Ini adalah berita dari orang yang jujur dan dipercaya, yang tidak berbicara dari hawa nafsu tentang sebuah perkara yang unik dikarenakan ia menyelisihi kebiasaan manusia.
Nabi kita menyampaikan tentang seekor sapi yang berbicara pada penunggang nya dan serigala yang berbicara kepada penggembala yang mengambil seekor domba darinya ketika ia hampir memangsanya.
Percaya kepada berita seperti ini adalah wajib, karena ia termasuk iman kepada yang ghaib di mana orang-orangnya dipuji oleh Allah. “Dan orang-orang yang beriman kepada yang ghaib.”(Al-Baqarah: 3). Dan yang dimaksud dengan perkara ghaib adalah perkara ghaib yang disampaikan oleh dalil sharih dari Allah dan rasul-Nya.
Namun sebenarnya Allah terkadang memberikan kemampuan kepada sebagian hewan untuk dapat berbicara, karena ada suatu hikmah di balik hal itu.
Ada sebuah kisah nyata terjadi di zaman kenabian, hewan dapat berbicara untuk menyadarkan kepada manusia tentang kebenaran seorang rasul yang diutus ketika itu, yaitu Rasul kita, Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Kejadian dan kisah ini diceritakan diceritakan oleh seorang sahabat yang mulia, Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu anhu-,
عَدَا الذِّئْبُ عَلَى شَاةٍ ، فَأَخَذَهَا فَطَلَبَهُ الرَّاعِي ، فَانْتَزَعَهَا مِنْهُ ، فَأَقْعَى الذِّئْبُ عَلَى ذَنَبِهِ ، قَالَ : أَلاَ تَتَّقِي اللَّهَ ، تَنْزِعُ مِنِّي رِزْقًا سَاقَهُ اللَّهُ إِلَيَّ ، فَقَالَ : يَا عَجَبِي ذِئْبٌ مُقْعٍ عَلَى ذَنَبِهِ ، يُكَلِّمُنِي كَلاَمَ الإِِنْسِ ، فَقَالَ الذِّئْبُ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَعْجَبَ مِنْ ذَلِكَ ؟ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَثْرِبَ يُخْبِرُ النَّاسَ بِأَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ ، قَالَ : فَأَقْبَلَ الرَّاعِي يَسُوقُ غَنَمَهُ ، حَتَّى دَخَلَ الْمَدِينَةَ ، فَزَوَاهَا إِلَى زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهَا ، ثُمَّ أَتَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ ، فَأَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُودِيَ الصَّلاَةُ جَامِعَةٌ ، ثُمَّ خَرَجَ ، فَقَالَ لِلرَّاعِي : أَخْبِرْهُمْ فَأَخْبَرَهُمْ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَدَقَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُكَلِّمَ السِّبَاعُ الإِِنْسَ ، وَيُكَلِّمَ الرَّجُلَ عَذَبَةُ سَوْطِهِ ، وَشِرَاكُ نَعْلِهِ ، وَيُخْبِرَهُ فَخِذُهُ بِمَا أَحْدَثَ أَهْلُهُ بَعْدَهُ.
“Pernah ada seekor serigala menerkam seekor kambing. Serigala itu pun menangkapnya. Akhirnya, si pengembala mencarinya dan merampas kembali kambing itu dari sang serigala.
Serigala itu pun duduk di atas ekornya seraya berkata, “Tidakkah anda bertaqwa kepada Allah; engkau telah merampas dariku suatu rezki (pemberian) yang Allah bawakan kepadaku?”
Si pengembala berkata, “Oh, alangkah anehnya!! Ada serigala yang duduk di atas ekornya. Ia dapat berbicara kepadaku seperti manusia berbicara”.
Serigala berkata, “Tidakkah kamu mau aku akan kabarkan kepadamu tentang sesuatu yang lebih mengherankan daripada hal itu? Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- yang ada di Makkah mengabari manusia tentang berita-berita perkara yang telah berlalu?”
Dia (Abu Sa’id Al-Khudriy) berkata, “Kemudian si pengembala pergi menggiring kambingnya sampai ia memasuki kota Madinah. Ia pun mengumpulkan kambing-kambingnya di salah satu sudut diantara sudut-sudut kota Madinah.
Lalu ia mendatangi Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- seraya mengabarinya tentang kejadian itu. Karenanya, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan (agar sholat ditegakkan); maka dikumadangkan sholat jama’ah. Kemudian beliau keluar (dari rumahnya menuju masjid) seraya berkata kepada si pengembala, “Kabarilah mereka (tentang kejadian itu)”. Lalu ia pun mengabarkannya.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
“Dia (si pengembala) ini telah benar. Demi Yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kiamat tak akan terjadi sampai hewan-hewan buas akan berbicara dengan manusia. Orang-orang akan diajak bicara oleh ujung cambuknya dan tali sandalnya. Pahanya akan mengabarinya tentang sesuatu dilakukan oleh keluarganya setelah (kepergian)nya”.
[Ahmad dalam Al-Musnad (3/84) dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala Ash-Shohihain (no. 8444), Abu Nu’aim Al-Ashbahaniy dalam Dala’il An-Nubuwwah (116 & 234) dan Al-Baihaqiy dalam Dala’il An-Nubuwwah (6/41-43) dan lainnya].
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ ذِئْبٌ إِلَى رَاعِى غَنَمٍ فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً فَطَلَبَهُ الرَّاعِى حَتَّى انْتَزَعَهَا مِنْهُ - قَالَ - فَصَعِدَ الذِّئْبُ عَلَى تَلٍّ فَأَقْعَى وَاسْتَذْفَرَ فَقَالَ عَمَدْتَ إِلَى رِزْقٍ رَزَقَنِيهِ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْتَزَعْتَهُ مِنِّى فَقَالَ الرَّجُلُ تَاللَّهِ إِنْ رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ ذِئْباً يَتَكَلَّمُ. قَالَ الذِّئْبُ أَعْجَبُ مِنْ هَذَا رَجُلٌ فِى النَّخَلاَتِ بَيْنَ الْحَرَّتَيْنِ يُخْبِرُكُمْ بِمَا مَضَى وَبِمَا هَوُ كَائِنٌ بَعْدَكُمْ وَكَانَ الرَّجُلُ يَهُودِيًّا فَجَاءَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْلَمَ وَخَبَّرَهُ فَصَدَّقَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّهَا أَمَارَةٌ مِنْ أَمَارَاتٍ بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ قَدْ أَوْشَكَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ فَلاَ يَرْجِعَ حَتَّى تُحَدِّثَهُ نَعْلاَهُ وَسَوْطُهُ مَا أَحْدَثَ أَهْلُهُ بَعْدَهُ ».
Dari Abu Hurairah RA, Ada seekor serigala datang kepada seorang gembala kambing. Kemudian serigala itu terus menerkam seekor kambing pengembala tersebut. Pengembala itu berusaha merebutnya dari serigala tersebut, hingga berhasil menyelamatkan kambing tersebut. Serigala itu segera ke bukit dan berkata ; Aku berhasil menerkam mangsaku yang diberikan oleh Allah. Patutkah engkau merampasnya dariku ?
Pengembala yang dalam kehairanan itu berkata ; "Demi Allah Aku tidak pernah melihat seekor serigala berbicara seperti yang kulihat pada hari ini". Serigala itu berkata : "Bahkan yang lebih hairan lagi adalah jika kamu tidak percaya pada seseorang yang berada di Madinah yang memberitahu kepada kamu tentang apa yang telah terjadi dan akan terjadi".
Pengembala itu adalah seorang Yahudi. Kemudian ia datang memberitahu kepada Rasulullah SAW kisah yang telah dialami dan terus memeluk Islam.
Nabi membenarkan apa yang diceritakan oleh si pengembala tersebut dan baginda berkata ; Itu adalah sebahagian drp tanda-tanda hari kiamat, kelak akan datang pula tanda-tanda yang lain, iaitu seseorang akan keluar dan apabila dia balik akan diberitahu oleh kasutnya atau cemetinya tentang apa yang telah terjadi kepada keluarganya sepenajang sepeninggalannya. (Musnad Ahmad bin Hanbal, Syarah Sunnah dan Jami` al-Kabiir Lis Syayuti)
Kisah ini berlaku di zaman Rasulullah SAW. Kisah ini menceritakan bagaimana seekor serigala yang telah berbicara dengan seorang manusia. Sungguh ajaib. Bagaimana seorang Yahudi pengembala kambing mendapat hidayah Islam kerana seekor serigala. Menurut Abu Nuaim dalam kitab Dalail Nubuwah, kisah di atas berlaku kepada Uhban bin Aus. Ajaibnya, kisah ini turut membenarkan tanda-tanda hari kiamat seperti yang telah disebut oleh Rasulullah SAW iaitu apabila binatang buas berbicara dengan manusia.....
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW telah menceritakan kisah seekor serigala dan seekor lembu yang berbicara dengan manusia. Kisah ini terjadi di zaman umat terdahulu, Bani Israil...
Kisahnya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim...
