Walikukun, bukan kata yang asing lagi bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten khususnya dan penduduk di sekitar wilayah itu. Selain menjadi nama dukuh di Desa Balak, Walikukun juga merupakan nama jembatan yang berada di jalur alternatif Solo-Klaten.
Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat Dukuh Walikukun, Suparman, 62, Walikukun merupakan nama pohon yang tumbuh di tengah area persawahan di dukuh tersebut.
Suparman menuturkan, legenda yang berkembang menyebutkan bahwa konon Sunan Kalijaga jalan-jalan dan pernah singgah sampai di lokasi tumbuhnya pohon Walikukun.
“Saat itu, Sunan Kalijaga berhenti di daerah tersebut untuk shalat. Dia membawa tongkatnya dan kemudian menancapkan di tanah. Setelah salat, Sunan Kalijaga lupa tongkatnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut,” jelas Suparman
Pensiunan Guru SMP 1 Weru, Sukoharjo itu menambahkan, Sunan Kalijaga baru teringat tongkatnya ketika sudah sampai di Dukuh Sepi Desa Barepan Kecamatan Cawas. Sunan Kalijaga, imbuhnya, lantas berusaha ingin mengambil tongkatnya kembali. Namun, ternyata tongkat itu sudah tumbuh menjadi pohon.
“Sampai sekarang belum ada yang berani menebang pohon walikukun itu dan yang bisa menebang hanya keturunan dari Sunan Kalijaga. Hingga kini, pohon walikukun itu cuma dipangkas ranting-rantingnya. Akar pohon walikukun sudah menjalar dan tumbuh menjadi pohon baru,” terangnya.
Dijelaskan Suparman, suatu ketika ada orang yang mengambil kayu dari pohon walikukun tanpa izin. Orang itu, ucapnya, sakit dan seperti ada yang membisiki meminta agar kayu walikukun dikembalikan ke tempat semula. Setelah itu, kata dia, orang tersebut akhirnya bisa sembuh. Suparman mengemukakan mitos tersebut ada yang dipercaya oleh sebagian orang dan ada pula yang tidak mempercayainya.
Suparman menjelaskan, menurut kepercayaan masyarakat, kayu walikukun bisa digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat mendirikan rumah. Sampai sekarang, kata dia, juga masih ada masyarakat yang percaya dan menggunakan kayu walikukun dalam sesaji ketika membangun rumah.
Kades Balak, Sukarjo menuturkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari beberapa pihak, lokasi pohon walikukun merupakan petilasan Sunan Kalijaga. Dia juga melihat tidak semua orang bisa menebang pohon walikukun.
“Menurut cerita, kayu walikukun kadang digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat membangun rumah,” kata Sukarjo.
Kayu Walikukun adalah kayu yang keras dan ulet. Terdapat di hutan- hutan Kayu ini banyak digunakan sebagai batang atau gagang tombak karena mempunyai kekuatan dan keuletan yang cukup tinggi.
Nama Latin : Walikukun (Schoutenia ovata Korth.)
Nama-nama lain
• Actinophora fragrans Wallich ex R.Br.
• Actinophora hypoleuca (Pierre) o. Kuntze
• Schoutenia hypoleuca Pierre
• Nama lokal: kokon, daeng nieo, daeng samae, daeng saeng, popel thuge, East Indian wood, ach-sat, harikukun, kayu laduni.
Banyak tumbuh dihutan tropis ditanah Jawa, tinggi pohon mencapai 25 Meter dengan diameter maksimal 50 Cm.
Walikukun (Schoutenia ovata Korth.) adalah sejenis pohon kecil anggota suku Tiliaceae. Pohon ini biasa ditemukan di hutan-hutan tipe musiman yang tumbuh di Jawa dan pulau-pulau di sebelah timurnya
Kayunya kuat dan ulet serta seratnya halus, untuk itu secara umum kayu ini sering dipakai sebagai gagang/landeyan tombak dan gagang perkakas pertukangan seperti palu, cangkul, sabit, golok dll.
Walikukun berperawakan semak, perdu atau pohon kecil, bercabang mulai dari dekat tanah, dengan tinggi mencapai 25 m dan gemang batang hingga 40–45 cm, namun umumnya kurang daripada itu. Daun-daunnya terletak berseling, bundar telur atau lonjong, 1–17 × 1–8 cm, dengan bagian sebelah ujung kadang-kadang berlekuk atau berbagi, berambut halus, hijau di atas dan coklat kemerahan di sebelah bawah. Bunganya putih kekuningan, tersusun dalam tandan. Sementara buahnya kecil, sekitar 6 mm, berbiji tunggal.
Tumbuh sampai ketinggian 900 m dpl., walikukun umumnya ditemukan di dataran rendah yang panas dan kering, di hutan-hutan gugur daun, hutan jati, sabana dan padang rumput. Kadang-kadang ditemukan di tanah yang berat dan kurang baik, yang becek secara periodik. Walikukun tahan terhadap naungan dan biasa tumbuh sebagai tajuk lapis kedua, sering ditemukan tumbuh menggerombol.
Teras/galih Kayu Walikukun sangat keras, padat dan halus........, maka karena keuletannya yang sangat baik sering digunakan sebagai pedati/gandar kereta.
Dalam dunia metafisika Kayu Walikukun sering dianggap sebagai ''Kayu Laduni'', karena diyakini dapat membantu pemakainya kearah tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, selain itu juga berguna untuk :
Meningkatkan imajinasi dan kreativitas.
Keselamatan dan kewibawaan pemakainya.
Melindungi rumah dari gangguan makhluk halus, dengan cara ditanam disudut-sudut pekarangan.
Secara supranatural Tongkat Kayu walikukun, dianggap mampu mempercepat datangnya ilham dalam mebantu proses penyembuhan dari kelumpuhan.
Dari para spiritualis meyakini bahwa kayu ini mempunyai kekuatan gaib menolak dan menangkal kekuatan jahat yang hendak mengganggu dan berniat jahat. Dapat menawarkan pekarangan atau lingkungan yang angker. dengan cara ditanam di empat sudut pekarangan.
Walikukun dimanfaatkan pula kayunya sebagai gagang tombak, dan juga sebagai kayu bakar. Kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat yang kasar.
Sangat bermanfaat,thanks min sudah berbagi wawasannya
BalasHapusTerima kasih ilmunya
BalasHapusTerima kasih ilmunya
BalasHapusTerima kasih ilmunya
BalasHapusassalamualaikum... setahu saya kecil dulu kayu kukun sering kali di buat mainan yang bernama kekean di desa kami, karena kayu kukun di anggap paling kuat dari pada galeh kayu sono keling thank...
BalasHapusYoga ds.pagung kec.semen KEDIRI
Kepingin punya galihnya buat teken di mn bisa mndptkanya bos......
BalasHapusAda yg mnjdknx BIJI2 TASBIH..... Apa boleh?....
BalasHapusSubhanallah
BalasHapusMasyaallah...
BalasHapus