Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten Mandailing Natal dan berlokasi di desaPurba Baru, Lembah Sorik Merapi, Mandailing Natal. Merupakan salah satu pesantren tertua di pulau Sumatera dengan usia sekitar 1 abad dan telah banyak mencetak ulama di Indonesia.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia seperti tidak ada habis-habisnya untuk dikupas. Ciri khas dan karakteristik satu pesantren dengan pesantren lain tidak sama. Mengunjungi sepuluh pesantren, berarti melihat sepuluh lembaga pendidikan yang cara pembinaan dan pengembangan santri mempunyai corak berbeda. Apalagi di Indonesia, ribuan pesantren berdiri. Matarantai keilmuan pesantren (pengasuhnya) tidak hanya merata di seluruh penjuru nusantara, namun, hingga belahan dunia Islam internasional. Salah satunya, pondok pesantren Musthafawiyah Purbabaru Sumatera Utara.
‘Tambang Emas’
Pulau Suwarnadwipa (pulau emas) nama lain dari tanah Sumatera memang menyimpan beberapa ‘emas’ sebagaimana pondok pesantren Musthafawiyah, melihat pesantren dengan ribuan santrinya ini lebih tepat menyebutnya sebagai ‘tambang emas’, tambang atau tempat melahirkan generasi-generasi emas Islam yang alim, kafi, dan berakhlakul karimah.
Keemasan pesantren juga teraplikasikan dalam bentuk pendalaman santrinya atas penguasaan kitab salaf sebagaimana di pesantren-pesantren Indonesia, Musthafawiyah telah membuktikan salah satu yang terbaik di Indonesia. Terbukti, pada Musabaqoh Qiraatul Kutub (MQK) tingkat nasional tahun lalu yang digelar Departemen Agama di Kalimantan, Pesantren Musthafawiyah menduduki peringkat kedua.
Ponpes Musthafawiyah yang dikenal dengan nama Pesantren Purbabaru didirikan tahun 1912 oleh Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini berlokasi di kawasan jalan lintas Medan-Padang, desa Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal (disingkat menjadi MADINA) Sumatera Utara.
Sang Pendiri
Syekh Musthafa Husein Nasution atau Muhammad Yatim lahir di desa Tano Bato pada tahun 1303/1886. Pada usia remaja beliau dibimbing oleh Syekh Abdul Hamid Hutapungkut Julu selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian istikamah memperdalam ilmu agama kepada ulama masyhur dunia di Masjidil Haram Mekah.
Di antara guru beliau adalah, Syekh Abdul Qodir al-Mandily, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Sholeh Bafadlil, Syekh Ali Maliki, Syekh Umar Bajuned, Syekh Ahmad Khothib Sambas dan Syekh Abdur Rahman.
Setelah kembali ke tanah air, Syekh Musthafa getol memperjuangkan Islam ala ahlusunnah wal jamaah dengan berdakwah kepada masyarakat dan mendirikan pesantren yang pada masa selanjutnya mempunyai hampir 10 ribu santri putra dan putri dari berbagai suku dan propinsi di Indonesia dan negara tetangga Malaysia.
Karena perjuangan dan kegigihan dakwah, nama Syekh Musthafa diabadikan oleh KH. Sirajuddin Abbas dalam bukunya, Keagungan Mazhab Syafii, sebagai salah satu tokoh berpengaruh atas tersebarnya Mazhab Syafiiyyah di Indonesia.
Banjir Bandang
Pada permulaan beridiri, pesantren Purbabaru berada di desa Tanobato Mandailing Natal. KarenaTanobato dilanda banjir bandang pada tahun 1915, Musthafawiyah dipindahkan oleh pendiri ke desa Purbabaru hingga kini.
Sang pendiri dan pengasuh pertama, Syekh Musthafa diabadikan menjadi nama pesantren, beliau belajar ilmu agama selama 13 tahun di Mekah, wafat pada November 1955. Pimpinan pesantren berpindah kepada anak lelaki tertua, Syekh Abdullah Musthafa.
Periode Klasikal
Pada periode kepengasuhan kedua, tahun 1960 pesantren membangun ruang belajar semipermanen (klasikal). Baru tahun 1962, ruang belajar dibangun secara permanen dari sumbangan para orang tua santri (berupa sekeping papan dan selembar seng setiap orangnya) ditambah tabungan Syekh Abdullah Musthafa. Bangunan ini kemudian diresmikan oleh Jenderal (Purn) Abdul Haris Nasution.
Musthafawiyah mengajarkan para santri mashab Syafii, kitab-kitab yang dipelajari seperti Matan Ghayah Wa Taqrib, Hasyiijah Bajuri, Hasyiyah asy-Syarqawi dan lain-lain. Dalam bidang akidah, kitab yang dipelajari,Kifayatul Awam, Hushnul Hamidiyyah, Hasyiyah Dusuki Ala Ummil-Barahin dan lain-lain.
Ciri khas Musthafawiyah adalah penguasaan kitab salaf. Yakni, kitab-kitab agama klasik karya para ulama terdahulu. Kitab salaf (kuning) yang diajarkan juga disesuaikan dengan dengan tingkatannya.
Bekal akidah ahlu sunnah dan fiqh mazhab Syafii inilah yang disebarkan kepada masyarakat umum melalui para santri yang ditugaskan berceramah saat liburan. Tak lain, tujuannya adalah membentengi penduduk dari berbagai paham keagamaan yang meresahkan.
Pondok Unik
Di Musthafawiyah, para santri putra dilatih kemandiriannya dengan membangun sendiri pondok (gotakan) tempat tinggal mereka. Ribuan pondok yang terhampar di Desa Purbabaru ini menjadi pemandangan unik di jalan lintas Sumatera.
Awal santri yang mondok di Musthafawiyah hanya sekitar 20 orang, pada 1916 jumlahnya 60 orang. Sekarang, santri berjumlah 10.000 orang dari berbagai daerah tanah air dan Negara tetangga.
Para alumni banyak bertebaran di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera Utara,Sumatera Barat, Aceh, Riau, Jambi. Di antara mereka ada juga yang melanjutkan studi ke Mesir, Suriah, Yordania, Yaman,India, Makkah, Maroko, Sudan, Pakistan.
Staf Pengajar Luar Negeri
Pada masa pengasuhan ketiga KH. Bakri bin Abullah bin Musthafa Bin Husein bin Umar Nasution (sekarang), pendidikan Musthafawiyah ditempuh selama 7 tahun. Ribuan santri dididik oleh staf pengajar kurang lebih 200 guru, berasal dari berbagai pendidikan di luar negeri, khususnya Kairo, India, dan Mekah.
Santri jebolan Musthafawiyah hampir ada di seluruh Indonesia, khusunya di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Riau. Para alumni juga banyak yang melanjutkan studi ke Mesir, Suriah, Yordania, India, Mekah, Maroko, Sudan, dan Pakistan. Salah satu alumnus Musthafawiyah adalah tokoh NU sekaligus Pahlawan Nasional, KH. Zainul Arifin, mantan Panglima Lasykar Hizbullah, wadah perjuangan pemuda Islam tahun 1942-1945.
Ini menandakan bahwa, kredibilitas keilmuan pesantren dan ketokohan pengasuh serta kualitas pendidik yang ada di Musthafawiyah sudah tidak bisa diragukan lagi di kancah nasional dan internasional.
Implementasi Pesantren Musthafawiyah Purbabaru dalam menciptakan suasana pendidikan kondusif dan menyeluruh di bidang agama dan diimbangi dengan pendidikan umum, telah menegaskan bahwa pesantren ini sangat berperan menentukan langkah ribuan santri dan prospek masyarakat setempat dalam semangat menegakkan nilai-nilai ajaran Islam.
Musthafawiyah telah tampil sebagai pesantren yang tidak hanya berpengaruh di Sumatera Utara, namun juga diperhitungkan di dalam dan luar negeri sebagai pesantren yang telah melahirkan generasi-generasi hebat sesuai dengan manhaj ahlusunnah wal jamaah dan selaras dengan cita-cita Rasulullah saw.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar