Translate

Selasa, 02 Agustus 2016

Pesantren Banyuanyar Sesepuh Para Kyai

Terletak di Kec. Pagantenan Pamekasan. Berdiri pada tahun 1787 M/ 1204 H. Didirikan oleh KH. Istbat Bin Ishak. Nama Banyuanyar diambil dari sumur yang ditemukan beliau di daerah tersebut. Sumur tersebut tidak pernah kering meski di puncak musim kemarau. Pondok pesantren ini berdiri bahkan saat Indonesia masih dalam cengkeraman penjajah Belanda. 

Dulunya, pesantren ini tidak seperti sekarang. Hanya berbentuk langgar, sebagai tempat mengaji ilmu agama masyarakat sekitar. Baru saat menjelang kematian Kiayi Istbat Bin Ishak, Langgar Banyuanyar diwasiatkan agar diubah menjadi pondok pesantren.

Asal-Usul
Mengacu pada awal didirikannyalanggar di kompleks yang sekarang merupakan Pondok Pesantren Banyuanyar, pesantren ini lahir di sekitar pertengahan kedua di abad ke-18. Yaitu kurang lebih di tahun 1788 Masehi atau bertepatan dengan 1204 Hijriah. Secara administratif, saat ini Ponpes Banyuanyar masuk Desa Potoan Daya, Palenga’an, Pamekasan.

Ponpes Banyuanyar didirikan oleh Kiai Itsbat bin Kiai Ishaq, dari Sumber Panjalin. Secara genealogi, Kiai Itsbat masih terhitung keturunan salah satu ulama sekaligus waliyullah besar di Madura, yaitu Kiai Cendana alias Sayyid Zainal Abidin, Kwanyar, Bangkalan. Ayah Kiai Ishaq, yaitu Kiai Hasan adalah putra Nyai Embuk Sumber Papan binti Nyai Agung Toronan alias Nyai Kammalah. Nyai Agung Toronan ini adalah putri Nyai Aminah alias Nyai Lembung binti Kiai Cendana.

Berdasar catatan silsilah Banyumas Sepuh, dari garis pancaran laki-laki, Kiai Ishaq adalah keturunan langsung Pangeran Katandur, Sumenep. Jika dirunut begini, Kiai Ishaq bin Kiai Hasan bin Kiai Embuk bin Kiai Khathib Paddusan bin Pangeran Katandur. Sementara Pangeran Katandur adalah cucu Sunan Kudus.

Sementara sebutan Banyuanyar berasal dari kata banyu atau banyodan anyar. Banyu (banyo) ini berarti air, sedangkan makna anyar adalah baru. Penamaan ini berdasar kisah penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar oleh Kiai Itsbat. Sumur atau sumber mata air tersebut belum pernah surut sedikitpun, bahkan sampai sekarang air tersebut masih dapat difungsikan sebagai air minum santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar.

Dalam sebuah situs milik Ponpes Banyuanyar, Kiai Itsbat bukan asli Banyuanyar. Sebelum bermukim di Banyuanyar tersebut,  Kiai Itsbat mengambil tempat di sebuah desa yang jauh dari keramaian, tepatnya di Desa Longserreh, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang. Tetapi di daerah ini beliau tidak begitu lama karena isteri beliau merasa tidak betah. Akhirnya Kiai Itsbat bersama keluarganya pindah ke arah Timur, yaitu sebuah area yang masih berupa hutan belantara yang kemudian menjadi lokasi Ponpes Banyuanyar.

Di tempat kediaman baru tersebut, Kiai Itsbat kemudian mendirikan sebuah langgar yang hingga saat ini masih ada. Selanjutnya seperti yang disebut dalam paragraf di atas, area sekitar langgar tersebut dikenal dengan sebutan Banyuanyar.

Pada awalnya santri yang belajar masih sebatas dari kalangan masyarakat sekitar pondok (langgar), dan itupun sifatnya tidak seperti pesantren sekarang yang santri-santrinya mukim lengkap dengan asramanya. Kala itu, mereka yang nyantri itu adalah santri ‎kalong/cologan, yaitu sebutan bagi santri yang belajar namun tidak bermukim di pondok. Tapi lambat laun, berkat ketabahan dan keuletan serta sifat zuhud yang dimiliki Kiai Itsbat, akhirnya sedikit demi sedikit santri mulai berdatangan baik dari segenap penjuru di lingkungan pesantren bahkan juga dari beberapa daerah di luar Banyuanyar. 
SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN PP BANYUANYAR 

Pondok Pesantren Banyuanyar bermula dari sebuah langgar (musholla) kecil yang didirikan oleh Kyai Itsbat bin Ishaq sekitar tahun + 1787 M/1204 H. Beliau adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan, ketawadhuan dan kearifannya yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh masyarakat dan pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura dan Pulau Jawa.

Pada awal berdirinya, Pondok Pesantren Banyuanyar hanya berlokasi di atas sebidang tanah tegalan yang sempit dan gersang yang kemudian dikenal dengan sebutan “Banyuanyar”. Di lokasi inilah Kyai Itsbat mengasuh para santrinya dengan penuh istiqomah dan sabar, sekalipun sarana dan fasilitas yang ada pada saat itu jauh dari kecukupan. Setelah wafat, beliau meninggalkan amanah suci pada generasi penerusnya yaitu cita-cita luhur untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang representatif yang mampu menjawab tantangan zaman dan tuntutan umat.

Nama Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang berarti air baru. Hal itu didasari penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar oleh Kyai Itsbat. Sumber mata air itu tidak pernah surut sedikitpun, bahkan sampai sekarang air tersebut masih dapat difungsikan sebagai air minum santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar.

Sedangkan nama “Darul Ulum” adalah nama yang digunakan secara formal sejak tahun 1980-an sebagai nama lembaga, baik pendidikan formal maupun non formal. “Darul Ulum” juga menjadi nama institusi-institusi yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Banyuanyar.


VISI DAN MISI PONPES BANYUANYAR

A. Visi

Lahirnya generasi muslim berakhlaqul karimah, berilmu amaliyah dan beramal ilmiah.

B. Misi

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
2. Menyelenggarakan kegiatan keagamaan demi terciptanya insan yang berbahagia dunia akhirat.

3. Mengembangkan sikap akhlaqul karimah.

C. Motto Pondok Pesantren Banyuanyar

تدأ كابوغائن اغيغ علم سيه منفعة سرغ تاكؤ دأ الله تعالى كرن كفنيكه سيه ددى كأونتوغن بن كمليائن دنيا اخرة

Tada’ kaboenga’an angĕng ĕlmo sĕ mampaat sareng tako’ da’ Allataala karana gapanĕka sĕ daddi kaontongan ban kamoldja’an doennja aherat.

(Tidak ada kebahagiaan kecuali ilmu yang bermanfaat dan taqwa kepada Allah taala, karena hal itu yang akan menyebabkan kesuksesan dan kemuliaan di dunia dan akhirat).

PP. Darul Ulum Banyuanyar merupakan pelopor berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Al-Khairat. Bersama 2 pondok pesantren besar lainnya, yakni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata, dan PP. Miftahul Ulum Panyeppen.

KH. Istbat kemudian memiliki cucu KH. Abd Majid, pendiri PP. Mambaul Ulum Bata-Bata, terletak di sebelah barat PP. Darul Ulum Banyuanyar.


NAMA-NAMA PENGASUH PONDOK PESANTREN BANYUANYAR

1. Itsbat Bin Ishaq Bin Hasan Bin Abdurrahman (Kyai Abdurrahman adalah menantu Sunan Giri Gresik), periode tahun 1788 s/d 1868.
2. RKH. Abdul Hamid Bin Itsbat, periode tahun 1868 s/d 1933.
3. RKH. Abdul Majid bin Abdul Hamid (wafat 1958 M), periode tahun 1933 s/d 1943.
4. RKH. Baidhawi bin Abdul Hamid (wafat 1966 M), periode tahun 1943 s/d 1966.
5. RKH. Abdul Hamid Bakir bin Abdul Majid (wafat 1980 M), periode tahun 1966 s/d 1980.
6. RKH. Muhammad Syamsul Arifin bin KH. Abdul Lathif, periode tahun 1980-sekarang.

GARIS NASAB BUJUK ISBAT KE ATAS

Ada dua versi garis nasab ke atas dari Bujuk Itsbat yang berhasil kami dapatkan, yaitu:

(1) Berasal dari data pada KH. Hasan Bashry Hasyim, Kasiyan timur Puger Jember sbb. : Kyai Itsbat / Kyai Ishaq / Kyai Hasan / Nyai Embuk, Toronan / Bujuk Agung Toronan / Nyai Lembung, Nyai Aminah, Tanamira Laok / Zainal Abidin, Cendana Bangkalan / Muhammad Khatib / Kyai Musa / Qosim, Sunan Drajad / Raden Rahmat, Sunan Ampel.

(2) Berasal hasil cek silang data dari KH. A. Sa’id Bulugading dengan data yang ada pada Keluarga KH. Hafidz Nogosari Rambipuji, sbb. : Kyai Itsbat / Kyai Ishaq / Kyai Hasan / Nyai Embuk, Toronan / Bujuk Agung Toronan / Nyai Lembung, Nyai Aminah, Tanamira Laok / Zainal Abidin, Cendana Bangkalan / Nyai Gede Kedaton / Panembahan Kulon / Raden ‘Ainul Yaqin, Sunan Giri.

Catatan: Kyai Muhammad Khotib menikah dengan Nyai Gede Kedaton.

Bujuk Itsbat dimakamkan di Astah (pesarean, pemakaman) PP. Banyuanyar Palengaan Pamekasan Madura, demikian info yang kami terima dari KH. Muhammad Rofi’i Baidlawi PP. al-Hamidy Banyuanyar timur Palengaan Pamekasan Madura.


PUTRA KYAI ITSBAT (BUJUK ITSBAT)

Klik pada nama untuk melihat rincian silsilah ke bawah (anak cucu cicit dst)

wafat muda
wafat muda
Kyai Nasruddin
Kyai Abdul Ghoni
Kyai Abdul Hamid
Kyai Abdullah
Kyai Arif (wafat muda)
wafat muda

ANAK-CUCU KYAI ISBAT (BANY ITSBAT)

KYAI NASHRUDDIN (BANY NASRUDDIN)

Kyai Nashruddin adalah putra ketiga Kyai Itsbat. Kyai Nasruddin bin Itsbat menikah dengan Nyai Hamidah. Dari pernikahan tersebut beliau memiliki enam putera yaitu Nyai Solihah yang menikah dengan Kyai Zainal Abidin Perajan, Nyai Malihah yang menikah dengan Kyai Hasan/Luqman Batuampar, Kyai Muhammad Bakry Banyuayu, Kyai Muhammad Sirajuddin Betet, Nyai Halimah Toronan Bere’leke, Kyai Badruddin Panyepen.

Anak cucu keturunan Kyai Nashruddin (Bani Nasruddin) adalah dalam format shortlist sebagai berikut:

Nyai Solihah + Zainal Abidin, Perajan
Nyai Rohimah
Nyai Atiyyah
Nyai Malihah + Kyai Hasan/Luqman, Batuampar Pamekasan
Nyai Badi’ah
Nyai Imah
Nyai Minah
Nyai Khotimah
Kyai Muhammad Bakry, Banyuayu Pamekasan
Kyai Mansur
Kyai Abdurrohman
R. Jamali (wafat muda)
R. Anwar (wafat muda)
Nyai Salamah, Toronan
Nyai Syamsiyah, Banyuayu
Kyai Muhammad Sirajuddin, Betet Pamekasan
Nyai Marwiyyah
Kyai Zuhri, Banyuputih Lumajang
Kyai Fadhal, Polagan
Kyai Hifni, Betet Pamekasan
Nyai Halimah, Toronan Bere’leke Pamekasan
Kyai Ahmad Baidhowi, Toronan Berekleke
Kyai Abdul Muin
Nyai Maftuhah
Kyai Asy’ari
Kyai Badruddin, Panyepen Pamekasan
Kyai Abdul Mu’ti‎
Kyai Moh. Soleh
R. Muhammad Mursyid
Nyai Hudzaifah
Nyai Mahbubah
Kyai Mudassir, Panyeppen Pamekasan

KYAI ABDUL GHONI BIN ITSBAT

Kyai Abdul Ghoni bin Itsbat adalah putera keempat dari Kyai Itsbat. Beliau menikah dengan putrinya Kyai Gedungsari Besuk Probolinggo (tidak diketahui siapa namanya). Dari pernikahan tersebut pasangan ini memiliki 5 putera yaitu: (a) Nyai Halimah yang menikah dengan Abdul Hamid / Asri / Ishaq, Gedungsari Besuk Probolinggo, (b) Kyai Maksum, Besuk; (c) Bindereh .. (wafat muda), Jember; (d) Bindereh .. (wafat muda), Jember; (e) Kyai Azhari, Bulugading Jember.

Berikut rinciannya dalam ordered list:

Nyai Halimah + Abdul Hamid/Asri/Ishaq, Gedungsari Besuk Probolinggo
Bindereh Sirojuddin (wafat muda)
Bindereh Rosyid (wafat muda)
Kyai Syamsuddin, Besuk
Bindereh Mursyid
Kyai Maksum, Besuk
Nyai Aidah, Probolinggo‎
Nyai Murtafi’ah, Sumberbaru Jember
Nyai Hasimah (wafat muda)
Kyai Zaini, Probolinggo
Nyai Jam’ani, Besuk Probolinggo
Nyai Sahlah, Besuk Probolinggo
Bindereh .. (wafat muda), Jember
Bindereh .. (wafat muda), Jember
Kyai Azhari, Bulugading Jember
Kyai Ahmad Said, Bulugading Jember
Nyai Jumanah, Puger Jember
Kyai Ahmad Rofiqi, Bulugading Jember
Nyai Rofiqoh Hanak (wafat muda)
Kyai Ahmad Baidlowi, Bulugading Jember
Nyai Rif’ati, Besuk Probolinggo
Nyai Salma, Kayumanis Pamekasan
Nyai Hasanah (wafat muda)
Kyai Hasan Soleh
Nyai Salimah
Kyai Kholil, Jember
Nyai Nafisah, Jember
Nyai Nur Halimah, Pamekasan
Lora Muallim (wafat muda)

KYAI ABDUL HAMID BIN ITSBAT (BANI ABDUL HAMID)

Kyai Abdul Hamid bin Itsbat adalah putera kelima Kyai Itsbat. Beliau memiliki 7 putra dan putri yaitu (a) Nyai Salma yang menikah dengan Kyai Zayyadi, Pamekasan Madura, (b) Kyai Abdul Majid, Bata-bata Pamekasan, (c) Nyai Ruqoyyah yang menikah dengan KH Bashrowi, Kayumanis Pamekasan, (d) Kyai Abdul Aziz, Temporejo (Temporan), Jember, (e) Nyai Juwairiyah, Bulugading, Bangsalsari Jember, (f) Nyai Syafi’ah / Hamidah, Beringin Pamekasan, (g) Kyai Baidlowi, Banyuanyar Pamekasan.

Nyai Salma + KH Zayyadi, Pamekasan Madura
Nyai Rosyidah, Sumbergayam, Pamekasan
KH. Husnan, Bondowoso
Nyai Masfarah
Nyai Najiyyah
Nyai Hasanah
KH. Lutfi
Nyai Halimah, Sumberbatu Pamekasan
Nyai Halimah, Banyusari
KH. Abdul Adzim, Sumberbatu Pamekasan
Nyai Alawiyah + KH. Abdul Latif, Pakis, Pamekasan
Nyai Salamah
Nyai Sakinah
KH. Ahmad Zahid
Nyai Sa’adah, Sumberumbul Pamekasan
Kyai Abdul Jalil
Kyai Salim
KHM. Syamsul Arifin, PP Banyuanyar Pamekasan
Nyai Salma
Muhammad Hasbulloh
Ruqoyyah
Rofi’i Husain
Juwairiyah
Naqiyyah
Solahuddin Al Ayyubi
Iffatul Afifah
Nyai Himayah
Nyai Nafi’ah + KH. Zaini Mun’im, PP Nurul Jadid Paiton
Nyai Aisyah
KH. M. Hasyim
KH. Abdul Wahid
KH. Fadhlur Rohman
KH. Zuhri
KH. Abdul Haq
KH. Nur Khotim
Nyai Salimah + KH. Bashiruddin, Sumbersari Pamekasan
Nyai Ruqoyyah
Kyai Muhammad Tajuddin, Muncar Banyuwangi
Nyai Fatimah
KH. M. Hasani, Muncar Banyuwangi
Nyai Mas’adah, Genteng Banyuwangi
KH. Syamsul Arifin
KH. Abdul Hamid, Muncar Banyuwangi
KH. Kholil, Muncar Banyuwangi
Kyai Ahmad Mahfudz + Nyai Tuhfah, PP Bata-bata Pamekasan
Abdul Wafi
KH. Abdul Hamid, PP Bata-bata Pamekasan
Nyai Hasbiyah, PP Nurul Abror Banyuwangi‎
KH. Abdul Bayan, Palduding Pamekasan
Nyai Zakiyyah/Ruqoyyah, Akor Pamekasan
KH. Abdul Qadir, Kadur Sampang
R. Abdul Majid, Bata-bata
KH. Abdul Hayy (wafat sebelum nikah)
KH. Syamsul Arifin (wafat sebelum nikah)
Nyai Hafsoh + KH. Muhammad Toha, PP Al-Falah Sumbergayam, Pamekasan
Nyai Mardhiyah
Nyai Rohimah
Kyai Hasan
Kyai Hifni
Nyai Juwairiyah
Kyai Afifuddin
Nyai Syadidah
Nyai Zaubaidiyah
Kyai Syuhud + Ny. Hj. Masluhah Muzakky PP Al-Khoirot Malang
KH. Amin Hasan
Jauharoh (wafat muda)
Hj. Bisyaroh
Hj. Lutfiyah
Hj. Faizah
Ahmad Fatih Syuhud
H. Ja’far Sodiq
M. Hamidurrohman
Hj. Khotimatul Husna
HM. Humaidi
Kyai Salim, Ponpes Madukawan, Pamekasan
Kyai Abdul Majid, Bata-bata Pamekasan
Kyai Abdul Hamid Baqir, Banyuanyar
Nyai Tuhfah, Bata-bata
Kyai Abdul Qadir, Bata-bata
Nyai Ruqoyyah + KH Bashrowi, Kayumanis Pamekasan
Nyai Badriyah
Kyai Saifullah, Sumberduko
Nyai Hafidhah, Timursumber
KH. Muhammad Anshar, Silo, Jember
Nyai Saudah, Pakong, Pamekasan
Nyai Asiyah, Blumbungan, Pamekasan
Kyai Fathurrosyid, Tanggul, Jember.
Kyai Imamuddin atau Karimullah (wafat muda)
Nyai Maimunah, Sumberanyar, Tlanakan
Kyai Khozin, Kayumanis, Pamekasan
Kyai Syamsuddin, Kayumanis, Pamekasan.
Nyai Asma’+ Kyai Suyuthi Dahlan, Panempan Pamekasan.
Kyai Munif, Pamekasan
Nyai Sa’adah, Pamekasan
KH. Zainal Ali, PP Al-Khoirot Malang
Kyai Saiful Hukama’, Pamekasan
Kyai Abdul Hamid, Pamekasan
Nyai Fatimah, Pameksan
Nyai Mahbubah, Pamekasan
Nyai Nadhifah / Syarifah, Pamekasan
Kyai Abdul Aziz, Temporejo (Temporan), Jember
Nyai Juwairiyah, Bulugading, Bangsalsari Jember
Nyai Syafi’ah / Hamidah, Beringin Pamekasan
Kyai Baidlowi, Banyuanyar Pamekasan‎
KYAI ABDULLAH (BANI ABDULLAH)

Nyai Anom Banyuayu, Pameksan + Muhammad Bakri Nasruddin
Tidak diketahui namanya
SUMBER:
Bahan untuk membuat daftar silsilah ini diambil dari buku Silsilah Katoronan Bujuk Itsbat oleh KHR. Ahmad Sa’id Bulugading, Bangsalsari, Jember.‎

5 komentar:

  1. Maaf di palin atas.. Spertinya ada kesalahan Kecamatan. Yg benar Kec. Palengaan, bukan Pegantenan. Lngkapnya Desa Poto'an Daya, Kec. Palengaan, Kab. Pamekasan Madura

    BalasHapus
  2. Tahun 1787 itu bukan awal berdirinya pesantren banyu anyar, tapi tahun kelahiran Kyai Itsbat bin Ishaq, pada tahun itu beliau msh berada di sumber panjalin bersama keluarga besar K Ishaq Sumber Panjalin.... adapun beliau hijrah ke banyua anyar, tentunya setelah menikah, diperkirakan umur 25 thn, yaitu sekitar tahun 1815 M

    BalasHapus
  3. Assyalamualaikum. Kayaknya ini ada yg salah juga dari bani abdul hamid ke kebawah.trus dari kh abdul majid bin kh abdul hamid.mohon penjelasannya.

    BalasHapus
  4. Ada yg tahu keturunan Dari bujuk toronan pamekasan yang berkeluarga at u bersuami k bandan DS bira tengah sokobanah sampng?. Mohon info k no INI 082338249477

    BalasHapus