عن أَبي سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « بَيْنَمَا رَاعٍ فِى غَنَمِهِ عَدَا عَلَيْهِ الذِّئْبُ ، فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً ، فَطَلَبَهُ الرَّاعِى ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ الذِّئْبُ فَقَالَ مَنْ لَهَا يَوْمَ السَّبُعِ ، يَوْمَ لَيْسَ لَهَا رَاعٍ غَيْرِى ، وَبَيْنَا رَجُلٌ يَسُوقُ بَقَرَةً قَدْ حَمَلَ عَلَيْهَا ، فَالْتَفَتَتْ إِلَيْهِ فَكَلَّمَتْهُ فَقَالَتْ إِنِّى لَمْ أُخْلَقْ لِهَذَا ، وَلَكِنِّى خُلِقْتُ لِلْحَرْثِ » . قَالَ النَّاسُ سُبْحَانَ اللَّهِ . قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « فَإِنِّى أُومِنُ بِذَلِكَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رضى الله عنهما »
Dari Abu Salmah bin Abdul Rahman bahawa Abu Hurairah RA berkata bahawa dia mendengar Rasulullah SAW berkata : Ketika seorang pengembala sedang mengembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala lalu menerkam kambingnya. Pengembala itu mengejarnya untuk menyelamatkan kambingnya. Lalu serigala itu berkata kepada pengembala tadi.. Kamu menyelamatkannya dari aku, siapakah yang dapat menyelamatkannya pada hari datangnya binatang buas, pada hari itu tiada pengembala kecuali aku. Dan seorang lelaki yang menuntun seekor lembu, kemudian dia menaikinya dan memukulnya. Lalu lembu tersebut berkata ; Kami tidak dijadikan untuk ini, Kami dijadikan untuk membajak. Lalu orang ramaipun berkata ; Subhanallah. Nabi bersabda ; Sessungguhnya aku beriman kepadanya, begitu juga Abu Bakar dan Umar al-Khattab RA.Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dalam lafaz yang berbeza.
Betapa peliknya kisah di atas, sehingga para sahabat mengucap Subhanallah ! Mereka menganggap kisah tersebut amat ajaib dan pelik... dua ekor binatang boleh berbicara dengan bahasa manusia !!! Belum pernah terjadi... apa yang dikhabarkan oleh al-Quran tentang kisah nabi Sulaiman dengan semut (ayat 18-19 surah al-Naml)... adalah berbeza.. nabi Sulaiman mendengar dan faham bahasa yang digunakan oleh semut... sedangkan semut berbicara sesama semut dengan bahasa binatang, bukannya dengan bahasa manusia.. begitu juga kisah nabi Sulaiman dengan burung hudhud (ayat 22-23 surah al-Naml) burung hudhud berbicara dengan nabi Sulaiman dengan bahasanya (bahasa binatang) dan nabi Sulaiman faham dan mengerti bahasa tersebut dan berbicara dengannya denagan bahasa binatang.
Begitulah kisah pelik dan ajaib yang berlaku, binatang boleh berbicara dengan manusia dan difahami, dengan menggunakan bahasa manusia... Apabila Allah SWT menghendakinya. tiada apa yang mustahil... Begitulah tanda-tanda kiamat yang telah terjadi....
Demikianlah halnya jika Allah menghendaki sesuatu pada makhluk-Nya; sesuatu yang tak dapat berbicara, dengan kehendak-Nya hewan bisu dapat berbicara layaknya manusia.
Tak heran bila di hari kiamat nanti, anggota badan kita akan ikut bersaksi dan berbicara tentang diri kita.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (19) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (20) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (21) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23) [فصلت/19-23]
Dan (Ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya, sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berbicara telah menjadikan kami pandai (pula) berbicara, dan Dia-lah yang menciptakan kalian pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kalian dikembalikan”. Kalian sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu, bahkan kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kalian sangka kepada Tuhanmu. Dia telah membinasakan kalian. Karenanya, jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.(QS. Fushshilat : 19-23)
Manusia berbuat dosa dengan terang-terangan ketika di dunia, karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan dan kulit mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka!!
Ayat-ayat yang mulia ini dan juga hadits di atas menunjukkan bahwa sebagian makhluk yang layaknya tak mampu berbicara, namun ia kadang dapat berbicara seperti manusia yang berbicara dengan fasih. Ini merupakan sanggahan tegas dan gamblang bagi orang-orang kafir dan atheis yang menyatakan bahwa yang mampu berbicara hanyalah makhluk yang memiliki kecerdasan tinggi, karena akal yang ia miliki. Adapun hewan yang tak dapat berpikir, karena tak diberikan akal, maka ia tak dapat berbicara!!!
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubiy -rahimahullah- berkata dalam membantah golongan sesat ini,
“Di dalam hadits ini terdapat suatu dalil yang membantah kaum medis kafir dan munafiq atheis dan menunjukkan bahwa ucapan tidaklah berkaitan dengan rasa takut dan kelemahan akal. Sang Pencipta (Allah) yang maha hebat kemampuannya, Dia menciptakan kalam (ucapan) kapan saja yang Dia kehendaki, pada apa saja yang Dia kehendaki, baik itu berupa benda mati, maupun hewan berdasarkan sesuatu yang ditetapkan oleh Allah Yang Maha Pencipta lagi Pengasih. Dahulu bebatuan dan pepohonan memberikan salam kepada beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- seperti salamnya makhluk yang dapat berbicara. Hal itu telah nyata dalam beberapa hadits. Hal itu adalah pernyataan para ahli ushuluddin, baik dulu, maupun sekarang. Hal itu tsabit (benar) dengan adanya kesepakatan hadits tentang sapi dan serigala dan bahwa keduanya telah berbicara sebagaimana yang dikabarkan oleh beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam kitab Ash-Shohihain. Inilah yang dinyatakan oleh Ibnu Dihyah”. [Lihat At-Tadzkiroh fi Ahwal Al-Mautaa wa Umur Al-Akhiroh (2/305)]
Apa yang dinyatakan oleh Al-Imam Al-Qurthubiy adalah benar sekali. Hal ini dikuatkan oleh banyak hadits. Diantaranya Jassasah dan Dajjal yang masyhur.
Dari Fathimah bintu Qois -radhiyallahu anha-, ia berkata,
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ فِي صَفِّ النِّسَاءِ الَّتِي تَلِي ظُهُورَ الْقَوْمِ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلَّاهُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلَا لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلًا نَصْرَانِيًّا فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ فَلَعِبَ بِهِمْ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبْ السَّفِينَةِ فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقَالُوا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قَالُوا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ قَالَ لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلًا فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً قَالَ فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ قُلْنَا وَيْلَكَ مَا أَنْتَ قَالَ قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ قَالُوا نَحْنُ أُنَاسٌ مِنْ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقُلْنَا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قُلْنَا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً فَقَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لَا تُثْمِرَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ قَالُوا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ قَالُوا قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ قَالَ أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنْ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ قَالَ لَهُمْ قَدْ كَانَ ذَلِكَ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي الْأَرْضِ فَلَا أَدَعَ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ أَلَا هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ
“Aku pernah sholat bersama Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. Aku berada di shaff wanita yang berada dekat dengan punggung kaum lelaki. Tatkala Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- telah menyelesaikan sholatnya, maka beliau duduk di atas mimbar sambil tertawa. Kemudian beliau bersabda,“Hendaknya setiap orang melazimi tempatnya”, lalu bersabda lagi, “Tahukah kalian kenapa aku kumpulkan kalian?”
“Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, kata mereka.
Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah mengumpulkan kalian karena keinginan (dalam membagi ghonimah, –pent.) dan tidak pula karena takut (terhadap musuh, –pent.). Akan tetapi aku kumpulkan kalian, karena Tamim Ad-Dariy dahulu seorang yang beragama Nasrani. Kemudian ia datang berbai’at dan masuk Islam. Dia telah menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sesuai dengan kisah yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Dia telah menceritakan kepadaku bahwa telah berlayar dalam sebuah perahu besar bersama 30 orang lelaki dari Suku Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan oleh ombak selama sebulan di lautan. Kemudian mereka berlabuh pada sebuah pulau di tengah lautan ketika terbenamnya matahari. Mereka pun duduk di perahu kecil, lalu memasuki pulau itu.
Mereka dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. Mereka berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Mereka bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Wahai kaum, pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”.
