HR. Muslim No.4422].

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَاللَّفْظُ هَذَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَخْبَرَنِي سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ هَذِهِ الرَّايَةَ رَجُلًا يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا قَالَ فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ يَرْجُونَ أَنْ يُعْطَاهَا فَقَالَ أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالُوا هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ قَالَ فَأَرْسِلُوا إِلَيْهِ فَأُتِيَ بِهِ فَبَصَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ فَبَرَأَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ فَقَالَ عَلِيٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا فَقَالَ انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id]; Telah menceritakan kepada kami ['Abdul 'Aziz] yaitu [Ibnu Hazim] dari Abu Hazim dari [Sahl]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan lafazhnya adalah yang ini; Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] yaitu Ibnu 'Abdur Rahman dari [Abu Hazim]; Telah mengabarkan kepadaku [Sahl bin Sa'ad] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda ketika terjadi perang Khaibar: "‎Sesungguhnya akan aku serahkan bendera perang ini kepada seorang laki-laki yg di tangannya Allah akan memberikan kemenangan bagi kaum muslimin. Ia mencintai Allah & Rasulnya, serta sebaliknya yaitu bahwasanya Allah & Rasulnya pun mencintainya. Sahal berkata; Satu malam lamanya para sahabat bertanya-tanya; 'siapa di antara mereka yg ditugasi membawa bendera perang. Esok harinya, para sahabat & kaum muslimin Iainnya datang menghadap Rasulullah . Setiap orang dari mereka ingin diberi tugas untuk membawa bendera perang tersebut. Lalu Rasulullah bertanya; Di mana Ali bin Abu Thalib? 
Para sahabat menjawab; Ia sedang menderita sakit mata ya Rasulullah. Rasulullah berkata, Bawalah ia kemari! Tak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib datang menemui Rasulullah. Lalu Rasulullah meludahi kedua matanya & berdoa untuk kesembuhannya. Tak lama kemudian kedua mata Ali sembuh tanpa ada rasa sakit lagi. Kemudian Rasulullah menyerahkan bendera perang itu kepadanya. Ali bin Abu Thalib bertanya; 'Ya Rasulullah, apakah saya harus memerangi kaum musyrikin hingga mereka menjadi orang-orang muslim seperiti kita? 
Rasulullah menjawab: Hai Ali, laksanakanlah tugasmu dgn baik & tak tergesa-gesa, hingga kamu tiba di wilayah mereka'. Setelah itu, serulah mereka untuk masuk ke dalam agama Islam beritahukan kepada mereka tentang kewajiban-kewajihan yg harus mereka lakukan di dalam ajaran Islam! Demi Allah, sungguh petunjuk Allah yg diberikan kepada seseorang (hingga Ia masuk Islam) melalui perantaraanmu, adl lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh nikmat yg melimpah ruah dari unta merah. [HR. Muslim No.4423].

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَشُجَاعُ بْنُ مَخْلَدٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنِي أَبُو حَيَّانَ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ حَيَّانَ قَالَ انْطَلَقْتُ أَنَا وَحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَمِعْتَ حَدِيثَهُ وَغَزَوْتَ مَعَهُ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي وَاللَّهِ لَقَدْ كَبِرَتْ سِنِّي وَقَدُمَ عَهْدِي وَنَسِيتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوا وَمَا لَا فَلَا تُكَلِّفُونِيهِ ثُمَّ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارِ بْنِ الرَّيَّانِ حَدَّثَنَا حَسَّانُ يَعْنِي ابْنَ إِبْرَاهِيمَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ حَيَّانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِهِ بِمَعْنَى حَدِيثِ زُهَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي حَيَّانَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَ حَدِيثِ إِسْمَعِيلَ وَزَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ مَنْ اسْتَمْسَكَ بِهِ وَأَخَذَ بِهِ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارِ بْنِ الرَّيَّانِ حَدَّثَنَا حَسَّانُ يَعْنِي ابْنَ إِبْرَاهِيمَ عَنْ سَعِيدٍ وَهُوَ ابْنُ مَسْرُوقٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ حَيَّانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ دَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا لَهُ لَقَدْ رَأَيْتَ خَيْرًا لَقَدْ صَاحَبْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِ حَدِيثِ أَبِي حَيَّانَ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ مَنْ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلَالَةٍ وَفِيهِ فَقُلْنَا مَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ نِسَاؤُهُ قَالَ لَا وَايْمُ اللَّهِ إِنَّ الْمَرْأَةَ تَكُونُ مَعَ الرَّجُلِ الْعَصْرَ مِنْ الدَّهْرِ ثُمَّ يُطَلِّقُهَا فَتَرْجِعُ إِلَى أَبِيهَا وَقَوْمِهَا أَهْلُ بَيْتِهِ أَصْلُهُ وَعَصَبَتُهُ الَّذِينَ حُرِمُوا الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ

Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Syuja' bin Makhlad] seluruhnya dari [Ibnu 'Ulayyah], [Zuhair] berkata; Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ibrahim]; Telah menceritakan kepadaku [Abu Hayyan]; Telah menceritakan kepadaku [Yazid bin Hayyan] dia berkata; "Pada suatu hari saya pergi ke [Zaid bin Arqam] bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam. Hai Zaid, kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kamu pernah melihat Rasulullah. Kamu pernah mendengar sabda beliau. Kamu pernah bertempur menyertai beliau. Dan kamu pun pernah shalat jama'ah bersama beliau. Sungguh kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. OIeh karena itu hai Zaid. sampaikanlah kepada kami apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Zaid bin Arqam berkata; Hai kemenakanku, demi Allah sesungguhnya aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu, apa yang bisa aku sampaikan, maka terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan. maka janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya." Kemudian Zaid bin Arqam meneruskan perkataannya. Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan berpidato di suatu tempat air yang di sebut Khumm, yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan serta berkata; ‎Ketahuilah hai saudara-saudara, bahwasanya aku adl manusia biasa seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku, malaikat pencabut nyawa, akan datang kepadaku & aku pun siap menyambutnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yg berat kepada kalian, yaitu: Pertama, Al-Qur 'an yg berisi petunjuk & cahaya. Oleh karena itu, laksanakanlah isi Al Qur'an & peganglah. Sepertinya Rasulullah sangat mendorong & menghimbau pengamalan Al Qur'an. Kedua, keluargaku. Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpedoman kepada hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku. (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Husain bertanya kepada Zaid bin Arqarn; Hai Zaid, sebenarnya siapakah ahlul bait (keluarga) Rasulullah itu?
Bukankah istri-istri beliau itu adl ahlul bait (keluarga) nya? 
Zaid bin Arqam berkata; Istri-istri beliau adl ahlul baitnya. tapi ahlul bait beliau yg dimaksud adl orang yg diharamkan untuk menerima zakat sepeninggalan beliau. Husain bertanya; Siapakah mereka itu? 
Zaid bin Arqam menjawab; Mereka adl keluarga Ali, keluarga Aqil. keluarga Ja'far, & keluarga Abbas. Husain bertanya; Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat? 
Zaid bin Arqam menjawab.Ya. Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakkar bin Ar Rayyan; Telah menceritakan kepada kami Hassan yaitu Ibnu Ibrahim dari Sa'id bin Masruq dari Yazid bin Hayyan dari Zaid bin Arqam dari Nabi , (lalu dia menyebutkan Haditsnya yg semakna dgn Hadits Zuhair; Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami Muhamad bin Fudhail; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim; Telah mengabarkan kepada kami Jarir keduanya dari Abu Hayyan melalui jalur ini sebagaimana Hadits Ismail & di dalam Hadits Jarir ada tambahan; 'Yaitu Kitabullah yg di dalamnya terdapat petunjuk & cahaya. Barang siapa yg berpegang teguh dengannya & mengambil pelajaran dari dalamnya maka dia akan berada di atas petunjuk. Dan barang siapa yg menganggapnya salah, maka dia akan tersesat. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakkar bin Ar Rayyan; Telah menceritakan kepada kami Hassan yaitu Ibnu Ibrahim dari Sa'id yaitu Ibnu Masruq dari Yazid bin Hayyan dari Zaid bin Arqam dia berkata; Kami menemui Zaid bin Arqam, lalu kami katakan kepadanya; 'Sungguh kamu telah memiliki banyak kebaikan. Kamu telah bertemu dgn Rasulullah, shalat di belakang beliau…dan seterusnya sebagaimana Hadits Abu Hayyan. Hanya saja dia berkata; Rasulullah bersabda:
'Ketahuilah sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yg sangat besar. Salah satunya adl Al Qur'an, barang siapa yg mengikuti petunjuknya maka dia akan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yg meninggalkannya maka dia akan tersesat.' Juga di dalamnya disebutkan perkataan; Lalu kami bertanya; siapakah ahlu baitnya, bukankah istri-istri beliau? 
Dia menjawab; Bukan, demi Allah, sesungguhnya seorang istri bisa saja dia setiap saat bersama suaminya. Tapi kemudian bisa saja ditalaknya hingga akhirnya dia kembali kepada bapaknya & kaumnya. Yang dimaksud dgn ahlu bait beliau adalah, keturunan beliau yg diharamkan bagi mereka untuk menerima zakat.' [HR. Muslim No.4425].

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar