Translate

Senin, 29 Agustus 2016

Melestarikan Dan Bertabaruk Dengan Benda Peninggalan Nabi Serta Kaum Sholih

Islam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba:‎‎‎

مَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللهَ وَمَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطاَعَ اللهَ

“Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”
Cinta haruslah disertai dengan penghormatan dan pengagungan. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan manusia agar mengagungkan sosok Baginda Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ

“Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,  supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya dan mengagungkan Rasul-Nya.”
Cinta para sahabat kepada Baginda Rasul SAW adalah cinta yang patut diteladani. Dalam hadits-hadits disebutkan bagaimana para sahabat saling berebut bekas air wudhu Baginda Nabi SAW. Meski hanya tetesan air, namun air itu telah menyentuh jasad makhluk yang paling dekat dengan Sang Pencipta. Karena itulah mereka begitu memuliakannya dan mengharap berkah yang terpendam di dalamnya. Ketika Baginda Nabi SAW mencukur rambut, para sahabat senantiasa mengerumuni beliau. Mereka ingin mendapatkan potongan rambut beliau meski sehelai. Dengan rambut itu mereka hendak mengenang dan mengharap berkah Nabi SAW. Demikianlah rasa cinta para sahabat kepada Baginda Nabi SAW.

Bila kita berjauh jarak dengan sang terkasih Muhammad Rasulullah yang berbentang waktu 1.400 tahun… bila kita belum pernah melihat wajah sucinya, sementara kita menyebut namanya setiap hari, kita menghantarkan salam kepadanya setiap hari melalui shalat, shalawat-shalawat dan do’a-do’a yang kita lantunkan, kita memohon syafa’atnya untuk keselamatan kita di akhirat dari pedihnya adzab neraka, tulisan ini untuk mengobati kerinduan kita yang sangat dalam kepada Sang Tercinta Nabi Agung, Kekasih Allah dan sang pribadi mulia panutan alam?? Titik air mataku begitu melihat langsung baju beliau yang bersahaja dan sudah robek, sandal beliau, keranda beliau yang tak terhalang apapun. Allahu Akbar … serasa dekaaat denganmu ya Rasulullah …


Andai aku bisa melihat wajahmu, rontok segala persendianku, tak tahan dengan kenikmatan memandang kemuliaan wajahmu… Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad …

Hingga hari ini banyak peninggalan-peninggalan Rasulullah, para Shahabat dan para Salafushshaleh masih dapat kita saksikan di beberapa tempat, baik ditempat-tempat aslinya maupun didalam Museum. Sebelum terjadinya revolusi Wahabi peninggalan-peninggalan jaman Rasulullah dan para Shahabat banyak ditemukan di tanah kelahiran Rasulullah dan para Sahabat, dengan alasan untuk membersihkan Aqidah Umat Islam benda-benda tersebut telah dimusnahkan.

Peninggalan-peninggalan tersebut sebetulnya sangat bermanfaat bagi umat Islam saat ini, sebagai bukti sejarah kejayaan Islam di masa-masa awal Islam sepanjang tidak disalahpersepsikan  sebagai benda keramat yang akhirnya akan menjerumuskan Umat Islam kedalam kemusyrikan.

PERHATIAN AL-QURAN TERHADAP PENINGGALAN-PENINGGALAN PARA NABI DAN ORANG-ORANG SHOLIH

Dalam Al-Quran Allah menyebutkan kisah tabut bani Israil yang Dia jadikan pertanda
akan keabsahan Thalut sebagai raja mereka :

وَقَالَ لَهُمْ نِبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ 
الْمَلآئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

"Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka : "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun ; tabut itu dibawa oleh malaikat…."

Tabut ini memiliki kedudukan yang tinggi dan status yang mulia. Ia berada di tangan mereka dan ditempatkan di depan saat mereka mengadakan peperangan. Dengan keberkahan tawassul kepada Allah dengannya dan dengan isinya mereka mendapat kemenangan. Mereka selalau membawa tabut saat memerangi musuh manapun.

Baqiyyah ini adalah harta peninggalan Nabi Harun yaitu tongkat Nabi Musa, tongkat dan pakaian Nabi Harun, sepasang sandal dan dua papan Taurat. Demikian informasi yang bersumber dari tafsir Ibnu Katsir jilid I hlm. 313. Dalam tabut itu juga terdapat mangkok emas yang fungsinya untuk membasuh dada para nabi sebagaimana dikutip dari Al-Bidayah wan-Nihayah jilid 2 hlm. 8.

Berkat peninggalan-peninggalan agung yang dinisbatkan kepada para hamba Allah terpilih ini, Allah meninggikan status tabut, meluhurkan derajatnya, menjaga dan merawatnya secara khusus saat bani Israil kalah akibat kemaksiatan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Kekalahan ini karena mereka tidak mementingkan menjaga tabut.

Maka Allah menghukum mereka dengan mencabut tabut dari tangan mereka lalu Dia menjaga dan mengembalikan kembali kepada mereka agar menjadi bukti keabsahan Thalut sebagai raja mereka. Allah telah mengembalikan tabut kepada mereka dengan penuh kemuliaan dan penghargaan saat ia datan dibawa para malaikat. Adakah perhatian yang lebih besar melebihi perhatian terhadap peninggalan tersebut, pelestarian terhadapnya dan mengingatkan akal terhadap urgensi perkara tersebut, keagungan dan nilai kesejarahan, keagamaan dan peradabannya.

Allah Swt berfirman :

وَكَذَلِكَ أعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أنَّ وَعْدَ اللّهِ حَقٌّ وَأنَّ السّاعَةَ لاَ رَيبَ فيها إذْ يَتنازَعُونَ بَيْنَهُم أمْرَهُم فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِم بُنْيَاناً رَبُّهُم أعْلَمُ بِهِم قَالَ الّذينَ غَلَبُوا عَلَى أمْرِهِم لَنَتَّخِذَنّ عَلَيْهِم مَسْجداً

“ Dan demikianlah Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka agar mereka tahu bahwa janji Allah benar dan bahwa hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata “ Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka “. Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata “ Kami pasti akan mendirikan masjid di atas kuburan mereka “. (Al-Kahfi : 21)

Ayat ini jelas menceritakan dua kaum yang sedang berselisih mengenai makam ashabul kahfi. Kaum pertama berpendapat agar menjadikan sebuah rumah di atas kuburan mereka. Sedangkan kaum kedua berpendapat agar menjadikan masjid di atas kuburan mereka.
Kedua kaum tersebut bermaksud menghormati sejarah dan jejak mereka menurut manhajnya masing-masing. Para ulama Ahli Tafsir mengatakan bahwa kaum yang pertama adalah orang-orang msuyrik dan kaum yang kedua adalah orang-orang muslim yang mengesakan Allah Swt. 

Lihat bagaimana Allah Swt mengabadikan tindakan para pecinta Ashabul Kahfi dan menjaga sejarah tersebut dengan membangunkan masjid di goa Kahfi tersebut ??

Allah tidak menegor atau mencelanya dan menjelaskan larangan tindakan tersebut padahal al-Quran adalah sebagai petunjuk dan penjelas kebenaran dari kebatilan, itu artinya Allah merekomendasikan tindakan mereka yang pertama membangun masjid di atas goa ashabul akhfi dan kedua tindakan mereka di dalam melestaraikan dan menjaga sejarah penting dan mulia tersebut agar menjadi pelajaran bagi umat muslim dan bukti akan kekuasaan Allah Swt.

PELESTARIAN KHULAFAURRASYIDIN TERHADAP CINCIN NABI SAW

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu `Umar Ra, ia berkata :

اتخذ رسول الله صلى اله عليه وآله وسلم خاتماً من ورق وكان في يده ثم كان بعد في يد أبي بكر ثم كان بعد في يد عثمان حتى وقع بعد في بئر أريس نقشه محمد رسول الله .

"Rasulullah Saw memakai cincin dari perak yang dikenakan di tangan. Selanjutnya sepeninggal beliau cincin itu melekat pada tangan Abu Bakar kemudian `Umar lalu di tangan `Utsman sampai cincin itu jatuh di sumur Ariis. Pada cincin itu terdapat ukiran bertuliskan Muhammad Rasulullah."
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitabullibas bab Khatamul Fidldlah. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata,

جاء في رواية النسائي : أنه التمس فلم يوجد ، وجاء في رواية ابن سعد : أنه كان في يد عثمان ست سنين . اهـ

“Dalam riwayat Al Nasa’i terdapat redaksi : “Sesungguhnya ‘Utsman mencari cincin itu namun tidak menemukannya.” Dalam riwayat Ibnu Sa’d terdapat redaksi : “Sesungguhnya cincin itu melekat di tangan ‘Utsman selama 6 tahun.”
(Fathul Bari jilid X hlm. 313)

PELESTARIAN KHULAFAURRASYIDIN TERHADAP TOMBAK MILIK NABI SAW

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya kepada Az-Zubair, ia berkata :

لقيت يوم   بدر عبيدة بن سعيد بن العاص وهو مدجج لا يرى منه إلا عيناه وهو يكنى أبا ذات الكرش فقال : أنا أبو ذات الكرش فحملت عليه بالعنزة فطعنته في عينه فمات ، قال هشام : فأخبرت أن الزبير قال : لقد وضعت رجلي عليه ثم تمطأت فكان الجهد أن نزعتها وقد انثنى طرفاها ، قال عروة : فسأله إياها رسول الله فأعطاه ، فلما قبض رسول الله  أخذها ثم طلبها أبو بكر فأعطاه إياها ،فلما قبض أبو بكر سأله إياها عمر ، فأعطاه إياها ، فلما قبض عمر أخذها ، ثم  طلبها عثمان منه فأعطاه إياها ، فلما قتل عثمان وقعت عند آل علي فطلبها عبد الله ابن الزبير ، فكانت عنده حتى قتل .

“Pada saat perang Badar saya bertemu dengan ‘Ubaidah ibnu Sa’id ibnu Al-’Ash yang mengenakan pakaian tempur lengkap hingga yang terlihat Cuma matanya. ‘Ubaidah memiliki julukan Abu Djatil Kirsy. “Saya Abu Djatil Kirsy,” katanya. Lalu saya menyerang dia dengan tombak dan berhasil menusuk matanya hingga ia pun tewas.” Hisyam berkata, “Saya dikabari bahwa Az-Zubair berkata,”Sungguh saya telah menginjakan kaki saya di atas tubuh Abu Djatil Kirsy lalu saya berjalan dengan angkuh. Kemudian dengan susah payah saya mencabut tombak dari tubuh Abu Djatil Kirsy yang ternyata telah bengkok kedua sisinya.” Urwah berkata, “Rasulullah meminta tombak tersebut kepada Az-Zubair dan dia pun menyerahkannya. Sepeninggal beliau, Az-Zubair mengambil kembali tombak itu. Abu Bakar kemudian meminta tombak itu dan Az-Zubair pun memberikannya. Saat Abu Bakar meninggal, ‘Umar memintanya dan Az-Zubair pun mengabulkannya. Wakti ‘Umar meninggal dunia tombak itu diambil oleh Az-Zubair lalu diminta oleh ‘Utsman dan Az-Zubair pun menyerahkannya. Ketika ‘Utsman terbunuh tombak itu jatuh ke tangan keluarga Ali dan Abdullan ibnu Az-Zubair memintanya. Akirnya tombak itu berada di tangan Az-Zubair sampai ia meninggal dunia.”
(HR Al-Bukhari dalam kitab Al-Maghazi Bab Syuhudu Al-Malaikat Badran)

Ada apa di balik perhatian besar terhadap tombak tersebut ? bukankah banyak tombak-tombak lainnya yang barangkali lebih baik dan lebih bagus?? Dari siapakah perhatian besar ini? Sesungguhnya perhatian ini berasal dari empat figur khulafa’ yang bijak yang menjadi pemimpin agama, pilar-pilar tauhid dan sosok-sosok terpercaya dalam aspek agama.

Asma’ Binti Abu Bakar dengan Jubah Nabi


َقَالَتْ (أَسْمَاءُ) هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا وَكَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا. 
(رواه مسلم ٥٥٣٠ والبخاري في كتابه المفرد في اِلأدب كان يلبسها للوفد وللجمعة)

“Asma’ binti Abu Bakar berkata: “Jubah ini (pada mulanya) dipegang oleh Aisyah sampai ia wafat. 
Setelah wafat saya ambil jubah tersebut. 
Rasulullah Saw memakai jubah ini. 
Kami membasuhnya untuk orang-orang yang sakit,
Kami mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut”. 
(HR. Abu Dawud dan Muslim. Sedangkan riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dijelaskan bahwa Rasulullah memakai jubah tersebut untuk menemui tamu dan salat Jumat).

Ummi Salamah dengan Rambut Nabi Saw 


أَرْسَلَنِى أَهْلِى إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ - وَقَبَضَ إِسْرَائِيلُ ثَلاَثَ أَصَابِعَ - مِنْ فِضَّةٍ فِيهِ شَعَرٌ مِنْ شَعَرِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَكَانَ إِذَا أَصَابَ الإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَىْءٌ بَعَثَ إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ ، فَاطَّلَعْتُ فِى الْجُلْجُلِ فَرَأَيْتُ شَعَرَاتٍ حُمْرًا 
(رواه البخارى ٥٨٩٦)

“Ummi Salamah memiliki rambut Rasulullah Saw. 
Jika orang yang terkena penyakit, maka mendatang Ummi Salamah dengan membawa wadah (untuk mengobati). 
Dan saya melihat di dalamnya ada beberapa rambut merah” (HR Bukhari No 5896)

Muhammad bin Sirin Dengan Rambut Nabi Saw:


عَنِ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لأَنْ تَكُونَ عِنْدِى شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا 
(رواه البخارى ١٧٠)

“Saya berkata kepada Abidah bahwa kami memiliki rambut Rasulullah, 
Kami mendapatkannya dari Anas atau keluarga Anas. 
Ia berkata: 
"Sungguh saya memiliki 1 helai rambut Rasulullah Saw lebih saya senangi daripada dunia dan isinya”
(HR Bukhari 170)

Imam Ahmad bin Hanbal Dengan Rambut Nabi Saw:


أعطي بعض ولد الفضل بن الربيع أبا عبد الله، وهو في الحبس ثلاث شعرات، فقال: هذه من شعر النبي، صلى الله عليه وسلم، فأوصى أبو عبد الله عند موته أن يجعل على كل عين شعرة، وشعرة على لسانه. ففعل ذلك به عند موته. 
(سير أعلام النبلاء - ج ١١ / ص ٣٣٧ صفة الصفوة: ٣٥٧/٢)

“Imam Ahmad diberi 3 helai rambut saat di penjara, itu adalah rambut Rasulullah Saw. 
Imam Ahmad berwasiat agar ketika meninggal 2 rambut diletakkan di matanya, 
1 rambut lagi di mulutnya. 
Maka wasiat itupun dilakukan ketiaka ia wafat” 
(al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubalaa’ 11/337 dan al-Hafidz Ibnu al-Jauzi dalam Shifat ash-Shafwah 2/357)

Umar bin Abd Aziz Dengan Tempat Minum Nabi Saw:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ - رضى الله عنه - قَالَ ذُكِرَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - امْرَأَةٌ مِنَ الْعَرَبِ ، 
فَأَمَرَ أَبَا أُسَيْدٍ السَّاعِدِىَّ أَنْ يُرْسِلَ إِلَيْهَا فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا ، 
فَقَدِمَتْ فَنَزَلَتْ فِى أُجُمِ بَنِى سَاعِدَةَ ، 
فَخَرَجَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - حَتَّى جَاءَهَا فَدَخَلَ عَلَيْهَا فَإِذَا امْرَأَةٌ مُنَكِّسَةٌ رَأْسَهَا ، فَلَمَّا كَلَّمَهَا النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَتْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ . فَقَالَ « قَدْ أَعَذْتُكِ مِنِّى » . 
فَقَالُوا لَهَا أَتَدْرِينَ مَنْ هَذَا قَالَتْ لاَ . قَالُوا هَذَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - جَاءَ لِيَخْطُبَكِ . قَالَتْ كُنْتُ أَنَا أَشْقَى مِنْ ذَلِكَ . 
فَأَقْبَلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَوْمَئِذٍ حَتَّى جَلَسَ فِى سَقِيفَةِ بَنِى سَاعِدَةَ هُوَ وَأَصْحَابُهُ ، 
ثُمَّ قَالَ « اسْقِنَا يَا سَهْلُ » . فَخَرَجْتُ لَهُمْ بِهَذَا الْقَدَحِ فَأَسْقَيْتُهُمْ فِيهِ ، فَأَخْرَجَ لَنَا سَهْلٌ ذَلِكَ الْقَدَحَ فَشَرِبْنَا مِنْهُ . قَالَ ثُمَّ اسْتَوْهَبَهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بَعْدَ ذَلِكَ فَوَهَبَهُ لَهُ 
(رواه البخارى ٥٦٣٧ مسلم ٥٣٥٤ )

“Sahal bin Sa’d memiliki tempat minum yang pernah dipakai oleh Nabi. 
Kemudian (masa berikutnya), tempat minum itu diminta oleh Umar bin Abdul Aziz dan ia memberikannya” 
(HR Bukhari 5637 dan Muslim 5354)

Sebagai Salah Satu Media Untuk Kemenangan Perang (Azimat, Jejimat : Jawa)

قَرَأْتُ عَلَى سُلَيْمَانَ بْنِ قُدَامَةَ الْقَاضِي ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْحَافِظُ ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ ، أَخْبَرَتْنَا فَاطِمَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ ، أَخْبَرَنَا ابْنُ رِيذَةَ ، أَخْبَرَنَا الطَّبَرَانِيُّ ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ فَقَدَ قَلَنْسُوَةً لَهُ يَوْمَ الْيَرْمُوكِ ، فَقَالَ : اطْلُبُوهَا ، فَلَمْ يَجِدُوهَا ، فَقَالَ : اطْلُبُوهَا ، فَوَجَدُوهَا ، فَإِذَا هِيَ قَلَنْسُوَةٍ خَلِقَةٍ ، فَقَالَ خَالِدٌ : " اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَحَلَقَ رَأْسَهُ فَابْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِبَ شَعْرِهِ فَسَبَقْتُهُمْ إِلَى نَاصِيَتِهِ ، فَجَعَلَهَا فِي هَذِهِ الْقَلَنْسُوَةِ ، فَلَمْ أَشْهَدْ قِتَالا وَهِيَ مَعِي إِلا رُزِقْتُ النَّصْرَ ".
{ رواه الطبراني في الكبير وانظر لفظ هذا الحديث في كتاب سير إعلام النبلاء للإمام الذهبي رقم الحديث : 1220}


Aku membacakan hadits ini dihadapan Sulaiman bin Qudamah Al Qadliy. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Wahid Al Hafidz. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad. Telah menceritakan kepada kami Fathimah bintu 'Abdillah. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Ridzata. Telah menceritakan kepada kami Thabaraniy. Telah menceritakan kepada kami Aliy bin Abdil Aziz. Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur. Telah menceritakan kepada kami Husyaim. Telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja'far. Dari bapaknya (Abdillah ibn Al Hakam) beliau telah bercerita :

Bahwa sesungguhnya Kholid ibnu Al Walid kehilangan peci ( قلنسوة | Qolansuwah ) miliknya saat perang Yarmuk. “Carilah peciku,” perintah Kholid kepada pasukannya.
Mereka mencari peci tersebut namun gagal menemukannya. “Carilah peci itu,” kata Kholid lagi.
Akhirnya peci itu berhasil ditemukan. Ternyata peci itu peci yang sudah lusuh bukan peci baru.
Dan ketika peci tersebut ditemukan, Kholid berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melaksanakan umroh lalu beliau mencukur rambut kepalanya, kemudian orang-orang segera menghampiri bagian-bagian rambut beliau. Lalu saya berhasil merebut rambut bagian ubun-ubun yang kemudian saya taruh di peci ini. Saya tidak ikut bertempur dengan mengenakan peci ini kecuali saya diberi kemenangan.”
{HR. Thobaroniy no. 3804, dalam Al Kabir dan Lihat Hadits ini dalam Kitab Siyaru I'lam Al Nubula' Karya Imam Al Dzahabiy no hadits, 1220)

قال : وحمل خالد بن الوليد بعصابة حمراء وهو يفزع الروم باسمه ويقول انا خالد ابن الوليد فبرز اليه بطريق يقال له النسطور وعليه الديباج فأقبل يدعو خالد ويهمهم وخالد في القتال لا يشعر به ولا يدري ما يقول فعندما سمعه يرطن عطف عليه فاقتتلا قتالا شديدا فبينما هما في أشد القتال إذ كبا بخالد الجواد فوقع الفرس على يديه وهوى خالد على أم رأسه فقال الناس لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم.

قال الواقدي وخالد يقول حي حي فعلا البطريق على ظهر خالد في عثرته وقد سقطت قلنسوته من رأسه فصاح : قلنسوتي رحمكم الله فأخذها رجل من قومه من بني مخزوم وناوله إياها فأخذها خالد ولبسها فقيل له فيما بعد: يا أبا سليمان أنت في مثل هذا الحال من القتال وأنت تقول قلنسوتي،. فقال خالد: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما حلق رأسه في حجة الوداع أخذت من شعره شعرات. فقال لي: ما تصنع بهؤلاء يا خالد. فقلت: أتبرك بها يا رسول الله وأستعين بها على القتال قتال أعدائي فقال لي النبي صلى الله عليه وسلم: لا تزال منصوراً ما دامت معك فجعلتها في مقدمة قلنسوتي فلم ألق جمعاً قط إلا انهزموا ببركة رسول الله صلى الله عليه وسلم
{.الكتاب : فتوح الشام : 1/ 220، المؤلف :أبو عبد الله محمد الواقدي}

Imam Al Waqidi berkata : Khalid bersama pasukan Ishabatu Chamra (عصابة حمراء) yang terdiri dari sekitar 40 orang, mengamuk pasukan Romawi. Ishabatu Chamra (عصابة حمراء) artinya rombongan merah.

Dia berteriak. “Sayalah Khalid bin Al-Walid.” Lalu dia terkejut oleh datangnya seorang bathriq bernama Nasthur (النسطور) berbusana sutra dibaj. Dia yang sedang sibuk berperang tidak memahami teriakan bathriq dengan bahasa Romawi. Beruntung sekali dia tahu bahwa bathriq itu meloncatkan kuda untuk menyerang. Dia menghindar secepat-cepatnya hingga pecinya jatuh dari kepalanya. Pasukan Muslimiin terkejut dan membaca, “Laa haula walaa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil Adziim.”

Khalid berteriak : “Hai! Hai!.”

Bathriq menyerang dari belakang; Khalid sempoyongan hampir jatuh, namun tetap berusaha menghindar dan berusaha menyaut pecinya yang lepas dari kepalanya. Khalid berteriak : “Ambilkan peciku! Semoga kalian disayang oleh Allah!.
Maka seseorang laki-laki dari kaumnya Bani Makhzum mengambilkannya untuknya dan mengulurkannya, lalu Khalid menerimanya dan mengenakannya, maka setelah itu beliau ditanya : Wahai Aba Sulaiman anda dalam keadaan perang seperti ini masih sempat menanyakan (dengan masih terheran-heran) : Mana peciku.... Khalidpun sambil berperang menjawab pertanyaannya : Begini... ketika Rasulullah shalallaahu 'alaihi wasallama mencukur rambut kepalanya pada haji wada' (perpisahan), aku memungut beberapa helai rambut beliau.

Kemudian Rasulullah bertanya padaku : Apa yang akan engkau buat dengan semua itu wahai khalid?

Khalid menjawab : Aku akan mengambil berkahnya Wahai Rasulallaah dan dengannya (berkah rambut Rasulullah) aku minta pertolongan perangi musuh-musuhku.

Kemudian Nabi bersabda kepadaku : Kamu tidak akan terkalahkan selama (rambutku) itu selalu bersamamu.

Maka akupun menaruh dan menyisipkannya dipeciku bagian depan. Ternyata musuh sebanyak apapun yang kuserang, lari tunggang-langgang berkat rambut dari Rasulillah shalallaahu 'alaihi wasallama itu.”
{Lihat Kitab Futuh Al Syaam : 1/ 220, Karya Imam Abu Abdillah Muhammad Al Waqidiy)

Abu Bakr berkata: “Aku melihat Khalid ibn Walid meminta gombak (rambut bagian depan) Nabi sall-Allahu álayhi wasallam, dan dia menerimanya. Dia biasa menaruhnya di atas matanya, dan kemudian menciumnya.” Diketahui bahwa kemudian dia menaruhnya di qalansuwa (tutup kepala yang dikelilingi turban) miliknya, dan selalu memenangkan perang.
(Riwayat Al-Waqidi di Maghazi dan Ibn Hajar di Isaba).

Ibn Abi Zayd al-Qayrawani meriwayatkan bahwa Imam Malik berkata: “Khalid ibn al-Walid memiliki sebuah qalansiyya yang berisi beberapa helai rambut Rasulullah sall-Allahu álayhi wasallam, dan itulah yang dipakainya pada perang Yarmuk.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tatkala menjelaskan firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah Kepada Allah dan bertawassullah (carilah jalan yang mendekatkan diri) kepada-Nya dan berjihadlah di jalanNya supaya kamu beroleh keuntungan dan kejayaan.
{QS. Al-Maa’idah: 35}.

Beliau berkata:

فَابْتِغَاءُ الْوَسِيلَةِ إلَى اللَّهِ إنَّمَا يَكُونُ لِمَنْ تَوَسَّلَ إلَى اللَّهِ بِالْإِيمَانِ بِمُحَمَّدِ وَاتِّبَاعِهِ.

"Bertawassul kepada Allah yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan beriman dan mengikuti Nabi Muhammad. ”
{Lihat Majmu’ Fatawa: 1/ 143}

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya:

هَلْ يَجُوزُ التَّوَسُّلُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ لَا ؟

"Apakah boleh bertawassul dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam atau tidak boleh?

Beliau menjawab :

الْحَمْدُ لِلَّهِ ، أَمَّا التَّوَسُّلُ بِالْإِيمَانِ بِهِ ، وَمَحَبَّتِهِ ، وَطَاعَتِهِ ، وَالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ ، وَبِدُعَائِهِ ، وَشَفَاعَتِهِ ، وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّا هُوَ مِنْ أَفْعَالِهِ وَأَفْعَالِ الْعِبَادِ الْمَأْمُورِ بِهَا فِي حَقِّهِ : فَهُوَ مَشْرُوعٌ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِينَ ؛ وَكَانَ الصَّحَابَةُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ - يَتَوَسَّلُونَ بِهِ فِي حَيَاتِهِ ، وَتَوَسَّلُوا بَعْدَ مَوْتِهِ بِالْعَبَّاسِ عَمِّهِ ، كَمَا كَانُوا يَتَوَسَّلُونَ بِهِ .

"Segala puji bagi Allah, adapun tawasul dengan keimanan kepada Nabi, kecintaan kepadanya, mentaatinya, berselawat, mengucapkan salam kepadanya, meminta didoakan dan diberi syafa’at dan semacamnya dari perbuatan beliau dan perbuatan umatnya yang diperintahkan juga untuk beliau, maka itu disyariatkan menurut kesepakatan kaum Muslimin. Dan para sahabat dulu bertawassul dengan beliau semasa hidup beliau. Dan mereka juga bertawassul dengan Abbas, paman beliau sepeninggal kematian beliau (Nabi), sebagaimana mereka bertawassul dengan Nabi di masa hidup beliau. ”
{Lihat Majmu’ Fatawa : 1/ 140}

Di dalam kitab Siyar A`laam An-Nubala' (سير إعلام النبلاء) : 11/ 212

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ أَحْمَدَ: رَأَيْتُ أَبِيْ يَأْخُذُ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَضَعُهَا عَلَى فِيْهِ يُقَبِّلُهَا. وَأَحْسِبُ أَنِّيْ رَأَيْتُهُ يَضَعُهَا عَلَى عَيْنَهُ، وَيَغْمِسُهَا فِي الْمَاءِ وَيَشْرَبُهُ وَيَسْتَشْفِيْ بِهِ.

Abdullah bin Ahmad telah berkata: “Aku telah melihat bapaku (Imam Ahmad) mengambil sehelai rambut daripada rambut-rambut baginda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam lalu diletakkan rambut tersebut di atas mulutnya seraya mengucupnya. Dan aku merasakan bahawa aku pernah melihat beliau meletakkan rambut tersebut pada matanya dan merendamkannya di dalam air lalu diminumnya (dengan niat) memohon syifa’ dengan (keberkatan) rambut tersebut”.

وَرَأَيْتُهُ أَخَذَ قَصْعَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَسَلَهَا فِيْ حُبِّ الْمَاءِ، ثُمَّ شَرِبَ فِيْهَا وَرَأَيْتُهُ يَشْرَبُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمٍ يَسْتَشْفِيْ بِهِ، وَيَـمْسَحُ بِهِ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ.

"Dan aku melihat beliau mengambil mangkuk Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau telah membasuhnya di dalam bekas air kemudian beliau minum air yang berada di dalamnya. Aku juga melihat beliau minum sedikit daripada air zamzam (dengan niat) memohon syifa’ dengan (keberkatan) air tersebut dan beliau juga telah menyapu kedua tangan dan wajahnya dengan menggunakan air zamzam tersebut.

قُلْتُ: أَيْنَ الْمُتَنَطِّعُ الْمُنْكِرُ عَلَى أَحْمَدَ، وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ عَبْدَ اللهِ سَأَلَ أَبَاهُ عَمَّنْ يَلْمَسُ رُمَّانَةَ مِنْبَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيـَمَسُّ الْـحُجْرَةَ النَّبَوِيَّةَ، فَقَالَ: لَا أَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا. أَعَاذَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ رَأْيِ الْـخَوَارِجِ وَمِنَ الْبِدَعِ.

Aku berkata (al-Zahabi): “Di manakah golongan jahil yang mengingkari perbuatan (imam) Ahmad? Sedangkan telah thabit bahawa ‘Abdullah pernah bertanya kepada bapanya berhubung mereka yang menyentuh tunggul kayu (tempat Rasulullah meletakkan tangan pada) mimbar Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka yang menyapu (dinding) Makam Rasulullah; lalu beliau (Imam Ahmad) berkata: Aku berpendapat bahawa perbuatan tersebut tidak mengapa (untuk dilakukan). Semoga Allah menjauhkan kita daripada pandangan golongan Khawarij dan daripada perbuatan bid‘ah”.

Adapun Tabarruk dengan benda-benda peninggalan orang-orang sholih seperti cincin, baju, sajadah atau yang lain maka karena kami meyakini peninggalan tersebut dinisbatkan kepada orang-orang sholih, di mana kemuliaan peninggalan itu berkat mereka, dihormati, diagungkan dan dicintai karena mereka, dan bukan karena bendanya.
Adapun diantara dalil/hujjah yang menjadi landasan praktek Tabarruk dengan cara tersebut adalah :

Firman Alloh :

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka; ‘ Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepadamu, didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun,’ tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”
{QS, Al Baqoroh : 248}
Dan yang dijadikan contoh dalam Bertabarruk dengan benda/peninggalan orang-orang sholih diantaranya adalah :

Tabarruk Dengan Sumur Bekas Unta Nabi Sholih –alaihis salaam- :‎

أَنَّ النَّاسَ نَزَلُوا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْحِجْرِ أَرْضِ ثَمُودَ فَاسْتَقَوْا مِنْ آبَارِهَا وَعَجَنُوا بِهِ الْعَجِينَ فَأَمَرَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُهَرِيقُوا مَا اسْتَقَوْا وَيَعْلِفُوا الْإِبِلَ الْعَجِينَ وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَسْتَقُوا مِنْ الْبِئْرِ الَّتِي كَانَتْ تَرِدُهَا النَّاقَةُ

Bahwasannya para sahabat bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah singgah di Al Hijr (tempat yang pernah dihuni kaum Tsamud, yakni kaum Nabi Sholih alaihis salaam).
Para sahabat mengambil air dari sumur-sumur kaum Tsamud dan membuat adonan roti dengan air sumur tersebut. Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menyuruh mereka untuk menumpahkan air yang mereka ambil dan memberikan adonan roti kepada unta, dan Rosululloh menyuruh mereka mengambil air dari sumur yang pernah didatangi unta Nabi Sholih.
{HR Muslim}

Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas, beliau berkata :

ومنها مجانبة آبار الظالمين والتبرك بآبار الصالحين

diantara faedah yang terkandung dalam hadits ini adalah ; hendaknya menjauhi sumur peninggalan orang-orang dholim serta (dianjurkan) bertabarruk (ngalap barokah) dengan sumur orang-orang sholih.
{Lihat Syarah Muslim : 18/ 112}

Itulah Sebagian Kecil Yang saya Ambil dari Hadits-Hadits tentang Para Sahabat Nabi Saw Melakukan Tabarruk (Mencari Berkah) Atas Benda-Benda Peninggalan Baginda Nabi Saw. Serta beberapa atsar lainnya.‎

● Pertanyaan Saya...... 
= Beranikah kaum Wahaby Mengatakan Bahwa Para Sahabat Nabi Saw tsb Telah Berbuat Syirik....????
= Andaikan Hal tsb Syirik......,,
Apakah para Sahabat yang tergolong Salaf Saleh telah mengajarkan kepada kita Hal Kesyirikan...???
= Beranikah kaum Wahabi menvonis para sahabat di atas telah Mengajarkan kita Hal Kesyirikan..????
= Jika Tabarruk dikatakan Syirik, Berarti Mereka Telah Berani Mengatakan Syirik Kpd Para Sahabat Nabi Saw, 
Lalu...........
= Salaf yang mana yang Wahabi hidupkan ajarannya....?????

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus