Translate

Kamis, 12 Januari 2017

Wasiat Imam Abdurrouf Al-Munawi

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Abdur Rauf Bin Taj al-Arifin Bin Ali Bin Zainal Abidin Bin Yahya Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Makhluf Bin Abdus Salam al-Hadadiy al-Munawiy al-Qahiriy al-Mishriy as-Syafiiy. Beliau dilahirkan di kota Kairo, Mesir pada tahun 952 Hijriyah. 

‎Beliau berasal dari keluarga yang dikenal sebagai orang shalih dan ulama. Panggilan akrab beliau adalah Zainal Abidin. Sebutan al-Haddadiy lantaran datuk-datuk beliau berasal dari desa Haddadah, Tunisia yang sampai ke Mesir pada abad ketujuh Hijriyah. Kota yang pertama kali mereka singgahi di Mesir adalah kota Munyah Bani Khashib, ‎dari sinilah penisbahan al-Munawiy ‎kepada beliau. Sedangkan as-Syafiiy karena beliau berafiliasi dengan mazhab Imam as-Syafiiy.

Al-Munawiy memperoleh pendidikan yang pertama kali dari orang tua beliau sendiri yang juga seorang tokoh ulama. Pada tahap ini beliau belajar membaca al-Qur’an sampai benar-benar fashih dan mampu menghafalnya di usia 7 tahun. Dari ayahnya, beliau juga menghafal beberapa matan kitab bermutu seperti: Zubad Ibn Ruslan (fiqh), at-Tuhfah al-Wardiyah (Nahwu), al-Irsyad karya at-Taftazaniy (Nahwu) dan lain-lain.

Kemudian ketika usia beliau menginjak remaja, ayah beliau menitipkan al-Munawiy kepada para ulama di luar kota Munyah sebagaimana tradisi ulama pada umumnya untuk memperdalam ilmu agama. Al-Munawiy memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan ketekunan yang luar biasa. Sifat ini adalah warisan dari ayah beliau yang memang mengalir dalam tubuh beliau darah ulama, boleh jadi beliau paling menonjol di antara teman sebayanya.

Sama seperti ulama dan tokoh agama Islam di Kairo lainnya, Al-Munawiy membangun masyarakat melalui dunia pendidikan, beliau dipercaya untuk mengajar di Madrasah as-Shalihiyah.

Guru-Guru Beliau 

Dalam pengembaraan ilmu, beliau berguru kepada para masyaikh di antaranya:
@ Syekh Muhammad ar-Ramliy
@ Syekh Nuruddin Ali al-Maqdisiy
@ Syekh Muhammad al-Bakriy as-Shiddiqiy
@ Syekh Najmuddin al-Ghaithiy
@ Syekh Abu Nashr at-Thablawiy
@ Syekh Muhammad as-Syarbainiy al-Khathib
@ Syekh Abdul Karim al-Bulaqiy
@ Syekh Salim as-Sunhuriy
@ Syekh Badruddin al-Qarafiy

Adapun guru-guru khusus dalam bidang tasawuf dan thariqah sebagai berikut:

@ Syekh Abdul Wahhab as-Sya’raniy, untuk pertama kalinya beliau mendapat talqin dzikir.
@ Syekh Shalih Muhammad al-Khalwatiy, Kepadanya beliau berbaiat Thariqah al-Khalwathiyah
@ Syekh Muharram ar-Rumiy, al-Munawiy berbaiat Thariqah al-Khalwathiyah.
@ Syekh Syekh Manshur al-Ghaithiy, kepadanya beliau berbaiat Thariqah as-Syadziliyah.
@ Syekh Husain al-Muntasyawiy, al-Munawiy berbaiat Thariqah al-Bairamiyah.
@ Syekh Mas’ud Thasykindiy, kepadanya al-Munawiy talqin Thariqah an-Naqsyabandiyah.

Murid-Murid Yang Menjadi Ulama
@ Syekh Muhammad Bin Muhammad Abdul Rauf (putra al-Munawiy)
@ Syekh Sulaiman al-Babiliy
@ Syekh Ibrahim Thasykindiy
@ Syekh Ali al-Ujhuriy
@ Syekh Ahmad al-Kilabiy
Karya Ilmiah Beliau

Setelah mempelajari ilmu-ilmu Islam dan melakukan Shuhbah (interaksi) kepada para ulama tasawuf, barulah beliau memulai kariernya dengan melahirkan karya-karya ilmiah di antaranya:

@ Natijah al-Fikar Syarh Nukhbah Ibn Hajar
@ At-Taisir Syarh al-Jami’ as-Shaghir
@ Fathu ar-Rauf al-Qadir Syarh al-Jami’ as-Shaghir
@ Fathu al-Qadir Syarh al-Jami’ as-Shaghir
@ al-Jami’ al-Azhar Min Hadits an-Nabiy al-Anwar
@ al-Majmu’ al-Faiq Min Hadits Khair al-Khalaiq
@ Kunuz al-Haqaiq Fi Hadits Khair al-Khalaiq
@ At-Tibyan Fi Fadhal Lailah Nishf as-Sya’ban
@ Is’af at-Thullab Bi Tartib Musnad as-Syihab
@ Al-Ittihafat as-Saniyah Bi al-Ahadits al-Qudsiyah
@ Syarh as-Samail al-Muhammadiyah
@ Al-Futuhat as-Subhaniyah Syarh ad-Durar as-Saniyah
@ Ar-Raudh al-Basim Fi Samail Abi al-Qasim
@ Takhrij Ahadits Tafsir al-Baidhawiy
@ Fath ar-Rauf as-Shamad Syarh Zubad
@ Fath ar-Rauf al-Khabir Syarh at-Tahrir
@ Al-Fath as-Samawiy Syarh Bahjah al-Hawiy
@ Nuzhah al-Hawiy Bi Fatawa as-Syaraf al-Munawiy
@ Ad-Durar al-Jauhariyah Syarh al-Hikam al-Atha’iyah

Karya-karya al-Munawiy sangat banyak, ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang). Menurut pengakuan putra al-Munawiy yang menyalinkan karya-karya al-Munawiy: Jumlah karya-karya al-Munawiy berjumlah 120 judul.‎

Wafatnya Beliau 

Setelah seluruh hidupnya diabadikan untuk dunia ilmu dan kemashlahatan umat, sang Khaliq akhirnya memanggil Al-Munawiy pada hari Kamis tanggal 23 Shafar tahun 1031 Hijriyah. Jenazah beliau dishalatkan di Universitas al-Azhar, Kairo pada hari Jum’at ‎kemudian dimakamkan di samping zawiyah yang beliau dirikan, berdampingan di antara makam 2 ulama besar, Syekh Ahmad az-Zahid dan Syekh Madyan al-Asmuniy.

Dikutip dari kitab Ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid karya Abu Munyah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 58.

Wasiat Imam Al-Munawi Rh

Disebutkan dalam Faidh Al-Qadir Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir milik Muhammad bin Abdur Ra’uf Al-Munawi. Kitab Faidh Al-Qadir adalah syarah dari kitab ensiklopedia hadits milik Al-Imam As-Suyuthi Asy-Syafi’i yang berjudul Al-Jami’ Ash-Shaghir. Muhammad bin ‘Abdur Ra’uf Al-Munawi Asy-Syafi’i kemudian mensyarah kitab tersebut dan diberi judul Faidh Al-Qadir. Jadi kitab ini sangat klop karena penyusun kitab induknya adalah fuqaha Syafi’iyyah dan pensyarahnya juga fuqaha Syafi’iyyah. Maka ilmunya pun tidak diragukan lagi. Kita patut (wajib) belajar dari mereka.

Al-Munawi menjelaskan dalam kitab Faidh Al-Qadir tersebut,

فَاخْتِلَافُ الْمَذَاهِبِ نِعْمَةٌ كَبِيْرَةٌ وَفَضِيْلَةٌ جَسِيْمَةٌ خَصَّتْ بِهَا هَذِهِ الْأُمَّةِ. وَقَدْ وَعَدَ بِوُقُوعِ ذَلِكَ فَوَقَعَ وَهُوَ مِنْ مُعْجِزَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Perbedaan pendapat antara para Madzhab adalah kenikmatan besar dan anugerah  yang agung untuk umat Nabi Muhammad. Dan sesungguhnya Nabi sudah memberitahukan bahwa hal itu akan terjadi, dan itu benar-benar terjadi dan sesungguhnya hal tersebut merupakan mu’jizat Beliau.‎

أَمَّا اْلإِجْتِهَادُ فِي الْعَقَائِدِ فَضَلَالٌ وَوَبَالٌ كَمَا تَقَرَّرَ. فَالْحَدِيْثُ إِنَّمَا هُوَ فِي اْلإِخْتِلَافِ فِي الْأَحْكَامِ.
Berijtihad yang berkaitan dalam masalah aqidah adalah sesuatu yang sesat  dan menyesatkan. Keterangan yang menerangkan maksud dari pada hadits ” perbedaan antara ummatku adalah suatu rahmah ” hanya dalam cabang syari’at.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ مَرْفُوْعًا: أَصْحَابِيْ بِمَنْزِلَةِ النُّجُومِ فِي السَّمَاءِ فَبِأَيِّهِمْ اِقْتَدَيْتُمْ اِهْتَدَيْتُمْ  وَاخْتِلَافُ أَصْحَابِيْ لَكُمْ رَحْمَةٌ.
Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi bersabda: Sahabat-Sahabatku seperti bintang-bintang dilangit, maka kepada siapapun kalian mengikuti mereka maka kalian akan mendapati petunjuk menuju keselamatan, dan perselisihan (dalam pendapat) sahabat-sahabatku adalah rahmah untuk kalian semua.

أَنَّ مَالِكًا لَمَّا أَرَادَهُ الرَّشِيدُ عَلَى الذِّهَابِ مَعَهُ إِلَى الْعِرَاقِ وَأَنْ يُحْمِلَ النَّاسَ عَلَى الْمُوَطَأِ كَمَا حَمَلَ عُثْمَانُ النَّاسَ عَلَى الْقُرْآَنِ. فَقَالَ مَالِكُ : أَمَّا حَمَلَ النّاسُ عَلَى الْمُوَطَأِ فَلَا سَبِيلَ إِلَيْهِ لِأَنَّ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمْ اِفْتَرَقُوْا بَعْدَ مَوْتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأَمْصَارِ فَحَدَثُوا فَعِنْدَ أَهْلِ كُلِّ مِصْرٍ عِلْـمٌ.
Di saat  Harun Ar-Rasyid menghendaki bepergian ke Iraq bersama Imam Malik, maka Harun Ar-Rasyid menyarankan kepada Imam Malik agar orang Iraq bersatu padu menjadikan kitab Muwatha’ yang dikarang Imam Malik menjadi pedoman mereka dalam segala hukum, sebagaimana ‘Utsman bin ‘Affan mewajibkan umat  bersatu padu menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hukum. Kemudian dijawab oleh Imam Malik, bahwa hal itu mustahil terjadi karena sesungguhnya para Sahabat yang telah menerima ilmu-ilmu dari Nabi Muhammad sangat banyak sekali, setelah Nabi wafat mereka berpencar ke beberapa daerah, dan setiap kelompok dari mereka memiliki (sumber satu namun) pemahaman yang berbeda (akan tetapi dalam bidang aqidah semuanya bersepakat).

مَا زَالَ اْلإِخْتِلَافُ بَيْنَ الْأَئِمَّةِ وَاقِعًا فِي الْفُرُوْعِ مَعَ اتِّفَاقِ الْكُلِّ عَلَى تَعْظِيْمِ الْبَارِيْ جَلَّ جَلَالُهُ وَأَنَّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَأَنَّ مَا شَرَّعَهُ رَسُولُهُ حَقٌّ وَأَنَّ كِتَابَهُمْ وَاحِدٌ وَنَبِيَّهُمْ وَاحِدٌ وَقِبْلَتَهُمْ وَاحِدَةٌ.
Perbedaan-pendapat yang sering terjadi di kalangan para madzhab  adalah dalam berbagai cabang syari’at, namum mereka sepakat dalam segi tauhid dengan mengagungkan Allah Dzat Yang tidak serupa dengan apapun, dan juga mereka sepakat bahwa segala syari’at yang dibawa Nabi  Muhammad adalah benar, dan sesungguhnya kitab mereka satu (Al-Quran), Nabi mereka satu (Nabi Muhammad), dan qiblat mereka satu (Ka’bah).

وَنَجْزِمُ بِأَنَّ غَرْضَهُمْ لَيْسَ إِلَّا اتِّبَاعِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. وَقَضِيَّةُ جَعْلِ الْحَدِيثِ “اَلْاِخْتِلَافُ رَحْمَةٌ” جَوَازُ الْاِنْتِقَالِ مِنْ مَذْهَبٍ لِآخَرِ
Kita semua harus menyakini para madzhab yang empat, mencari kebenaran dengan mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah. Bukti kebenaran para madzhab tersebut adalah seorang hamba sangat diperbolehkan untuk bebas mengikuti salah satu dari pada madzhab tersebut. [Selesai wasiat Al-Munawi]

Semoga wasiat Al-Imam Al-Munawi Asy-Syafi’i ini membuka jalan pikiran kita yang mungkin mengalami kejumudan.

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar