Translate

Kamis, 16 Maret 2017

Hakikat Langit Terbelah Seperti Mawar

Firman Allah Swt.:

{فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ}

Maka apabila langit telah terbelah. (Ar-Rahman: 37)

Yakni kelak di hari kiamat, seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat sebelumnya dan yang sesudahnya dalam surat ini, juga ayat-ayat lainnya yang semakna, misalnya firman-Nya:

{وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ}

dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16)

{وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنزلَ الْمَلائِكَةُ تَنزيلا}

Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25)
Dan firman Allah Swt.:

{إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ. وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ}

Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh.(Al-Insyiqaq: 1-2)

Adapun firman Allah Swt.:

{فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ}

dan menjadi merah mawar seperti (kilapan)minyak. (Ar-Rahman: 37)

Yaitu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya, dan berwarna-warni sebagaimana warna-warni obat celup; maka adakalanya berwarna merah, adakalanya kuning, adakalanya hijau, dan adakalanya biru. Demikian itu terjadi karena kerasnya azab dan dahsyatnya kejadian hari kiamat yang sangat besar.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الصَّهْبَاءِ، حَدَّثَنَا نَافِعٌ أَبُو غَالِبٍ الْبَاهِلِيُّ، حَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "يُبْعَثُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاءُ تَطِش عَلَيْهِمْ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abus Sahba, telah menceritakan kepada kami Naff alias Abu Galib Al-Bahili, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Manusia kelak dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.

Al-Jauhari mengatakan bahwa at-tasysyu artinya hujan gerimis.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.(Ar-Rahman: 37) Yakni seperti kulit yang berwarna merah.
Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman:37) Yaitu seperti warna kulit kuda yang merah.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah warnanya berubah. Abu Saleh mengatakan bahwa pada mulanya seperti kuda yang berwarna merah, sesudah itu kelihatan mengilap seperti kilapan minyak. Imam Al-Bagawi dan lain-lainnya menceritakan bahwa bunga mawar jika musim semi berwarna kuning dan musim dingin berwarna merah, jika dinginnya terlalu ekstrim berubah warnanya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa bunga mawar itu beragam warnanya.
As-Saddi mengatakan, bahwa bunga mawar itu warnanya ada yang seperti merah beghal, ada pula seperti minyak yang mendidih.
Mujahid mengatakan bahwa ad-dihan artinya seperti warna minyak yang mengilap.
Ata Al-Khurrasani mengatakan seperti warna minyak mawar yang merah kekuning-kuningan.
Qatadah mengatakan bahwa warna langit sekarang adalah biru, dan pada hari itu warnanya berubah menjadi kemerah-merahan, yaitu di hari langit menjadi beraneka ragam warnanya.
Abul Jauza mengatakan warnanya sebening warna minyak.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa langit di hari itu seperti minyak yang mencair, karena terkena panasnya neraka Jahanam.

Dari ayat kajian di atas, nampak sekali Alquran senantiasa memberikan kepada kita perumpamaan yang fantastis untuk mendekatkan umat manusia kepada fenomena hari kiamat, Allah SWT di dalam ayat kajian menggambarkan sebuah gejala yang sangat dahsyat akan di lalui umat manusia, yaitu peristiwa terbelahnya langit pada hari kiamat. Dan proses pembelahan langit itu akan nampak seperti sekuntum bunga mawar yang berwana merah menkilap.

Firman Allah Swt.:

{فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلا جَانٌّ}

Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39)

Ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ. وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ}

Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara(pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan.(Al-Mursalat: 35-36)

Apa yang disebutkan dalam ayat ini menceritakan suatu keadaan, dan dalam keadaan yang lainnya semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)

Karena itulah maka Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Bahwa sebenarnya telah dilakukan pertanyaan, kemudian mulut-mulut kaum dikunci dan berbicaralah kedua tangan dan kedua kaki mereka menceritakan apa yang telah mereka kerjakan.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Allah Swt. tidak menanyai mereka, "Apakah kamu telah melakukan anu dan anu?" Karena Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka sendiri, melainkan Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian melakukan anu dan anu?" Ini merupakan pendapat yang kedua.

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa para malaikat tidak menanyakan tentang orang-orang yang berdosa, melainkan para malaikat mengetahui mereka dengan sendirinya melalui tanda-tanda yang ada pada mereka. Ini merupakan pendapat yang ketiga. Seakan-akan pengertian pendapat ini menyebutkan bahwa sesudah orang-orang yang berdosa itu diperintahkan agar dimasukkan ke dalam neraka, maka saat itu mereka tidak ditanyai tentang dosa-dosa mereka, bahkan mereka langsung digiring ke dalamnya, kemudian dicampakkan ke dalamnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

{يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ}

Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya. (Ar-Rahman: 41)

Yakni melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa para malaikat mengenal mereka melalui rupa mereka yang hitam dan mata mereka yang biru.
Ini kebalikan dari apa yang ada pada diri orang-orang mukmin; mereka dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, yaitu mencorong (kemilauan) dan bercahaya akibat dari bekas wudu mereka.

Firman Allah Swt.:

{فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ}

lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Ar-Rahman: 41)

Para malaikat zabaniyah (juru siksa) memegang ubun-ubun dan kedua kaki mereka, lalu mencampakkan mereka ke dalam neraka.

Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ubun-ubun seseorang dari mereka dipegang bersama kedua kakinya hingga patah sebagaimana kayu bakar dipatahkan di dalam pembakaran roti.

Ad-Dahhak mengatakan, ubun-ubun dan kedua kakinya disatukan dengan rantai dari arah belakang punggungnya. As-Saddi mengatakan bahwa ubun-ubun orang kafir dan kedua telapak kakinya dijadikan menjadi satu dan punggungnya dililitkan.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ -يَعْنِي جَدَّهُ-أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ كِنْدَةَ قَالَ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا، وَبَيْنِي وَبَيْنَهَا حِجَابٌ، فَقُلْتُ: حَدَّثَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَأْتِي عَلَيْهِ سَاعَةٌ لَا يَمْلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً؟ قَالَتْ: نَعَمْ، لَقَدْ سَأَلْتُهُ عَنْ هَذَا وَأَنَا وَهُوَ فِي شِعَار وَاحِدٍ، قَالَ: "نَعَمْ حِينَ يُوضَعُ الصِّرَاطُ، وَلَا أَمَلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً، حَتَّى أَعْلَمَ أَيْنَ يُسْلَكُ بِي؟ وَيَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ، حَتَّى أَنْظُرَ مَاذَا يُفْعَلُ بِي -أَوْ قَالَ: يُوحَى-وَعِنْدَ الْجِسْرِ حِينَ يَسْتَحِدُّ وَيَسْتَحِرُّ" فَقَالَتْ: وَمَا يَسْتَحِدُّ وَمَا يَسْتَحِرُّ؟ قَالَ: "يَسْتَحِدُّ حَتَّى يَكُونَ مثل شفرة السيف، ويستحر حتى يكونمِثْلَ الْجَمْرَةِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُجِيزُهُ لَا يَضُرُّهُ، وَأَمَّا الْمُنَافِقُ فَيَتَعَلَّقُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَوْسَطَهُ خَرَّ مِنْ قَدِمِهِ فَيَهْوِي بِيَدِهِ إِلَى قَدَمَيْهِ، فَتَضْرِبُهُ الزَّبَانِيَةُ بِخُطَّافٍ فِي نَاصِيَتِهِ وَقَدَمِهِ، فَتَقْذِفُهُ فِي جَهَنَّمَ، فَيَهْوِي فِيهَا مِقْدَارَ خَمْسِينَ عَامًا". قُلْتُ: مَا ثِقَلُ الرَّجُلِ؟ قَالَتْ: ثِقَلُ عَشْرِ خَلِفَاتٍ سِمَانٍ، فَيَوْمَئِذٍ يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi" ibnu Nafi', telah menceritakan kepada karni Mu'awiyah ibnu Salam, dari saudaranya Zaid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam (yakni kakeknya) mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku seseorang dari Kindah yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Siti Aisyah, lalu diizinkan masuk menemuinya, sedangkan antara dia dan Aisyah terdapat hijab. Lalu ia bertanya, "Apakah Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadamu bahwa akan datang suatu saat yang di saat itu tiada seorang pun yang memiliki syafaat?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Benar, aku telah menanyakan tentang masalah itu kepada beliau, sedangkan aku dan beliau berada di dalam satu selimut. Lalu beliau Saw. menjawab bahwa hal itu benar, yaitu ketika sirat telah dipasang, aku tidak memiliki suatu syafaat pun bagi seseorang saat itu sebelum aku mengetahui ke manakah sirat membawaku. Dan pada hari itu ada wajah-wajah yang kelihatan putih bersinar dan ada pula wajah-wajah yang tampak hitam legam, hingga aku mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadapku —atau apa yang akan diwahyukan kepadaku— dan jembatan itu semakin tajam dan semakin panas. Aku bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian makin tajam dan makin panas?" Nabi Saw. menjawab, "Makin bertambah tajam hingga seperti tajamnya mata pedang, dan makin panas hingga seperti panasnya bara api. Orang mukmin akan dapat melaluinya tanpa membahayakan dirinya. Adapun orang munafik, maka ia dapat bergantung kepadanya; dan apabila sampai di pertengahannya, maka terjungkallah ia dan kedua tangannya bergantungan sama dengan kedua kakinya." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa tidakkah kamu pernah melihat seseorang yang berjalan tanpa terompah, lalu kakinya tertusuk duri hingga hampir menembus kedua telapak kakinya. Maka seperti itulah keadaan orang munafik, tangan dan kepalanya terjatuh ke tempat kedua telapak kakinya, lalu malaikat zabaniyah (juru siksa) memukulinya dengan pengait-pengait pada ubun-ubun dan telapak kakinya. Kemudian malaikat zabaniyah mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam dan ia terjatuh ke dalamnya selama kurang lebih lima puluh tahun. Aku (Aisyah) bertanya, "Bagaimakah dengan berat seorang lelaki?" Nabi Saw. menjawab, "Sama beratnya dengan sepuluh ekor unta yang gemuk-gemuk, dan pada hari itu orang-orang yang berdosa dapat dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, lalu ditangkaplah ubun-ubun dan kedua telapak kaki mereka (dan dilemparkan ke dalam Jahanam)."

Hadis ini garib sekali dan di dalamnya terdapat banyak lafaz yang tidak dapat dikatakan berpredikat marfu', sedangkan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya. Hadis semisal ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ}

Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (Ar-Rahman: 43)

Maksudnya, inilah neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya, kini berada di hadapan kalian yang kalian saksikan sendiri dengan mata kalian sendiri. Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai kecaman, cemoohan, dan penghinaan terhadap mereka.
Firman Allah Swt.:

{يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}

Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44)

Yakni adakalanya mereka disiksa di dalam neraka Jahanam, dan adakalanya mereka diberi minumhamim, yaitu minuman yang panasnya sama dengan tembaga yang dilebur hingga semua usus dan isi perut mereka hancur karenanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{إِذِ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ يُسْحَبُونَ. فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ}

ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalamapi. (Al-Mu’min: 71-72)

Firman Allah Swt. yang menyebutkan an artinya sangat panas hingga tidak tertahankan lagi karenanya.

Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Titik didihnya telah mencapai puncaknya hingga panasnya tak terperikan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair. Ad-Dahhak, Al-Hasan, As-Sauri, dan As-Saddi.

Qatadah mengatakan bahwa telah mendidih sejak Allah menciptakan bumi dan langit. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa seorang hamba ditangkap, lalu diputar pada ubun-ubunnya di dalam air yang telah memuncak panasnya itu, hingga semua dagingnya lebur dan yang tertinggal adalah tulang-tulangnya serta kedua matanya yang ada di kepala. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 72)

Al-hamim sama artinya dengan al-har, yakni air yang sangat panas. Di riwayatkan dari Al-Qurazi dalam riwayat yang lain bahwa hamimin an artinya air yang sangat panas yang disediakan saat itu juga; hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Zaid. Pengertian ini tidaklah bertentangan dengan apa yang diriwayatkan dari Al-Qurazi di atas, yang mengatakan air yang sangat panas, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ}

diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5)

Yakni yang disuguhkan dalam keadaan sangat panas lagi tak terperikan panasnya. Sama juga dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ}

dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak(makanannya). (Al-Ahzab: 53)
Yaitu kemasakan dan kematangannya.

Firman Allah Swt.:

{حَمِيمٍ آنٍ}

air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44)

Maksudnya, air yang titik didihnya telah mencapai puncak yang tertinggi dan sangat panas.

Mengingat hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka lagi berdosa dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang bertakwa merupakan karunia, rahmat, keadilan, dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan adalah peringatan Allah terhadap mereka tentang azab dan pembalasan-Nya untuk mencegah mereka dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan lain sebagainya, maka dalam ayat berikut Allah Swt. berfirman menyebutkan perihal karunia-Nya itu kepada makhluk-Nya:

{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 45)

Namun, sebelum lebih jauh menjelaskan mukjizat ayat kajian kita, penulis ingin menceritakan sebuah peristiwa langka yang menakjubkan, baru-baru ini para astronom menemukan suatu fenomena menarik di langit (luar angkasa), mereka menyaksikan gumpalan raksasa dari nebula (awan) yang mereka sebut dengan "Rosette Nebula", yang artinya kembang awan atau awan yang berbentuk bunga mawar besar.‎

Kemudian para ilmuan tersebut menyingkap bahwa awan yang berbentuk mawar raksasa itu adalah berasal dari sebuah bintang besar yang menyemburkan gaz dalam skala sangat besar dan kecepatan yang amat tinggi disebabkan oleh tegangan yang sangat tinggi dan suhu panas yang memuncak di atas permukaannya. Lalu gaz-gaz itu menyatu berlapis-lapis sehingga menyerupai bunga mawar raksasa dengan beraneka ragam warna meski dominan berwarna merah persis seperti sepucuk bunga mawar merah yang menkilap sebagaimana diceritakan di dalam Alquran pada ayat kajian di atas.‎

Selanjutnya, ada sebuah foto yang lebih menakjubkan lagi, diambil oleh ilmuan NASA tentang ledakan sebuah bintang yang efeknya menyerupai sekuntum bunga mawar juga seperti diceritakan di dalam Alquran tersebut. Nah, dari ledakan bintang ini kita bisa menyaksikan ilustrasi bagaimana langit akan terbelah di hari kiamat, dan bentuknya seperti mawar merah. Maka foto di atas bisa dikatakan sebagai minuatur identik dari peristiwa hari kiamat yang akan kita saksikan kelak.

Sehubungan dengan kemajuan sains dan teknologi pada abad ke-20 lalu, para ilmuan khususnya dibidang astronomi telah mampu mengobserpasi langit (angkasa luar) dan segala apa yang di amati di sekitarnya dari bintang-bintang dengan jelas melalui teleskop bumi dan teleskop luar angkasa, maka para astronom pun dapat mengetahui bahwa bintang-bintang di langit itu mengalami proses perkembangan yang berbeda, di mana bintang-bintang generasi ketiga lahir dari bintang-bintang besar yang mengalami ledakan dahsyat, yang selanjutnya muncul bintang-bintang baru yang bersinar dan sebagian padam serta mati, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah.

Bagaimana Bisa Nampak Ledakan Seperti Mawar?

Sebuah pertanyaan yang telah menggugah para pakar tafsir dunia semenjak lebih dari 20 tahun lalu, dan yang pasti bahwa berita yang di sampaikan ayat kajian dari surah Arrahman itu belum terjadi, hingga kita akan mendapatkan ilustrasi live yang seakan-akan peristiwa itu benar-benar terjadi di depan mata jika kita menghubungkan dengan surah Al Insyiqaq, Allah berfirman: 

إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتْ (1) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (2) وَإِذَا ٱلأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (5)

Artinya: "Apabila langit terbelah; dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh; dan apabila bumi diratakan; dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong; dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh" (QS: 084: 1-5). 

Maka jelas bahwa berita yang terkandung di dalam ayat kajian adalah gambaran tentang sebuah peristiwa, yaitu "langit terbelah", dimana ayat menjelaskan kepada kita bahwa ketika terjadi ledakan suatu bintang maka akan terjadi sebuah belahan di langit pada lokasi bintang itu, dan bentuknya seperti mawar merah sebagaimana nampak dalam gambar. Situs resmi dari badan antariksa Amerika Serikat NASA menjelaskan bahwa bintang yang meledak dalam gambar itu adalah mempunyai ciri yang sama dengan karakter matahari kita dan ukurannya pun hampir sama, dan kemungkinan besar nasib matahari kita akan berakhir seperti itu pula.  ‎

Langit Terbelah Pada Hari Kiamat:

Adapun kandungan yang terdapat di dalam surah Al Insyiqaq di atas, adalah merupakan gambaran live tentang peristiwa hari kiamat. Oleh karena itu nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya, bersabda: 

"Barangsiapa yang ingin menyaksikan peristiwa kiamat seakan-akan melihat terjadi di depan mata, maka hendaklah membaca (ayat): "إذا الشمس كورت" (Apabila matahari digulung); "وإذا السماء انفطرت" (Apabila langit terbelah); "وإذا السماء انشقت" (Apabila langit terbelah)" (Hadits). 

Jika kita ingin mengurut peristiwa-peristiwa yang akan dialami manusia pada hari kiamat seperti susunan surah, yaitu surah Attakwir(081); surah Alinfithar (082); dan surahAlinsyiqaq (084), berdasarkan hadits nabi SAW maka dapat diurutkan seperti: Pertama, tiupan yang mengejutkan; kedua, tiapan yang membinasakan; dan ketiga, tiupan membangkitkan di hadapan Allah Tuhan semesta alam. Atau seperti yang digambarkan pada surah Attakwir, Allah berfirman: 

إِذَا ٱلشَّمْسُ كُوِّرَتْ (1) وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتْ (2) وَإِذَا ٱلْجِبَالُ سُيِّرَتْ (3) وَإِذَا ٱلْعِشَارُ عُطِّلَتْ (4)

Artinya: "Apabila matahari digulung; dan apabila bintang-bintang berjatuhan; dan apabila gunung-gunung dihancurkan; dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus)" (QS: 084: 1-5).

Bahwa sesungguhnya yang akan terjadi pertama kali (tiupan sangkakala pertama) adalah pada fase "attakwir" (matahari digulung), yaitu badai matahari yang sangat kencang dibarengi dengan asap yang tebal maka matahari akan tertutup (collapse), yang berakibat pada hilangnya sinar matahari karena gaz-gaz hydrogine yang menjadi sumber energi utamanya telah melayang terbawa oleh angin dan asap tadi.  Meski telang hilang cahaya matahari, ia tetap akan menjelma menjadi bintang yang tidak dapat dilihat karena gugur berjatuhan.

Pada saat genting seperti ini akan terjadi kepanikan total maka segala yang hamil akan melahirkan semua kandungannya, lempengan-lempengan bumi dan samudera akan bergerak dan bergeser berjauhan, terjadi gempa tektonik diseluruh pelosok bumi, keadaan ini persis seperti yang digambarkan Alquran dalam surah Al Zalzalah, Allah berfirman:

إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ ٱلأَرْضُ أَثْقَالَهَا(2) وَقَالَ ٱلإِنسَانُ مَا لَهَا (3)

Artinya: "Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan dahsyat; dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya; dan, manusia bertanya, apa yang terjadi pada bumi ini?" (QS: 099: 1-5). 

Peristiwa selanjutnya gunung-gunung dihancurkan, peristiwa ini nampak jelas diceritakan pada surah Al Hajj, Allah berfirman: 

يٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1)يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُم بِسُكَارَىٰ وَلَـٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌ  (2).

Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya guncangan (hari) kiamat itu ada suatu (kejadian) yang sangat besar; pada hari ketika kamu melihat (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras" (QS: 022: 1-3). 

Ayat ini lebih jelas menceritakan peristiwa kiamat itu dimana terjadi guncangan dahsyat pada kulit bumi, dan bumi itu membuat manusia pangling dan sangat pangling seakan-akan mereka mabuk padahal sesungguhnya tidak mabuk. Runtuhnya matahari adalah merupakan tiupan sangkakala pertama yaitu terjadi guncangan dahsyat. Hingga saat itu masih terdapat kehidupan di atas permukaan bumi tetapi semuanya dalam keadaan panik besar, sepanjang fase ini waktu bukanlah seperti waktu biasa tetapi ia berjalan sangat cepat seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi. 

Kemudian disusul langit menjadi terbelah, hal ini disebabkan oleh ledakan matahari kita, dimana tertutup dan runtuhnya matahari itu berakibat membengkaknya partikel-partikel hydrogen yang tersisa membuat suhu udara meningkat tinggi pada pusat matahari, lalu memacu ledakan nova, yaitu matahari akan memuntahkan panasnya melalui kulit luarnya. Hal ini juga telah diceritakan Alquran semenjak 14 abad lalu, pada surah Alinfitar, Allah berfirman: 

إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنفَطَرَتْ (1) وَإِذَا ٱلْكَوَاكِبُ ٱنتَثَرَتْ (2) وَإِذَا ٱلْبِحَارُ فُجِّرَتْ (3)

Artinya: "Apabila langit terbelah; dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan; dan apabila lautan dijadikan meluap" (QS: 082: 1-3). 

Kejadian yang sangat dahsyat sekali membuat bintang-bintang berantakan dan keluar dari garis edarannya, lautan meluap ketika ditimpa puing-puing dari kulit matahari yang amat panas di dalamnya, yang menyebabkan lautan mendidih seketika dalam bentuk ledakan-ledakan. Dan ledakan matahari itu akan terjadi dengan cepat sekali, sebagaimana dikisahkan Alquran pada surah Al Qiyamah, Allah berfirman:

فَإِذَا بَرِقَ ٱلْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ ٱلْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ (9)

Artinya: "Maka apabila mata terbelalak (ketakutan); dan bulan pun telah hilang cahanya; lalu matahari dan bulan dikumpulkan" (QS: 075: 7-8). 

Akibat dari ledakan di atas permukaan bumi tersebut akan menjadi sangat mengerikan, sebagaimana digambarkan pula pada surah Thaha, Allah berfirman: 

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ ٱلْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفاً (105)فَيَذَرُهَا قَاعاً صَفْصَفاً (106) لاَّ تَرَىٰ فِيهَا عِوَجاً وَلاۤ أَمْتاً(107).

Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, Tuhanmu akan menghancurkannya (pada hari kiamat) sehancur-hancurnya; kemudian Dia akan menjadikan (bekas gunung-gunung) itu rata sama sekali; (sehingga) kamu tidak akan melihat lagi ada tempat yang rendah dan yang tinggi di sana" (QS: 020: 105-107). 

Maka kehancuran pada gunung-gunung dan bekasnya disama ratakan sehingga semua permukaan bumi menjadi rata tanpa ada tempat tinggi dan rendah, tidak ada tumbuh-tumbuhan dan tanaman-tanaman layaknya bumi saat ini. Demikianlah segala kehidupan berakhir di atas permukaan bumi ini.

Selanjutnya, disusul oleh tiupan sangkakala kedua, yaitu kehancuran, seperti diceritakan di dalam Alquran pada surah Annazi'at, Allah berfirman: 

يَوْمَ تَرْجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ (6) تَتْبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ (7)

Artinya: "(Sungguh kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam; (tiupan pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua" (QS: 079: 6-7). 

Kemudian tiupan sangkakala ketiga dan terakhir disebut sebagai Al Qaria'ah, Allah berfirman: 

ٱلْقَارِعَةُ (1) مَا ٱلْقَارِعَةُ (2) وَمَآ أَدْرَاكَ مَا ٱلْقَارِعَةُ (3)يَوْمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلْفَرَاشِ ٱلْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ ٱلْجِبَالُ كَٱلْعِهْنِ ٱلْمَنفُوشِ (5)

Artinya: "Hari kiamat; apakah hari kiamat itu?; dan dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?; pada saat itu manusia seperti laron yang beterbangan; dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan" (QS: 101: 1-5). 

Pada saat itu matahari kita menjadi sebuah bola api super raksasa merah, dimana ia akan menguapkan semua hydrogen yang ada dipusatnya, dan matahari akan mengubah unsur helium menjadi unsur-unsur yang berat, serta cahaya matahari akan mendekati edaran bumi. Sebagaimana hadits dari nabi SAW, bersabda: "matahari akan mendekat kepada makhluk bumi, sehingga mencapai jarak sekitar satu mil". Pada saat ini akan terjadi kebangkitan, dan manusia akan dikumpulkan dihadapan Allah di padang mahsyar. Allah berfirman: 

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ (7)وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَآ أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ (11). 

Artinya: "Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya; maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang); dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya; maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah; dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?; (Yaitu) api yang sangat panas" (QS: 101: 6-11). 

Sungguh, Allah SWT telah menjelaskan kepada kita dari semenjak 1438 tahun tentang peristiwa hari kiamat dan periode-periode peristiwa dan azabnya dengan ilustrasi yang sangat sempurna, dan belakangan para astronom mulai meyakininya melalui berbagai observasi dan hasil-hasil evaluasi mereka dari gejala-gejala angkasa luar, sehingga mereka berkesimpulan bahwa sesungguhnya demikianlah akan berakhir bagi bintang-bintang termasuk matahari kita. Allah berfirman: 

إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ (27) لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ(28) وَمَا تَشَآءُونَ إِلاَّ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَالَمِينَ (29)سورة التكوير

Artinya: "(Alquran) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam; (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus; Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam" (QS: 081: 27-29). 

Adapun waktu kiamat itu tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah, karena alasan tertentu sebagaimana firman Allah pada surah Thaha: 
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَىٰ 
Artinya: "Sungguh, hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan" (QS: 020: 15). 
Mengenai azab kiamat, Allah menceritakan pada surah Alanfal, Allah berfirman: 
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Artinya: "Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan" (QS: 008: 33). 
Demikian mukjizat sains Alquran pada ayat kajian, Allah berfirman: 
فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ (37) فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (38) سورة الرحمن
Artinya: "Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak; Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kamu dustakan?" (QS: 055: 37-38). 

Subhanallah, Alquran telah menceritakan kepada kita bahwasanya langit kadang-kadang nampak terbelah menunjukkan suatu bentuk yang menyerupai mawar merah yang menkilap, maka nikmat mukjizat dari Allah yang manakah kamu dustakan?‎

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar