Tak seorang pun pernah tercatat dalam sejarah mampu menaklukkan Afrika Utara dalam waktu kurang dari satu dekade, kecuali Uqba bin Nafi. Karena itu, tak berlebihan jika julukan ''Penakluk Afrika'' tersemat pada dirinya.
Afrika Utara adalah kawasan yang wilayahnya membentang luas mulai dari timur hingga barat. Sejarah mencatat, seorang panglima Muslim mampu menguasai wilayah nan luas itu. Dialah Uqba bin Nafi.
Uqba bin Nafi menaklukkan Afrika Utara pada paruh kedua di abad pertama Hijriyah. Wilayah yang berhasil ia taklukkan meliputi Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko hingga ke pantai Atlantik, kecuali Mesir yang ditaklukkan Amr bin al-Ash.
Uqbah bin Nafi' bin Abdil Qais Al-Fihri Al-Quraisy, seorang panglima dan penakluk tanah Afrika. Ia dilahirkan di Makkah pada tahun 1 sebelum Hijriyah atau pada tahun 622 M. Dikenal sebagai "Mrank Afrika" atau sebagai Penakluk Afrika. Ia dilahirkan pada masa-masa Rasulullah masih hidup yaitu pada tahun pertama sebelum Hijrahnya beliau ke Madinah. Ibunya berasal dari kabilah Muiz dari Bani Rabi'ah. Ini artinya bahwa Ibunya termasuk dari kaum Adnan yang telah masuk Islam, oleh karena itu Uqbah hidup dan tumbuh dalam lingkungan Islam, ia juga merupakan seorang sahabat Nabi karena hidup pada masa Nabi, iapun juga masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Amr bin Al-Ash dari pihak ibu. Bapaknya Nafi' bin Abdil Qais adalah seorang pemuka Makkah dan salah satu pahlawannya. Dan, nama Uqbah ini disematkan hanya kepada sedikit dari para pahlawan pemberani. Uqbah berasal Bani Fihr, yang terkenal masyarakatnya pandai menaiki kuda dan berani.
Masa Pertumbuhannya Dan Karirnya
Lingkungan keislaman yang kuat serta tabiat militer dalam keluarganya sangat kuat membentuk dirinya menjadi pribadi prajurit yang sejati. Uqbah lahir pada masa Rasulullah masih hidup, dan ia bisa disebut sahabat karena hidup pada masa rasulullah, walaupun belum pernah menemani rasul. Ada yang mengatakan bahwa ia pernah menemani rasul, akan tetapi pendapat ini tidak mempunyai hujjah yang pasti.
Adapun bakat kemiliteran dalam jiwanya adalah turunan dari keluarganya (bani Fahr). Pada masa lalu (masa jahiliyah) Bani Fahr masyhur dengan keahlianya dan kelincahanya dalam peperangan. Dan bani Fahr ini menjadi sangat berjasa dalam masa-masa penaklukan, ialah Amru bin Ash panglima yang paling terkenal dari bani Fahr dan menjadi simbol dalam penaklukan-penaklukan negara Islam. Uqbah bin Nafi' ikut juga ikut serta kedalam pasukan Amr bin Al-Ash disaat penaklukan Mesir, karena kegigihan dan keberaniaannya maka Amr bin Al-Ash pun mengirimnya ke negri Nobi untuk membebaskannya, disana Uqbah mendapatkan perlawanan yang keras dan sengit dari orang-orang Nobi. Lalu Amr menugaskannya untuk memimpin patroli pengintaian untuk mempelajari kemungkinan membuka daerah Afrika Utara dan mengamankan batas wilayah barat dan selatan Mesir melawan serangan Romawi dan para sekutunya Barbar.
Kedekatannya dengan penakluk Mesir, Amr bin al-Ash, ia dapatkan dari garis keturunan ibunya. Amr bin al-Ash adalah paman Uqba yang juga mewariskan darah pejuang dalam dirinya. Uqba selalu mengikuti dan menemani ayahnya selama masa kampanye Amr bin al-Ash di Mesir.
Setelah penaklukan Mesir, Amr bin al-Ash kemudian mengirim Uqba untuk menaklukkan wilayah barat. Pada 50 H, Uqba memimpin pasukan Muslim ke Afrika Utara dengan melintasi padang pasir Mesir. Dalam perjalanannya, ia mendirikan sejumlah pos militer, salah satunya di wilayah yang kini dikenal sebagai Tunisia.
Di Tunisia pula ia membangun sebuah kota bernama Kairouan yang terletak di 160 kilometer arah selatan sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Tunis, ibu kota Tunisia. Uqba menggunakan Kairouan sebagai pos utama untuk operasi-operasi selanjutnya.
Pos-pos militer yang didirikan Uqba ini membentang sepanjang ratusan mil tanpa ada konfrontrasi (perlawanan) yang berarti dari masyarakat setempat. Setelah melintasi wilayah Tunisia, Libya, Aljazair, dan Maroko, ia pun berhasil mencapai pesisir Samudra Atlantik dengan penuh kemenangan.
Pada 55 H, Uqba diberhentikan oleh Amir Muawiyah. Dengan lapang dada, Uqba menerima pemberhentiannya dan menyerahkan komando pasukan kepada Abu Mahajer Dinar. Namun, pada 62 H, Uqba lagi-lagi ditunjuk sebagai komandan pasukan untuk wilayah Maghribi, yang kini meliputi sejumlah negara di Afrika Utara, yakni Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya.
Menurut sebuah legenda, salah satu tentara Uqba pernah menemukan emas terkubur dalam pasir di wilayah ini. Emas tersebut dipercaya sebagai sebuah benda berharga yang pernah hilang di Makkah. Ketika tanah berpasir itu digali, terpancarlah air yang diyakini berasal dari sumber yang sama dengan mata air zamzam.
Uqba bersama pasukannya juga melakukan perjalanan ke arah barat hingga mencapai Tahert. Tahert adalah daerah pertahanan tentara Romawi yang kala itu sedang bersiap siaga mengadang pasukan Uqba. Padahal, Uqba hanya membawa pasukan dalam jumlah kecil dan jauh dari pangkalan logistik.
Namun, pidato inspiratif Uqba sesaat sebelum perang berhasil membakar semangat pasukan berjumlah kecil itu. Setelah berjuang mati-matian, mereka pun akhirnya mampu mengalahkan musuh. Uqba pun memacu kudanya menuju Samudra Atlantik.
Momen kemenangan
Banyak sejarawan mengisahkan, kemenangan tersebut menjadi saat-saat paling berkesan bagi Uqba. Salah satu sejarawan dari Andalusia, Ibnu Idhari al-Marrakushi, menceritakan dengan dramatis momen-momen kemenangan Uqba di dalam bukunya Al-Bayan al-Mughrib fi akhbar al-Andalus.
Setelah memenangi pertempuran dan mencapai Pantai Atlantik, Uqba berseru: ''Ya Allah yang menjadi saksi, aku telah membawa pesan-Mu hingga pengujung daratan. Jika samudra tidak membatasi jalanku, aku akan melanjutkan perjuangan melawan orang-orang kafir dan menegakkan iman hingga tidak ada lagi yang disembah kecuali Engkau."
Setelah kemenangan besarnya atas tentara Romawi, Uqba kembali ke pangkalannya di Kairouan. Ketika sampai di Tanja, ia menyebar kekuatannya dan membawa 300 orang prajurit bersamanya. Kondisi itu menjadi peluang bagi lawan untuk menyerang Uqba kembali.
Pimpinan tentara Berber, Kusaila, yang sebelumnya memeluk Islam kemudian berpaling dan bergabung dengan pasukan Roma. Pasukan besar Roma dan Berber ini pun bersekongkol untuk menyerang Uqba.
Dalam keadaan terjepit, Uqba pun memantapkan dirinya untuk berjuang di jalan Allah SWT melawan musuh. "Saya ingin mati syahid,'' ujar Uqba. Tekad serupa juga diserukan Abu Mahajer Dinar. "Aku juga ingin mati syahid," ujarnya.
Mereka pun lalu bahu-membahu dan bertempur dengan gagah berani. Takdir pun menggariskan, kedua panglima itu bersama 300 prajuritnya yang gagah berani mati syahid. Ubqa wafat di samping Abu Mahajer.
Jenazah mereka dimakamkan di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Sidi Uqba di Aljazair. Untuk menghormati para pejuang Muslim ini, masyarakat setempat membangun sebuah masjid di tempat tersebut. Hingga saat ini, keturunan Uqba masih ada dan tersebar di wilayah yang membentang antara Danau Chad hingga Pantai Mauritania. Beberapa keturunan Uqba dikenal dengan sebutan Ouled Sidi Ukba.
Kembalinya Sang Singa
Setelah Muawiyah wafat dan Khilafah digantikan oleh anaknya Yazid bin Muawiyah, Khalifah mengembalikan lagi posisi Uqbah sebagai panglima pasukan pada tahun 62 H/682 M, dan Khalifah mengangkatnya sebagai wali di Magrib, lalu Uqbah menuju ke Qairuwan. Singa yang buas, Uqbah bin Nafi' kembali memimpin Jihad di negri Magrib. Dan Abu Muhajir berpindah ke barisan tentara mendukung kepemimpinan Uqbah bin Nafi', kemudian Uqbah meneruskan penaklukan yang telah dilakukan oleh Abu Muhajir. Disaat pasukannya telah sampai didepan pintu kota Tangier, Abu Muhajir mengatakan kepada Uqbah bahwa kota ini adalah kota Kasilah bin Lumzum, seorang Nasrani yang telah masuk Islam pada masa kepemimpinannya. Namun Uqbah tidak begitu saja percaya dan meneruskan penaklukannya kewilayah Tangier dan sekitarnya. Lebih-lebih Romawi memiliki banyak pasukan yang ditempatkan di Magrib Tengah (Wilayah Al-Jazair).
Topan Yang Menghancurkan
Uqbah dan tentaranya berangkat dari Qairuwan tanpa ada seorang atau tentara satupun yang berani menghadang. Semuanya melarikan diri dari hadapan mereka. Ketika ada satu pasukan yang berani melakukan perlawanan, Uqbah dan pasukannya menyambar mereka seperti halilintar yang membakar. Uqbah membuka kota Baghayah, kemudian mereka berhenti di kota Tlemecen, yaitu salah satu kota terbesar di Magrib Tengah. Kota itu bercokol tentara Romawi yang sangat banyak jumlahnya juga orang-orang kafir Barbar. Melihat itu Uqbah lalu mempersiapkan pasukannya, diiringi dengan teriakan Takbir yang saling saut bersautan, maka terjadilah perang yang cukup sengit diantara kedua pasukan. Dalam peperangan itu pasukan Romawi dan Barbar menunjukan keberanian dalam menghadapi maut, hari itu merupakan hari yang sulit bagi Kaum Muslimin, sehingga Allah menurunkan pertolongannya kepada mereka. Pasukan musuh akhirnya berhasil di sudutkan hingga mundur ke daerah Az-Zab.
Uqbah lalu mencari tahu tentang kekuatan kota Zab sebelum melakukan persiapan penyerangan, dari sana diketahui bahwa kota Zab memiliki empat daerah yang cukup besar dan strategis. Yang pertama adalah daerah yang ditempati oleh raja wilayah itu, disekitar kota itu terdapat tiga ratus enam desa yang sudah dibangun. Uqbah lalu membuka daerah itu dan menaklukan desa-desanya, para pasukan Romawi yang berjaga di tempat itu tidak mampu menahan laju Uqbah dan pasukannya yang menyerangnya secara bertubi-tubi, hati mereka seakan menahan beban ketakutan yang luar biasa, saking besarnya rasa takut itu membuat mereka tidak mampu menampakan diri mereka di hadapan pasukan Muslimin dan memilih untk lari seperti tikus yang melihat seekor kucing. Setelah berhasil menaklukan daerah pertama, Uqbah lalu melanjutkan ke daerah Taharat. Melihat itu pasukan Romawi meminta bantuan kepada suku Barbar yang menyembah patung-patung, dan mereka bergabung dengan suku itu untuk menahan laju kaum muslimin yang seakan tidak sabar untuk membuka semua kota di Afrika. Mengetahui hal itu, Uqbah lalu berdiri menyampaikan Khutbah dihadapan tentaranya dengan kata-kata yang kuat mencerminkan risalah seorang pejuang dijalan Allah, "Wahai manusia, sesungguhnya orang yang paling mulia dan terpilih diantara kalian adalah orang-orang yang Allah ridha terhadap mereka , dan Allah telah turunkan kepada mereka Kitab-Nya. Berbaitlah kepada Rasulullah dengan penuh keridhaan untuk memerangi orang-orang yang kafir kepada Allah sampai pada hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang paling mulia diantara kalian dan orang-orang yang lebih dahulu dari pada kalian dalam berbaiat. Mereka telah menjual diri mereka kepada Allah semesta alam untuk mendapatkan keuntungan yang besar, yaitu surga-Nya. Kalian sekarang berada di negri yang asing, tapi sesungguhnya kalian telah bertransaksi dengan Tuhan semesta alam. Dia melihat kalian di tempat ini, dan kalian tidak datang ketempat ini selain untuk mencari keridhaan-Nya, mengagungkan Agama-Nya, maka berbahagialah, ketika musuh begitu banyak dihadapan kalian, janganlah kalian gentar ataupun takut, karena mereka akan takluk di kaki-kaki kalian jika Allah menghendaki. Tuhan kalian tidak akan menyerahkan kalian, maka kalahkan mereka dengan hati yang bersungguh-sungguh, karena sesungguhnya Allah telah menjadikan ketakutan bersarang di hati-hati para pendosa." kata-kata ini telah mengobarkan semangat pasukannya, dan telah memberikan pelajaran yang berharga untuk generasi setelahnya mengenai hakikat dakwah seorang pejuang.
Pekikan takbir melaung-laung di cakrawala, "Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!" membuat semakin takut dan gentar pasukan Romawi yang didukung suku Barbar, mereka merasa bahwa mereka bukan hanya sedang melawan satu pasukan muslim, tetapi mereka sedang melawan satu kekuatan besar yang tidak mungkin mereka kalahkan. Mata-mata pasukan muslimin begitu merah menyala seakan membakar tubuh musuh-musuhnya, satu perintah panglimanya saja akan mampu membumi hanguskan seluruh pasukan musuh yang ada di depannya, inilah klimaks semangat jihad kaum muslimin. Pekikan dan teriakan takbir mereka saja sudah mampu untuk meruntuhkan mental pasukan Romawi dan pendukungnya. Maka bertemulah kedua pasukan itu di medan pertempuran, para panglima Romawi berusaha menaikan kembali moral pasukannya namun hal itu sudah terlambat, pasukan Muslim menyerang bagaikan satu pasukan yang haus akan darah, meyabet seluruh pasukan Romawi dengan garangnya hingga akhirnya pasukan Romawi dan sekutunya berhasil dikalahkan dan pertempuranpun dimenangkan oleh pasukan Muslimin. Setelah itu Uqbah melanjutkan perjalanannya hingga sampailah ia di depan kota Tangier, disana salah seorang pemimpin pasukan Romawi yang bernama Julian menyatakan ketundukannya kepada Uqbah dan bersedia membayar Jizyah. Lalu Uqbah bertanya kepada Julian mengenai rencana pembukaan Andalusia. Julian berkata, "Apakah anda akan membiarkan orang-orang kafir Barbar berada di belakang anda dan mengancam kemegahan anda disaat anda sedang berada di Eropa?" Uqbah bertanya, "Dimanakah orang-orang kafir Barbar?" Mereka ada di negri Sous, mereka adalah orang-orang yang pemberani dan suka menolong" Lalu Uqbah bertanya lagi, "Apa agama mereka?" "Mereka tidak memiliki agama karena mereka kaum Majusi," Jawab Julian.
Kemudian Uqbah mengarahkan pasukannya menuju negri Sous, bagaikan topan yang menerjang dan menyapu bersih setiap kotoran yang ada di hadapannya, ia menerobos segala penjuru negri ini dan mengalahkan setiap pasukan Barbar yang ia temui hingga akhirnya ia sampai di Samudera Atlantik, dengan hati yang sungguh-sungguh ia berkata, "Ya Rabb, jika tidak ada samudera ini, sungguh aku akan melewati negri ini untuk berjuang di jalan-Mu, Ya Allah, saksikanlah bahwa aku telah mencurahkan seluruh tenaga, jika tidak ada lautan ini, sungguh aku akan memerangi orang-orang yang mendustakan-Mu sampai tidak ada seorangpun menyembah selain-Mu."
Syahidnya Sang Pahlawan
Uqbah telah mampu mewujudkan tujuannya dalam gerakan pembukaan Islam di Utara Afrika, Kabilah Barbar telah tunduk kepadanya. Uqbah telah menciptakan ketakutan yang luar biasa di dalam dada-dada para penjajah. Setelah selesai menaklukan wilayah Afrika Utara, ia memutuskan untuk kemabali ke Qairuwan. Ketika sampai di Tangier ia memberi izin kepada pasukannya untuk berpencar dan maju ke arah Qairuwan secara berkelompok-kelompok, karena ia percaya akan apa yang didapatkan dari musuhnya berupa keundukan dan keimanan dari pemilik kota Tangier ini. Namun ternyata perkiraan Uqbah salah, ketika Uqbah dan tiga ratus pasukannya sampai di kota Tahuda, pasukan Romawi dan Barbar kemudian menutup pagar kota itu, melihat itu Uqbah berusaha tetap tenang dan berusaha mengajak mereka untuk masuk kedalam Islam, namun ajakan yang begitu indah itu tidak di indahkan oleh mereka, disinilah Kasilah bin Lumzum menampakan kekafirannya, ia mengkhianati Uqbah dan mengumpulkan pasukan yang jumlah banyaknya untuk menyerang pasukan Uqbah yang hanya berjumlah tiga ratus orang itu, kejadian ini membuat Uqbah sangat marah dan memerintahkan pasukannya untuk bersiap siaga menghadapi pasukan Kasilah bin Lumzum, pada saat itu Abu Muhajir berada dalam pasukan Uqbah namun Uqbah marah kepadanya dan menawannya. Ketika Abu Muhajir melihat pasukan Kasilah menyerang, ia melantunkan bait-bait syair Abu Mahjan At-Tsaqafi yang terkenal :
Cukuplah kesedihan jika kuda itu memakai topeng
Dan aku dibiarkan terjerat dan terbelenggu
Jika aku berdiri tali yang mengikatku besi
Jika pertempuran ditutup tanpa aku, maka akan menjadi tuli orang yang memanggil
Mendengar lantunan itu, Uqbah melepaskan belenggu Abu Muhajir sambil berkata kepadanya, "Kebenaran ada di Qairuwan, dan laksanakanlah urusan kaum muslimin, karena aku ingin mencariSyahadah (Mati syahid)." Abu Muhajir berkata, "Aku juga ingin mati syahid." kemudian melesatlah mereka berdua ke tengah-tengah peperangan hingga akhirnya Uqbah dan semua orang yang bersamanya memperoleh kemuliaan berupa mati syahid. Peristiwa itu terjadi pada tahun 63 H/ 683 M, dikenal dengan Perang Mammas.
Uqbah bin Nafi' merupakan teladan dalam ibadah, akhlak, wara', keberanian dan keteguhan. Ia juga seorang ahli strategi perang yang handal, memliki kemampuan yang luar biasa dalam memimpin. Tidak heran jika sangat dicintai oleh bawahannya maupun oleh amirul mu'minin. Doanya dikabulkan, pendapatnya dimenangkan. Ia sama sekali belum pernah kalah dalam pertempuran, dalam perangnya ia selalu menggunakan strategi yang baru, tak terduga dan serangan mendadak. Ia telah menanamkan pengaruh yang besar di dalam jiwa orang-orang Barbar dengan kesyahidan dan keberaniannya, sehingga ia di juluki dengan "Tuanku Uqbah".
Warisan Mulia Sang Panglima
Kairouan adalah kota penting dalam sejarah perjuangan Uqba bin Nafi. Sebab, Uqbalah yang mendirikan kota ini pada 871 M.
Sebagai langkah awal untuk mengembangkan kota ini, panglima besar Muslim ini membangun sebuah masjid agung yang di kemudian hari menjadi pusat aktivitas intelektual para cendekiawan di Benua Afrika.
Sesuai nama pendirinya, masjid ini dinamakan Masjid Uqba. Namun, masjid itu kini lebih dikenal sebagai Masjid Agung Kairouan yang tercatat sebagai salah satu masjid terpenting di Tunisia. Masjid ini pun tercatat sebagai salah satu yang tertua di bumi sehingga UNESCO memasukkannya sebagai salah satu warisan dunia.
Teletak di timur laut Kairouan, masjid ini masuk dalam wilayah Houmat a-Jami. Dulu, Uqba sendiri yang memilih lokasi untuk pembangunan masjid ini, yakni tepat di jantung kota. Berdiri di atas lahan seluas 9.000 meter persegi, Masjid Kairouan didaulat sebagai masjid terbesar di Afrika Utara.
Arsitektur masjid ini yang kental dengan nuansa seni Islam menjadi kiblat bagi semua masjid di kawasan Maghribi. Kemegahan masjid ini terlihat dari menaranya yang tinggi besar dengan bentuk persegi. Menara yang disempurnakan oleh Gubernur Dinasti Umayyah Bishr bin Shafwan pada 725 M itu tampil dengan gaya Romawi kuno.
Menara yang menjulang dengan ketinggian 31,5 meter ini menginspirasi pembangunan menara di banyak daerah, terutama Afrika Utara dan Andalusia.
Sekitar 20 tahun setelah dibangun, tepatnya pada 690 M, masjid ini hancur lebur akibat serbuan pasukan suku Berber yang bermaksud merebut Kota Kairouan. Namun, pada 703 M, masjid ini dibangun kembali oleh Hasan bin al-Nu'man. Bahkan, pada 724-728 M, masjid ini diperluas karena jumlah jamaah yang makin bertambah.
Selain diperluas, Masjid Kairouan juga mengalami beberapa kali renovasi. Pada 774, masjid direkonstruksi disertai dengan penambahan aksesori. Kemudian pada 836 di masa pemerintahan Dinasti Ziadeth Allah I, Masjid Kairouan kembali direnovasi. Tampilan Masjid Kaioruan yang terlihat kini merupakan hasil rekonstruksi pada masa Dinasti Ziadiet Allah I. Pemugaran pada 1967 di bawah arahan Institut Arkeologi dan Seni Nasional, Tunisia tak mengubah tampilan itu.
Keberadaan Masjid Uqba ini membuat Kairouan berkembang pesat menjadi salah satu pusat peradaban dan perkembangan ilmu, baik keilmuan Islam dan pengetahuan umum. Peran masjid ini bisa dikatakan setara dengan Universitas Paris pada abad pertengahan. Namun, sejak Kairouan mengalami kemunduran pada abad ke-11, pusat aktivitas intelektual bergeser ke Universitas Ez-Zitouna, Tunisia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar