Disini nanti akan menceritakan perjalanan raja besar Mataram. Yaitu Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokro Kusumo.... seorang raja yang masyhur taat pada agama gemar bertapa.
beliau putra Kanjeng Susuhunan Adhi Prabu Hanyokrowati. Nama beliau raden Djatmiko dewasanya bernama Pangeran Rangsang. Kanjeng Sultan Agung sangat suka berkelana dan bertapa brata.yang beliau ikuti riwayat perjalanan leluhur dalem ksatria madukara Raden Arjuna... sehingga setiap pagi setelah sholat subuh Kanjeng Sultan mencari ketenangan dengan berkelana ke gunung lawu,dr gunung lawu melompat ke gunung merapi,dr merapi ke gunung mahameru di tanah malang dr semeru ke merbabu setelah itu pulang ke kedhaton seperti biasanya... perjalanan beliau sendirian sehingga kadang sampai aceh makasar syam ternate dan bahkan sampe jazirah arab.
Pada suatu hari ketika sang Prabu sedang berlompatan seperti biasa dr gunung semeru sampai merapi empat kali... terperanjat beliau melihat seseorang yang lagi duduk di batu gilang di tepi sungai.. lalu beliau turun dan mengucapkan salam.(السلام عليكم ورحمة الله وبركاته) dan yang lagi duduk itu tidak lain Kanjeng Sunan Kalijogo seraya menjawab (وَ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ)
Kanjeng Sultan lalu duduk dengan tertunduk... Kanjeng Sunan Kalijogo berkata "duh anakku sultan yang diridhoi ALLOH. ... yang menjadi khalifah di bumi,kenapa orang mulia kok melompat lompat tanpa ada hasilnya???" Kanjeng Sultan menjawab... "tidak karena apa-apa hanya daripada berdiam diri setelah sholat subuh saya mencoba meneladani crita sang Arjuna yang mana sang Arjuna melompat ke gunung jk mencari ketenangan ". Kanjeng Sunan tersenyum sambil berkata "seperti anak kecil aja yg mengikuti suara yang tak pasti, dulu ya dulu yang sekarang ya sekarang... walau tinggi ilmu kesaktian mu!!! karna sudah beragama islam alangkah lebih baik jk sholat jum'at di makkah.. siapa tau bertambah kemuliaan mu" seketika itu Kanjeng Sultan terang benderang hatinya karena sabda sunan Kalijogo tsb... Kanjeng Sultan semakin tertunduk... Kanjeng Sunan Kalijogo tahu akan hal itu.... lantas beliau salam dan hilang dr pandangan
Sepeninggal Sunan Kalijogo Kanjeng Sultan ingin melompat lagi tapi tubuh terasa berat dan merasa itu sudah tidak di ijinkan.. dihari itu ketika hari jum;at legi.. Kanjeng Sultan ingin sholat jum'at di makkah.. karena dirasa masih pagi jd keberangkatan beliau sambil mampir ke suatu tempat... yaitu awal mula Kanjeng Sultan kenal dengan imam masjidilharom yang sekaligus mufti syafi'iyah zaman itu.
Diriwayatkan ketika Kanjeng Sultan Agung pergi ke makkah sampe di daerah kramat watu... Kanjeng Sultan mendengar ada suara memanggil dr bawah.. yang berbunyi "Gus Gus anda berhenti sebentar saya mau titip"
Sang Prabu kaget namun tidak diperlihatkan... lalu turun dan mendekat sembari bertanya "mau nitip apa kisanak???" jawaban orang tadi "saya nitip sampekan kepada Imam bahwa hari ini saya pamit tidak sholat jum'at di makkah karena mau ngurus kebun yang rumput nya dah lebat" Kanjeng Sultan kaget lalu berkata "jika Kyai Imam bertanya anda siapa??" orang td menjawab "jangan bertanya ntr anda kesiangan lho" Kanjeng Sultan mengucapkan salam lalu berangkat.
Sesampainya di ka'batulloh yang menjalankan ibadah sholat jum'at sudah banyak di sekitar ka'bah.. Kanjeng Sultan lalu berkata pada Imam kalau di titipi oleh seseorang yang pamit tidak sholat jum'at.. Kanjeng Sultan pun heran orang seperti itu aja bisa ke makkah...
Imam masjidilharom tersenyum sambil berkata "Sultan jangan heran.. anda kesini kan hanya kalau sholat jum'at aja.. kalau dia itu setiap hari lima kali yaitu setiap sholat fardhu.. maka dia sudah ahli dlm keagamaan dan makrifat,dan dia pantas kalau mengabdi pada raja menjadi pengulu agung,dan akan menambah tinggi kemasyhuran kerajaan" Kanjeng Sultan semakin tertunduk dan gembira karena rahmat dan berkah yang besar mendapatkan pengulu yang sudah sempurna keilmuan nya.. Kanjeng Sultan lantas bertanya "apa sekiranya dia mau ikut saya ke Mataram??" Sang Imam jawab " iya tentu mau.. apalagi dia sudah mengetahui takdir dan hal ini yang dia nantikan.. jk anda mau mampir kesana dan memerintahkan tentu dia sanggup ikut ke Mataram "
Kepulangan Sultan Agung Dari Makkah
Sepulang dari makkah Kanjeng Sultan Agung mampir ke kramat watu. Ketika itu ki Santri lagi mencangkul tanaman di kebun. Dan ketika dilihat nya ada tamu yang datang.. lekas beliau temui dan bersalaman lalu di suruh duduk di bale yang ada digubuknya serta di hidangkan buah2an. Kanjeng Sultan bilang pada Ki Santri kalau sudah di pamitkan dan di kirimi salam dari imam masjidilharom. Ki Santri duduk di tanah serta menekan kepala kebawah bersyukur pada ALLOH.
Kanjeng Sultan berbicara "Ki sanak duduknya jangan di bawah lebih baik diatas bersama ku" Ki Santri menjawab "udah jgn ragu2 silahkan duduk diatas.hamba dibawah biar lebih dingin" Kanjeng Sultan bersabda "jika Ki sanak capek dan lelah sehabis mencangkul sebentar lagi akan ada angin datang yang bisa menyembuhkan capek" Ki Santri menjawab "ah apa benar ada angin yang bisa mengusir capek.padahal daerah sini termasuk byk angin" lagi asiknya bercengkerama tiba2 angin datang bertiup yang berbau harum dan Ki Santri keenakan sehingga tertidur. Sang Prabu tersenyum melihat nya. Tiba2 Ki Santri kaget krn ada angin datang yang membuat Ki Santri terbangun lalu tertawa sambil mendunduk...serta berbicara "ah kenyataan apa yang anda katakan Gus"
Sang Prabu lalu bersabda "kisanak sudah ketahuan jika anda akan jadi mitraku,kalau setuju dlm hati anda saya boyong ke Mataram dan jadilah sesepuh" Ki Santri blm setuju dikarenakan pny anak istri,ijinkan untuk nusul aja kemana. Sang Prabu bersabda supaya menuju halaman yang luas yang ditengah nya ada dua pohon beringin. Ki Santri setuju dan Kanjeng Sultan pamitan mesat pulang ke Mataram.
Ki Santri yang tertinggal di kramat watu diterima doanya lalu berangkat menuju Mataram beserta anak istrinya hny dlm waktu
sebentar sudah sampe di alun2 di bawah pohon beringin mereka beristirahat. Istrinya bertanya tentang nama dan rumah seseorang tsb.tp Ki Santri lupa tdk menanyakan. Dan lagi asiknya mereka bercengkerama Sang Prabu sudah datang di kedhaton.. dan tahu kalau Ki Santri dah datang beserta keluarganya. Sang Prabu utusan prajurit untuk memanggil dan bersabda pada para sentono siapapun juga tidak diperbolehkan mengganggu yang dipanggil. Ki Santri menghadap dengan gemetar.
Sang Prabu bersabda dengan bijak "kemuliaan kekasihku,janganlah kamu takut dan tenang lah,kamu akan saya jadikan Pengulu dan menetaplah di dekat masjid agung" Ki Santri berterimakasih dan mau menjalankan. Seketika itu juga di perintah kan pada para pejabat dan senopati agung untuk menentukan tempat tinggal dan lahan pertanian untuk Kyai Pengulu.
Dari keberkahan itu Mataram semakin berkembang dan berjaya. Kyai Pengulu masyhur keilmuan nya
Nama Kyai Pengulu (السيد أحمد بن علي بن محمد) dan di kenal dgn sebutan Syaikh Achmad kategan
Banten mau menyerbu Mataram
Sultan Banten berniat menyerbu Mataram dan sudah mempersiapkan segala perlengkapan perang. Sultan Banten pun byk memberikan anugrah dan hadiah pada para pejabat agar niyat tsb bisa terlaksana.
Para pimpinan prajurit dan pendekar pun sudah bersiap siaga.
Akan tetapi ketika rencana tsb di ketahui oleh Kanjeng Sultan Agung yang terima laporan dr prajurit sandi (pengintai) kalau prajurit Banten sudah siap siaga mengadakan penyerangan... Sultan Agung berniat untuk membuktikan ke Banten.. lalu memanggil jin yang bernama Djuru taman yang diperintahkan untuk membawa singgasana menuju Banten.
Kurang lebih jam 10 malam Sang Prabu sudah sampai diatas kesultanan Banten.. lalu meneliti keadaan sekitar kraton Banten. Sang Prabu percaya kalau kabar tentang Banten yang berniat menyerbu Mataram benar adanya.
Kanjeng Sultan Agung sudah sampai di atas kedhaton Banten.. yang saat itu lagi wayangan. Sang Prabu lalu memerintahkan pada Djuru taman menurunkan singgasana di belakang kelir.. untuk agar bisa ketemu dgn sultan Banten.. seperti apa wujud dan sifatnya (sultan
Banten waktu itu adalah sultan abulmafakhir)
Djuru taman kurang setuju demi menjaga junjungan nya... iya kalau selamat... kalau tidak malah bisa membahayakan. Kanjeng Sultan tidak menerima alasan Djuru taman dan marah lalu memerintahkan Djuru taman segera menurunkan singgasana dibelakang kelir tepat berhadapan dengan sultan Banten.
Sultan Banten duduk dihadap para pejabat serta para utusan kerajaan bawahan sedang membahas tentang penyerbuan ke Mataram
Syahdan tiba-tiba singgasana Sultan Agung yang turun membawa kewibawaan dan keharumannya memenuhi kedhaton Banten. Para prajurit dan punggawa kesultanan Banten merinding buku kuduk mereka serta ketakutan dan rasa gentar menggetarkan hati mereka.. kekuatan mereka lemah dan tubuh bergetar.
Sultan Banten dan para pejabat ketika melihat singgasana yang turun tanpa diketahui darimana asalnya.. dan ada seorang ksatria yang tampan bersinar menyilaukan seketika itu mereka semua berdiri tertegun seperti patung.
Sultan Banten lantas turun dari singgasana nya mendekati Kanjeng Sultan Agung dengan tertunduk sembari berkata "hamba menghadap paduka yang baru turun,karena hamba blm pernah melihat paduka, sebenarnya paduka ini dewa atau malaikat atau jin dan dan siapa nama paduka???" sebelum Sultan Agung menjawab Djurutaman menghaturkan ungkapan "duh Gusti jangan sampai hilang kewaspadaan dan bersiap lah dgn keprajuritan.
Kanjeng Sultan Agung bersabda dengan bijak " saya belum bisa menjawab jika belum tau siapa anda dan dimana tempat tinggalnya " sultan Banten menjawab "hamba ini sultan di Banten" Sultan Agung tersenyum gembira krn sultan Banten sendiri mau muncul.
Ucapan Sultan Agung "jika anda blm tau hamba ini bekel tanah jawa nama hamba Djatmiko yg bergelar Sultan Agung yang bertahta di Mataram.
Kedatangan hamba kemari krn mendengar kabar Banten mau menyerbu Mataram dan hny ingin membuktikan kebenaran hal tsb pada sultan Banten. Mataram dan Banten itu lebih besar Mataram.. maka dari itu daripada menyerbu Mataram esok hari lebih baik Mataram yang menyerang Banten saat ini juga.
Mendengar sabda Sultan Agung sultan Banten seketika itu pucat pasi tanpa kekuatan gemetar tubuhnya dan menundukkan diri ke bumi.. tapi langsung disambut sultan Agung sembari bersabda "duh paman paduka jangan menyembah cukup berjabat tangan aja.. sultan Banten menyembah sembari berkata "duh Gusti sesembahan hamba, memang benar yang paduka ungkapkan jika Banten mau menyerbu Mataram... tapi hal tsb sudah tdk akan hamba lanjutkan.. hamba hny menyerahkan hidup mati hamba serta Banten beserta bawahnya hamba serahkan pada paduka sebagai tanda takluk hamba pada Mataram..
Mendengar hal tsb Sang Prabu memperlihatkan sifat welas asih nya sembari bersabda "jika niyat paman begitu hamba anggap sebagai peni sepuh hamba dan tanda takluk hamba terima."
Setelah itu sultan Banten diminta duduk di singgasana kembali serta para pejabat diperintahkan duduk kembali di tempat masing2.. to para pungawa Banten tidak mau dan meraka tetap berdiri.
adakah referensi naskah tertulis tentang cerita ini? jika ada saya ingin berdiskusi. terima kasih
BalasHapus