Kalangan penggemar bonsai lebih mengenalnya sebagai Arabica (Arabika), meski nama lokalnya adalah Klampis, Klampis Ireng, atau Pung Hitam. Sosoknya memang meyakinkan sebagai bahan bonsai. Selain daunnya yang memang sudah kecil, karakter batangnya sangat kuat, sudah memperlihatkan kesan tua.
Kalau memang niat menjadi penggemar bonsai harus tahu karakter pohonnya. Arabica dinilai sulit merawat karena tidak mengerti karakternya. Indonesia ini adalah negeri yang sangat beragam berbagai jennis pohonnya. Kita harus mempelajarinya, dan bukan menaklukkannya. Soal katakter pohon ini kadang dianggap sepele, tapi kadang-kadang malah dilewatkan.
Pohon kecil hingga sedang, tingginya 5–10(–18) m, dan gemang batangnya hingga 50 cm; menggugurkan daun. Tajuk serupa payung; ranting-ranting muda berambut kuning, rapat; dengan banyak duri berukuran besar dan panjang (Acacia: berduri, tomentosa: berambut padat).Pepagan cokelat gelap, memecah tak beraturan.
Daun penumpu berupa duri, lurus, panjang hingga 4,5 cm. Daun-daun majemuk menyirip berganda, terletak berseling, dengan tangkai daun 0,6–1 cm dan rakis (2,5–)3–9 cm; dengan satu kelenjar tepat di bawah pertemuan sirip-sirip terbawah, bentuk jorong, lk 1–2,5 mm, rata atau sedikit melekuk; satu-dua kelenjar yang lain di dekat ujung rakis, membundar, lk 0,8 mm. Sirip-sirip (7–)12–25 pasang, 0,9–2,5 cm; beranak daun 12–50, yang tersusun berhadapan, duduk, helaiannya seperti kertas, seperti garis, 1–4 × 0,4–1 mm, pangkalnya asimetris, terpangkas, ujungnya menumpul, berambut halus di sisi bawah dan di tepinya, atau hampir gundul.
Bunga majemuk berupa bongkol-bongkol bertangkai lk 2,5 cm, 1–7 bongkol berkumpul di ketiak daun dekat ujung ranting. Bunga duduk, putih atau putih kekuningan, berbilangan–4 atau –5. Kelopak lk 0,9–1,2 mm, tabungnya gundul kecuali pada ujung dan pada gigi-giginya yang berambut; gigi menyegitiga runcing, 0,1–0,2 mm. Mahkota 2,8–3,5 mm, gundul, taju bundar telur atau bundar telur-jorong, runcing, 0,5–1 mm. Benang sari banyak, panjang lk 5 mm; bakal buah gundul, 0,8–1 mm, duduk. Buah polong cokelat gelap, membelulang, tipis rata, sedikit membenjol pada biji, lurus atau membengkok, 9–18 cm × 0,8–1 cm, dengan urat-urat yang membujur memanjang buah, memecah pada kedua kampuhnya. Biji pipih, jorong atau lonjong, 6,5–9 × 4–5,5 mm.
Pohon ini biasa dijumpai tumbuh di sabana,hutan jati, hutan semak belukar, wilayah dekat pantai; juga ditanam di sepanjang tepi jalan, dan di pematang-pematang sawah; pada ketinggian hingga 500 m dpl. Di Jawa Timur juga didapati di hutan musim.
Berbunga pada bulan-bulan Oktober hingga Juni.
Klampis menyebar secara alami di India selatan, Srilanka, Benggala, Burma,Thailand, Vietnam, dan Indonesia; yakni di Jawa, Madura, Sumbawa, Sumba, dan Sulawesi.
Klampis dipelihara untuk dimanfaatkan kayunya sebagai kayu bakar. Kayu ini juga dapat dimanfaatkan untuk membuat gagang cangkul dan tangkai sabit. Kayu A. tomentosa tergolong ke dalam kayu yang berbobot sedang, dengan densitas 580–670 kg/m³ pada kadar air 15%.
Kulit batangnya pahit dan berbau tak enak, dimanfaatkan sebagai obat kuda. Serat dari pepagan ini sangat liat dan digunakan untuk membuat tali atau tambang. Getahnya dimanfaatkan untuk membuat tinta.
Tunas dan daun-daun mudanya disenangi ternak, walaupun berduri. Di samping itu, dedaunan ini dapat dijadikan pupuk hijau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar