Translate

Minggu, 07 Agustus 2016

Kisah Wali Mastur Dan Ciri-Ciri Wali Mastur

Banyak Wali-wali Allah yang dimasyhurkan setelah wafatnya, di antaranya adalah Mbah Priok. Sebelumnya, Wali Allah itu tersembunyi (mastur), tetapi karena kehendak Allah jua akhirnya Beliau-beliau itu 'tampak ke permukaan'. Banyak tanda kewalian seseorang terbuka secara nyata setelah terlihat jasadnya utuh (tidak hancur) ketika dipindahkan.
Sebenarnya banyak Wali-wali Allah yang disatarkan (tidak masyhur) khususnya di Pulau Jawa ini.

Disebutkan Dalam Hadits 

 عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اللهِ تَعَالَى قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوْا بِرُوْحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوْهَهُمْ لَنُوْرٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُوْرٍ لَا يَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُوْنَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هٰذِهِ الْآيَةَ ( أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ )

Bahwa Umar bin Khatthab berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para Nabi dan bukan orang-orang yang mati syahid. Para Nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala." Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menceritakan kepada kami siapakah mereka?” Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih." Dan beliau membaca ayat ini: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus : 62)." (HR. Abu Dawud)

يَآأَيُّهَا النَّاسُ اسْمَعُوْا وَاعْقِلُوْا وَاعْلَمُوْا أَنَّ لِلّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ عِبَادًا لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْأَعْرَابِ مِنْ قَاصِيَةِ النَّاسِ وَأَلْوَى بِيَدِهِ إِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللهِ نَاسٌ مِنَ النَّاسِ لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ انْعَتْهُمْ لَنَا يَعْنِيْ صِفْهُمْ لَنَا فَسُرَّ وَجْهُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسُؤَالِ الْأَعْرَابِيِّ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوْا فِي اللهِ وَتَصَافَوْا يَضَعُ اللهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوْهَهُمْ نُوْرًا وَثِيَابَهُمْ نُوْرًا يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَفْزَعُوْنَ وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللهِ الَّذِيْنَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

"Wahai sekalian manusia! Dengar, pahami dan ketahuilah bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba, mereka bukan para Nabi ataupun Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid), akan tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri pada mereka karena tempat dan kedekatan mereka dengan Allah pada hari Kiamat". Kemudian, salah seorang Badui datang, dia berasal dari pedalaman jauh dan menyendiri, dia menunjuk tangannya ke arah Nabi saw. seraya berkata: “Wahai Nabi Allah! Sekelompok orang yang bukan para Nabi ataupun Syuhada’ tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri kepada mereka karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah, sebutkan ciri-ciri mereka untuk kami?” Wajah Rasulullah saw. bergembira karena pertanyaan orang Badui itu, lalu Rasulullah saw. bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru dan orang-orang asing, diantara mereka tidak dihubungkan oleh kekerabatan yang dekat, mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus ikhlas, Allah menempatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya pada hari Kiamat, Allah mendudukan mereka diatasnya, Allah menjadikan wajah-wajah mereka bercahaya, pakaian-pakaian mereka bercahaya, orang-orang ketakutan pada hari Kiamat sementara mereka tidak ketakutan, mereka adalah para wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati." (HR. Ahmad)

Pernahkah mendengar tentang wali Mastur Atau Wali yg tersembunyi...??....      

Banyak Wali-wali tersembunyi, yang banyak orang tidak tahu. Semuanya memiliki martabat (tingkatan) dan kekhususan. Sehingga banyak orang lebih mengetahui Wali yang masyhur daripada mengetahui Wali Khas yang derajatnya ditinggikan oleh Allah pada masanya dibanding lainnya. Bahkan seorang Sulthan Awliya masyhur, Syekh Quthbur Rabbani Abdul Qadir al-Jaelani Qaddasalahu Sirrahul 'Aziz, pada masa hidupnya tidak dikenal sebagai seorang Awliya. Baru setelah 25 tahun terbuka hijab (dinding penutup) akan kewaliannya.

Syekh Abdus Salam bin Masyisy Ra. adalah seorang Wali Mursyid yang tidak dikenal pada masanya. Tapi setelah ditemukan di atas bukit oleh muridnya, yakni Syekh Ali Abul Hasan asy-Syadzili (pendiri Thariqah Syadziliyyah), barulah terkuak keberadaan dan kebesaran Awliya-nya di tengah umat. Masyhur atau tidak, bukanlah tujuan bagi seorang Awliya. Semua terhitung dalam genggaman Kehendak dan takdir-Nya.

Maha besar Allah yg telah menyembunyikan para kekasihnya dibalik hijab keanggunan hingga mereka tenggelam dalam samudera keesaan.. lenyap dalam lautan tauhid..ketahuilah dulur.. mereka ada disekitar kita.. mereka tertutup dibalik hijab Allah.. mereka sama sekali tidak engkau duga sebagai seorang wali.. sitrul auroh.. wajib.. sitrul khusussiyyah.. aujab... menutup aurot itu wajib, maka menutup keistimewaan itu jauh lebih wajib.. kira-kira begitulah pegangan mereka.. namun bukan pula mereka sengaja menyembunyikan identitas mereka namun memang kehendak Allah menutupi kewalian mereka dimata umum.. selain itu awliya di maqom majdub ini dibalik hijab Allah.. dan tentunya hijab Allah itu suci, maka hanya boleh dipandang oleh yg suci pula. Dari itulah mengapa kita yg dipenuhi karat dosa tidak dapat tembus untuk dapat mengenali para awliya.. 

Sering kita dengar ungkapan "YANG MENGENAL WALI HANYA WALI"..Itu benar sebab pandangan seorang wali melewati sirrnya tidaklah terhalang apapun lagi..Maha besar Allah yg senantiasa memberi petunjuk kepada siapapun yg hendak ia berikan petunjuk termasuk untuk dapat mengenali walinya...dengan beberapa sumber guru dan pengamatan faham saya yg bebal ini.. dengan lancang berani mengkategorikan beberapa ciri yang tampak pada seorang AWLIYA yg mastur/tersembunyi, sebagai berikut ; 

1. Mereka seseorang yg low profile, dalam artian keberadaan mereka ditengah masyarakat tidaklah terlalu berpengaruh bahkan tidak sama sekali.. ketiadaan dan keberadaan mereka tdk begitu menjadi perhatian.. 

2.Tentunya  mereka seorang ahli ibadah yg benar" taat kepada syariat islam yg telah dibawa nabi Muhammad Saw.. 

3. Meskipun mereka seorang ahli ibadah, namun seorang awliya yg mastur biasanya tidak tampak kebaikannya begitu pula keburukannya, kemungkinan mereka hidup sebagaimana orang yg lain sebagai petani maupun pekerja bangunan.. 

4. Mereka seorang ahli dzikir.. meskipun dr yg dilihat mereka terlihat beraktivitas sebagaimana masyarakat pada umumnya, namun hati mereka tidak sekedippun berpisah kepada Allah di waktu jaga maupun tidur, dikala duduk maupun berdiri, dikala siang maupun malam. Mereka tenggelam dalam kemesraan bersama Tuhannya.. 

5. Adem hati ketika memandang ataupun dipandang oleh sorotan matanya, sebab seorang ahli dzikir sejati yg benar" telah disebut dalam istilah tassawwuf "Bertubuhkan Kalimah" akan terpancar jelas diwajahnya.. 

6. Adem hati sesaat duduk atau bercakap denganya, sebab seorang ahli dzikir akan menyebarkan energi positif (nurullah) ke sekelilingnya.. 

7. Saat melihat sosoknya atau mengingat namanya, atau bahkan terdengar disebut namanya, maka sejenak kitapun ingat kpd Nama Alloh. 

8. Wajah mereka terlihat sedikit kurus dan wajahnya yg terlihat agak pucat lantaran renggangnya rusuk-rusuk mereka dari kasur tempat tidur dan memperbanyak akan mereka puasa" sunah untuk melatih melawan hawa nafsu..

9. Begitu mengagung dan memuliakan Rasulullah sebagai wasithoh mereka washil kepada Alloh... 

10. Tidaklah lisan mereka mengeluarkan sepatah dua patah kata kecuali itu mengandung hikmah, walau memang ada sebagian kecil diantara wali majdub yg telah tenggelam sepenuhnya dalam kefanaan mengeluarkan perkataan yang tidak dimengerti... 

Sekiranya saja kita memiliki kejernihan hati dan atas petunjuk dari Allah, niscaya suatu saat kita diperkenankan bertemu mereka dan mengambil manfaat kepadanya.. sebab mereka para awliya adalah khalifah Allah dimuka bumi.. para pewaris sah Rasulullah yg namanya diharumkan oleh semua penduduk langit dan kehadiranya dirindukan pintu-pintu surga... 
Dalam Hadits Disebutkan ‎

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

Dari Abu Hurairah ra., dia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhya Allah Ta’ala berfirman : ‘Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.’ ” (HR. Bukhari)


KISAH WALI TUKANG SAPU
Tiap pagi ia menyapu jalanan pasar. Usianya yang sudah cukup lanjut tidak menyurutkan niatnya untuk “mengabdi” kepada orang banyak dengan caranya sendiri; dengan menjadi juru bersih pasar. Tidak jarang para pedagang di sana meminta tolong kepada sang kakek untuk keperluan bisnisnya. Kakek ini seorang tukang sapu dan sekaligus tukang disuruh-suruh.

Suatu malam, pedagang A meminta bantuan si kakek untuk mengantar barang-barangnya ke suatu tempat. Pedagang A memberi tempo, barang itu mesti sudah sampai sebelum subuh. Sang kakek tak menolak. Di tempat lain, pedagang B meminta tolong hal yang sama. Ia juga memberi batas waktu, subuh hari barang itu harus sudah sampai di tempat. Si kakek mengiyakan. Dan celaka, ketika bertemu dengan pedagang C, kakek itu diminta lagi untuk mengerjakan perintah yang serupa. Juga ada deadline; subuh. Uniknya, lagi-lagi kakek itu menyanggupi.

Bagaimana bisa, pada saat yang bersamaan, barang-barang berbeda harus diantar ke tempat yang saling berjauhan?

Pagi hari, semua barang sudah terkirim ke tujuan. Entah bagaimana mulanya, ketiga pedagang A, B dan C terlibat dalam obrolan. Sampailah ketiganya pada pembicaraan tentang pengiriman barang subuh tadi. Tiba-tiba mereka terhenyak, sebab ketiganya sama-sama meminta bantuan kepada orang yang satu. Bagaimana bisa, barang-barang mereka terkirim pada saat yang bersamaan oleh orang yang sama; si kakek tukang sapu?

Sejak pagi itulah, “pergunjingan” perihal karamah kakek tukang sapu merebak. Manusia yang rendah hati itu tentu bukan orang biasa. Dia tentu kekasih (wali)-nya Allah.

Esoknya, setelah sepanjang hari kemarin para pedagang di pasar sibuk membicarakan karamahnya, si kakek malah tidak muncul. Usut punya usut, ia dikabarkan meninggal dunia. Konon, setelah semua orang tahu akan rahasianya, si kakek bermunajat kepada Allah. Ia berucap, kira-kira, “Ya Allah, karena rahasia-Mu ini sudah tersibak, maka kembalikanlah aku ke sisi-Mu”. Dan permintaannya dikabulkan.

WALI MASTUR
Fragmen cerita di atas mengingatkan kita pada pendapat Sayidina Umar ibn al-Khattab. Menurut beliau, keberadaan para kekasih Allah (waliyullah), akan senantiasa disamarkan (mastur) oleh-Nya. Kita tidak pernah tahu, siapa-siapa saja yang diangkat menjadi kekasih oleh-Nya, seperti kakek tadi, atau malah justru para pengemis, atau orang yang kita nilai gila di jalanan, atau bahkan orang terdekat kita sendiri, atau justru orang yang sedang berada di hadapan Anda sekarang ini (ketika membaca tulisan ini). Allahu a’lam. Pendapat ini diamini oleh banyak ulama, meski beberapa yang lain tidak menyepakatinya (sebab beberapa banyak wali ada yang justru amat jelas terlihat).

Dalam kaitan dengan kekasih-kekasih-Nya yang mastur itu, pelajaran yang kita petik adalah supaya kita tidak gegabah dalam menilai orang, apalagi sembrono menista dan atau mencemooh orang lain. jangan-jangan, orang yang kita nista itu adalah justru kekasih-Nya?

Yang menjadi soal adalah suatu saat Allah berfirman, sebagai Hadits Qudsi; “Barang siapa melukai kekasih-Ku, maka Aku akan balik memusuhinya”. Diceritakan bahwa dulu, ketika Syaikh Abdul Qadir Jailani masih hidup, orang yang menyebut nama beliau tanpa berwudhu, langsung terputus kepalanya. Ini karena, seperti Firman Allah kepada beliau, “Abdul Qadir, engkau mengagungkan Asma-Ku, maka aku pun memuliakan namamu”. Al-hasil, apakah kita memang berniat menjadi musuh-Nya?

Kehidupan "Nyeleneh" Samud

Bagi masyarakat yang berdekatan dengan pasar Kaliwungu, Mangkang, Jrakah,  Karangayu sampai pasar Bulu pada era tahun 70-an, mungkin tak asing dengan sosok  ”Samud”.  Sepintas pria bertubuh tambun dengan ciri bertelanjang dada, Sarung agak tinggi dengan gulungan besar diperut, baju disampirkan di pundak, berpeci ke belakang hingga terlihat rambut depannya, dan satu tangan terlihat menggerak-gerakkan jarinya seolah melakukan wirid. 

Sepintas, warga di era tahun tersebut hanya melihat bahwa Samud hanyalah sosok yang kurang normal/gendeng. Bahkan ketika penulis menanyakan hal tersebut pada orang tua, teman (saat itu penulis masih kecil) dan handai taulan, banyak yang mengatakan kalau Samud “kabotan ngelmu” (tidak kuat melakukan laku tirakat). Pekerjaan Samud secara kasat mata adalah seperti “peminta-minta” di pasar. Ada yang memberi uang, jajan maupun makanan. Tidak hanya dipasar, di kendaraan umum pun Samud juga sering meminta.

Namun ada hal aneh yang terlihat saat itu pada diri Samud, dia begitu ikhlas dan hidup sederhana. Yang tak kalah aneh saat itu, hampir semua bakul yang dimintai oleh Samud, mereka akan memberikan dengan ikhlas dan senang hati, bahkan ada perasaan untuk beramal dengan memberi sesuatu pada Samud agar rizki mereka ditambah oleh Allah lewat dagangan mereka yang laris.

Penulis masih ingat ketika kernet angkutan menawarkan kepada Samud yang saat itu berdiri di depan warung makan orang tua penulis untuk ikut menuju pasar Karangayu dengan setengah memaksa secara gratis. Hal itu penulis tanyakan pada teman, kenapa Samud menjadi rebutan kernet untuk ikut angkutannya, jawaban sang teman sangat sederhana. Kernet akan mendapat untung, karena para penumpang akan memberi recehan kepada Samud, dan uang pemberian tersebut seluruhnya akan diberikan pada kernet ( saling menguntungkan bukan?)

Ada ciri khas lagi yang ada pada Samud, yaitu kantong kecil dari kain gandum, isinya uang recehan yang banyak sekali layaknya jaman kerajaan.

Siapakah Samud ini?

Sudah ada 3 kelompok yang menanyakan langsung soal Samud pada penulis, kebetulan penulis sempat menangi hidup dijamannya. Di mata penulis yang saat itu masih kanak-kanak, Samud terlihat sepintas seperti orang gendeng yang hidup menggelandang dari pasar ke pasar, tapi bagi sebagian orang (khususnya yang menanyakan tentang Samud pada penulis), mereka mengabarkan bahwa Samud adalah seorang Wali yang menyembunyikan kewaliannya. terlepas dari semua pendapat di atas, penulis melihat bahwa kehidupan Samud adalah kehidupan yang ikhlas yang hidupnya dipenuhi dengan dzikir disetiap aktifitas dan rutinitas menggelandangnya. Satu hal lagi, keberadaan Samud sangat dinantikan oleh para bakul pasar dan para kernet.

Makam Samud

Ada pendapat bahwa makam Samud berada di makam Bergota, tepatnya dibelakang RS. Kariadi Semarang, yaitu di makam orang-orang yang tidak mempunyai keluarga. Namun menurut orang tua penulis (mbah Syamsudin/ modin Jrakah) yang kebetulan ikut ngurusi jasad Samud yang meninggal di pasar Jrakah, bahwa jasad Samud oleh pihak pamong desa kelurahan Jrakah diserahkan pada keluarganya yang ada di Kaliwungu, Kendal dan dimakamkan di makam desa setempat.

Samud, Wali Yang Tersembunyi

Terlepas siapa sebenarnya sosok Samud, apakah dia orang gendeng atau Wali yang menyembunyikan kewaliannya, hanya Allah  Yang Maha Tahu, sebagai manusia kita harus berhati-hati agar tidak mengkultuskan manusia secara berlebihan. Yang pasti keberadaan Samud saat itu, tidak pernah menyusahkan orang lain, bahkan lebih banyak diharapkan kedatangan dan keberadaannya khususnya disekitar wilayah Kaliwungu, Mangkang, Jrakah, Karangayu bahkan sampai pasar Bulu, itu semua masuk wilayah Kendal dan Semarang.

Kisah Wali Katum

Nama “Wali Katum” sudah tidak asing lagi bagi warga asli Kota Banjarmasin khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.
Nama beliau sebenarnya adalah Muhammad Ramli bin Anang Katutut, di masa kecil beliau bernama Artum Ali, beliau hidup apa adanya tanpa berusaha (bekerja), hari-hari beliau habiskan hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.
    
Apabila ada makanan beliau makan, tapi kalau tidak ada beliau akan puasa. Meskipun demikian beliau tidak pernah mengeluh, minta-minta dan menyusahkan orang lain.
  
Beliau selalu menutup diri dari orang lain dan suka menyendiri, sehingga tidak banyak aktivitas beliau yang terekspos. Karena itulah di masyarakat beliau lebih dikenal dengan sebutan “ Wali Katum”.
Kata Katum diambil dari bahasa Arabyang berarti sembunyi.
   ‎
Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau. Al-Qur’an tersebut tidak lagi persegi empat,  melainkan berbentuk lonjong karena sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.
   
Menurut penuturan Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan (‘Guru Tuha’ kawan dekat dari Tuan Guru Abdussamad Kampung Melayu Sungai Bilu, Banjarmasin, sewaktu selama 7 tahun menuntut ilmu di Mekah), bahwa :

Gusti H.Hasan adalah kakak dari Gusti Anang Katutut yang adalah ayah dari Muhammad Ramli (“Wali Katum”).
Dengan demikian maka, Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan adalah memiliki hubungan keluarga sebagai sepupu sekali dengan” Wali Katum” atau Gusti Muhammad Ramli bin Gusti Anang Katutut.
  
Selanjutnya, menurut Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, yang kini berusia 95 tahun di Banyiur Dalam, Basirih Banjarmasin, ada beberapa keganjilan (khawariqul 'adat) dari “Wali Katum”, begitu pula dengan bapaknya Gusti Anang Katutut.
  
Diriwayatkan pernah suatu hari serombongan orang bermobil datang untuk mengundang dan menjemput Gusti Anang Katutut (ayah Wali Katum), namun beliau tidak mau naik mobil dan mempersilahkan tamu yang menjemputnya lebih dahulu pulang. Sedangkan beliau mengeluarkan sebuah sepeda butut yang tempat duduknya hanya dililitkan kain supaya bisa duduk di atas sepeda butut tersebut.
   
Namun Alangkah terkejutnya rombongan yang ingin mengundang beliau, ternyata ayah Wali Katum sudah tiba lebih dahulu dan sedang menyandarkan sepeda bututnya di depan rumah yang ingin mengundang tersebut, padahal sewaktu berangkat tadi rombongan yang mengundang lebih dahulu dan cepat karena menggunakan mobil.
  
Selanjutnya diriwayatkan pula oleh Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, bahwa tempo dahulu pada musim haji, seseorang jama’ah haji dari Hulu Sungai melihat seorang pria di mekah yang berjalan beriringan, namun sambil berinting-inting atau jalan berjingkat-jingkat tanpa terompah (maklum zaman dulu tidak ada sandal jepit). Lalu jama’ah haji tersebut bertanya pada pria yang berjingkat, apakah sedang kepanasan kaki berjalan di padang pasir, namun pria itu menjawab :” Tidak”. Kemudian ditanyakan siapa namanya dan tinggal dimana, Pria misterius itu menyebutkan namanya Muhammad Ramli dan alamatnya di Tebu Darat, Hulu Sungai Tengah.
     
Karena merasa kasihan oleh jama,ah haji itu ketika melewati pasar dibelikanlah “Sepasang Terompah”, namun setelah menerima terompah tersebut, pria berjingkat-jingkat tadi menghilang begitu saja.
     
Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman, Sang jama’ah haji tadi teringat dan ingin pergi menemui Muhammad Ramli, di Tebu Darat. Tapi menurut penduduk kampung Tebu Darat, bahwa tidak ada warganya yang naik haji tahun ini. Tapi kalau orang yang bernama Muhammad Ramli memang ada, tapi tidak pergi haji, namun hanya berkhalwat di gubuk persawahan.
Merasa penasaran sang jama’ah haji itu lalu minta bawakan ke Gubuk Muhammad Ramli tersebut. Dan ternyata memang beliau lah yang bertemu dengannya di Mekah, sedangkan “Sepasang Terompah” terlihat ada digantungkan di dinding rumah / Gubuk Muhammad Ramli.
     
Sejak saat itulah masyarakat baru mengetahui, bahwa Muhammad Ramli adalah seorang Wali Allah SWT, sehingga beliau diberi gelar “Wali Katum” atau wali yang tersembunyi.
Gusti Muhammad Ramli atau (“Wali Katum”) wafat tanggal 24 Juni 1982 M bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.

Makam “Wali Katum” terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.
Makam keramat “Wali Katum” juga menarik ,karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan peziarah lainnya.

Wali Mastur Zaman Abah Guru Sekumpul

‎Ada Seorang Sayyid (Dzuriyah Nabi SAW), yang setiap hari duduk-duduk di tempat perjudian. Sampai suatu saat ajal datang menjemputnya, orang-orang kampung tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. 

Di saat wafatnya, hanya Istri dan anaknya yang menghadapi jenazahnya, tidak ada satu tetangga pun datang. Tidak ada satu pun tetangga yang mau memandikan, mengkafani, menshalatkan jenazahnya.

Sang Istri menangis melihat keadaan suaminya, dia-pun berdo'a: 

"Yaa Allah.. Bagaimana dengan jenazah suamiku, Apakah aku buang ke sungai Mahakam ini atau aku biarkan sampai membusuk.. Engkau Yang Maha Luas Rahmat-Mu, berilah petunjuk..."

Tiba-tiba masuk seorang tampan tinggi rupawan mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum Yaa Syarifah..."

Tampak puluhan orang berjubah dan bersorban mengiringi dibelakangnya.

"Wa'alaikum salam Warohmatullah..."

Saat melihat Sang Guru, si Syarifah tersentak kaget bukan main, yang datang adalah Al Imam Al Quthubul Akwan As-Syeikh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Sekumpul.

Syarifah bertanya, "Kapan Pian kesini Guru.. Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sangatlah jauh, apalagi kami di daerah Hulu Mahakam Kembang Janggut ini."

Jawab Guru Sekumpul
"Allah Yang Memudahkan..."

Tiba-tiba dari luar banyak orang kampung datang, dan terperanjat seketika tahu yang datang Guru Sekumpul, maka mereka keheranan dan salah-satu dari mereka berkata, "Wahai Guru, ini adalah orang yang senang berjudi, tiap hari duduk-duduk di tempat perjudian..."

Guru Sekumpul tersenyum dan berkata, "Apakah kamu melihat beliau sendiri main judi, atau beliau cuma duduk-duduk saja disitu tanpa main judi?"

Sang penduduk terdiam, kata Abah Guru Sekumpul kemudian "beliau ini yang tiap hari kalian lihat di tempat perjudian adalah seorang Dzuriat Rasulullah SAW, beliau ini yang jadi Penyandang Bala di kampung sini, beliau ini yang setiap malam pada saat kalian tidur beliau bangun dan shalat tahajud mendo'a kan kalian, beliau juga yang rela setiap hari duduk di tempat perjudian berdzikir dan memohon ampun untuk para penjudi agar mereka sadar.., tapi kalian tidak tahu kalian cuma melihat dengan pandangan dzahir saja, beliau tidak terkenal dalam pandangan masyarakat bumi tapi sangat terkenal di langit"

Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad.....

Jangan mudah su'udzon kepada orang lain.....terlebih kepada Dzuriat Rasul SAW.....
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

11 komentar:

  1. Amin Ya Allah semoga semuanya dirahmati Allah SWT.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum..
    mohon infonya, Ada yang tahu biografi Mbah Samud?

    BalasHapus
  3. Apakah anda wali allah, mungkin karena ini tentang wali jadi sepertinya yg nulis wali...

    BalasHapus
  4. Jika benar wali allah tolong doa kan agar indonesia kedepannya tidak diberikan bencana lagi, dari hamba allah

    BalasHapus
  5. Al hamdulillah.... Tulisan yg sangat bermanfaat. Barakallahulaka...

    BalasHapus