Al-Qur’an adalah sumber hukum pertama umat Islam. Kebahagiaan mereka bergantung pada kemampuan memahami maknanya, pengetauan rahasia-rahasianya dan pengalaman yang terkandung didalamnya. Kemampuan setiap orang dalam menafsirkan Al-Qur’an tentu berbeda, padahal penjelasan ayat-ayatnya begitu jelas. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah sesutau yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna lahirnya dan bersifat global. Sedangkan kalangan cendikiawan dan terpelajar akan dapat memahami dan menyingkap makna-maknanya secara menarik. Didalam kedua kelompok inipun terdapat aneka ragam dan tingat pemahaman. Maka tidaklah mengherankan jika Al-Qur’an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melaluai pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata yang asing atau dalam mena’wilkan suatu redaksi kalimat.
Umat Islam memiliki banyak sekali ahli tafsir, diantara mereka ada dari kalangan shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in bahkan ada juga dari ulama zaman ini yang mencoba untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an. Dalam tulisan yang singkat ini kami akan menganalisa bagaimana Ibnu Katsir menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan Mu’jizat Islam yang abadi, dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin jelas kemu’jizatannya. Allah swt. Menurunkannya kepada nabi Muhammad saw. Demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulallah menyampaikannya kependuduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakan kepada Rasulallah saw..
Dalam ilmu tafsir Al-Qur’an banyak sekali ulama yang mencoba menafsirkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Dalam penafsirannya para mufassirin dibagi kedalam dua kelompok, yaitu mufassir yang menafsirkan ayat dengan menggunakan metode bil ma’tsur dan para mufassirin yang menafsirkan ayat dengan menggunakan metode bir Ra’yi. Metode bil ma’tsur yaitu menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan sunnah, ayat dengan perkataan shahabat atau ayat dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in. Sedangkan metode bir ra’yi yaitu menafsirkan ayat dengan pemahaman mufassir sendiri.
Ibnu Katsir adalah seorang yang ahli tentang ilmu-ilmu al-Qur'an dan as-Sunnah, sejarah umat-umat terdahulu dan yang akan datang. Allah memberinya karunia berupa pandangan yang tajam dan mendalam tentang sunnatullah yang terjadi berkaitan dengan kemaslahatan, kerusakan, kemajuan, kemunduran serta kehancuran umat ini. Kitabnya, Tafsir Ibnu Katsir, merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur'anul 'Adziim, paling agung, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat ini.
Beliau adalah Imam yang mulia Abul Fida' 'Imaduddin Isma'il bin Syeh Abi Haffsh Syihabuddin "umar bih Katsir al-Quraasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi As-Syafi'i yang berasal dari kota Bashrah, Irak, kemudian menetap, belajar dan mengajar di Damaskus. Dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pda tahun 701 H (1302 M). Ayahnya berasal dari Bashrah, sementara ibunya berasal dari Mijdal. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Hafsh Umar ibn Katsir. Ia adalah ulama yang faqih serta berpengaruh di daerahnya. Ia juga terkenal dengan ahli ceramah. Hal ini sebagaimana di ungkapkan Ibnu Katsir dalam kitab tarikhnya (al-Bidâyah wa al-Nihâyah). Ayahnya lahir sekitar tahun 640 H, dan ia wafat pada bulan Jumadil ‘Ula 703 H. di daerah Mijdal, ketika Ibnu Katsir berusia tiga tahun, dan dikuburkan di sana.
Ibnu Katsir adalah anak yang paling kecil di keluarganya. Hal ini sebagaimana yang ia utarakan; “ Anak yang paling besar di keluarganya laki-laki, yang bernama Isma’il, sedangkan yang paling kecil adalah saya “. Kakak laki-laki yang paling besar bernama Ismail dan yang paling kecilpun Ismail.
Sosok ayah memang sangat berpengaruh dalam keluarga. Kebesaran serta tauladan ayahnyalah pribadi Ibnu Katsir mampu menandingi kebesaran ayahnya, bahkan melebihi keluasan ilmu ayahnya. Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, serta senantiasa menjunjung nilai-nilai keilmuan, mampu melahirkan sosok anak saleh dan bersemangat dalam mencari mutiara-mutiara ilmu yang berharga dimanapun. Dengan modal usaha dan kerja keras Ibnu Katsir menjadi sosok ulama yang diperhitungkan dalam percaturan keilmuan.
Ibnu Katsir mulai sedari kecil mencari ilmu. Semenjak ayahnya wafat kala itu Ibnu Katsir baru berumur tiga tahun, selanjutnya kakaknya bernama Abdul Wahab yang mendidik dan mengayomi Ibnu Katsir kecil. Ketika genap usia sebelas tahun, Ia selesai menghafalkan al-Qur`an.
Ayah beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal ketika beliau baru berusia 4 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakaknya, Syaikh 'Abdul Wahhab dan dialah yang mendidik beliau di usia dininya. Kemudian beliau pindah ke Damaskus, negeri Syam yang dijaga pada tahun 706 H, ketika beliau berusia 5 tahun.
Riwayat Pendidikan
Ibn Katsir tumbuh besar di kota Damaskus. Di sana, beliau banyak menimba ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Syaikh Burhanuddin Ibrahim al-Fazari. Beliau juga menimba ilmu dari Isa bin Muth'im, Ibn Asyakir, Ibn Syairazi, Ishaq bin Yahya bin al-Amidi, Ibn Zarrad, al-Hafizh adz-Dzahabi serta Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Selain itu, beliau juga belajar kepada Syaikh Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mizzi, salah seorang ahli hadits di Syam. Syaikh al-Mizzi ini kemudian menikahkan Ibn Katsir dengan putrinya.
Selain Damaskus, beliau juga belajar di Mesir dan mendapat ijazah dari para ulama di sana.
Prestasi Keilmuan
Berkat kegigihan belajarnya, akhirnya beliau menjadi ahli tafsir ternama, ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqih besar abad ke-8 H. Kitab beliau dalam bidang tafsir yaitu Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjadi kitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir Muhammad bin Jarir ath-Thabari.
Para ulama mengatakan bahwa tafsir Ibnu Katsir adalah sebaik- baik tafsir yang ada di zaman ini, karena ia memiliki berbagai keistimewaan. Keistimewaan yang terpenting adalah menafsirkan al-Qur'an dengan al- Qur'an (ayat dengan ayat yang lain), menafsirkan al-Qur'an dengan as-Sunnah (Hadits), kemudian dengan perkataan para salafush shalih (pendahulu kita yang sholih, yakni para shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in), kemudian dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.
Guru-Guru Imam Ibnu Katsir
Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin'Abdirrahman al-Fazari (Ibnul Farkah), wafat 729 H.
Isa bin al-Muth'im
Ahmad bin Abi Thalib, (Ibnusy Syahnah)
Ibnul Hajjar (wafat 730 H.)
Bahauddin al-Qasim bin Muzhaffar ibnu 'Asakir, muhaddits Syam, wafat 723 H.
Ibnu Asy-Syirazi
Ishaq bin Yahya al-Amidi 'Afifuddin, ulama Ahafiriyyah, wafat 725 H.
Muhammad Ibnu Zarrad
Menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin az-Zaki al-Mizzi, wafat 742 H, Ibnu Katsir mendapat banyak faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya menikahi puterinya.
Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin 'Abdil Halim bin 'Abdis Salam bin Taimiyyah yang wafat pada 728 H.
Syaikh al-hafidz, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman bin Qayimaz adz-Dzahabi, wafat 728 H.
Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi, Abul Fath ad-Dabbusi, 'Ali bin 'Umar as-Sawani dan lain-lain.
Komentar Para Ulama Mengenai Imam Ibnu Katsir
Adz-Dzahabi: "Beliau adalah seorang Imam lagi pemberi fatwa, muhaddits yang pakar, faqih (ahli fikih) yang berwawasan luas, mufassir (ahli tafsir) dan memiliki banyak tulissan yang bermanfaat."(dalam al-Mu'jami al-Mukhashsh).
Ibnu Hajar al-Atsqalani:" Beliau selalu menyibukkan diri dengan hadits, menelaan matandan rijal hadits, beliau adalah orang yang memilikihafalan yang banyak, kecerdasan yang bagus, memiliki banyak karya tulis semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada orang-orang sepeninggal beliau." (dalam ad-Duraar al-Kaaminah).
Abul Mahasin Jamaluddin Yusuf Ibnu Saifuddi (Ahli sejarah): "Beliau ulama yang banyak berkarya, terus bekerja, meraup ilmu dan menulis, pakar dalam bidang fikih, tafsir dan hadits. Beliau mengumpulkan, mengarang, mengajar, menyampaikan hadits dan melulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam ilmu hadits, tafsir, fikih, Bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, Beliau memiliki hafalan yang kuat dan tulisan yang bagus, ia telah mencapai puncak dalam ilmu sejarah, hadits dan tafsir.
Murid-Murid Imam Ibnu Katsir
Ibnu Haji. Ia adalah seorang yang memiliki hafalan paling kuat terhadap matan-matan hadits. paling tahu tentang cacat-cacat hadits, perawi-perawinya,shahih dan dha'ifnya.
Al-Hafidz al-Kabir 'Imaduddin, hafalannya banyak dan jarang lupa, pemahamannya baik, ilmu bahasa arabnya tinggi. Ia dikenal dengan kekuatan hafalan dan keelokan karangannya.
Dan masih banyak lagi.
Karya-Karya Imam Ibnu Katsir
1. Kitab Tafsir al-Qur'an. Kitab ini adalah sebaik-baik kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
2. Al-Bidaayah wan-Nihaayah (kitab sejarah-14 jilid), Di dalamnya disebutkan tentang kisah para Nabidan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyyah, sejarah Islam hingga jamannya, ditambah denan pembahasan tentang fitnah dan tanda-tanda hari Kiamat serta keadaan pada hari akhir dan al-Malaahim (pertumpahan darah) dan telah ditahqiq oleh banyak ulama.
3. At-Takmiil fii Ma'rifatits Tsiqaat wadh Dhu'afaa' wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, al-Mizzi dan adz-Dzahabi,dengan disertai bebeapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-Jarb wat ta'diil.
4. Al-Hadyu was Sunan fii Ahaadiitsil Masaaniid was Sunan yang dikenal dengan nama Jaami' al-masaaniid. Di dalamnya merangkum Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, al-Bazzaar, Abu Ya'la al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus-Sittah, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab sunan yang empat.Beliau menyusunnya berdasarkan bab-bab fikih, dan baru-baru ini telah dicetak beberapa juz darinya.
5. Thabaaqat asy-Syfi'iyyah dengan ukuran sedang disertai biografi Imam Syafi'i.
6. Beliau mentakhrij hadits-hadits yang digunakan sebagai dalil dalam kitab at-Tanbiih fii Fiqh asy-Syafi'i.
7. Memulai penulisan Syarah Shahih al-Bukhari dan belum sempat menyelesaikannya.
8. Beliau menulis kitab bersar dalam masalah-masalah hukum tapi belum sempat menyelesaikannya, tulisannya sudah sampai pada bab haji.
9. Ringkasan kitab al-Madkhal, karya al-Baihaqi, dan sebagian belum diterbitkan.
10. Meringkas kitab 'Uluumul Hadits karya Abu 'Amr bin ash-Shalah yang beliau beri judul "Mukhtashar 'Ulumil Hadits."
11. As-Siiraah an-Nabawiyyah yang panjang (bagian dari kitab al-Bidaayah)
12. Risalah dalam masalah jihad yang diberi judul al-Ijtihaad fii Thalabil Jihaad, yang telah dicetak ulang beberapa kali.
13. Syarhu at-Tanbih.
14. Al-Bulghah wa al-‘Iqna’ fi Halli Syubhati Masalati al-Sima’. Yaitu kitab tentang lagu dan musik.
15. Al-Fushul fi Ikhtishari Sirati ar-Rasul.
16. At-Takmil fi Ma’rifati al-Tsiqaat wa ad-Dhu’afa’ wa al-Majaahil. Sedang Haji Khalifah pengarang kitab “Kasyfu az-Dzunun”, menyebut kitab Ibnu katsir ini dengan nama: “At-Takmilah fi Asmai at-Tsiqat wa ad-Dhu’afa”.
17. Thabawatu al-Fuqaha as-Syafi’iyyah. Haji Khalifah menamanakan kitab ini dengan sebutan: “Thabaqatu ‘Imaaduddin”, sedang al-baghdadi menyebut kitab ini dengan nama: “Hadiyyatul al-’Arifin”.
18. Al-Wadhih an-Nafiis fi Manaqibi al-Imaami Muhammad bin Idris.
19. Nihaayatul Bidaayah wa Nihaayah, yang merupakan kitab penyempurnaan dari kitab sejarahnya di atas, Dalam kitab ini Ibnu katsir menuliskan tentang Fitnah, pertempuran dan kisah akhir zaman.
20. Al-Kawaakib ad-Daraarii, yang juga kitab sejarah.
Wafatnya Imam Ibnu Katsir
Ibnu Hajar al-Atsqalani berkata: "Beliau kehilangan penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus Suriah pada tahun 774 H/1373 M. Semoga Allah mencurahkan rahmat seluas-luasnya kepda beliau dan menempatkan beliau di surga-Nya yang luas, amin.....
Sekilas Tentang Kitab Tafsir Ibnu Katsir
Latar Belakang Penulisan
Firman Alloh Subhanahu Wata'ala
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”(QS. Ali Imran 187)
Dengan firman Allah di atas, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam firman Allah dan tafsirya.
Bentuk fisik tafsir Ibnu Katsir
Pada mulanya buku ini ditulis dengan sepuluh jilid, tapi kemudian dicetak dengan empat jilid dengan jilidan yang sangat tebal. Pada terbitan Daarul Jiil, Beirut, tahun 1991, kalasifikasinya seperti berikut :
Jilid I, dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nisaa. Tebal : 552 halaman
Jilid II, dari surat al-Maidah sampai surat an-Nahl. Tebal : 573 halaman
Jilid III, dari surat al-Israa samapai surat Yaasiin. Tebal : 558 halaman
Jilid IV, dari surat as-Shaafat sampai surat an-Naas. Tebal :580 halaman
Metodologi Tafsir ibnu Katsir
Sebelum kita mengambil beberapa penafsiran dari ayat Al-Qur’an yang telah ditafsiran Ibnu Katsir, alangkah lebih baiknya kita mengenal latar belakang keilmuan dan kondisi yang terjadi pada masa Ibnu Katsir, sehingga kita mengetahui bagaimana relevansi kondisi itu denan peafsiran ayat Al-Qur’an.
Karakater karya seseorang tidak akan bisa dilepaskan dari kecondongan minat orang tersebut, kira-kira seperti itu jugalah tafsir ibnu katsir. Sosok Ibnu Katsir yang condong kepada keabsahan turats telah ikut mewarnai karyanya. Begitu juga hal ini tidak bisa lepas dari kondisi jaman saat itu, perhelatan aliran pemikiran pada abad ke 7/8 H memang sudah kompleks. Artinya telah banyak aliran pemikiran yang telah ikut mewarnai karakter seseorang.
Pemahaman yang orisinil untuk mempertahankan keauntetikan Qur`an dan sunnah terus dijaga. Inilah sebagian pewarnaan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Selain itu, kelompok-kelompok yang mengagungkan akal secara berlebihan dan thariqah-thariqah shufiyah telah beredar luas kala itu. Islam telah berkembang pesat dan banyak ‘agamawan’ yang masuk ke dalam Islam. Hal ini ikut pula mempengaruhi sekaligus mewarnai perkembangan wawasan pemikiran.
Ibnu Katsir yang telah ter-sibghah dengan pola pikir gurunya (Ibnu Taymiyah) sangat terwarnai dalam metode karya-karyanya. Sehingga dengan jujur Ia berkata, bahwa metode tafsir yang ia gunakan persis sealur dan sejalur dengan gurunnya Ibnu Taymiyyah. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa tafsir ibnu katsir telah menjadi rujukan kategori tafsir bil-ma’tsur. Yang tentunya hal ini tidak bisa dipisahkan dari metode beliau dalam karyanya.
Untuk lebih jelasnya mari kita analisa beberapa ayat berikut :
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 47 juz 1
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
“ Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat.”
Allah mengingatkan Bani Israil akan nikmat yang dulu diberikan kepada nenek moyang dan pendahulu mereka. Yaitu nikmat keungulan mereka berupa pengangkatan sebagian mereka menjadi rasul, penurunanan Al-Kitab, dan mengunggulkan mereka atas umat lain pada zamannya, sebagaimana Allah berfirman , “ Dan sesunguhnya telah kami pilih mereka dengan pengetahuan (kami) atas bangsa-bangsa.’ ( Ad-Dukhan : 32). Abul Aliyah berkata, “ mereka mendapat keunggulan melalui kerajaan, pra rasul, da kitab-kitab, atas umat lain pada zamannya. Karena pada setiap zaman ada umat yang unggul.
Diriwayatkan dari mujahid dan dari yang lainnya bahwa ayat di atas harus ditafsirkan seperti itu, karena umat ini, yakni umat islam, lebih unggul dari bani israil, berdasarkan firman Alah tenang umat ini, “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan menceah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman , tentulah itu lebih baik bagi mereka.” ( Ali-Imran :110), maka ayat diatas tidak boleh dibelokan unuk mengunggulkan Bnai Israil atas umat-umat yang lain, baik yang sebelum taupun ssesudahnya. Ibrahim yang ada sebelum mereka adalah lebih unggul dar segenap nabi terdahulu. tetapi Muhamad saw. Yang lahir setelah mereka adalah orang yang paling unggul atas semua mahluk, junjungan umat manusia, baik didunia aupun di akhirat. Shalawat, salam dan erkah Allah semoga terlimpah atasnya.
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 210 juz 2
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ
“ Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan Malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.”
Allah Swt. mengancam orang-orang kafir melalui Nabi Muhammad Saw. Untuk itu Dia berfirman:Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210) Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Karena itulah dalam ayat berikutnya Allah Swt. berfirman: dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210)
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
كَلَّا إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى
Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 21-23)
Dan firman Allah Swt.:
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ رَبِّكَ
Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu, atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. (Al-An'am: 158), hingga akhir ayat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadis mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut:
Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya."
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh. Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ"
Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi.
Al-Qur’an surat an-Naba ayat 31-36 juz 30
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (31) حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا (32) وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (33) وَكَأْسًا دِهَاقًا (34) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا كِذَّابًا (35) جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا (36)
31. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, 32. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, 33. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, 34. Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). 35. Di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) Perkataan dusta. 36. Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,
Allah Swt. berfirman, menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia dan pahala apa yang telah disediakan oleh Allah Swt. bagi mereka berupa kehormatan dan kenikmatan yang abadi; untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا}
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan. (An-Naba: 31)
Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak mengatakan, maknamafazan ialah tempat untuk berekreasi. Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa mereka beroleh kemenangan, maka mereka selamat dari neraka. Tetapi pendapat yang jelas dalam hal ini adalah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, karena dalam firman berikutnya disebutkan:
{حَدَائِقَ}
(yaitu) kebun-kebun. (An-Naba: 32)
Maksudnya, taman-taman yang dipenuhi dengan pohon-pohon kurma dan lain-lainnya.
{وَأَعْنَابًا وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا}
dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya. (An-Naba: 32-33)
Yaitu bidadari-bidadari yang sebaya usianya. Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa maknakawa'ib ialah nawahid, yakni bidadari-bidadari yang dadanya montok lagi kencang tidak bergayut, karena mereka masih gadis Iagi berusia remaja semuanya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-Waqi'ah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّشْتَكِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ بْنِ تَيْمٍ الْيَشْكُرِيِّ، حَدَّثَنَا عَطِيَّةُ بْنُ سُلَيْمَانَ أَبُو الْغَيْثِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَاسِمِ بْنِ أَبِي الْقَاسِمِ الدِّمَشْقِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ: أَنَّهُ سَمِعَهُ يُحَدِّثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ قُمُص أَهْلِ الْجَنَّةِ لِتَبْدُوَ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، وَإِنَّ السَّحَابَةَ لَتَمُرُّ بِهِمْ فَتُنَادِيهِمْ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، مَاذَا تُرِيدُونَ أَنْ أُمْطِرَكُمْ؟ حَتَّى إِنَّهَا لَتُمْطِرُهُمُ الْكَوَاعِبَ الْأَتْرَابَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Abdur Rahman Ad-Dustuki, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Abu Sufyan alias Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Tayyim, telah menceritakan kepada kami Atiyyah ibnu Sulaiman alias Abul Gais, dari Abu Abdur Rahman Al-Qasim ibnu Abul Qasim Ad-Dimasyqi, dari Abu Umamah, bahwa ia pernah mendengarnya menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya baju-baju gamis ahli surga benar-benar menampilkan keridaan Allah (kepada mereka), dan sesungguhnya awan benar-benar melewati mereka, lalu berseru kepada mereka, "Hai Ahli Surga, apakah yang ingin aku turunkan kepada kalian?” Sehingga sesungguhnya awan surga itu benar-benar menghujani mereka dengan gadis-gadis remaja yang sebaya usianya.
Allah Swt. berfirman:
{وَكَأْسًا دِهَاقًا}
dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). (An-Naba: 34)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang penuh-penuh lagi berturut-turut. Menurut ikrimah, makna yang dimaksud ialah yang jernih minumannya.
Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang penuh (berisi minuman). (An-Naba: 34) Yakni penuh berisi minuman lagi menyenangkan. Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan berturut-turut.
Firman Allah Swt.:
{لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا كِذَّابًا}
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. (An-Naba: 35)
Semakna dengan firman-Nya:
لَا لَغْوٌ فِيها وَلا تَأْثِيمٌ
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. (Al-Waqi'ah: 25)
Yaitu di dalam surga tidak terdapat perkataan yang sia-sia tiada faedahnya, tidak pula perkataan yang berdosa (yakni dusta), bahkan surga adalah negeri kesejahteraan, dan semua yang ada di dalamnya bebas dari segala bentuk kekurangan.
Firman Allah Swt.:
{جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا}
Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. (An-Naba: 36)
Semua yang telah disebutkan di atas merupakan balasan dari Allah yang diberikan-Nya kepada mereka sebagai karunia, kebaikan, dan rahmat-Nya kepada mereka.
{عَطَاءً حِسَابًا}
dan pemberian yang cukup banyak. (An-Naba: 36)
Yakni yang cukup, sesuai, utuh, lagi banyak. Orang Arab mengatakan A'tanifa-ahsabani, yakni dia memberiku dengan pemberian yang cukup banyak. Dan termasuk ke dalam pengertian ini ucapan Hasbiyallah, yang artinya 'cukuplah Allah sebagai Pelindungku'.
Dari penafsiran diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa metode yang digunakan Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an. Pendeknya, Ia menjelaskan satu ayat dengan ayat yang lain, karena dalam satu ayat di ungkapkan dengan abstrak (mutlak) maka pada ayat yang lain akan ada pengikatnya (muqayyad). Atau pada suatu ayat bertemakan umum (’âm) maka pada ayat yang lain di khususkan (khâsh). Ibnu Katsir menjadikan rujukan ini berdasarkan sebuah ungkapan, “bahwa cara yang paling baik dalam penafsiran, adalah menafsirkan ayat dengan ayat yang lain”. Pada contoh diatas yaitu surat al-Baqarah ayat 47, al-Baqaah ayat 210 serta an-Naba ayat 35, Ibnu Katsir menyitir ayat al-Qur’an ang lain untuk lebih jelas menafsirkannya.
Menafsirkan al-Qur`an dengan Sunnah (Hadits). Ibnu Katsir menjadikan Sunnah sebagai referensi kedua dalam penafsirannya. Bahkan dalam hal ini, Ibnu Katsir tidak tanggung-tanggung untuk menafsirkan suatu ayat dengan berpuluh-puluh hadits –bahkan mencapai 50 hadits – kasus ini bisa dilihat ketika menafsirkan surat al-Isrâ. Adapun pada contoh diatas terdapat pada surat al-Baqarah ayat 210.
Tafsir Qur`an dengan perkataan sahabat. Ibnu Katsir berkata, jika kamu tidak mendapati tafsir dari suatu ayat dari al-Qur`an dan Sunnah, maka jadikanlah para sahabat sebagai rujukannya, karena para sahabat adalah orang yang adil dan mereka sangat mengetahui kondisi serta keadaan turunnya wahyu. Ia menjadikan konsep ini berdasarkan beberapa riwayat, di antaranya atas perkataan Ibnu Mas’ud: “demi Allah tidak suatu ayat itu turun kecuali aku tahu bagi siapa ayat itu turun dan di mana turunnya. Dan jika ada seseorang yang lebih mengetahui dariku mengenai kitab Allah, pastilah aku akan mendatanginya“. Juga riwayat yang lain mengenai didoakannya Ibnu Abbas oleh Rasululllah saw, “ya Allah fahamkanlah Ibnu Abbas dalam agama serta ajarkanlah ta’wil kepadanya“. Kita dapat melihat pada surat an-Naba ayat 31 beliau menukil perkataan Ibnu Abbas.
Menafsirkan dengan perkataan tabi’in. Cara ini adalah cara yang paling akhir dalam cara menafsirkan Al-Qur`an dalam metode bil-ma`tsur. Ibnu Katsir merujuk akan metode ini, karena banyak para ulama tafsir yang melakukannya, artinya, banyak ulama tabi’in yg dijadikan rujukan dalam tafsir. Seperti perkataan ibnu Ishaq yang telah menukil dari Mujahid, bahwa beliau memperlihatkan mushaf beberapa kali kepada Ibnu Abbas, dan ia menyetujuinya. Sufyan al-Tsauri berkata, “jika Mujahid menafsirkan ayat cukuplah ia bagimu”. Selain Mujahid, di antara ulama tabi’in adalah Sa’id bin Jabir, Ikrimah, Atha’ bin Rabah, Hasan al-Bashri, Masruq bin al-Ajdi, Sa’id bin Musayyab, Abu al-’aliyah, Rabi’ bin Anas, Qatadah, al-Dahhaak bin Muzaahim Radliyallahu ‘anhum. Kita dapat melihat pada surat al-Baqarah ayat 47 beliau menukil perkataan Mujahid.
Sikapnya terhadap Israiliyat
Sikap Ibnu Katsir dalam israiliyat sama dengan gurunya Ibnu Taymiyyah, akan tetapi dia lebih tegas sikapnya dalam menghadapi masalah ini. Sebagaimana ulama yang lain, Ibnu Katsir mengklasifikasikan israiliyat ke dalam tiga jenis.Pertama, riwayat yang shahih dan kita harus meyakininya. Pendeknya, riwayat israiliyat tersebut sesuai (baca: ada) dengan apa yang di ajarkan oleh syari’at Islam. Kedua, riwayat yang bersebrangan dengan Islam, berarti kewajiban untuk ditolak, karena riwayat ini adalah riwayat dusta. Ketiga, riwayat yang tawaquf ditangguhkan. Hal ini menuntut sikap untuk tidak meyakini 100 % dan menolak 100%. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “kabarkanlah oleh kamu tentang bani Israil karena hal itu tidak mengapa bagi kamu…“. Dan hadits lain, “janganlah kamu sekalian membenarkan mereka, juga jangan mendustakan mereka”. Untuk point pertama dan kedua ibnu Katsir sepakat dengan ulama yang lain tapi untuk point ketiga Ibnu Katsir kurang sepakat dalam tatanan realitanya. hal ini bisa kita cermati, ketika beliau banyak mengedepankan tentang larangan periwatan israiliyat yang Ia suguhkan dalam metode tafsirnya.
Begitu pula, Ia banyak melontarkan kritik terhadap riwayat israiliyat, karena riwayat ini kurang mempunyai faidah baik itu dalam permasalah keduniaan maupun problematika keagamaan. Berbagai trik Ia gunakan dalam menghadapi riwayat ini. Seperti, tidak menyebutkan riwayat ini atau, kalaupun ia ungkapkan ia sandarkan kepada orang yang mengatakannya. Lalu ia diskusikan dan menjelaskan kelemahan serta sisi kekurangan riwayat ini
Referensi tafsirnya
Setelah diteliti oleh muhaqqiq dalam bidang tafsir dan hadits, tafsir Ibnu Katsir sangat ilmiah dan kaya dengan referensi yang sulit di dapat. Bahkan sekarang ada beberapa jenis referensi yang sudah tidak ada dan sangat sulit dicari. Betapa karya ini kaya dengan ilmu yang menyimpan mutiara-mutiara berharga, karena Ibnu Katsir menjadikan referensi karyanya yang diambil dari berbagai disiplin ilmu, Baik itu tafsir, ilmu tafsir, hadits, ilmu-ilmu hadits, lughah, sejarah, fiqh, ushul fiqh, bahkan geografi. Dari hasil penelitian, tafsir ibn katsir menjadikan rujukannya tidak kurang dari 241 referensi yang terkumpul dari berbagai disiplin ilmu. Dari jumlah itu bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
Kutub al-muqaddasah; al-qur`an, at-taurat dan injil.
Tafsir dan ilmunya, tidak kurang dari 36 judul buku dari berbagai pengarang.
Hadits, syarh hadits dan ilmu-ilmunya terdiri dari 71 judul buku dari berbagai pengarang.
Fiqh dan ilmu ushul fiqh yang terhipun dari 32 judul buku.
Sejarah tidak kurang dari 25 judul buku.
Bahasa dan disiplin ilmunya 4 judul buku.
Kategori berbagai disiplin ilmu terdiri dari 44 judul buku.
Kategori karya umum: 7 judul buku.
Naql langsung dari guru-guru ibn katsir.
Kategori umum yang tidak bisa dilacak kurang lebih 13 jenis.
Komentar para ulama
Dalam hal ini Rasyid Ridha berkomentar “ Tafsir ini merupakan tafsir paling masyhur yang memberian perhatian besar pada riwayat-riwayat dari para mufassir salaf, menjelaskan mana-mana ayat dan hukumnya, menjauhi pembahasan masalah I’rab dan cabang-cabang balaghah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh kebanyakan mufassirin, menghindar dari pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam memahami al-Qur’an secara umum atau hukum dan nasihat-nasihatnya secara khusus.”. Imam Suyuthi (w.911) berkata mengenai tafsir ibnu katsir, “lam yu-laf ‘alâ namthihi mitsluhu“( belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya).
Keistimewaan metodologi Tafsir Ibnu Katsir
Keistimewaan tafsir Ibnu Katsir ini bisa kita jabarkan ke dalam beberap point;
Pertama, nilai (isi) tafsir tersebut tidak hanya tafsir atsari saja (bilma’tsur), yang menghimpun riwayat serta khabar. Tapi beliau juga menghimpun referensi yang lain.
Kedua,menghimpun ayat-ayat yang serupa dengan menjelaskan rahasia yang dalam dengan keserasiannya, keselarasan lafadnya, kesimetrisan uslubnya serta keagungan maknanya.
Ketiga, menghimpun hadits dan khabar baik itu perkataan sahabat dan tabi’in. Dengan menjelaskan derajat hadits atau riwayat tersebut dari shahih dan dla’if, dengan mengemukakan sanad serta mata rantai rawi dan matannya atas dasar ilmu jarh wa ta’dîl. Pada kebiasaannya dia rajihkan aqwal yang shahih dan menda’ifkan riwayat yang lain.
Keempat, keterkaitan tafsir ini dengan pengarangnya yang mempunyai kafabilitas mumpuni dalam bidangnya. Ibnu Katsir ahli tafsir, tapi diakui juga sebagai muhaddits, sehingga dia sangat mengetahui sanad suatu hadits.
Oleh karenanya, ia menyelaraskan suatu riwayat dengannaql yang shahih dan akal sehat. Serta menolak riwayat yang munkar dan riwayat yang dusta, yang tidak bisa dijadikan hujjah baik itu di dunia ataupun di akhirat kelak.
Kelima, jika ada riwayat israiliyat Ia mendiskusikannya serta menjelaskan kepalsuannya, juga menyangkal kebohongannya dengan menggunakan konsep jarh wa ta’dil. Keenam, mengekspresikan manhaj al-salâfu al-shaleh dalam metode dan cara pandang, sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Kelemahan-kesalahan Wajar dalam Tafsir Ibnu Katsir
Dari analisa di atas, menurut saya terdapat beberapa kekurangan dalam penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan Ibnu Katsir, yaitu diantaranya kurang membahas masalah I’rab dan ketatabahasaan dalam menafsirkan aat-ayat dalam Al-Qur’an. Dari hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari ualama al-Azhar terdapat beberapa catatan yang mengungkapkan adanya kesamaran dalam karyanya yaitu
Memang catatan yang ditujukan kepada tafsir ini tidak mengurangi keilmiahan dan nilai tafsir ini -insya Allah-. Dalam hal ini, catatan tersebut di uraikan sebagai berikut:
Kesalahan dalam penyandaran. Contohnya, dalam tafsir surat Âli ‘Imrân:169. Ia menyebutkan riwayat Ahmad; tsana Abdul Samad, tsana Hamâd, tsana Tsabit, ‘an Anas marfû’an, “mâ min nafsin tamûtu laha…” al-hadits. Ibn katsir berkata, “tafarrada bihi muslim min tharîq Hamâd“. Hadits ini dikeluarkan oleh imam Muslim dari jalan Humed dan Qatadah dari Anas. Imam Muslim tidak mengeluarkan hadits ini dari Tsabit melalui jalur Anas. Sebenarnya yang meyendiri itu adalah riwayat Ahmad, “tafarrada bihi ahmad min tharîq Hamâd“.
Kesalahan dalam nama sahabat yang meriwayatkan hadits, atau penyandaran hadits kepada sahabat, padahal tidak terdapat hadits sahabat tersebut dalam bab ini. Seperti, tafsir surat yusûf:5. Dalam penafsiran surat ini, Ia mengungkapkan hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dan sebagian Ahli Sunan dari Muawiyyah ibn Haydah al-Qusyayrî sesungguhnya dia berkata, Rasulullah bersabda, “al-Ru`ya ‘alâ rajuli thâ`ir mâ lam tu’bar…..“. Seperti inilah yang tertera dalam musnad Muawiyyah ibn Haydah yang diriwayatkan oleh imam Ahmad. Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi dan Ibn Majah serta yang lainnya meriwayatkan hadits dari Abi Rizin al-’Uqayli. Padahal hadits ini tidak diriwayatkan dari Muawiyyah, melainkan dari Abi Rizin al-’Uqayli.
Kesalahan dalam mata rantai sanad. Contoh, tafsir surat al-An’am:59 dari ibn Abi Hâtim dengan sanadnya kepada malik ibn Sa’îr, tsnâ al-A’mas, dari Yazid ibn Abi Ziyad dari Abdullah ibn al-Harits dia berkata, “mâ fî al-ardli min syajaratin….“. ibn Katsir berkata, seperti inilah ibn Jarir meriwayatkan (11/13308), Ziyad ibn Yahya al-Hasani Abu al-Khathab. Sementara dalam tafsir ibn katsir di dapati bahwa yang meriwayatkan itu, Ziyad ibn Abdullah al-Hasani abu al-Khatab. Ini jelas keliru, karena riwayat yang sebenarnya ialah Malik ibn Sa’ir melalui jalan Ziyad ibn Yahya al-Hasani abu al-Khatab dari Ziyad.
Kurang menyentuh dalam menyandarkan riwayat. Contoh, sebagaimana yang Ia ungkapkan dalam menafsirkan surat Âli ‘Imrân:180. Ia mengemukakan hadits, “lâ ya`ti al-rajulu mawlâhu fayas`aluhu…“. Ibn Katsir merasa cukup menyandarkan dalam periwayatannya kepada ibn Jarir dan Ibn Mardaweh. Padahal, hadits ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud, Nasâ`i dan yang lainnya, yang lebih utama untuk di sandarkan.
Lupa dalam menukil beberapa perkataan ulama. Contonya, tafsir surat al-A’raf:8. Ia menyebutkan hadits riwayat imam Tirmidzi. Imam Tirmidzi mengomentari hadits ini dengan ungkapan, “rawâhu tirmidzi wa shahhahahu“. Padahal yang sebenarnya ialah, “rawahu tirmidzi wa qâla, hadza al-hadîts hasan gharîb“.
Ibnu Katsir sebagai sosok ulama yang saleh telah meninggalkan karya yang sangat bermanfaat sekali. lontaran keilmuan yang ia lontarkan, merupakan gayung bersambut dari amanah yang telah diembankan kepada ummat. Itulah salah satu tanggung jawab yang ia kontribusikan kepada kita. Metode serta cara berpikirnya telah memperlihatkan dan mempersembahkan metode yang dijadikan standar dalam penelitian, dan senantiasa dijadikan tolak ukur.
Dalam penelitian yang sederhana ini kami dapat menyimpulkan bahwa tafsir Ibnu Katsir merupakan tafsir yang menggunakan metodologi bil ma’tsur, bahkan merupakan tafsir bil ma’tsur yang mendapatkan predikat termasyhur kedua setelah tafsir at- Thabari.
Tafsir ini memiliki banyak keunggulan diantaranya yaitu kehati-hatian Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, terlebih kaitannya dengan Hadits atau Khabar yang kurang tsiqah. Beliau mencoba sejauh mungkin untuk menghindarinya. Begitupun dengan Israilliyat.
Tidak ada gading yang tidak retak, begitupun dalam tafsir ini. Sebagai buah karya dari manusia biasa, tentu saja dalam tafsir ini ada kekurangannya yaitu kurangnya pembahasan mengenai i’rab dan tatabahasa dalam penafsiran ayat, dan disamping ada beberapa kekeliruan diatas. Tetapi ini tidak mengurangi kualitas tafsir ini.
Akhirnya semoga apa yang telah saya usahakan dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat memotivasi kita untuk lebih mentadaburi Al-Qur’an. Atas kekurangannya saya mohon maaf.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
SAYA INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA ORANG BAHWA
BalasHapusMUNKIN AKU ADALAH ORANG YANG PALING MISKIN DIDUNIA
DAN SAYA HIDUP BERSAMA SUAMI YANG SAKIT-SAKITAN DAN 3 BUAH
HATI SAYA SELAMA 10 TAHUN DAN 10 TAHUN ITU KAMI TIDAK
PERNAH MERASAKAN YANG NAMANYA KEMEWAHAN,,
SETIAP HARI SAYA SELALU MEMBANTIN TULANG
UNTUK KELUARGA SAYA NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH
CUKUP UNTUK KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA SAYA..
AKHIRNYA AKU PILIH JALAN TOGEL INI DAN SUDAH BANYAK
PARA NORMAL YANG SAYA HUBUNGI NAMUN ITU SEMUA TIDAK
PERNAH MEMBAWAKAN HASIL DAN DISITULAH AKU SEMPAT
PUTUS ASAH AKHIRNYA ADA SEORANG TEMAN YANG
MEMBERIKAN NOMOR AKI KORO,,SAYA PIKIR TIDAK
ADA SALAHNYA JUGA SAYA COBA LAGI
MENGHUBUNGI KI KORO DAN AKHIRNYA AKI KORO MEMBERIKAN
ANKA GHOIBNYA DAN ALHAMDULILLAH BERHASIL..
KINI SAYA SANGAT BERSYUKUR MELIHAT KEHIDUPAN
KELUARGA SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA,
DAN TANDA TERIMAH KASIH SAYA KEPADA AKI KORO SETIAP
SAYA DAPAT RUANGAN PASTI SAYA BERKOMENTAR TENTAN
BELIAU BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN CALL | +6285222846347 <>HBG | 085222846347 SAYA SUDAH BUKTIKAN SENDIRI ANGKA GHOIBNYA DEMIH ALLAH DEMI TUHAN...INI KISAH NYATA DARI SAYA,terima kasih........!!!
KUNJUNGI BLOG AKI KORO SILAKAN
KLIK RAMALAN TOGEL 4D 5D 6D
TERSEDIA: +6285222846347
JUAL TUYUL PESUGIHAN
PESUGIHAN UANG GAIB
SAYA INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA ORANG BAHWA
MUNKIN AKU ADALAH ORANG YANG PALING MISKIN DIDUNIA
DAN SAYA HIDUP BERSAMA SUAMI YANG SAKIT-SAKITAN DAN 3 BUAH
HATI SAYA SELAMA 10 TAHUN DAN 10 TAHUN ITU KAMI TIDAK
PERNAH MERASAKAN YANG NAMANYA KEMEWAHAN,,
SETIAP HARI SAYA SELALU MEMBANTIN TULANG
UNTUK KELUARGA SAYA NAMUN ITU SEMUA TIDAK PERNAH
CUKUP UNTUK KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA SAYA..
AKHIRNYA AKU PILIH JALAN TOGEL INI DAN SUDAH BANYAK
PARA NORMAL YANG SAYA HUBUNGI NAMUN ITU SEMUA TIDAK
PERNAH MEMBAWAKAN HASIL DAN DISITULAH AKU SEMPAT
PUTUS ASAH AKHIRNYA ADA SEORANG TEMAN YANG
MEMBERIKAN NOMOR AKI KORO,,SAYA PIKIR TIDAK
ADA SALAHNYA JUGA SAYA COBA LAGI
MENGHUBUNGI KI KORO DAN AKHIRNYA AKI KORO MEMBERIKAN
ANKA GHOIBNYA DAN ALHAMDULILLAH BERHASIL..
KINI SAYA SANGAT BERSYUKUR MELIHAT KEHIDUPAN
KELUARGA SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA,
DAN TANDA TERIMAH KASIH SAYA KEPADA AKI KORO SETIAP
SAYA DAPAT RUANGAN PASTI SAYA BERKOMENTAR TENTAN
BELIAU BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN CALL | +6285222846347 <>HBG | 085222846347 SAYA SUDAH BUKTIKAN SENDIRI ANGKA GHOIBNYA DEMIH ALLAH DEMI TUHAN...INI KISAH NYATA DARI SAYA,terima kasih........!!!
KUNJUNGI BLOG AKI KORO SILAKAN
KLIK RAMALAN TOGEL 4D 5D 6D
TERSEDIA: +6285222846347
JUAL TUYUL PESUGIHAN
PESUGIHAN UANG GAIB