Dia (Tamim) berkata, “Tatkala ia (si binatang) menyebutkan seorang lelaki kepada kami, maka kami khawatir jangan sampai binatang itu adalah setan perempuan”. Tamim berkata, “Kami pun pergi dengan cepat sampai kami memasuki istana tersebut. Tiba-tiba di dalamnya terdapat orang yang paling besar kami lihat dan paling kuat ikatannya dalam keadaan kedua tangannya terbelenggu ke lehernya antara kedua lututnya sampai kedua mata kakinya dengan besi”. Kami katakan, “Celaka anda, siapakah anda?” Dia (Dajjal) menjawab, “Sungguh kalian telah tahu beritaku. Kabarkanlah kepadaku siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang Arab. Kami telah berlayar dalam sebuah perahu besar. Kami pun mengarungi lautan saat berombak besar. Akhirnya, ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulau anda ini. Kami pun duduk-duduk di perahu kecil, lalu masuk pulau. Tiba-tiba kami dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. kami berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Kami bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”. Lalu kami menghadap kepadamu dengan cepat, kami takut kepadanya dan tak merasa aman jika ia adalah setan perempuan”. Dia (Dajjal) berkata, “Kabarilah aku tentang pohon-pohon korma Baisan (nama tempat di Yordania, –pent.)!!”. Kami bertanya, “Engkau tanya tentang apanya?”. Dajjal berkata, “Aku tanyakan kepada kalian tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?”. Kami jawab, “Ya”. Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hampir-hampir ia tak akan berbuah lagi”. Dajjal berkata, “Kabarilah aku tentang Danau Thobariyyah!!”. Kami katakan, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalamnya masih ada air?” Mereka menjawab, “Danau itu masih banyak airnya”. Dajjal berkata, “Ingatlah, sesungguhnya airnya hampir-hampir akan habis”. Dajjal bertanya lagi, “Kabarilah aku tentang mata air Zughor!!” Mereka bertanya, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalam mata air itu masih ada air? Apakah penduduknya masih menanam dengan memakai air dari mata air itu?” Kami jawab, “Ya, mata air itu masih banyak airnya dan penduduknya masih bercocok tanam dari airnya”. Dajjal berkata lagi, “Kabarilah aku tentang Nabinya orang-orang Ummi (ummi : buta huruf, yakni orang-orang Quraisy), apa yang ia lakukan? Mereka berkata, “Dia telah keluar dari Kota Makah dan bertempat tinggal di Yatsrib (Madinah)”. Dajjal bertanya, “Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?” Kami katakan, “Ya”. Dajjal bertanya, “Apa yang ia lakukan pada mereka?” Lalu mereka kabari Dajjal bahwa sungguh ia (Nabi itu, yakni Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-) telah berkuasa atas orang-orang yang ada di sekitarnya dari kalangan Arab dan mereka menaatinya”. Dajjal berkata kepada mereka, “Apakah hal itu sudah terjadi?” Kami jawab, “Ya”.
Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hal itu lebih baik bagi mereka untuk menaatinya. Sekarang aku kabari kalian bahwa aku adalah Al-Masih (yakni, Al-Masih Ad-Dajjal). Sungguh aku hampir diberi izin untuk keluar. Aku akan keluar, lalu berjalan di bumi. Aku tak akan membiarkan suatu negeri, kecuali aku injak dalam waktu 40 malam, selain Makkah danThoibah (nama lain bagi kota Madinah, –pent.).Kedua kota ini diharamkan bagiku.
Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya diantaranya, maka aku dihadang oleh seorang malaikat, di tangannya terdapat pedang terhunus yang akan menghalangiku darinya. Sesungguhnya pada setiap jalan-jalan masuk padanya ada malaikat-malaikat yang menjaganya”
Dia (Fathimah bintu Qois) berkata, “Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda seraya menusuk-nusukkan tongkatnya pada mimbar, “Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, yakni kotaMadinah. Ingatlah, apakah aku telah menceritakan hal itu kepada kalian?”
Orang-orang pun berkata, “Ya”.
[HR. Muslim dalam Kitab Asyroot As-Saa’ah, bab :Qishshoh Al-Jassasah (no. 2942), Abu Dawud dalam Kitab Al-Malaahim (4326), At-Tirmidziy dalam Kitab Al-Fitan (2253) dan Ibnu Majah Kitab Al-Fitan (4074)]
Hadits lain yang menunjukkan hal itu, sebuah hadits dari Abdullah bin Ja’far -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Pada suatu hari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah memboncengku dibelakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. Sesuatu yang paling beliau senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan batang kurma. lalu beliau masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta. Tatkala Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melihatnya, maka onta itu merintih dan bercucuran air matanya. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya seraya mengusap dari perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah onta itu. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah pemilik onta ini, Onta ini milik siapa?” Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata, “Onta itu milikku, wahai Rasulullah”.
Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
أَفَلَا تَتَّقِى اللهَ فِيْ هَذِهِ الْبَهِيْمَةِ الَّتِى مَلَكَ اللهُ إِيَّاهَا
“Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan(1/400), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/99-100), Ahmad dalam Al-Musnad (1/204-205), Abu Ya’la dalam Al-Musnad (3/8/1), Al-Baihaqiy dalam Ad-Dala’il (6/26), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa (9/28/1)].
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar